• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

B. Pembahasan Hasil Penelitian

1. Penerapan Akad Musyarakah Mutanaqisah dan Akad

a. Penerapan Akad Musyarakah Mutanaqisah dan Akad Murabahah

Pembiayaan Hunian Syariah adalah salah satu produk Bank

Muamalat dimana produk tersebut adalah suatu kongsi kerjasama

dan jual-beli dalam pembelian rumah yang bersifat syariah yaitu

dengan menggunakan akad musyarakah mutanaqisah dan akad

murabahah.

Akad musyarakah mutanaqisah adalah suatu akad kerjasama

antara dua pihak, dimana pihak tersebut sama-sama memberikan

syirkah (modal) untuk suatu kongsi pembelian suatu objek. Di Bank Muamalat Indonesia Cabang Banjarmasin menggunakan akad

musyarakah mutanaqisah dalam produk KPR yang take over. Dimana nasabah sudah melakukan pembiayaan di bank lain, tetapi

nasabah merasa bahwa di BMI lebih murah dan lebih menjauhkan

dari riba jadi nasabah memutuskan untuk melanjutkan pembiayaan

Produk pembiayaan KPR Muamalat iB dengan akad

musyarakah mutanaqishah adalah fasilitas pembiayaan hunian yang sesuai dengan prinsip syariah. Pembiayaan berdasarkan prinsip bagi

hasil dan jauh dari riba karena semua transaksi akad yang dilakukan

sesuai dengan hukum Islam.

Pembiayaan dengan akad musyarakah mutanaqishah tidak

hanya memberikan keuntungan tetapi juga ketenangan hati dalam

bertransaksi dengan masa angsuran yang relatif sangat lama,

sehingga biaya angsuran perbulan terasa ringan. Dalam pelaksanaan

akad musyarakah mutanaqishah ini, Bank Muamalat bekerjasama

dengan sejumlah developer untuk memastikan kemudahan proses

kepemilikan rumah bagi nasabah.

Akad murabahah adalah suatu akad jual beli barang dengan

harga jual sebesar biaya perolehan ditambah dengan keuntungan

yang disepakati oleh kedua belah pihak. Dan penjual harus

Alur yang digunakan dalam akad musyarakah mutanaqisah

adalah sebagai berikut :

Gambar 2 Alur

Pembiayaan Musyarakah Mutanaqisah

1

4

2

3

Sumber : Diolah oleh penulis 2018

Tahapan-tahapan dalam pembiayaan akad musyarakah

mutanaqisah dalam pengadaan barang adalah :

1. Nasabah mengajukan permohonan kepada bank Muamalat untuk

melanjutkan pembiayaan dari bank sebelumnya.

2. Setelah nasabah mengajukan permohonan dan melengkapi syarat

yang diminta oleh Bank Muamalat, maka pihak Bank Muamalat

melakukan pelunasan sisa pembiayaan nasabah kepada bank

sebelumnya.

3. Bank sebelumnya menyerahkan jaminan berupa SHM Tanah dan

Bangunan nasabah tersebut kepada pihak Bank Muamalat.

NASABAH BANK MUAMALAT

4. Setelah nasabah melunasi semua pembiayaan di Bank Muamalat,

maka pihak Bank Muamalat akan memberikan Roya (Bukti

Lunas) kepada nasabah untuk dibawa ke bagian yang menangani

pembalikan nama SHM Tanah dan Bangunan menjadi atas nama

nasabah.

Gambar 3 Alur

Pembiayaan Murabahah

Sumber : Diolah oleh Penulis, 2018

Tahapan-tahapan dalam pembiayaan akad murabahah dalam

pengadaan barang adalah sebagai berikut :

1. Bank dan nasabah melakukan negosiasi tentang rencana transaksi

jual beli yang akan dilaksanakan. Poin negosiasi meliputi jenis

2. Bank melakukan akad jual beli dengan nasabah, dimana bank

sebagai penjual dan nasabah sebagai pembeli. Dalam akad jual beli,

ditetapkan barang yang menjadi objek jual beli yang telah dipilih

oleh nasabah, dan harga jual barang.

3. Atas dasar akad yang dilaksanakan antara bank dan nasabah, maka

bank membeli barang dari supplier/penjual. Pembeli yang

dilakukan oleh bank sesuai denga keinginan nasabah yang telah

tertuang dalam akad.

4. Supplier mengirimkan barang kepada nasabah atas perintah bank.

5. Nasabah menerima barang dari supplier dan menerima dokumen

kepemilikan barang tersebut.

6. Setelah menerima barang dan dokumen, maka nasabah melakukan

pembayaran. Pembayaran yang lazim dilakukan oleh nasabah ialah

dengan cara angsuran.

Sebelum nasabah ingin mengajukan pembiayaan di Bank

Muamalat Indonesia, pihak bank memeriksa terlebih dahulu di BI

Checking (riwayat pembiayaan nasabah). Jika nasabah lancar atau

tidaknya dalam melakukan pembayaran angsuran, maka akan terlihat di

BI Checking tersebut. Syarat berikutnya yang harus dipenuhi oleh

Tabel 2

Syarat dokumen yang harus dipenuhi oleh nasabah

Dokumen Karyawan Pengusaha

A. Fotocopy KTP pemohon suami/istri √ √

B. Pasfoto 4x6cm pemohon suami/istri √ √

C. Fotocopy surat nikah/cerai/pisah harta (jika pisah harta)

√ √

D. Fotocopy kartu keluarga √ √

E. Fotocopy surat WNI, surat keterangan ganti nama bagi WNI keturunan

√ √

F. Fotocopy NPWP (pembiayaan di atas Rp.50 Juta)

√ √

G. Fotocopy rekening koran/tabungan 3 bulan terakhir

√ √

H. Asli slip gaji terakhir/surat keterangan penghasilan

I. Asli surat keterangan masa kerja dan jabatan terakhir diperusahaan/instansi

J. Neraca dan laba/rugi keuangan 2 tahun terakhir

K. Akte perusahaan, SIUP, dan TDP √

L. Dokumen kepemilikan jaminan : - Fotocopy sertifikat dan IMB

- Fotocopy bukti setoran PBB terakhir - Rencana anggaran biaya (RAB)

√ √

M. Denah lokasi rumah tinggal √ √

Sumber: Diolah oleh penulis 2018 Keterangan:

Tidak disertakan

Jika nasabah sudah memenuhi syarat yang diminta oleh bank, maka

selanjutnya syarat tersebut akan diproses oleh pihak bank. Dimana jika

yang berpenghasilan fix income (PNS / karyawan swasta) itu diproses

selama 7 hari kerja, sedangkan yang berpenghasilan non fix income

(wiraswasta / pengusaha) akad diproses kurang lebih 10 hari kerja.

Untuk kepemilikan barang/rumah itu sendiri BMI sudah bekerja

sama dengan developer untuk pengadaan rumah. Misalkan ada nasabah

menginginkan pembiayaan yang rumah indent, maka pihak BMI itu

dilakukan secara bertahap pembayarannya. Dan jika nasabah itu sendiri

menginginkan rumah yang ready stock, maka pihak bank langsung

membayarakan secara full ke developer yang sudah bekerjasama.

Besarnya modal yang diberikan oleh pihak bank itu dilihat dari

kemampuan nasabah itu sendiri.

Untuk pembiayaan rumah menggunakan akad murabahah, nasabah

wajib membayarkan uang muka terlebih dahulu sesuai peraturan Bank

Indonesia dan Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Sedangkan pembiayaan

rumah yang menggunakan akad musyarakah mutanaqisah tidak ada uang

muka karena akad ini hanya dikhususkan untuk pembiayaan take over

dan juga akad ini menyertakan modal bersama.

Pada saat pembelian rumah nasabah itu wajib mengecek sendiri

terlebih dahulu kondisi rumah yang ingin dibeli dan nasabah wajib

mengetahui objek yang akan dibelinya. Jika ada terjadi kerusakan pada

rumah yang dibeli bukan karena kebakaran maka rumah tersebut tidak

mendapatkan asuransi dari pihak bank.

Kepemilikan aset setelah dibeli masih atas nama bank selama

nasabah belum lunas atas pembiayaan tersebut. Jadi, selama rumah yang

menjadi milik bank. Dan setelah nasabah itu melakukan pelunasan, bank

akan memberikan surat kuasa (roya / bukti lunas). Selanjutnya nasabah

membawa bukti itu ke BPN untuk sertifikat dibalik nama atas nama

nasabah tersebut.

Ketika nasabah yang melakukan pembiayaan tidak sesuai dengan

jadwal pembayaran atau sering telat itu akan dikenakan sanksi berupa

denda. Denda yang diterima dari nasabah akan disalurkan ke badan sosial

yang dimiliki oleh BMI yang namanya baitul mal muamalat. Dan denda

itu tidak dipergunakan untuk keuntangan buat bank tersebut. Besaran

denda yang dikenakan kepada nasabah itu ditetapkan pada awal

perjanjian dan di BMI denda minimal Rp. 50.000,- per bulan.

Di Bank Muamalat Indonesia ketika ada nasabah ingin melunasi

pembayaran sebelum tanggal jatuh tempo, maka nasabah tersebut berhak

meminta potongan/ diskon pelunasan dipercepat diluar akad kepada

pihak bank. Jika pengajuan potongan / muqasah tidak disetujui, maka

nasabah harus melunasi sebesar sisa angsuran yang ingin dilunasi

tersebut. Diskon / potongan ini tidak ada diperjanjikan di awal akad.

Jika ada nasabah yang tidak mampu lagi untuk membayar

angsuran, maka pihak bank akan melakukan mediasi telebih dahulu.

Misalkan nasabah memang tidak bisa membayar angsuran itu lagi, pihak

bank tetap membicarakan dengan nasabah apakah nasabah ini perlu

senndiri. Dan misalkan memang nasabah tidak bisa membicarakan dan

memberikan alasan, maka dengan sangat terpaksa pihak bank

memasukkan ke panitia lelang.

b. Penentuan Perhitungan Pembiayaan Hunian Syariah

Perlakuan akuntansi transaksi pembiayaan hunian syariah dengan kongsi

menggunakan akad Musyarakah mutanaqishah dan sewa menyewa

menggunakan akad ijarah. Didalam musyarakah mutanaqisah terdapat

dua unsur kerjasama (syirkah) dan unsur sewa (ijarah). Kerjasama

dilakukan dalam hal penyertaan modal atau dana dan kerjasama

kepemilikan. Sementara sewa merupakan kompensasi yang diberikan

salah satu pihak kepada pihak lain. Ini adalah sebagai salah satu ilustrasi

dari nasabah :

Bapak Muhammad (bukan nama sebenarnya) yang bekerja sebagai

Pegawai Negeri Sipil (PNS) adalah salah satu nasabah produk

pembiayaan hunian syariah. Pada tanggal 12 bulan November 2010

berkeinginan untuk membeli sebuah rumah seharga Rp. 150.000.000,00.

Beliau memiliki dana yang cukup terbatas, dan beliau meminta bantuan

tambahan modal kepada pihak Bank Muamalat dengan menggunakan

produk pembiayaan hunian syariah yang menggunakan akad musyarakah

mutanaqishah untuk akad kerjasama pembelian rumah. Setelah pihak bank menyetujui permohonan pembiayaan tersebut beliau memberikan

Muamalat memberikan modal sebesar Rp. 90.000.000,- pihak nasabah

meminta jangka waktu pembiayaan selama 15 tahun atau 180 bulan.

Pihak bank mematok keuntungan kongsi (margin) sebesar 13%. Untuk

lebih jelasnya dapat dilihat tabel pada tabel 1 berikut:

Tabel 3 Data Pembiayaan Keterangan

Nama Nasabah Bapak Muhammad

Nilai rumah yang ingin dibeli Rp. 150.000.000

Syirkah Nasabah Rp. 60.000.000

Syirkah Bank Rp. 90.000.000

Margin 13%

Jangka waktu 180 Bulan

Sumber. Dwi Fridinna Putri, 2011

Dalam penentuan proyeksi pembayaran, pertama dihitung adalah

besaran syirkah awal bank dan berapa syirkah awal nasabah, untuk

menghitung presentase awal syirkah :

Bank : = 60 %

Syirkah awal bank adalah sebesar 60% yaitu sebesar Rp. 90.000.000,-, sedangkan syirkah awal nasabah adalah 40%, sebesar Rp.

Nasabah :

=

= 40 %

Setelah masing-masing jumlah syirkah telah diketahui, maka yang

harus dihitung selanjutnya adalah jumlah nilai sewa yang harus

dibayarkan nasabah setiap bulannya, dalam unsur perhitungan nilai sewa

adalah jumlah pinjaman dari bank, margin dan pembagian hasil diawal,

adapun perhitungan nilai sewa adalah sebagai berikut :

Jumlah dropping dana + (Margin x jumlah dropping dana) x

[( ) ] [( ) ] [ ( )]

Jadi, nilai sewa yang harus dibayarkan nasabah setiap bulannya

sebesar Rp. 1.138.720,-

Didalam besaran nilai sewa yang dibayarkan nasabah setiap

bulannya terdapat bagi hasil untuk kedua belah pihak antara bank dengan

nasabah, adapun perhitungan pembagian hasil awal sebagai berikut :

Persentase bagi hasil bank: / Nilai sewa x 100

: / Rp. 1.138.720 x 100

: 85,62%

Persentase bagi hasil nasabah :

= 100 – 85,62

= 14,38 %

Persentase dalam pembagian bagi hasil atas nilai sewa adalah bank

sebesar 85,62% dan nasabah sebesar 14,38%.

Pada bulan pertama, jumlah masing-masing syirkah adalah

kesepakatan antara kedua belah pihak, dan persentasi syirkah dihitung

dari jumlah besaran syirkah dibagi dengan harga objek tersebut. Nilai

sewa merupakan jumlah besaran nilai yang harus dibayarkan oleh

1.138.720,- nilai tersebut tidak berubah sampai akhir masa akad. Bagi

hasil awal untuk porsi bank sebesar Rp. 975.000 dan bagi hasil awal

porsi nasabah adalah Rp. 163.720, hasil tersebut didapat dengan

menggunakan rumus sebagai berikut :

Bagi hasil awal bagi hasil bank : Nilai sewa x persentase bagi hasil bank

: Rp. 1.138.720 x 85,62%

: Rp. 975.000

Bagi hasil nasabah : Nilai sewa – bagi hasil bank

: Rp. 1.138.720 – Rp. 975.000

: Rp. 163.720

Sumber: Dwi Fridinna Putri, 2011

Ilustrasi pembiayaan akad murabahah dalam pembelian sebuah

rumah: Pada tanggal 23 Mei 2018, Syifa mengajukan permohonan

pembiayaan untuk pembelian sebuah rumah dengan harga Rp.

150.000.000,- dimana Syifa membayar uang muka sebesar 10% (Rp.

15.000.000,-) kepada developer, setelah bank melakukan penilaian

terhadap permohonan tersebut Syifa memiliki kesanggupan mengangsur

selama 15 tahun (180 bulan). Bank melakukan kesempatan dengan

mengambil margin keuntungan 9,5% tahun. Maka penyelesaiannya

Harga rumah : Rp. 150.000.000,-

Persentase harga rumah : Rp. 15.000.000,-

Nilai KPR Rp. 135.000.000,-

Margin = 9,5% x 15 x Rp. 135.000.000,-

= Rp. 192.375.000,-

Margin per bulan = Rp. 192.375.000,-

180

= Rp. 1.068.750,-

Angsuran per tahun = (Pokok x margin x jangka waktu) + pokok

Jangka waktu

Angsuran per tahun =

= Rp. 21.825.000

Angsuran per bulan =

= Rp. 1.818.750,-

c. Pencatatan dalam jurnal

Pencatatan dalam jurnal dilakukan pada saat transaksi pencairan

dana, pembayaran angsuran bagi hasil, pembayaran angsuran pokok,

1) Jurnal pada saat pencairan

Pada saat pencairan pinjaman, bank melakukan pencairan dan

langsung memasukan sejumlah pinjaman ke rekening tabungan Bapak

Muhammad, sejumlah uang tersebut s

ebagai syirkah bank untuk pembelian rumah, pencatatan transaksi

dengan jurnal :

Dr. Pembiayaan Musyarakah xxx

Kr. No. Rekening tabungan Bapak Muhammad xxx

2) Jurnal pada saat pembayaran angsuran pokok

Pembayaran angsuran tidak dilakukan nasabah secara cash tetapi

secara pemotongan lagsung di rekening tabungan nasabah, nasabah

harus ada memiliki saldo di rekening tabungan tersebut minimal

dalam setiap bulannya cukup untuk pembayaran angsuran. Dalam

pencatatan transaksi ini juga langsung dicatat bagi hasil, dimana bagi

hasil porsi nasabah diakui sebagai pengurang pembiayaan, dan porsi

nasabah diakui sebagai pendapatan bagi hasil pembiayaan

musyarakah. Jumlah nilai yang dibayarkan setiap bulannya sama, tetapi porsi pembagian hasil setiap bulannya mengalami perubahan,

dimana porsi bank semakin menurun dan porsi nasabah semakin

meningkat.

Kr. Pembiayaan musyarakah xxx

Kr. Pendapatan bagi hasil musyarakah xxx

3) Jurnal pembayaran tunggakan

Apabila saldo nasabah dalam rekening tidak mencukupi untuk

dilakukan pemotongan, maka pihak BMI akan perjurnalan untuk

mencatat pembayaran jatuh tempo, dengan jurnal sebagai berikut :

Dr. Pembiayaan musyarakah jatuh tempo xxx

Kr. Pembiayaan musyarakah xxx

Jurnal Pelunasan

Penjurnalan pada saat pelunasan tidak ada perbedaan dengan saat

pembayaran angsuran, pencatatan dilakukan seperti saat pembayaran

angsuran, tetapi karena terakhir masa pembayaran, maka disebut

sebagai pelunasan.

Dr. No. Rekening tabungan Bapak Muhammad xxx

Kr. Pembiayaan musyarakah xxx

Kr. Pendapatan bagi hasil musyarakah xxx

Pencatatan jurnal akad murabahah :

a. Pada saat perolehan, aset murabahah diakui sebagai persediaan

Dr. Aset Murabahah xxx

Kr. Kas xxx

b. Apabila terdapat diskon pada saat pembelian aset murabahah, maka

terdapat beberapa alternatif perlakuan di antaranya:

- Jika terjadi sebelum akad murabahah maka diskon pembelian

akan diakui sebagai pengurang biaya perolehan aset murabahah,

Dr. Aset murabahah xxx*

Kr. Kas xxx

Keterangan: * (harga perolehan – diskon)

- Jika terjadi setelah akad murabahah dan sesuai yang disepakati

menjadi hak pembeli maka diskon pembelian diakui sebagai

kewajiban kepada pembeli

Dr. Aset murabahah xxx

Kr. Kas xxx

- Jika terjadi setelah akad murabahah dan tidak diperjanjikan

dalam akad maka akan menjadi hak penjual dan diakui sebagai

pendapatan operasional lain

Dr. Kas xxx

Kr. Pendapatan operasional lain xxx

d. Penyajian dalam Laporan Keuangan

Pembiayaan musyarakah atau investasi musyarakah diakui pada

saat pembayaran sejumlah kas kepada nasabah, pengakuan investasi

dicairkan oleh pihak bank dalam bentuk kas diserahkan melalui

rekening tabungan nasabah.

Rekening tabungan merupakan dana syirkah temporer yang

disajikan di neraca bagian pasiva. Saldo tabungan akan terkoreksi saat

pembayaran angsuran sewa bulanan untuk transaksi musyarakah

mutanaqisah.

Pendapatan bagi hasil usaha musyarakah diakui sebesar haknya

sesuai dengan kesepakatan awal dan porsi bagi hasil dalam setiap

bulannya, dan kerugian investasi diakui sesuai dengan porsi dana

masing-masing mitra dan mengurangi nilai asset musyarakah.

Pendapatan porsi bagi hasil bank dicatat sebagai pendapatan bagi hasil

musyarakah pada laporan laba rugi. Sedangkan bagi hasil untuk

nasabah akan mengurangi pembiayaan musyarakah periode tersebut.

Tabel 4 Laporan Keuangan

Neraca

SEBAGIAN NERACA Per 31 Desember 2017 DAN 2016

No Pos 2017 2016 Pasiva 1 Dana Simpanan a. Giro Rp. 3.621.269.149 Rp. 3.274.838.160 b. Tabungan Rp. 2. 727.998.590 Rp. 2.238.617.326 Aktiva 2 Pembiayaan Musyarakah Rp. 19.160.884.745 Rp. 20.125.269.223 Sumber: Diolah oleh Penulis 2018

Tabel 5 Laporan Laba Rugi LAPORAN LABA RUGI Per 31 Desember 2017 DAN 2016

No Pos 2017 2016

1 Pendapatan dari penjualan

Rp.1.501.342.184 Rp.1.655.868.223

Pendaptan dari bagi hasil Rp.1.783.921.266 Rp.1.734.277.433 Pendapatan dari ijarah Rp.41.481.047 Rp.47.650.881 Pendapatan usaha utama

lainnya

Rp.383.083.159 Rp.363.254.446

2 Beban operasional lainnya

Rp.476.126.287 Rp.324.813.140

Sumber: Diolah oleh Penulis 2018

2. Kesesuaian penerapan akad musyarakah mutanaqisah dan akad

murabahah dengan Fatwa MUI

Dari uraian yang ada tentunya tidak terlepas dari pengawasan yang

dilakukan oleh Dewan Pengawas Syariah (DPS). Pengawasan ini

dilakukan agar setiap kegiatan yang dilakukan oleh perbankan syariah

sesuai dengan peraturan syariah. Pengawasan ini mengacu kepada Fatwa

DSN MUI. Penulis disini mengacu pada Fatwa DSN MUI

No.73/DSN-MUI/IX/2008 tentang akad musyarakah mutanaqisah dan Fatwa DSN

MUI No.04/DSN-MUI/IV/2000 tentang akad murabahah. Dari hasil

penelitian yang penulis lakukan, dapat disimpulkan bahwa Bank

Muamalat Indonesia telah menjalankan penerapan akad musyarakah

mutanaqisah dan akad murabahah sesuai dengan Fatwa DSN MUI tersebut.

Tabel 6

Ketentuan penerapan akad musyarakah mutanaqisah dan akad murabahah di Bank Muamalat Indonesia Cabang Banjarmasin dengan

Fatwa DSN MUI No Fatwa DSN MUI No.04/DSN-MUI/IV/2000 Fatwa DSN MUI No.73/DSN-MUI/XI/2008 Bank Muamalat Indonesia Cabang Banjarmasin 1 Barang yang diperjualbelikan harus terbebas dari riba.

Memberikan modal dan kerja berdasarkan kesepakatan pada saat akad.

2 Barang yang akan diperjualbelikan harus dimiliki oleh penjual.

Dalam akad musyarakah mutanaqisah, pihak pertama (syarik) wajib berjanji untuk menjual seluruh hishshah-nya secara bertahap dan pihak kedua (syarik) wajib membelinya.

3 Dalam jual beli ini bank dibolehkan meminta nasabah untuk membayar uang muka saat

menandatangani kesepakatan awal pemesanan.

Keuntungan yang diperoleh dari ujrah tersebut dibagi sesuai dengan nisbah yang telah disepakati dalam akad, sedangkan kerugian harus berdasarkan proporsi kepemilikan. Nisbah keuntungan dapat mengikuti perubahan proporsi kepemilikan sesuai kesepakatan pada syarik.

4 Bank dapat meminta nasabah untuk

menyediakan jaminan yang dapat dipegang.

*Note

Sumber: Diolah oleh penulis 2018

Keterangan :

(*) Bahwa bank hanya melakukan take over dan meneruskan pembiayaan dari tempat pembiayaan sebelumnya, maka jaminan untuk akad musyarakah mutanaqisah berupa Surat Hak Milik Tanah dan Bangunan.

Dokumen terkait