iii
PENERAPAN AKAD MUSYARAKAH MUTANAQISAH DAN AKAD
MURABAHAH PADA PRODUK KPR DI BANK MUAMALAT
INDONESIA CABANG BANJARMASIN
SKRIPSI
DIAJUKAN SEBAGAI SALAH SATU PERSYARATAN UNTUK MENYELESAIKAN PROGRAM PENDIDIKAN SARJANA SAINS TERAPAN (DIPLOMA IV) PROGRAM STUDI AKUNTANSI LEMBAGA
KEUANGAN SYARIAH PADA JURUSAN AKUNTANSI POLITEKNIK NEGERI BANJARMASIN
OLEH :
ANITA FUJI LESTARI A04 140007
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI POLITEKNIK NEGERI BANJARMASIN
JURUSAN AKUNTANSI 2018
iii
PENGESAHAN SKRIPSI
Dengan ini dinyatakan laporan skripsi dengan data sebagai berikut:
Nama : Anita Fuji Lestari
NIM : A04140007
Program Studi : Akuntansi Lembaga Keuangan Syariah
Judul : Penerapan Akad Musyarakah Mutanaqisah Dan Akad
Murabahah Pada Produk KPR Di Bank Muamalat
Indonesia Cabang Banjarmasin
Telah diujikan dan dinyatakan lulus dengan predikat :
Banjarmasin, Juli 2018
Ketua Penguji,
M. Arif Budiman, S.Ag, MEI, Ph.D NIP. 19760901 200212 1 003
Anggota Penguji,
H. M Yassir Fahmi, S.Pd.I, MSI NIP. 19820412 200912 1 002
iv
Nama : Anita Fuji Lestari
NIM : A04 140007
Tempat, Tanggal Lahir : Kotabaru, 22 September 1996
Agama : Islam
Nama Orang Tua :
a. Ayah : Sayudi
b. Ibu : Purwati
Anak Ke : 2 dari 2 Bersaudara
Riwayat Pendidikan : 1. SDN 1 Stagen tahun 2008
2. SMPN 3 Kotabaru tahun 2011
v MOTTO
“
Nikmatilah setiap proses dalam menjalani kehidupan karna hidup
kita hanya sekali”
"Tetaplah Melangkah Ke Depan Meskipun Banyak Orang
Mencibir Mu dan Membuat Mu Down”
vii
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahirabbilalamin, segala puji dan syukur penulis panjatkan
kehadirat Allah SWT, karena atas rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Penerapan Akad Musyarakah Mutanaqisah
dan Akad Murabahah pada Produk KPR di Bank Muamalat Indonesia Cabang Banjarmasin”. Tidak lupa penulis haturkan shalawat dan salam kepa junjungan Nabi Besar Muhammad SAW serta sahabat dan pengikut beliau hingga akhir
zaman.
Pada kesempatan ini pula, penulis menyampaikan rasa terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada yang telah memberikan dorongan dan bimbingan serta
pengarahan dalam menyelesaikan skripsi ini, yaitu antara lain:
1. Papah dan Mamah yang telah melahirkan dan membesarkan penulis
serta selalu memotivasi dan memberikan bantuan moril maupun dana.
2. Bapak H. Edi Yohanes, ST. MT selaku Direktur Politeknik Negeri
Banjarmasin.
3. Ibu Andriani, SE, MM., M.Sc selaku Ketua Jurusan Akuntansi
Politeknik Negeri Banjarmasin.
4. Bapak H. Mairijani, M. Ag selaku Kaprodi Akuntansi Lembaga
Keuangan Syariah sekaligus Dosen Pembimbing penulis.
5. Seluruh Dosen dan staff pengajar yang telah tulus dan ikhlas
membimbing dan memberikan bekal ilmu kepada penulis selama masa
viii
6. Kakak kandung penulis Diana Puspitasari, S.Pd yang telah memberikan
doa dan motivasi.
7. Seluruh keluarga penulis yang telah memberikan doa, motivasi dan
dukungan dana buat penulis menyelesaikan perkuliahan selama ini.
8. Seluruh teman ALKS 2014 yang selalu membantu, memotivasi dan
menghibur penulis.
9. Teman penulis Astia Rachmayanti, Muhammad Agus Budiono,A.Md,
dan Anik Septiana serta tema-teman di kos restu bunda yang telah
memberikan doa, support dan dukungan serta motivasi.
10. Seluruh pihak yang terlibat dan membantu penulis yang tidak bisa
disebutkan satu persatu.
Penulis menyadari mungkin masih jauh dari kesempurnaan dan masih
banyak kekurangan-kekurangan. Oleh karena itu, kritik dan saran senantiasa
penulis harapkan dari pembaca.
Semoga Allah SWT selalu memberikan pahala yang berlipat ganda atas
seluruh bantuan yang sangat berharga ini. Akhirnya penulis berharap semoga
skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi kita sekalian.
Banjarmasin,
ix DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERSETUJUAN SKRIPSI ... ii
HALAMAN PENGESAHAN SKRIPSI ... iii
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ... iv
MOTTO ... v
SURAT PERNYATAAN... vi
KATA PENGANTAR ... vii
DAFTAR ISI ... ix
DAFTAR TABEL ... xii
DAFTAR GAMBAR ... xiii
DAFTAR LAMPIRAN ... xiv
ABSTRAK ... xv ABSTRACT ... xvi BAB I PENDAHULUAN ... 1 A. Latar Belakang ... 1 B. Rumusan Masalah ... 5 C. Batasan Masalah... 5 D. Tujuan Penelitian ... 6 E. Kegunaan Penelitian... 6
x
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 8
A. Landasan Teori ... 8
1. Pengertian Pembiayaan ... 8
2. Pengertian Akad Musyarakah Mutanaqisah dan Akad Murabahah ... 8
3. Landasan Hukum Akad Musyarakah Mutanaqisah dan Akad Murabahah Menurut Al-Qur‟an dan Al-Hadist ... 9
4. Ketentuan Akad Musyarakah Mutanaqisah dan Akad Murabahah Menurut Fatwa DSN MUI ... 11
5. Ketentuan Akad Musyarakah Mutanaqisah dan Akad Murabahah Menurut PSAK 106 dan PSAK 102 ... 18
6. Pengertian KPR ... 34
B. Hasil Penelitian Terdahulu ... 35
BAB III METODE PENELITIAN ... 39
A. Identifikasi dan Definisi Operasional Variabel ... 39
B. Jenis Penelitian ... 40
C. Jenis dan Sumber Data ... 40
D. Teknik Pengumpulan Data ... 41
E. Teknik Analisis Data ... 42
F. Kerangka Pemikiran ... 44
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 45
A. Hasil Penelitian ... 45
1. Gambaran Umum Bank Muamalat Indonesia ... 45
2. Visi dan Misi Bank Muamalat Indonesia ... 47
3. Struktur Organisasi Bank Muamalat Indonesia ... 48
4. Kegiatan Usaha ... 56
B. Pembahasan Hasil Penelitian ... 62
1. Penerapan Akad Musyarakah Mutanaqisah dan Akad Murabahah ... 62
xi
2. Kesesuaian Penerapan Akad Musyarakah Mutanaqisah dan
Akad Murabahah dengan Fatwa MUI ... 80
3. Kesesuaian Penerapan Akad Musyarakah Mutanaqisah dan Akad Murabahah dengan PSAK 104 dan PSAK 106 ... 82
BAB V PENUTUP ... 85
A. Simpulan ... 85
B. Saran ... 87
DAFTAR PUSTAKA ... 88 LAMPIRAN
xii
DAFTAR TABEL
Tabel 1 : Hasil Penelitian Terdahulu ... 35
Tabel 2 : Syarat Dokumen Yang Harus Dipenuhi Oleh Nasabah ... 67
Tabel 3 : Data Pembiayaan ... 71
Tabel 4 : Laporan Keuangan Neraca ... 79
Tabel 5 : Laporan Laba Rugi ... 80
Tabel 6 : Ketentuan Penerapan Akad Musyarakah Mutanaqisah dan Akad Murabahah di Bank Muamalat Indonesia Cabang Banjarmasin dengan Fatwa DSN MUI ... 81
Tabel 7 : Ketentuan Penerapan Akad Musyarakah Mutanaqisah dan Akad Murabahah di Bank Muamalat Indonesia Cabang Banjarmasin dengan PSAK 102 dan PSAK 104 ... 82
xiii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1 : Kerangka Pemikiran ... 44
Gambar 2 : Struktur Organisasi... 48
Gambar 3 : Alur Pembiayaan Musyarakah Mutanaqisah ... 64
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
Surat Balasan Izin Penelitian di Bank Muamalat Indonesia Cabang Banjarmasin
Surat Selesai Riset Penelitian di Bank Muamalat Indonesia Cabang Banjarmasin
Lembar Bimbingan Skripsi
Denah Perusahaan
Foto Perusahaan
Fatwa DSN-MUI No. 04/DSN-MUI/IV/2000
Fatwa DSN-MUI No.73/DSN-MUI/XI/2008
xv
Mutanaqisah dan Akad Murabahah pada Produk KPR di Bank Muamalat Indonesia Cabang Banjarmasin / Akuntansi Perbankan Syariah.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui penerapan akad
musyarakah mutanaqisah dan murabahah dalam produk KPR pada Bank
Muamalat Indonesia Cabang Banjarmasin, untuk mengetahui kesesuaian penerapan akad musyarakah mutanaqisah dan murabahah dalam produk KPR pada Bank Muamalat Indonesia Cabang Banjarmasin dengan Fatwa MUI No.73/DSN-MUI/XI/2008 dan Fatwa MUI No.04/DSN-MUI/IV/2000, serta untuk mengetahui kesesuaian penerapan akad musyarakah mutanaqisah dan murabahah dalam produk KPR pada Bank Muamalat Indonesia Cabang Banjarmasin dengan PSAK 106 dan PSAK 102.
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian yang menggunakan metode deskriptif kualitatif. Data yang digunakan adalah data primer dan sekunder. Data primer dan sekunder didapat dari hasil wawancara, studi pustaka dan dokumentasi.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dalam pelaksanaan pembiayaan KPR menggunakan dua akad yaitu akad musyarakah mutanaqisah dan akad murabahah telah memenuhi ketentuan yang berlaku sebagaimana diatur pada pedoman diatas.
Kata kunci : Pembiayaan KPR, Akad Musyarakah Mutanaqisah, Akad Murabahah, Bank Muamalat Indonesia.
xvi
Anita Fuji Lestari / A04140007 / 2018 / Implementation of Musyarakah Mutanaqisah and Murabahah Akad on KPR Products at Bank Muamalat Indonesia Branch of Banjarmasin / Accounting of Sharia Banking.
The purpose of this research is to know the application of musyarakah mutanaqisah and murabahah contract in KPR product at Bank Muamalat Indonesia Branch of Banjarmasin, to know suitability of application of musyarakah mutanaqisah and murabahah contract in KPR product at Bank Muamalat Indonesia Branch Banjarmasin with MUI Fatwa No.73 / DSN-MUI / XI / 2008 and MUI Fatwa No.04 / DSN-MUI / IV / 2000, as well as to know the suitability of the implementation of musyarakah mutanaqisah and murabahah agreement in KPR product at Bank Muamalat Indonesia Banjarmasin Branch with PSAK 106 and PSAK 102.
The type of research used is research using qualitative descriptive method. The data used are primary and secondary data. Primary and secondary data obtained from the interviews, literature study and documentation.
The results of this study indicate that in the implementation of KPR financing using two contracts akad musyarakah mutanaqisah and akad murabaha has met the applicable provisions as set forth in the above guidelines.
Keywords: KPR financing, Akad Musyarakah Mutanaqisah, Akad Murabahah, Bank Muamalat Indonesia
1 BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Dalam UU No. 7 tahun 1992 (diubah dengan UU No. 10 tahun
1998) tentang perbankan bahwa perbankan di Indonesia terdiri dari 2
(dua) jenis, yaitu Bank Umum dan Bank Pengkredit Rakyat. Kedua jenis
bank tersebut melakukan kegiatan secara umum atau syariah. Semenjak
disahkannya UU No. 10 Tahun 1998, Bank Syariah mulai tumbuh pesat di
Indonesia dalam bentuk Bank Umum Syariah/BUS (full fledged Islamic
Bank), Unit Usaha Syariah/UUS (Bank Konvensional yang membuka cabang syariah), dan office channeling (gerai syariah di kantor Bank Konvensional). Pengaturan mengenai perbankan syariah di dalam UU No.
7 Tahun 1992 (diubah dengan UU No. 10 Tahun 1998) belum spesifik
sehingga perlu diatur secara khusus dalam suatu undang-undang tersendiri
yaitu UU No. 21 Tahun 2008 tentang pebankan syariah. (Armonas, 2015)
Menurut Muhammad (Khasanah, 2017) Bank Syariah adalah
lembaga keuangan yang usaha pokoknya memberikan pembiayaan dan
jasa-jasa lainnya dalam lalu lintas pembayaran serta peredaran uang yang
mengoperasikan disesuaikan dengan prinsip-prinsip syariah Islam.
Dilatarbelakangi aturan dalam hukum Islam serta pemahaman
tentang keharaman bunga bank sama dengan riba menjadikan lembaga
keuangan syariah sebagai solusi dalam melakukan pengelolaan keuangan
melakukan “hijrah” dalam pengelolaan keuangan dirasakan sebagai pangsa
pasar yang sangat potensial. Hal ini ditandai dengan maraknya bank-bank
umum yang membuka unit usaha syariah, atau juga mengkonversi
sistemnya ke sistem syariah. (Sugiawati, 2009)
Di antara sekian banyak pembiayaan, kebutuhan akan tempat
tinggal yakni rumah atau hunian sangat dibutuhkan oleh semua manusia
dalam kehidupannya. Kemampuan dan kecukupan akan keadaan ekonomi
bagi setiap keluarga merupakan hal yang perlu untuk dipertimbangkan
dalam membangun sebuah rumah atau hunian. Jika, mereka ingin
memiliki cukup atau lebih uang muka mereka bisa membeli rumah dengan
secara tunai atau lunas. Mayoritas dari masyarakat saat ini membeli rumah
dengan cara diangsur atau dicicil karena tidak sedikit dari masyarakat yang
mampu membeli rumah secara tunai dengan harga yang semakin mahal
atau tinggi. (Cahyono, 2015)
Banyaknya masyarakat yang memilih kredit untuk dapat membeli
rumah yang diinginkan pada sebuah bank dari pada menabung. Hal ini
dikarenakan membeli dan memiliki rumah secara kredit memberikan
kemudahan pada kebanyakan masyarakat untuk dapat memiliki rumah
dibandingkan dengan membeli rumah secara tunai. Sehingga, permintaan
kebutuhan akan kredit rumah pada masyarakat yang semakin banyak
dengan jumlah pertumbuhan produknya yang semakin meningkat. Maka,
pihak bank mengeluarkan produk-produk dalam melakukan pembiayaan
KPR (Kredit Kepemilikan Rumah) merupakan salah satu jenis
layanan yang diberikan oleh Bank kepada Nasabah yang berharap
mendapatkan pelayanan untuk mendapatkan pinjaman dalam pembelian
rumah secara kredit. (Zakiyah, 2016)
Ada beberapa akad yang selama ini dipraktekkan bank syariah
dalam aplikasi kredit kepemilikan rumah, salah satunya akad musyarakah
mutanaqishah. Menurut Fatwa MUI No.73/DSN-MUI/XI/2008
Musyarakah Mutanaqishah adalah Musyarakah atau Syirkah yang
kepemilikan asset (barang) atau modal salah satu pihak (syarik) berkurang
disebabkan pembelian secara bertahap oleh pihak lainnya.
Menurut PSAK 106 Musyarakah Mutanaqishah adalah salah satu dari turunan akad musyarakah sendiri. Yaitu musyarakah dengan
ketentuan bagian dana salah satu mitra akan dialihkan secara bertahap
kepada mitra lainnya sehingga bagian dananya akan menurun dan pada
akhir masa akad mitra lain tersebut akad menjadi pemilik penuh usaha
tersebut.
KPR Muamalat iB adalah produk pembiayaan yang akan
membantu untuk memiliki rumah tinggal, rusun, apartemen, dan condotel
termasuk renovasi dan pembangunan serta pengalihan (take-over) KPR
dari bank lain dengan dua pilihan akad yaitu akad murabahah (jual-beli) atau musyarakah mutanaqishah (kerjasama sewa). (www.bankmuamalat.co.id)
Musyarakah Mutanaqisah / musyarakah menurun adalah musyarakah dengan ketentuan bagian dana salah satu mitra akan dialihkan secara bertahap kepada mitra lainnya sehingga bagian dananya akan
menurun dan pada akhir masa akad mitra lain tersebut akan menjadi
pemilik penuh usaha musyarakah tersebut. (IAI, 2017)
Murabahah adalah akad jual beli barang dengan harga jual sebesar biaya perolehan ditambah dengan keuntungan yang disepakati oleh kedua
belah pihak. Dan penjual harus memberitahukan biaya perolehan kepada
pembeli. (IAI, 2017)
Berdasarkan uraian di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan
penelitian tentang penerapan akad musyarakah mutanaqisah dan akad murabahah pada produk KPR di Bank Muamalat Indonesia Cabang Banjarmasin. Dipilihnya Bank Muamalat Indonesia berdasarkan
petimbangan, bahwa Bank Muamalat Indonesia adalah bank syariah
pertama di Indonesia menurut sejarah perkembangan perbankan di
Indonesia. Akad musyarakah mutanaqisah adalah akad yang hanya sebagian bank syariah yang menerapkan untuk pembiayaan KPR,
sedangkan akad murabahah sudah sering diaplikasikan di perbankan syariah. Keuntungan dari penggunaan akad musyarakah mutanaqisah ada
di sistem pembayaran angsuran/cicilan yang lebih murah dibandingkan
dengan menggunakan akad murabahah. Penelitian ini bersifat evaluasi dan
penulis membahas tentang penerapan akad musyarakah mutanaqisah dan akad murabahah yang diterapkan di Bank Muamalat Indonesia, maka
dengan itu penulis mengangkat judul “Penerapan Akad Musyarakah Mutanaqisah dan Akad Murabahah pada Produk KPR di Bank Muamalat Indonesia Cabang Banjarmasin”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis dapat menentukan
rumusan masalah yang akan dibahas mengenai:
1. Bagaimana penerapan akad musyarakah mutanaqishah dan murabahah dalam produk KPR pada Bank Muamalat Cabang Banjarmasin?
2. Bagaimana kesesuaian penerapan akad musryarakah mutanaqisah dan
murabahah dalam produk KPR pada Bank Muamalat Indonesia
Cabang Banjarmasin dengan Fatwa MUI No.73/DSN-MUI/XI/2008
dan Fatwa MUI No.04/DSN-MUI/IV/2000 ?
3. Bagaimana kesesuaian penerapan akad musryarakah mutanaqisah dan
murabahah dalam produk KPR pada Bank Muamalat Indonesia
Cabang Banjarmasin dengan PSAK 106 dan PSAK 102 ?
C. Batasan Masalah
Dalam penelitian ini penulis membatasi masalah yang dibahas pada
penerapan akad musyarakah mutanaqishah dan murabahah pada Bank
Muamalat Indonesia Cabang Banjarmasin, serta kesesuaian penerapan
akad musyarakah mutanaqisah dan murabahah itu sendiri dengan Fatwa
MUI No.73/DSN-MUI/XI/2008 dan Fatwa MUI
D. Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang di atas, maka tujuan dalam penelitian ini
adalah untuk mengetahui :
1. Penerapan akad musyarakah mutanaqishah dan murabahah dalam produk KPR pada Bank Muamalat Cabang Banjarmasin.
2. Kesesuaian penerapan akad musryarakah mutanaqisah dan murabahah
dalam produk KPR pada Bank Muamalat Indonesia Cabang
Banjarmasin dengan Fatwa MUI No.73/DSN-MUI/XI/2008 dan Fatwa
MUI No.04/DSN-MUI/IV/2000.
3. Kesesuaian penerapan akad musryarakah mutanaqisah dan murabahah
dalam produk KPR pada Bank Muamalat Indonesia Cabang
Banjarmasin dengan PSAK 106 dan PSAK 102.
E. Manfaat Penelitian
Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis dalam menentukan
Kegunaan atau Manfaat dalam penelitian ini yaitu:
1. Bagi Penulis
Untuk menambah wawasan dan pengetahuan penulis, baik dalam
secara teori ataupun berdasarkan pada kenyataan yang terjadi
dilapangan.
2. Bagi Pengembangan Keilmuan
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber informasi atau dapat
3. Bagi Bank Syariah
Penelitian ini hendaknya dapat digunakan sebagai masukan bagi pihak
8 BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
1. Pengertian Pembiayaan
Menurut Muhammad (2016:41) Pembiayaan atau financing, yaitu pendanaan yang diberikan oleh suatu pihak kepada pihak lain
untuk mendukung investasi yang telah direncanakan, baik dilakukan
sendiri maupun lembaga. Dengan kata lain, pembiayaan adalah
pendanaan yang dikeluarkan untuk mendukung investasi yang telah
direncanakan.
2. Pengertian Akad Musyarakah Mutanaqishah dan Murabahah a. Pengertian Akad Musyarakah Mutanaqishah
Menurut Sri Nurhayati (2008:154) Musyarakah Mutanaqisah / musyarakah menurun adalah musyarakah dengan ketentuan bagian dana salah satu mitra akan dialihkan secara
bertahap kepada mitra lainnya sehingga bagian dananya akan
menurun dan pada akhir masa akad mitra lain tersebut akan
menjadi pemilik penuh usaha musyarakah tersebut. (PSAK No. 106 PAR 04)
b. Pengertian Akad Murabahah
Menurut Sri Nurhayati (2014:171) Murabahah adalah transaksi penjualan dengan menyatakan harga perolehan dan
Menurut PSAK 102 Murabahah adalah akad jual beli barang dengan harga jual sebesar biaya perolehan ditambah dengan
keuntungan yang disepakati oleh kedua belah pihak. Dan penjual
harus memberitahukan biaya perolehan kepada pembeli.
3. Landasan Hukum Musyarakah Mutanaqishah dan Akad Murabahah Menurut Al-Qur’an dan Al-Hadist
a. Akad Musyarakah Mutanaqisah
Lembaga perbankan adalah highly regulated industry, apalagi perbankan syariah selain terikat oleh rambu-rambu hukum
positif sistem operasional bank syariah juga terikat erat dengan
hukum Allah, yang pelanggarannya berakibat kepada
kemadharatan di dunia dan akhirat. Oleh karena uniknya peraturan yang memagari seluruh transaksi perbankan syariah tersebut,
dalam kajian ini akan dicoba dibahas mengenai pelaksanaan akad
terutama musyarakah mutanaqishah yang dapat dilaksanakan di bank syariah. Kajian ini dilakukan dengan melihat kesesuaiannya
dengan hukum Islam. Rizal Yaya (2009:167)
Dalil hukum musyarakah mutanaqishah adalah :
1) Al-Qur‟an
Surat al-Ma‟idah [5], Ayat 1 :“Hai orang yang beriman!
Penuhilah akad-akad itu ...”
“Maka mereka berserikat pada sepertiga.” (QS 4:12)
“Dan sesungguhnya kebanyakan dari orang-orang yang berserikat itu sebagian mereka berbuat zalim kepada sebagian
yang lain kecuali orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh.” (QS 38:24)
2) As-Sunah
Hadis Qudsi: “Aku (Allah) adalah pihak ketiga dari dua orang yang berserikat, sepanjang salah seorang dari keduanya tidak berkhianat terhadap lainnya. Apabila seseorang berkhianat terhadap lainnya maka Aku keluar dari keduanya.” (HR. Abu Dawud dan Al-Hakim dari Abu Hurairah)
“Pertolongan Allah tercurah atas dua pihak yang berserikat, sepanjang keduanya tidak saling berkhianat.” (HR. Muslim) b. Akad Murabahah
1) Al-Qur‟an
“Hai orang-orang yang beriman! Janganlah kamu saling memakan (mengambil) harta sesamamu dengan jalan yang batil (tidak benar), kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan sukarela di antaramu...”(QS 4:29)
“Hai orang-orang yang beriman penuhilah akad-akad itu...” (QS 5:1)
“Allah telah menghalalkan jual-beli dan mengharamkan riba.” (QS 2:275)
“...dan jika (orang yang beruntung itu) dalam kesukaran, maka berilah tangguh sampai ia berkelapangan.” (QS 2:280)
“...dan tolong menolonglah dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa...” (QS 5:2)
“Hai orag yang beriman! Jika kamu melakukan transaksi utang piutang untuk jangka waktu yang ditentukan, tuliskanlah...”(QS 2:282)
2) Al-Hadis
Dari Abu Sa‟id Al-Khudri bahwa Rasulullah SAW bersabda: “Sesungguhnya jual beli itu harus dilakukan suka sama suka.” (HR. Al-Baihaqi, Ibnu Majah, dan shahih menurut Ibnu Hibban)
“Allah mengasihi orang yang memberikan kemudahan bila ia menjual dan membeli serta di dalam menagih haknya.” (Dari Abu Hurairah)
“Orang yang melepaskan seorang muslim dari kesulitannya di dunia, Allah akan melepaskan kesulitannya di hari kiamat; dan Allah senantiasa menolong hamba Nya selama ia (suka) menolong saudaranya.” (HR. Muslim)
“Menunda-nunda (pembayaran) yang dilakukan oleh orang mampu menghalalkan harga diri dan pemberian sangsi kepadanya.”(HR. Abu Dawud, Ibn Majah, dan Ahmad)
“Penundaan (pembayaran) yang dilakukan oleh orang mampu adalah suatu kezaliman.” (HR. Bukhari & Muslim)
“Sumpah itu melariskan barang dagangan, akan tetapi menghapus keberkahannya.” (HR. Al Bukhari)
4. Ketentuan Akad Musyarakah Mutanaqisah dan Akad Murabahah Menurut Fatwa DSN-MUI
a. Fatwa Dewan Syariah Nasional Nomor 73/DSN-MUI/XI/2008
yang ditetapkan pada tanggal 14 November 2008 tentang
Musyarakah Mutanaqisah. 1) Ketentuan Umum
Dalam fatwa ini yang dimaksud dengan:
a) Musyarakah mutanaqisah adalah musyarakah atau syirkah yang kepemilikan asset (barang) atau modal salah satu
pihak (syarik) berkurang disebabkan pembelian secara
bertahap oleh pihak lainnya;
b) Syarik adalah mitra, yakni yang melakukan akad syirkah (musyarakah).
c) Hishshah adalah porsi atau bagian syarik dalam kekayaan musyarakah yang bersifat musya’.
d) Musya’ adalah porsi atau bagian syarik dalam kekayaan musyarakah (milik bersama) secara nilai dan tidak dapat ditentukan batas-batasannya secara fisik.
2) Ketentuan Hukum
Hukum musyarakah mutanaqisah adalah boleh.
3) Ketentuan Akad
a) Akad Musyarakah Mutanaqisah terdiri dari akad Musyarakah/Syirkah dan Bai’ (jual-beli).
b) Dalam Musyarakah Mutanaqisah berlaku hukum sebagaimana yang diatur dalam Fatwa DSN No.
08/DSN-MUI/IV/2000 tentang Pembiayaan Musyarakah, yang para mitranya memiliki hak dan kewajiban, diantaranya:
(1) Memberikan modal dan kerja berdasarkan kesepakatan
pada saat akad.
(2) Memperoleh keuntungan berdasarkan nisbah yang
disepakati pada saat akad.
(3) Menanggung kerugian sesuai proporsi modal.
c) Dalam akad Musyarakah Mutanaqisah, pihak pertama (syarik) wajib berjanji untuk menjual seluruh hishshah-nya secara bertahap dan pihak kedua (syarik) wajib
d) Jual beli sebagaimana dimaksud dalam angka 3
dilaksanakan sesuai kesepakatan.
e) Setelah selesai pelunasan penjualan, seluruh hishshah LKS
beralih kepada syarik lainnya (nasabah).
4) Ketentuan Khusus
a) Aset Musyarakah Mutanaqisah dapat di-ijarah-kan kepada syarik atau pihak.
b) Apabila aset musyarakah menjadi objek ijarah, maka syarik (nasabah) dapat menyewa aset tersebut dengan nilai ujrah yang disepakati.
c) Keuntungan yang diperoleh dari ujrah tersebut dibagi sesuai dengan nisbah yang telah disepakati dalam akad,
sedangkan kerugian harus berdasarkan proporsi
kepemilikan. Nisbah keuntungan dapat mengikuti
perubahan proporsi kepemilikan sesuai kesepakatan pada
syarik.
d) Kadar/Ukuran bagian/porsi kepemilikan asset musyarakah syarik (LKS) yang berkurang akibat pembayaran oleh syarik (nasabah), harus jelas dan disepakati dalam akad; e) Biaya perolehan aset musyarakah menjadi beban bersama
sedangkan biaya peralihan kepemilikan menjadi beban
pembeli;
a) Jika terjadi perselisihan diantara para pihak, maka
penyelesaiannya dilakukan berdasarkan peraturan
perundang-undangan yang berlaku dan sesuai prinsip
syariah.
b) Fatwa ini berlaku sejak tanggal ditetapkan dengan
ketentuan jika dikemudian hari ternyata terdapat
kekeliruan, akan diubah dan disempurnakan sebagaimana
mestinya.
b. Fatwa Dewan Syariah Nasional Nomor 04/DSN-MUI/IV/2000
yang ditetapkan pada tanggal 01 April 2000 tentang Murabahah.
1) Ketentuan umum murabahah dalam Bank Syari‟ah
a) Bank dan nasabah harus melakukan akad murabahah yang
bebas riba.
b) Barang yang diperjualbelikan tidak diharamkan oleh
syariah Islam.
c) Bank membiayai sebagian atau seluruh harga pembelian
barang yang telah disepakati kualifikasinya.
d) Bank membeli barang yang diperlukan nasabah atas nama
bank sendiri, dan pembelian ini harus sah dan bebas riba.
e) Bank harus menyampaikan semua hal yang berkaitan
dengan pembelian, misalnya jika pembelian dilakukan
f) Bank kemudian menjual barang tersebut kepada nasabah
(pemesan) dengan harga jual senilai harga beli plus
keuntungannya. Dalam kaitan ini Bank harus memberitahu
secara jujur harga pokok barang kepada nasabah berikut
biaya yang diperlukan.
g) Nasabah membayar harga barang yang telah disepakati
tersebut pada jangka waktu tertentu yang telah disepakati.
h) Untuk mencegah terjadinya penyalahgunaan atau kerusakan
akad tersebut, pihak bank dapat mengadakan perjanjian
khusus dengan nasabah.
i) Jika bank hendak mewakilkan kepada nasabah untuk
membeli barang dari pihak ketiga, akad jual beli murabahah
harus dilakukan setelah barang, secara prinsip, menjadi
milik bank.
2) Ketentuan Murabahah kepada Nasabah:
a) Nasabah mengajukan permohonan dan janji pembelian
suatu barang atau aset kepada bank.
b) Jika bank menerima permohonan tersebut, ia harus
membeli terlebih dahulu aset yang dipesannya secara sah
dengan pedagang.
c) Bank kemudian menawarkan aset tersebut kepada nasabah
dan nasabah harus menerima (membeli)-nya sesuai dengan
tersebut mengikat; kemudian kedua belah pihak harus
membuat kontrak jual beli.
d) Dalam jual beli ini bank dibolehkan meminta nasabah
untuk membayar uang muka saat menandatangani
kesepakatan awal pemesanan.
e) Jika nasabah kemudian menolak membeli barang tersebut,
biaya riil bank harus dibayar dari uang muka tersebut.
f) Jika nilai uang muka kurang dari kerugian yang harus
ditanggung oleh bank, bank dapat meminta kembali sisa
kerugiannya kepada nasabah.
g) Jika uang muka memakai kontrak „urbun sebagai alternatif
dari uang muka, maka
(1) Jika nasabah memutuskan untuk membeli barang
tersebut, ia tinggal membayar sisa harga.
(2) jika nasabah batal membeli, uang muka menjadi milik
bank maksimal sebesar kerugian yang ditanggung oleh
bank akibat pembatalan tersebut; dan jika uang muka
tidak mencukupi, nasabah wajib melunasi
kekurangannya.
3) Jaminan dalam Murabahah
a) Jaminan dalam murabahah dibolehkan, agar nasabah serius
b) Bank dapat meminta nasabah untuk menyediakan jaminan
yang dapat dipegang.
4) Utang dalam Murabahah
a) Secara prinsip, penyelesaian utang nasabah dalam transaksi
murabahah tidak ada kaitannya dengan transaksi lain yang dilakukan nasabah dengan pihak ketiga atas barang
tersebut. Jika nasabah menjual kembali barang tersebut
dengan keuntungan atau kerugian, ia tetap berkewajiban
untuk menyelesaikan utangnya kepada bank.
b) Jika nasabah menjual barang tersebut sebelum masa
angsuran berakhir, ia tidak wajib segera melunasi seluruh
angsurannya.
c) Jika penjualan barang tersebut menyebabkan kerugian,
nasabah tetap harus menyelesaikan utangnya sesuai
kesepakatan awal. Ia tidak boleh memperlambat
pembayaran angsuran atau meminta kerugian itu
diperhitungkan.
5) Penundaan Pembayaran dalam Murabahah
a) Nasabah yang memiliki kemampuan tidak dibenarkan
menunda penyelesaian utangnya.
b) Jika nasabah menunda-nunda pembayaran dengan sengaja,
atau jika salah satu pihak tidak menunaikan kewajibannya,
Syari‟ah setelah tidak tercapai kesepakatan melalui
musyawarah.
6) Bangkrut dalam Murabahah
Jika nasabah telah dinyatakan pailit dan gagal menyelesaikan
utangnya, bank harus menunda tagihan utang sampai ia
menjadi sanggup kembali, atau berdasarkan kesepakatan.
5. Ketentuan Akad Musyarakah Mutanaqisah dan Murabahah Menurut PSAK 106 dan PSAK 102
a. PSAK 106
1) Karakteristik
a) Para mitra (syarik) bersama-sama menyediakan dana untuk
mendanai suatu usaha tertentu dalam musyarakah, baik usha yang sudah berjalan maupun yang baru. Selanjutnya
salah satu mitra dapat mengembalikan dana tersebut dan
bagi hasil yang telah disepakati nisbahya secara bertahap
atau sekaligus kepada mitra lain.
b) Investasi musyarakah dapat diberikan dalam bentuk kas, setara kas, atau aset nonkas.
c) Keuntungan usaha musyarakah dibagi di antara para mitra secara proporsional sesuai dengan dana yang disetorkan
(baik berupa kas maupun aset nonkas) atau sesuai nisbah
dibebankan secara proporsional sesuai dengan dana yang
disetorkan (baik berupa kas maupun nonkas).
d) Jika salah satu mitra memberikan kontribusi atau nilai lebih
dari mitra lainnya dalam akad musyarakah maka mitra tersebut dapat memperoleh keuntungan lebih besar untuk
dirinya. Bentuk keuntungan lebih tersebut dapat berupa
pemberian porsi keuntungan yang lebih besar dari porsi
dananya atau bentuk tambahan keuntungan lainnya.
e) Porsi jumlah bagi hasil untuk para mitra ditentukan
berdasarkan nisbah yang disepakati dari hasil usaha yang
diperoleh selama periode akad, bukan dari jumlah investasi
yang disalurkan.
f) Pengelola musyarakah mengadministrasikan transaksi usaha yang terkait dengan investasi musyarakah yang dikelola dalam catatan akuntansi tersendiri.
2) Pengakuan dan Pengukuran
Untuk pertanggungjawaban pengelolaan usaha musyarakah dan
sebagai dasar penentuan bagi hasil, maka mitra aktif atau yang
mengelola usaha musyarakah harus membuat catatan akuntansi
yang terpisah untuk usaha musyarakah tersebut.
a) Akuntansi untuk mitra aktif (nasabah) terdiri atas akuntansi
untuk mitra aktif pada saat akad, selama akad, akhir akad,
(1) Investasi musyarakah diakui pada saat penyerahan kas
atau aset nonkas untuk usaha musyarakah.
(2) Pengukuran investasi musyarakah:
(a) Dalam bentuk kas dinilai sebesar jumlah yag
diserahkan; dan
(b) Dalam bentuk aset nonkas dinilai sebesar nilai wajar
dan jika terdapat selisih antara nilai wajar dan nilai
buku aset nonkas, maka selisih tersebut diakui
sebagai selisih penilaian aset musyarakah dalam
ekuitas. Selisih penilaian aset musyarakah tersebut
diamortisasi selama masa akad musyarakah.
(3) Aset nonkas musyarakah yang telah dinilai sebesar nilai
wajar disusutkan dengan jumlah penyusutan yang
mencerminkan:
(a) Penyusutan yang dihitung dengan model biaya
historis; ditambah dengan
(b) Penyusutan atas kenaikan nilai aset karena penilaian
kembali saat penyerahan aset nonkas untuk usaha
musyarakah.
(4) Jika proses penilaian pada nilai wajar menghasilkan
penurunan nilai aset, maka penurunan nilai ini langsung
telah dinilai sebesar nilai wajar disusutkan berdasarkan
nilai wajar yang baru.
(5) Biaya yang terjadi akibat akad musyarakah (misalnya,
biaya studi kelayakan) tidak dapat diakui sebagai
bagian investasi musyarakah kecuali ada persetujuan
dari seluruh mitra musyarakah.
(6) Penerimaan dana musyarakah dari mitra pasif
(misalnya, bank syariah) diakui sebagai investasi
musyarakah dan disisi lain sebagai dana syirkah
temporer sebesar:
(a) Dana dalam bentuk kas dinilai sebesar jumlah yang
diterima; dan
(b) Dana dalam bentuk aset nonkas dinilai sebesar nilai
wajar dan disusutkan selama masa akad atau selama
umur ekonomis jika aset tersebut tiadak akan
dikembalikan kepada mitra pasif. Dan pada saat
akad,
(7) Bagian mitra aktif atas investasi musyarakah dengan
pengembalian dana mitra pasif diakhir akad dinilai
sebesar jumlah kas yang diserahkan untuk usaha
musyarakah pada awal akad dikurangi dengan kerugian
pada saat penyerahan untuk usaha musyarakah setelah
dikurangi penyusutan dan kerugian (jika ada).
(8) Bagian mitra aktif atas investasi musyarakah menurun
(dengan pengembalian dana mitra pasif secara bertahap)
dinilai sebesar jumlah kas atau nilai wajar aset nonkas
yang diserahkan untuk usaha musyarakah pada awal
akad ditambah dengan jumlah dana syirkah temporer
yang telah dikembalikan kepada mitra pasif, dan
dikurangi kerugian (jika ada). Pada saat akad diakhiri,
investasi musyarakah yang belum dikembalikan kepada
mitra pasif diakui sebagai liabilitas (kewajiban).
Pengakuan hasil usaha untuk nasabah sebagai berikut:
(9) Pendapatan usaha musyarakah yang menjadi hak mitra
aktif diakui sebesar haknya sesuai dengan kesepakatan
atas pendapatan usaha musyarakah. Sedangkan
pendapatan usaha untuk mitra pasif diakui sebagai hak
pihak mitra pasif atas bagi hasil dan liabilitas.
(10) Kerugian investasi musyarakah diakui sesuai
dengan porsi dana masing-masing mitra dan
mengurangi nilai aset musyarakah.
(11) Jika kerugian akibat kelalaian atau kesalahan mitra
ditanggung oleh mitra aktif atau pengelola usaha
musyarakah.
b) Akuntansi untuk mitra pasif (bank) terdiri atas akuntansi
untuk mitra aktif pada saat akad, selama akad, akhir akad,
dan pengakuan hasil usaha. Akuntansi untuk mitra pasif
pada saat akad adalah sebagai berikut:
1) Investasi musyarakah diakui pada saat pembayaran kas
atau penyerahan aset nonkas kepada mitra pasif.
2) Pengukuran investasi musyarakah :
Dalam bentuk kas dinilai sebesar jumlah yang
dibayarkan, dan dalam bentuk aset nonkas dinilai
sebesar nilai wajar dan jika terdapat selisih antara nilai
wajar dan nilai tercatat aset nonkas, maka selisih
tersebut diakui sebagai: (i) keuntungan tangguhan dan
diamortisasi selama masa akad; atau (ii) kerugian pada
saat terjadinya. Investasi musyarakah nonkas yang
diukur dengan nilai wajar aset yang diserahkan akan
berkurang nilainya sebesar beban penyusutan atas aset
yang diserahkan, dikurangi dengan amortisasi
keuntungan tangguhan (jika ada). Biaya yang terjadi
akibat akad musyarakah (misalnya, biaya studi
kelayakan) tidak dapat diakui sebagai bagian investasi
Akuntansi untuk mitra pasif pada selama akad adalah
bagian mitra pasif atas investasi musyarakah dengan
pengembalian dana mitra pasif di akhir akad dinilai
sebesar:
1) Jumlah kas yang dibayarkan untuk usaha
musyarakah pada awal akad dikurangi dengan
kerugian (jika ada); dan
2) Nilai wajar aset musyarakah nonkas pada saat
penyerahan untuk usaha musyarakah setelah
dikurangi penyusutan dan kerugian (jika ada).
3) Bagian mitra pasif atas investasi musyarakah
menurun (dengan pengembalian dana mitra pasif
secara bertahap) dinilai sebesar jumlah kas yang
dibayarkan untuk usaha musyarakah pada awal akad
dikurangi jumlah pengembalian dari mitra aktif dan
kerugian (jika ada).
c) Pada saat diakhiri, investasi musyarakah yang belum
dikembalikan oleh mitra aktif diakui sebagai piutang.
d) Pada saat pengakuan hasil usaha, pendapatan usaha
investasi musyarakah diakui sebesar bagian mitra pasif
sesuai kesepakatan. Sedangkan kerugian investasi
b. PSAK 102
1) Karakteristik
a) Murabahah dapat dilakukan berdasarkan pesanan atau tanpa
pesanan. Dalam murabahah berdasarkan pesanan, penjual
melakukan pembelian barang setelah ada pemesanan dari
pembeli.
b) Murabahah berdasarkan pesanan dapat bersifat mengikat
atau tidak mengikat pembeli untuk membeli barang yang
dipesannya. Dalam murabahah pesanan mengikat pembeli
tidak dapat membatalkan pesanannya. Jika aset murabahah
yang telah dibeli oleh penjual mengalami penurunan nilai
sebelum diserahkan kepada pembeli, maka penurunan nilai
tersebut menjadi tanggungan penjual dan akan mengurangi
nilai akad.
c) Pembayaran murabahah dapat dilakukan secara tunai atau
tangguh. Pembayaran tangguh adalah pembayaran yang
dilakukan tidak pada saat barang diserahkan kepada
pembeli, tetapi pembayaran dilakukan secara angsuran atau
sekaligus pada waktu tertentu.
d) Akad murabahah memperkenankan penawaran harga yang
berbeda untuk cara pembayaran yang berbeda sebelum
disepakati, maka hanya ada satu harga (harga dalam akad)
yang digunakan.
e) Harga yang disepakati dalam murabahah adalah harga jual,
sedangkan biaya perolehan harus diberitahukan. Jika
penjual mendapatkan diskon sebelum akad murabahah,
maka diskon itu merupakan hak pembeli.
f) Diskon yang terkait dengan pembelian barang, antara lain
meliputi:
(1) Diskon dalam bentuk apapun dari pemasok atas
pembelian barang;
(2) Diskon asuransi biaya asuransi dari perusahaan asuransi
dalam rangka pembelian barang;
(3) Komisi dalam bentuk apapun yang diterima terkait
dengan pembelian barang.
g) Diskon atas pembelian barang yang diterima setelah akad
murabahah disepakati diperlakukan sesuai dengan
kesepakatan dalam akad tersebut. Jika tidak diatur dalam
akad, maka diskon tersebut menjadi hak penjual.
h) Penjual dapat meminta pembeli menyediakan agunan atas
piutang murabahah, antara lain, dalam bentuk barang yang
telah dibeli dari penjual dan/atau aset lainnya.
i) Penjual dapat meminta uang muka kepada pembeli sebagai
muka menjadi bagian pelunasan piutang murabahah, jika
akad murabahah disepakati. Jika akad murabahah batal,
maka uang muka dikembalikan kepada pembeli setelah
dikurangi kerugian riil yang ditanggung oleh penjual. Jika
uang muka itu lebih kecil dari kerugian, maka penjual dapat
meminta tambahan dari pembeli.
j) Jika pembeli tidak dapat menyelesaikan piutang murabahah
sesuai dengan yang diperjanjikan, maka penjual dapat
mengenakan denda kecuali jika dapat dibuktikan bahwa
pembeli tidak atau belum mampu melunasi disebabkan
force majeur. Denda tersebut didasarkan pada pendekatan ta’zir yaitu untuk membuat pembeli lebih disiplin terhadap kewajibannya. Besarnya denda sesuai dengan yang
diperjanjikan dalam akad dan dana yang berasal dari denda
diperuntukkan sebagai dana kebajikan.
k) Penjual boleh memberikan potongan pada saat pelunasan
piutang murabahah jika pembeli;
(1) Melakukan pelunasan pembayaran tepat waktu; atau
(2) Melakukan pelunasan pembayaran lebih cepat dari
waktu yang telah disepakati.
l) Penjual boleh memberikan potongan dari total piutang
murabahah yang belum dilunasi jika pembeli: Melakukan
kemampuan pembayaran; atau Meminta potongan dengan
alasan yang dapat diterima penjual.
2) Pengakuan dan Pengukuran
Akuntansi untuk penjual
a) Pada saat perolehan, aset murabahah diakui sebagai
persediaan sebesar biaya perolehan.
b) Pengukuran aset murabahah setelah perolehan adalah
sebagai berikut:
(1) Jika murabahah pesanan mengikat, maka: dinilai
sebesar biaya perolehan, dan jika terjadi penurunan nilai
aset karena usang, rusak, atau kondisi lainnya sebelum
diserahkan ke nasabah, penurunan nilai tersebut diakui
sebagai beban dan mengurangi nilai aset.
(2) Jika murabahah tanpa pesanan atau murabahah pesanan tidak mengikat, maka: dinilai berdasarkan
biaya perolehan atau nilai neto yang dapat direalisasi,
mana yang lebih rendah, dan jika nilai neto yang dapat
direalisasi lebih rendak dari biaya perolehan, maka
selisihnya diakui sebagai kerugian.
c) Diskon pembelian aset murabahah diakui sebagai:
(1) Pengurangan biaya perolehan aset murabahah, jika terjadi sebelum akad murabahah.
(2) Liabilitas kepada pembeli, jika terjadi setelah akad
murabahah dan sesuai akad yang disepakati menjadi hak pembeli.
(3) Tambahan keuntungan murabahah, jika terjadi setelah akad murabahah dan sesuai akad menjadi hak penjual, atau
(4) Pendapatan operasi lain, jika terjadi setelah akad
murabahah dan tidak diperjanjikan dalam akad.
d) Liabilitas penjual kepada pembeli tas pengembalian diskon
pembeli akan teriliminasi pada saat: dilakukan pembayaran
kepada pembeli sebesar jumlah potongan setelah dikurangi
dengan biaya pengembalian; atau dipindahkan sebagai dana
kebajikan jika pembeli sudah tidak dapat dijangkau olah
penjual.
e) Pada saat akad murabahah, piutang murabahah diakui sebesar biaya perolehan aset murabahah ditambah keuntungan yang disepakati. Pada akhir periode laporan
keuangan, piutang murabahah dinilai sebesar nilai bersih yang dapat direalisasi, yaitu saldo piutang dikurangi
penyisihan kerugian piutang.
(1) Pada saat terjadinya penyerahan barang jika dilakukan
secara tunaiatau secara tangguh yang tidak melebihi
satu tahun, atau
(2) Selama periode akad sesuai dengan tingkat risiko dan
upaya untuk merealisasikan keuntungan tersebut untuk
transaksi tangguh lebih dari satu tahun. Metode-metode
berikut ini digunakan, dan dipilih yang paling sesuai
dengan karakteristik risiko dan upaya transaksi
murabahah-nya :
(a) Keuntungan diakui saat penyerahan asset
murabahah. Metode ini terapan untuk murabahah tangguh dimana risiko penagihan kas dari piutang
murabahah dan beban pengelolaan piutang serta penagihannya relatif kecil.
(b) Keuntungan diakui proporsional dengan besaran
kas yang berhasih ditagih dari piutang murabahah. Metode ini terapan untuk transaksi murabahah tangguh dimana risiko piutang tidak tertagih relatif
besar dan /atau beban untuk mengelola dan
menagih piutang tersebut relative besar juga.
(c) Keuntungan diakui saat seluruh piutang
murabahah berhasil ditagih. Metode ini terapan untuk transaksi murabahah tangguh dimana risiko
piutang tidak tertagih dan beban pengelolaan
piutang serta penagihannya cukup besar. Dalam
praktek, metode ini jarang dipakai, karena transaksi
murabahah tangguh mungkin tidak terjadi bila tidak ada kepastian yang memadai akan penagihan
kasnya.
g) Potongan pelunasan piutang murabahah yang diberikan kepada pembeli yang melunasi secara tepat waktu atau
lebih cepat dari waktu yang disepakati diakui sebagai
pengurang keuntungan murabahah.
h) Potongan angsuran murabahah diakui sebagai berikut: Jika
disebabkan oleh pembeli yang membayar secara tepat
waktu, maka diakui sebagai pengurang keuntungan
murabahah, atau Jika disebabkan oleh penurunan kemampuan pembayaran pembeli, maka diakui sebagai
beban.
i) Denda dikenakan jika pembeli lalai dalam melakukan
kewajibannya sesuai dengan akad, dan denda yang diterima
diakui sebagai bagian dana kebajikan.
j) Pengakuan dan pengukuran uang muka adalah sebagai
berikut: Uang muka diakui sebagai uang muka pembelian
sebesar jumlah yang diterima; Jika barang jadi dibeli oleh
piutang (merupakan bagian pokok); Jika barang batal dibeli
oleh pembeli, maka uang muka dikembalikan kepada
pembeli setelah diperhitungkan dengan biaya-biaya yang
telah dikeluarkan oleh penjual.
Akuntansi Untuk Pembeli Akhir
a) Utang yang timbul dari transaksi murabahah tangguh diakui sebagai hutang murabahah sebesar harga beli yang disepakati (jumlah yang wajib dibayarkan).
b) Aset yang diperoleh melalui transaksi murabahah diakui sebesar biaya perolehan murabahah tunai.Selisih antara harga beli yang disepakati dengan biaya perolehan tunai
diakui sebagai beban murabahah tangguhan.
c) Beban murabahah tangguhan diamortisasi secara proporsional dengan porsi hutang murabahah.
d) Diskon pembelian yang diterima setelah akad murabahah, potongan pelunasan dan potongan hutang murabahah diakui sebagai pengurangbeban murabahah tangguhan.
e) Denda yang dikenakan akibat kelalaian dalam melakukan
kewajiban sesuai dengan akad diakui sebagai kerugian.
f) Potongan uang muka akibat pembeli akhir batal membeli
barang diakuisebagai kerugian.
a) Piutang murabahah disajikan sebesar nilai bersih yang dapat direalisasikan, yaitu saldo piutang murabahah dikurangi penyisihan kerugian piutang.
b) Margin murabahah tangguhan disajikan sebagai pengurang
(contraaccount) piutang murabahah.
c) Beban murabahah tangguhan disajikan sebagai pengurang (contraaccount) hutang murabahah.
4) Pengungkapan
a) Penjual mengungkapkan hal-hal yang terkait dengan
transaksi murabahah, tetapi tidak terbatas pada:
(1) Harga perolehan aset murabahah;
(2) Janji pemesanan dalam murabahah berdasarkan pesanan sebagai kewajiban atau bukan; dan
(3) Pengungkapan yang diperlukan sesuai PSAK No. 101:
Penyajian Laporan Keuangan Syariah.
b) Pembeli mengungkapkan hal-hal yang terkait dengan
transaksi murabahah, tetapi tidak terbatas pada:
(1) Nilai tunai aset yang diperoleh dari transaksi
murabahah;
(2) Jangka waktu murabahah tangguh;
(3) Pengungkapan yang diperlukan sesuai PSAK 101:
6. Pengertian KPR
KPR atau biasa dikenal dengan Kredit Pemilikan Rumah adalah
suatu fasilitas pinjaman uang atau pembiayaan yang diberikan oleh
bank kepada nasabah digunakan untuk pembelian atau merenovasi
rumah dengan persyaratan tertentu. Dengan adanya produk ini bank
memudahkan nasabah yang tidak mampu membeli rumah atau
merenovasi secara tunai. Dengan adanya produk ini, maka nasabah
bisa melakukan pembelian atau renovasi dengan cara mencicil atau
angsuran. Jadi produk ini bisa digunakan oleh nasabah sebagai
alternatif mudah untuk memiliki rumah idaman mereka.
KPR dalam perbankan syariah dapat diartikan sebagai
kepemilikan rakyat yang mekanismenya berdasarkan pada akad jual
beli. Hubungan diantara pihak perbankan dengan nasabah adalah
hubungan antara penjual dan pembeli. Keuntungan bank syariah pada
produk KPR ini dalam bentuk margin penjualan yang dikenakan
kepada pihak nasaah atas kesepakatan bersama. Margin yang ditetapkan oleh bank syariah menjadi objek pembeda yang
memungkinkan antar bank syariah yang melakukan kompetisi dalam
35 Tabel 1
Hasil Penelitian Terdahulu Identitas Peneliti Aspek Nama NIM Perguruan Tinggi Nama NIM Perguruan Tinggi Nama NIM Perguruan Tinggi Sugiwati 060522074
Universitas Sumatra Utara
Eva Rosyida
Universitas Negeri Surabaya
Dwi Fridina Putri A04070118
Politeknik Negeri Banjarmasin 1. Judul Analisis kredit kepemilikan
rumah (KPR) dengan akad pembiayaan murabahah di BNI Syariah Cabang Medan
Analisa perbandingan pembiayaan hunian syariah dengan akad murabahah dan akad musyarakah pada Bank Muamalat (studi kasus Bank Muamalat Surabaya)
Implementasi akad ijarah dan akad musyarakah mutanaqisah dalam kongsi pembiayaan hunian syariah pada Bank Muamalat Indonesia Cabang Banjarmasin
2. Institusi/Perusahaan yang diteliti
Bank BNI Syariah Cabang Medan
Bank Muamalat Surabaya Bank Muamalat Cabang Banjarmasin
3. Permasalahan 1. Apakah kredit kepemilikan rumah (KPR) di BNI Syariah Cabang Medan sesuai dengan akad murabahah? 2. Apakah pertimbangan
pemberian kredit kepemilikan rumah
Bagaimana perbandingan pembiayaan hunian syariah dengan akad murabahah dan musyarakah pada Bank Muamalat?
Bagaimana implementasi akad musyarakah mutanaqisah dan akad ijarah dalam produk pembiayaan hunian syariah pada Bank Muamalat Indonesia Cabang Banjarmasin?
kepada calon penerima pembiayaan?
3. Tujuan Penelitian 1. Untuk mengetahui apakah kredit kepemilikan rumah (KPR) di BNI Syariah Cabang Medan sesuai dengan akad murabahah. 2. Untuk mengetahui
pertimbangan pemberian kredit kepemilikan rumah (KPR) dengan akad murabahah di BNI Syariah Cabang Medan kepada calon penerima pembiayaan.
Untuk membandingkan pembiayaan hunian syariah dengan akad murabahah dan musyarakah pada Bank Muamalat.
Untuk mengetahui bagaimana implementasi akad musyarakah mutanaqisah dan akad ijarah pada pembiayaan hunian syariah pada Bank Muamalat Indonesia cabang Banjarmasin.
3. Metode Penelitian Metode deskriptif Analisis Deskriptif Deskriptif Kualitatif 4. Hasil Penelitian Hasil penelitian ini
menunjukkan kredit kepemilikan rumah (KPR) telah sesuai dengan akad pembiayaan murabahah dan analisis 5 C sebagai dasar pertimbangan pemberian kredit kepemilikan rumah (KPR) di BNI Syariah
Pembiayaan hunian syariah dengan Akad Murabahah memiliki angsuran tetap , jangka waktu peminjam terdiri dari 60 bulan, 120 bulan dan 180 bulan dengan uang muka 20 % ditanggung oleh nasabah dan sisanya 80% ditanggung oleh Bank.
Akad musyarakah mutanaqisah digunakan untuk kerjasama pembelian rumah dengan menggunakan produk pembiayaan hunian syariah, dengan syirkah nasabah 10% dari harga rumah dengan jangka waktu maksimal 180 bulan dan akad ijarah
atau keseluruhan sebelum jatuh tempo. Sedangkan pembiayaan hunian syariah dengan Akad Musyarakah 20% dari harga rumah
menjadi tanggung jawab uang muka bagi nasabah dan sisanya 80% menjadi
tanggung jawab Bank. Jangka waktu pembiayaan yang diberikan adalah 60 bulan, 84 bulan, 120 bulan dan 180 bulan.
terdapat dalam nilai sewa yang dibayarkan nasabah setiap bulannya. Persentase bagi hasil setiap bulan berbeda, setiap bulannya bagi hasil nasabah semakin besar, sehingga pembiayaan semakin berkurang.
Penelitian yang penulis lalukan saat ini memiliki persamaan dengan
penelitian-penelitian terdahulu yang dicantumkan dalam tabel di atas yaitu
tentang penerapan akad Musyarakah Mutanaqisah dan Murabahah pada
produk KPR. Namun demikian, terdapat perbedaan yang terletak pada
39 BAB III
METODE PENELITIAN
A. Identifikasi dan Definisi Operasional Variabel
Agar tidak salah dalam mengartikan atau memberikan maksud
untuk suatu istilah pokok yang sangat penting dalam penelitian ini, maka
diperlukan adanya variabel sebagai pedoman. Adapun beberapa variabel
yang terdapat dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. KPR Muamalat iB adalah produk pembiayaan yang akan membantu
untuk memiliki rumah tinggal, rusun, apartemen, dan condotel
termasuk renovasi dan pembangunan serta pengalihan (take-over) KPR
dari bank lain dengan dua pilihan akad yaitu akad murabahah (jual-beli) atau musyarakah mutanaqisah (kerjasama sewa).
2. Akad musyarakah mutanaqisah salah satu jenis dari akad musyarakah yang maksudnya adalah suatu kerja sama antara kedua belah pihak
dimana pihak pertama / nasabah sebagai mitra aktif dan pihak kedua /
bank sebagai mitra pasif dengan ketentuan dana salah satu mitra akan
dialaihkan secara bertahap dan pada akhir masa akad salah satu mitra
tersebut akan menjadi pemilik sepenuhnya.
3. Akad murabahah adalah akad jual beli yang dimana harga jualnya sebesar harga beli ditambah keuntungan yang disepakati oleh penjual
B. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini yang penulis lakukan bersifat deskriptif
kualitatif, dimana pendekatan ini merupakan suatu metode penelitian yang
diharapkan dapat menghasilkan suatu deskriptif tentang ucapan, tulisan
atau perilaku yang diamati dari individu, kelompok, masyarakat atau
organisasi tertentu dalam suatu tempat. Penelitian deskriptif diartikan
penelitian yang dilakukan untuk menggambarkan atau mendeskripsikan
suatu subjek atau objek dalam penelitian berdasarkan fakta yang aktual
(Sujarweni, Metodologi Penelitian, 2014).
C. Jenis dan Sumber Data 1. Jenis Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data
kualitatif dan data kuantitatif. Data kualitatif yaitu data yang berbentuk
selain angka seperti, sejarah dan struktur organisasi Bank Muamalat
Indonesia Cabang Banjarmasin serta jenis aktivitasnya. Data
kuantitatif yaitu data yang berbentuk angka seperti laporan keuangan
Bank Muamalat Indonesia Cabang Banjarmasin dan jurnal penelitian
terdahulu.
2. Sumber Data
Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
a. Data Primer adalah data yang diperoleh secara langsung atau asli
hasil wawancara langsung dengan responden Bapak Irwansyah
pegawai Bank Muamalat Indonesia Cabang Banjarmasin.
b. Data Sekunder adalah data yang diperoleh dari teknik
pengumpulan data yang menunjang data primer yang bersumber
dari buku, jurnal, laporan tahunan, literatur dan dokumen lain yang
berhubungan dengan masalah penelitian yang mendukung
pembahasan, yang berisi mengenai sejarah dan perkembangan
Bank Muamalat Indonesia Cabang Banjarmasin, jenis-jenis produk
yang ditawarkan, visi misi perusahaan, struktur organisasi dan
pelayanan pembiayaan.
D. Teknik Pengumpulan Data 1. Wawancara
Proses memperoleh penjelesan untuk mengumpulkan informasi
dengan menggunakan cara tanya jawab bisa sambil bertatap muka
ataupun tanpa tatap muka yaitu melalui media telekomunikasi antara
pewawancara dengan orang yang diwawancarai, dengan atau tanpa
menggunakan pedoman (Sujarweni, Metodologi Penelitian, 2014)
2. Studi Pustaka
Studi pustaka yaitu penelitian yang dilakukan dengan membaca
dan mempelajari beberapa literatur yang berhubungan dengan
3. Dokumentasi
Pengumpulan data dilakukan dengan meneliti
dokumen-dokumen yang diperlukan untuk dipelajari sesuai dengan
permasalahan yang dibahas.
E. Teknik Analisis Data
Penelitian ini merupakan suatu penelitian yang berjenis deskriptif
kualitatif. Dalam hal ini penulis menganalisis dan menjelaskan hal-hal
yang berhubungan dengan pembiayaan KPR menggunakan akad
musyarakah mutanaqisah dan akad murabahah di Bank Muamalat
Indonesia Cabang Banjarmasin.
Langkah-langkah teknik analisa yang digunakan adalah sebagai
berikut :
1. Mengidentifikasi dan merumuskan permasalahan yang ada pada Bank
Muamalat Indonesia Cabang Banjarmasin.
2. Membuat daftar pertanyaan yang digunakan untuk wawancara ke
pihak Bank Muamalat Indonesia Cabang Banjarmasin.
3. Menganalisis data-data yang telah terkumpul dari transkip wawancara
dan peraturan yang berlaku.
4. Melakukan analisa untuk membandingkan data yang telah terkumpul
dari hasil wawancara mengenai produk KPR menggunakan akad
5. Membuat kesimpulan dari hasil penelitian terhadap penerapan akad
pada produk KPR menggunakan akad musyarakah mutanaqisah dan akad murabahah.
F. Kerangka Pemikiran
Gambar 1
PENERAPAN AKAD MUSYARAKAH MUTANAQISAH DAN AKAD MURABAHAH PADA PRODUK KPR DI BANK MUAMALAT
INDONESIA CABANG BANJARMASIN
Temuan Awal: Banyak produk KPR yang diaplikasikan di dunia perbankan syariah dengan menggunakan akad musyarakah mutanaqisah dan akad murabahah, sehingga disini penulis ingin mengetahui bagaimana penerapan kedua akad tersebut. Rumusan Masalah:
1. Bagaimana penerapan akad musyarakah mutanaqishah dan murabahah dalam produk KPR pada Bank Muamalat Cabang Banjarmasin?
2. Bagaimana kesesuaian penerapan akad musryarakah mutanaqisah dan
murabahah dalam produk KPR pada Bank Muamalat Indonesia Cabang Banjarmasin dengan Fatwa MUI No.73/DSN-MUI/XI/2008 dan Fatwa MUI No.04/DSN-MUI/IV/2000 ? 3. Bagaimana kesesuaian penerapan akad
musryarakah mutanaqisah dan murabahah dalam produk KPR pada Bank Muamalat Indonesia Cabang Banjarmasin dengan PSAK 106 dan
Kajian Teori:
1. Fatwa MUI No.73/DSN-MUI/XI/2008
2. Fatwa MUI No.04/DSN-MUI/IV/2000 3. PSAK 106 Metode Penelitian: Metode deskriptif dengan menggunakan teknik pendekatan kualitatif maupun
Penerapan Akad Musyarakah Mutanaqisah dan Akad Murabahah Pada Produk KPR Di Bank
45 BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
1. Gambaran Umum Bank Muamalat Indonesia
PT Bank Muamalat Indonesia Tbk (“Bank Muamalat Indonesia”)
memulai perjalanan bisnisnya sebagai Bank Syariah pertama di Indonesia pada 1 November 1991 atau 24 Rabi‟us Tsani 1412 H. Pendirian Bank
Muamalat Indonesia digagas oleh Majelis Ulama Indonesia (MUI), Ikatan
Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI) dan pengusaha muslim yang
kemudian mendapat dukungan dari Pemerintah Republik Indonesia. Sejak
resmi beroperasi pada 1 Mei 1992 atau 27 Syawal 1412 H, Bank
Muamalat Indonesia terus berinovasi dan mengeluarkan produk-produk
keuangan syariah seperti Asuransi Syariah (Asuransi Takaful), Dana
Pensiun Lembaga Keuangan Muamalat (DPLK Muamalat) dan
multifinance syariah (Al-Ijarah Indonesia Finance) yang seluruhnya
menjadi terobosan di Indonesia. Selain itu produk Bank yaitu Shar-e yang
diluncurkan pada tahun 2004 juga merupakan tabungan instan pertama di
Indonesia. Produk Shar-e Gold Debit Visa yang diluncurkan pada tahun 2011 tersebut mendapatkan penghargaan dari Museum Rekor Indonesia
(MURI) sebagai Kartu Debit Syariah dengan teknologi chip pertama di Indonesia serta layanan e-channel seperti internet banking, mobile banking, ATM, dan cash management. Seluruh produk-produk tersebut
menjadi pionir produk syariah di Indonesia dan menjadi tonggak sejarah
penting di industri perbankan syariah.
Pada 27 Oktober 1994, Bank Muamalat Indonesia mendapatkan
izin sebagai Bank Devisa dan terdaftar sebagai perusahaan publik yang
tidak listing di Bursa Efek Indonesia (BEI). Pada tahun 2003, Bank dengan percaya diri melakukan Penawaran Umum Terbatas (PUT)
dengan Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (HMETD) sebanyak 5 (lima)
kali dan merupakan lembaga perbankan pertama di Indonesia yang
mengeluarkan Sukuk Subordinasi Mudharabah. Aksi korporasi tersebut
semakin menegaskan posisi Bank Muamalat Indonesia di peta industri
perbankan Indonesia. Seiring kapasitas Bank yang semakin diakui, Bank
semakin melebarkan sayap dengan terus menambah jaringan kantor
cabangnya di seluruh Indonesia. Pada tahun 2009, Bank mendapatkan izin
untuk membuka kantor cabang di Kuala Lumpur Malaysia dan menjadi
bank pertama di Indonesia serta satu-satunya yang mewujudkan ekspansi
bisnis di Malaysia. Hingga saat ini, Bank telah memiliki 363 kantor
layanan termasuk 1 (satu) kantor cabang di Malaysia. Operasional Bank
juga didukung oleh jaringan layanan yang luas berupa 1.337 unit ATM
Muamalat, 120.000 jaringan ATM Bersama dan ATM Prima, 103 Mobil
Kas Keliling (mobile branch) serta lebih dari 11.000 jaringan ATM di
Malaysia melalui Malaysia Electronic Payment (MEPS).
Menginjak usianya yang ke-20 pada tahun 2012, Bank Muamalat
meningkatkan awareness terhadap image sebagai Bank syariah Islami, Modern dan Profesional. Bank pun terus mewujudkan berbagai
pencapaian serta prestasi yang diakui baik secara nasional maupun
internasional. Hingga saat ini, Bank beroperasi bersama beberapa entitas
anaknya dalam memberikan layanan terbaik yaitu Al-Ijarah Indonesia
Finance (ALIF) yang memberikan layanan pembiayaan syariah, (DPLK
Muamalat) yang memberikan layanan dana pensiun melalui Dana Pensiun
Lembaga Keuangan, dan Baitulmaal Muamalat yang memberikan layanan
untuk menyalurkan dana Zakat, Infak dan Sedekah (ZIS).
Sejak tahun 2015, Bank Muamalat Indonesia bermetamorfosa
untuk menjadi entitas yang semakin baik dan meraih pertumbuhan jangka
panjang. Dengan strategi bisnis yang terarah Bank Muamalat Indonesia
akan terus melaju mewujudkan visi menjadi “The Best Islamic Bank and Top 10 Bank in Indonesia with Strong Regional Presence”.
2. Visi dan Misi Bank Muamalat Indonesia Visi :
“Menjadi bank syariah utama di Indonesia, dominan di pasar spritual,
dikagumi di pasar nasional”
Misi :
a. Menjadi role model lembaga keuangan syari‟ah dunia dengan
penekanan pada semangat kewirausahaan.
b. Keunggulan manajemen dan orientasi investasi yang inovatif untuk
Gambar 2 Struktur Organisasi
PT. Bank Muamalat Indonesia Tbk
Dalam melaksanakan tugas memiliki wewenang masing-masing. Adapun
tugas dari masing-masing divisi dari karyawan Bank Muamalat Indonesia Cabang
Banjarmasin, yaitu :
a. Branch Manager
1. Menyusun anggaran dan strategi target market yang efektif dan
efisien.
2. Menyusun perencanaan dan pelaksanaan strategi pengembangan
jaringan yang efisiensi dan efektif.
3. Melakukan cost control atas semua biaya operasional dan administrasi
agar dapat efisiensi dan efektif.
4. Melakukan solisitasi dan membina hubungan baik dengan nasabah
prima.
5. Menyusun dan melaksanakan strategi penyelesaian bermasalah yang
efektif
6. Melakukan supervisi dan pengarahan kepada para subordinat sesuai
dengan tugas dan wewenang masing-masing.
7. Melakukan evaluasi atas usulan pembiayan yang diajukan oleh
Relationship manager.
8. Membina hubungan baik dan menjalin kerjasama dengan instansi
terkait seperti BI.
9. Melakukan pengawasan terhadap kegiatan operasional dikantor