• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penerapan Awig-Awig Subak di Kabupaten Badung dan Kabupaten Gianyar

Dalam dokumen I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang (Halaman 35-40)

V. KEAKTIFAN MENGIKUTI PENYULUHAN

6.1. Penerapan Awig-Awig Subak di Kabupaten Badung dan Kabupaten Gianyar

Dalam penelitian ini, kemudian dilakukan uji kolmogorov smirnov untuk membandingkan tingkat penerapan awig-awig subak di Kabupaten Badung dan Kabupaten Gianyar. Berikut akan disajikan hasil analisis tingkat penerapan awig-awig subak di Kabupaten Badung dan Kabupaten Gianyar. Tabel 6.1. menggambarkan aktivitas pengelolaan dan pemeliharaan subak (Budiasa, 2011):

Tabel 6.1. Aktivitas Pengelolaan dan Pemeliharaan Institusi Subak

Komponen Tri Hita Karana Aktivitas

Sub-sistem ritual (parahyangan) Pelaksanaan berbagai upacara ritual di parahyangan subak antara lain di pura ulun carik, pura ulun subak (bedugul), pura ulun suwi, pura masceti, dan pura ulun danu Sub-sistem sosial (pawongan) 1. Rapat anggota dan pengurus subak

2. Administrasi dan registrasi serta pelaporan keuangan subak

3. Perjananan atau transportasi bagi pengurus subak yang melaksanakan tugas kelembagaan

4. Pengorganisasian unit-unit bisnis dalam subak

Sub-sistem fisik (palemahan) 1. Pemeliharaan parahyangan subak

2. Operasi dan pemeliharaan peralatan dan mesin pertanian yang dimiliki subak 3. Operasi dan pemeliharaan jaringan irigasi 4. Manajemen usaha tani dan agribisnis

lainnya Sumber: Budiasa, 2011.

36

Langkah-langkah pengujian untuk mengetahui tingkat penerapan awig-awig subak di Kabupaten Badung dan Kabupaten Gianyar adalah sebagai berikut:

a. Pengujian Hipotesis

Ho: Diduga tidak terdapat perbedaan antara penerapan awig-awig subak di Kabupaten Badung dan Kabupaten Gianyar

Ha: Diduga terdapat perbedaan antara penerapan awig-awig subak di Kabupaten Badung dan Kabupaten Gianyar

b. Taraf signifikansi A = 0,05 (5%), N = 60 c. Kriterisa pengujian

X² observasi > X tabel: Ho ditolak, Ha diterima X² observasi < X tabel: Ho diterima, Ha ditolak d. Statistik pengujian X² Observasi = 4 D² (𝑛1 𝑥 𝑛2 𝑛1+𝑛2) X² Observasi = 4 (0,07) ²( 31 𝑥 31 31+31

)

X² Observasi = 4 (0,0049)

(

961 62) X² Observasi = 0,0196 x 15,5 X² Observasi = 0,3038 e. Kesimpulan X² Observasi = 0,3038 X tabel = 5,99

X² Observasi < X tabel, maka Ho diterima, Ha ditolak

Berdasarkan analisis uji Kolmogorov smirnov (lampiran 5) diperoleh kesimpulan bahwa X² Observasi sebesar 0,3038 dan X tabel (Tabel C) sebesar 5,99. Hal ini berarti bahwa X² Observasi < X tabel sehingga Ho diterima dan Ha ditolak. Artinya tidak terdapat perbedaan antara penerapan aturan-aturan (awig-awig) subak di Kabupaten Badung dan Kabupaten Gianyar. Dalam penelitian ini, didapatkan hasil bahwa anggota subak yang terdapat di kedua kabupaten ini masih mematuhi awig-awig yang terdapat di subak. Sampai saat ini kegiatan subak masih dilandasi oleh falsafah Tri Hita Karana

37

sebagai tiga penyebab kesejahteraan dan dijiwai oleh Agama Hindu. Awig-awig subak yang berisi tentang kegiatan (Arga, 2011): (1) ayah-ayahan (bantu-membantu), (2) ngawit pangiwit (penetapan batas awal dan batas akhir musim tanam), (3) ngawit nandur (mulai penanaman padi), (4) pedum yeh (pembagian air), (5) indik mapuah (menghalau hama), (6) mabiyu kukung (upacara agama biyu kukung), (7) manyi (perihal panen), (8) sarin tahun (perihal tentang hasil padi untuk keprluan upacara adat di desa) masih tetap dilaksanakan di Kabupaten Badung dan Kabupaten Gianyar. Berikut adalah gambar kegiatan anggota subak dalam melaksanakan subsistem ritual.

Gambar 6.1. Kegiatan Ritual Yang Dilaksanakan Anggota Subak (sumber: analisis data primer 2015).

Kegiatan upacara keagamaan bertujuan untuk menjaga keseimbangan antara manusia dengan penciptanya (parahyangan). Upacara keagamaan merupakan kegiatan yang dipercaya sebagai suatu keharusan yang akan menentukan keberhasilan aktivitas pertanian padi sawah. Dari gambar 6.1. terlihat bahwa anggota subak sedang makukan upacara biu kukung (pada saat padi berwarna kuning). Berikut akan dijelaskan macam-macam ritual yang dilaksanakan oleh anggota subak (Aryawan, dkk. 2013):

1. Pada penanaman padi di tingkat anggota subak:

a. Ngendagin merupakan upacara yang dilakukan pada saat air menuju sawah b. Ngurit merupakan upacara yang dilaksanakan pada saat baru akan memulai

menanam padi

c. Neduh merupakan upacara yang dilaksanakan pada saat padi berumur 5 wuku dalam kalender Bali

38

d. Ngisehin merupakan upacara yang dilaksanakan pada saat padi berumur 50 hari

e. Biukukung merupakan upacara yang dilaksanakan pada saat padi akan dipanen f. Nyangket merupakan upacara yang dilaksanakan pada saat panen

g. Mantepin merupakan upacara yang dilakukan pada saat padi sudah berada di dalam jineng (tempat menyimpan padi)

h. Ngerasakin merupakan upacara yang dilaksanakan pada saat sudah selesai melakukan kegiatan padi di sawah

2. Pada saat penanaman padi ada ditingkat subak

a. Tedun kecarik merupakan upacara atur piuning yang dilakukan oleh seluruh krama subak

b. Mendak toya merupakan upacara yang dilaksanakan pada saat krama subak akan memulai pencarian air

c. Odalan merupakan upacara yang dilakukan di pura Khayangan

d. Pengaci merupakan upacara yang dilakukan setiap bulan dimana upacara ini dilakukan bilamana ada pemeritahuan oleh prajuru subak

e. Nagluk merana merupakan upacara yang dilaksanakan untuk mencegah serangan hama

(Subak Kab. Badung) (Subak Kab. Gianyar) Gambar 6.2. Pura Penghulun Carik Subak di Kabupaten Badung dan Gianyar

(sumber: analisis data primer, 2015)

Pura Penghulun Carik Subak merupakan tempat berlangsungnya ritual-ritual kegamaan yang dilaksanakan dimasing-masing subak. Peranan subak dalam upacara keagamaan

39

pada gambar 6.2. bertujuan agar menjaga keseimbangan hubungan antara manusia, alamnya, dan penciptanya.

Tabel 6.2. Kegiatan Ritual Subak di Kabupaten Badung dan Kabupaten Gianyar

Kegiatan Ritual Subak

Kabupaten Badung Kabupaten Gianyar

Ngendagin   Ngurit   Neduh   Ngisehin   Biukukung   Nyangket   Mantepin   Ngerasakin   Tedun Kecarik   Mendak Toya   Odalan   Pengaci   Nagluk Merana  

Sumber: analisis data primer, 2015

Berdasarkan tabel 6.2. terlihat bahwa anggota subak di kedua kabupaten melaksanakan kegiatan-kegiatan keagamaan atau ritual dalam keberlangsungannya. Menurut Aryawan, dkk. (2013), upacara keagamaan ini merupakan salah satu kegiatan yang wajib dilaksanakan dalam kehidupan subak dan dipercaya akan menentukan keberhasilan usaha tani di sawah. Dalam awig-awig diatur hak, kewajiban, dan sanksi yang dimiliki oleh anggota. Dari hasil penelitian diperoleh bahwa anggota subak berperan aktif dalam kegiatan perencanaan, pengawasan, dan pemeliharaan subak, hal ini menunjukkan bahwa anggota sudah menjalankan kewajiban-kewajiban yang dimilikinya. Berikut ini akan dijelaskan kegiatan ritual salah satu subak yang terdapat di Kabupaten Badung. Kegiatan yang dilakukan subak umalas meliputi tetoyan (sembahyang) di penghulu carik dua kali dalam setahun, neduh di penghulu dua kali dalam satu kali tanam dan di Pura Gunung Sari sekali dalam satu kali tanam, serta di Pura Segara Batu Bolong. Kemudian melakukan kegiatan nunas tirta penangluk ngerana (megambil tirta untuk mengahalau hama) di Pantai Seseh dan Pantai Petitenget serta nunas tirta ke Ulun Danu Batur (Pura Danau Batur) setahun sekali. Selain itu, subak juga tangkil (berkunjung ke tempat suci) ke Ulun Danu Batur dan Teluk Biu Batur setahun sekali.

40

Dalam dokumen I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang (Halaman 35-40)

Dokumen terkait