5.1 Modifikasi Terhadap Model Hayami
5.1.2 Penerapan modifikasi Metode Hayami
Perhitungan Nilai Tambah untuk Petani Swadaya
Proses Operasional Perhitungan Nilai Tambah Produksi TBS (petani) didahului dengan suatu bagian yang memperlihatkan interaksi bisnis antara para pelaku rantai pasok. Produk yang dihasilkan oleh pelaku pertama merupakan pasokan bahan baku untuk pelaku kedua. Harga jual produk pertama merupakan harga beli bahan bagi pelaku kedua. Demikian seterusnya sampai pelaku rantai pasok terakhir. Untuk bagian I, Output, Input dan Harga, informasi tentang output dibuat menjadi dua baris yaitu besaran output berupa volume dalam satuan berat, dan dalam satuan harga rupiah. Hal ini dilakukan karena tidak selalu bentuk bahan atau produknya dapat diproses dalam bentuk fisik aslinya. Sebagai contoh, bibit pohon sawit tidak diproses dalam rantai pasok ini menjadi TBS, tetapi harus ditanam untuk menghasilkan TBS. Semua besaran output dan input dihitung untuk kurun waktu satu tahun dalam satuan rupiah, yaitu untuk nilai bahan (bibit, pupuk, pestisida), penjualan TBS, tenaga
No Variabel Satuan Nilai
Interaksi Rantai Pasok Sawit
1 Harga beli Bahan Rp/kg (1)
2 Harga jual Produk Rp/kg (2)
3 Total Nilai Tambah per kg output Rp/kg (3) = (2 terakhir) - (1) I. Output, Input, dan Harga
4 a. Output (volume penjualan) kg (4a) b. Output (nilai penjualan) Rp (4b)
5 Bahan Baku Pokok Rp (5)
6 Tenaga Kerja Langsung HOK (6)
7 Faktor Konversi (7) = (4b) / (5)
8 Koefisien T. Kerja Langsung Rp/HOK (8) = (4b) / (6) 9 Upah Tenaga Kerja Langsung Rp (9)
II. Penerimaan dan Nilai Tambah
10 a. Biaya Input lain (Produksi) Rp (10a) b. Biaya Input lain (Operasional) Rp (10b)
11 a. Nilai Tambah Rp (11a) = (4b) - (5+10a+10b)
b. Rasio Nilai Tambah % (11b) = (11a) / (4b) III. Balas Jasa Pemilik Faktor Produksi
12 Marjin Rp (12) = (4b) - 5
a. Sumbangan biaya input lain % (12a) = (10a+10b)/(12) * 100% b. Keuntungan perusahaan % (12b) = (11a)/(12) * 100% IV. Porsi nilai tambah per kg produk
13 a. Dalam nilai uang Rp (13a) = (11a)/( Σ 11a) * (3)
b. Dalam persentasi % (13b) = (13a)/(3) * 100%
kerja. Faktor konversi adalah banyaknya output (TBS) yang dapat dihasilkan dari satu satuan
input (berupa bibit dan kegiatan budidaya). Koefisien tenaga kerja adalah banyaknya tenaga kerja langsung yang diperlukan untuk mengolah satu satuan input. Harga output adalah harga jual produk (TBS) dalam Rp. Upah tenaga kerja adalah upah rata-rata yang diterima tenaga kerja langsung untuk mengolah satu satuan produk/TBS (Rp/HOK).
Bagian II judulnya diganti dengan Penerimaan dan nilai tambah. Disini Harga Bahan Baku dihilangkan karena sudah disajikan pada bagian Interaksi Rantai Pasok Sawit. Harga
Input Lain dirubah menjadi kebutuhan Biaya Input Lain yaitu bahan tambahan (dalam satuan rupiah) yang langsung dan yang tidak langsung berhubungan dengan kegiatan produksi dan operasional. Nilai Output dihilangkan karena sudah ada pada bagian I yaitu nilai penjualan (output) produk. Nilai tambah merupakan selisih nilai produk TBS yang dijual dengan nilai bahan baku utama dan sumbangan input bahan lain. Rasio nilai tambah menunjukkan persentase nilai tambah dari nilai produk/TBS. Keuntungan dipindahkan ke bagian III.
Pada bagian III, Balas Jasa Pemilik Faktor Produksi, marjin adalah selisih antara nilai
output/TBS dengan bahan baku atau besarnya kontribusi pemilik faktor-faktor produksi selain bahan baku/bibit yang digunakan dalam proses produksi. Pendapatan tenaga kerja langsung sudah dimasukkan ke bagian I sebagai Upah Tenaga Kerja Langsung. Sumbangan biaya input lain adalah prosentase sumbangan input lain terhadap marjin (%). Keuntungan perusahaan adalah prosentase keuntungan pemilik pengolahan terhadap marjin (%).
Pada bagian IV, Porsi Nilai Tambah per kg Produk, dihitung nilai tambah dalam rupiah dan dalam persentase. Khusus untuk petani ditampilkan nilai tambah per petani yang dihitung dari besar nilai tambah kelompok petani dibagi jumlah petani.
Perhitungan Nilai Tambah untuk PKS dan Refinery
Perhitungan dengan metode Hayami untuk PKS dan refinery untuk bagian I dilakukan sebagai berikut. Output adalah jumlah nilai penjualan minyak sawit atau minyak goreng dalam satu tahun dalam satuan Rp. Input adalah nilai TBS yang diolah untuk produksi satu tahun (Rp). Tenaga kerja adalah banyaknya HOK yang terlibat langsung dalam satu tahun proses produksi. Harga output adalah harga jual minyak sawit per satu kilogram (Rp). Upah tenaga kerja adalah upah rata-rata yang diterima tenaga kerja langsung untuk mengolah minyak sawit (Rp/HOK).
Untuk bagian II, harga bahan baku adalah harga beli TBS per kilogram (Rp). Sumbangan input adalah biaya pemakaian input selain TBS per kg minyak sawit (Rp). Nilai
merupakan selisih nilai minyak sawit yang dijual dengan nilai TBS dan sumbangan input
selain TBS (Rp). Rasio nilai tambah menunjukkan persentase nilai tambah dari minyak sawit. Untuk bagian III, marjin dihitung sebagai selisih antara nilai minyak sawit dengan TBS atau besarnya kontribusi pemilik faktor-faktor produksi selain TBS yang digunakan dalam proses produksi minyak sawit. Keuntungan pemilik pengolahan adalah persentase keuntungan pemilik pabrik minyak sawit terhadap marjin.
Perhitungan Nilai Tambah untuk Pedagang TBS dan Distributor
Definisi Operasional untuk pedagang TBS serta distribusi Minyak goreng akan berbeda dari perusahaan/pabrik karena proses produksinya bukan membuat mentransformasi bahan baku menjadi produk atau barang baru tetapi hanya memindahkan produk dari suatu lokasi ke lokasi lainnya. Pada prinsipnya nilai tambah yang terjadi adalah merupakan komisi penjualan atau selisih harga antara harga yang dibayar kepada pemasok dengan harga jual produk yang sama yang dibayar oleh pembeli produk tesebut ditempat yang berbeda. Mungkin juga dengan perubahan pada kemasan (ukuran besar menjadi lebih kecil) sehingga terdapat keuntungan atau nilai tambah karena pembeli menikmati kemudahan untuk mendapatkan produk yang diinginkannya tanpa harus pergi jauh ketempat produk itu dibuat, atau karena pembeli tidak harus membeli dengan satuan yang terlalu besar untuk kebutuhannya.
Biaya-biaya yang terjadi untuk pedagang adalah biaya-biaya sarana dan prasarana penyimpanan dan pengangkutan. Tidak terdapat biaya yang berhubungan dengan proses transformasi bahan menjadi produk jadi. Hasil perhitungan menggunakan Template Hayami yang dimodifikasi disajikan pada Tabel 5.2. Disini terlihat bahwa perbandingan nilai tambah tidak merata sepanjang rantai pasok minyak sawit. Pabrik CPO diikuti refinery (pabrik minyak goreng) menghasilkan nilai tambah tertinggi, diikuti oleh petani, distributor dan pedagang TBS (pengepul).
Penyebab-penyebab utama dari hal ini adalah mekanisme pasar dan biaya-biaya. Mekanisme pasar adalah penentuan tingkat harga jual produk, besarnya volume pasar, interaksi antara pasokan dan permintaan, struktur pasar (oligopoly atau monopsoni atau lainnya). Untuk biaya-biaya, para pelaku rantai pasok akan perlu meng-identifikasi biaya yang mana saja yang berlebihan dan perlu dikendalikan untuk dapat meningkatkan nilai tambahnya.
5.1.3 Verifikasi dan Validasi Model
1) Verifikasi Model
Verifikasi model menggunakan data rujukan dari industri PKS di Medan dan model–model bisnis pada laporan Studi Pengembangan Industri Hilir Kelapa Sawit di Propinsi Riau (Hambali, 2009). Selain itu digunakan juga hasil wawancara dengan petani, pengepul, distributor, pakar bisnis sawit, serta data sekunder dari laporan-laporan PKPU dan Departemen Perdagangan.
Dilakukan perhitungan nilai tambah dengan beberapa nilai variabel harga komoditas, yaitu harga-harga TBS, minyak sawit dan minyak goreng. Kemudian dilakukan juga perhitungan nilai tambah dengan perubahan pada variabel investasi dan biaya para pelaku rantai pasok minyak sawit ini. Pada Tabel 5.2 dapat dilihat hasil-hasil sebagai berikut: a) Pelaku usaha yang terlibat dalam rantai pasok ini terdiri dari 5 pelaku yaitu petani,
pengepul, pabrik minyak sawit, pabrik minyak goreng, dan distributor. Pada metode Hayami yang asli hanya ada 1 pelaku saja.
b) Pada skala industri kapasitas pabrik minyak sawit 30 ton TBS/jam dibutuhkan sebanyak 180.000.000 kg TBS per tahun, yang dihasilkan dari kebun sendiri dan kebun sawit rakyat seluas masing-masing 3.032 ha. Dengan asumsi setiap petani memiliki 2 hektar kebun maka diperlukan sebanyak 1.516 orang petani.
c) Nilai tambah (NT) rantai pasok pada baris 13.a memperhatikan faktor konversi bahan menjadi produk akhir. Hal ini adalah untuk menjaga kesetaraan nilai. Untuk tiap pelaku NT dihitung dengan mengalikan selisih (harga produk – harga bahan) * volume bahan * faktor konversi. Dengan formula ini didapat nilai total Rp 2,507 (pada kolom konsumen). Baris 13b menunjukkan persentase NT.
d) Pada tingkat harga jual TBS Rp 1.423/kg, harga minyak sawit Rp 6.500/kg, minyak goreng Rp 12.000/kg, stearin Rp 5.000/kg dan PFAD Rp 2.500/kg didapat hasil perbandingan nilai tambah Petani : Pengepul : PKS : Refinery : Distributor = 4,27 %:1,54% : 51,11% : 40,02% : 3,06%. Nilai tambah dari rantai pasok tertinggi adalah Kelompok Pabrik Minyak Goreng dengan nilai sebesar Rp 53.778.500.888. Sedangkan untuk Kelompok Petani memiliki nilai tambah sebesar Rp 44.029.700.759 untuk satu tahun. Dari nilai tersebut dapat dihitung nilai tambah untuk setiap petani sebesar Rp 2.420.003 per bulan.
e) Produk yang diproses pada makalah modifikasi Hayami ini terdiri dari 6 macam yaitu TBS, minyak sawit, PK, minyak goreng, stearin dan PFAD, sedangkan pada metode Hayami yang asli hanya diproses satu macam produk saja.
Tabel 5.2 Formulasi perhitungan nilai tambah dengan Metode Hayami Termodifikasi
PETANI PEDAGANG TBS PABRIK CPO
(PKS)
PABRIK MGS
(REFINERY) DISTRIBUTOR KONSUMEN
Interaksi Rantai Pasok Sawit
1 Harga beli Bahan Rp/kg 1.209 1.423 1.162 6.500 12.000 12.420 2 Harga jual Produk Rp/kg 1.423 1.500 12.420
Produk 1 6.500 12.000
Produk 2 3.500 5.000
Produk 3 2.500
3 Total Nilai Tambah per kg output Rp/kg
I. Output, Input, dan Harga
4 a. Output (volume penjualan) kg 90.000.000 90.000.000 43.200.000 43.027.200 32.832.000 b. Output (nilai penjualan) Rp 128.070.720.000 135.000.000.000 296.550.000.000 393.984.000.000 407.785.181.369 5 Bahan Baku Pokok Rp 4.328.092.017 128.070.720.000 209.070.000.000 280.800.000.000 393.984.000.000 6 Tenaga Kerja Langsung HOK 4 12 80 134 12 7 Faktor Konversi 29,59 1,05 1,42 1,40 1,04 8 Koefisien T. Kerja Langsung Rp/HOK 1.082.023.004 10.672.560.000 2.613.375.000 2.095.522.388 32.832.000.000 9 Upah Tenaga Kerja Langsung Rp 84.000.000 234.000.000 1.560.000.000 3.048.500.000 234.000.000 II. Penerimaan dan Nilai Tambah
10 a. Biaya Input lain - Produksi Rp 62.388.800.539 870.766.667 22.419.000.000 34.824.772.150 593.600.000 b. Biaya Input lain - Non Produksi Rp 17.324.126.685 1.586.928.333 19.188.225.000 24.580.726.963 3.635.114.785
11 a. Nilai Tambah Rp 44.029.700.759 4.471.585.000 45.872.775.000 53.778.500.888 9.572.466.584 ##########
b. Rasio Nilai Tambah % 34,38 3,31 15,47 13,65 2,35
III. Balas Jasa Pemilik Faktor Produksi
12 Marjin (Rp/Kg) Rp 61.353.827.444 6.058.513.333 65.061.000.000 78.359.227.850 13.207.581.369 a. Sumbangan biaya input lain % 129,92 40,57 63,95 75,81 32,02 b. Keuntungan perusahaan % 71,76 73,81 70,51 68,63 72,48 IV. Porsi nilai tambah per kg produk
13 a. Nilai Tambah (NT) Rantai Pasok Rp 107,00 38,50 1.281,24 1.003,20 76,67 2.507
b. Dalam Persentase % 4,27 1,54 51,11 40,02 3,06 (NT RPMS)
f) Kurun waktu usaha yang dilibatkan di sini lebih dari satu tahun karena kebun sawit masa hidupnya sekitar 25 tahun, dan pabrik minyak sawit maupun minyak goreng lebih dari 15 tahun. Perhitungan pendapatan dan biaya-biaya dihitung untuk setahun. Pada metode Hayami yang asli, kurun waktunya hanya sekitar beberapa bulan saja.
g) Dari total nilai tambah yang dihasilkan sebesar Rp 157.725.028.230 terlihat perbandingan nilai tambah diantara para pelaku rantai pasok minyak sawit yaitu petani, pengepul, pabrik minyak sawit, pabrik minyak goreng, distributor adalah 107: 38 : 1.281 : 1.003 : 77. Ini berarti bahwa petani sawit menerima bagian pendapatan yang lebih baik dari pengepul. Dalam hal ini, petani bukan perseorangan, tetapi kelompok petani yang memberikan output TBS setara dengan kebutuhan bagi pabrik minyak sawit dengan kapasitas 30 Ton TBS/jam.
2) Validasi model
Oleh karena Prof Yujiro Hayami pencipta model perhitungan nilai tambah Hayami ini tidak memberikan jawaban terhadap pertanyaan melalui e-mail perihal modifikasi ini maka validasi langsung tidak dapat dilakukan. Face validation dengan pakar agroekonomi. Yang pertama dilakukan dengan komunikasi melalui e-mail dengan Prof Almasdi Syahza (Syahza, 2011), gurubesar Ilmu Ekonomi di Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan di Universitas Riau. Yang kedua dengan Dr Iyung Pahan, konsultan dalam bidang industri kelapa sawit, alumni dari MB-IPB dan penulis buku Panduan Lengkap Kelapa Sawit yang diterbitkan oleh Penebar Swadaya, Depok (Pahan, 2007; Pahan, 2011).
5.2 Analisa Fuzzy untuk Risiko dan Keuntungan Rantai Pasok Sawit