• Tidak ada hasil yang ditemukan

B. Interpretasi Data

3. Penerapan Nilai-Nilai Pendidikan Integrasi Iman dan Ilmu

D. Perumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dari pembahasan ini adalah:

1. Apa saja nilai-nilai pendidikan yang terkandung dalam Q.S al-Mujadalah/ 58:11?

2. Apa saja nilai-nilai pendidikan integrasi iman dan ilmu pengetahuan yang terkandung dalam Q.S al-Mujadalah/ 58:11?

3. Bagaimana penerapan nilai-nilai pendidikan integrasi iman dan ilmu pengetahuan yang terkandung dalam Q.S al-Mujadalah/ 58:11?

E. Tujuan dan Manfaat Hasil Penelitian

1. Penelitian ini bertujuan untuk :

a. Untuk mengetahui apa saja nilai-nilai pendidikan yang terkandung dalam Q.S aL-Mujadalah/ 58: 11.

b. Untuk mengetahui apa saja nilai-nilai pendidikan iman dan ilmu pengetahuan yang terkandung dalam Q.S aL-Mujadalah/ 58: 11. c. Untuk mengetahui bagaimana penerapan Integrasi Iman dan Ilmu

pengetahuan yang terkandung dalam Q.S aL-Mujadalah/ 58: 11. 2. Kegunaan Penelitian :

a. Diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran tentang pendidikan integrasi iman dan ilmu pengetahuan dalam Q.S aL-Mujadalah/ 58: 11.

b. Bagi penulis agar menambah wawasan tentang pendidikan integrasi iman dan ilmu pengetahuan, sebagai modal dasar dalam menghadapi perkembangan zaman modern sekarang ini.

c. Hasil penelitian ini agar dapat dijadikan acuan dalam mengintegrasikan iman dan ilmu pengetahuan.

d. Hasil penelitian ini merupakan langkah awal dan dapat dikembangkan oleh peneliti selanjutnya.

7

F. Kajian Pustaka Yang Relevan

Dalam penelitian ini penulis menggunakan beberapa buah karya yang berisi dan berkaitan dengan pembahasan pendidikan integrasi iman dan ilmu pengetahuan, diantaranya yaitu:

1. Dalam suatu skripsi saudara Siti Masádah dengan nomor induk 3198135 menulis tentang "konsepsi al Quran Surat aL-Ghasiyah ayat 17-20 kaitannya dengan Urgensi Ilmu pengetahuan Alam bagi Pendidikan Islam" yang memaparkan bahwa ilmu pengetahuan alam sangat diperlukan dalam mencapai tujuan pendidikan Islam, untuk membentuk insan kamil yang selain taat beribadah kepada Allah SWT, juga mempunyai kemampuan yang maksimal dalam melaksanakan tugasnya sebagai khalifah Allah SWT dimuka bumi. Karena mempelajari ilmu pengetahuan alam mempunyai manfaat yaitu: dengan akal sehatnya manusia akan berfikir bahwa semua yang diamati pasti ada yang mencipta, juga manusia diharapkan dapat mengkaji, memilih, dan mengekspresikan yang ada di sekitarnya untuk lebih meningkatkan kualitas hidup dan keyakinan pada Allah SWT.7

2. Dalam bentuk skripsi, saudara Fatihatun Ni'mah Hasan membahas "Nilai-Nilai Keimanan Dalam Surat aL-Mukminun Ayat 1-5 dan Implikasinya Dalam Pendidikan Islam" yang memaparkan bahwa ada hubungan nilai-nilai keimanan dengan pendidikan, sebab pendidikan merupakan sarana untuk membentuk nilai-nilai keimanan melalui aktualisasi serta fungsi dari nilai-nilai Islam tersebut ketika ada perubahan masyarakat modern dengan kekuatan Ilmu pengetahuan dan teknologi.8

7

Siti Mas'adah, Konsepsi Al-Quran Surat al-Ghosiyah 17-20 Kaitannya Dengan Urgensi Ilmu Pengetahuan Alam, (Semarang: Perpustakaan Fakultas Tarbiyah IAIN WS Semarang).

8 Fatihun Ni’mah Hasan, Nilai-Nilai keimanan Dalam Surat al-Mukminun 1-5 dan

Implikasinya Dalam Pendidikan Islam, (Semarang: Perpustakaan Fakultas Tarbiyah IAIN WS Semarang)

Dari dua skripsi di atas, dapat ditarik persamaan dan perbedaan. Adapun persamaan penelitian yaitu sama-sama meneliti tentang pendidikan khususnya pendidikan Islam. Sedangkan perbedaannya yaitu peneliti pertama lebih fokus terhadap perlunya ilmu pengetahuan dalam mencapai tujuan pendidikan Islam, sedangkan peneliti kedua lebih fokus terhadap hubungan nilai-nilai keimanan dengan pendidikan. Adapun penulis sendiri lebih fokus terhadap perlunya pendidikan integrasi iman dan ilmu pengetahuan.

9

BAB II KAJIAN TEORI A. Integrasi

1. Pengertian Integrasi

Kata integrasi berasal dari bahasa latin “integer”, yang berarti utuh atau menyeluruh. Berdasarkan arti etimologisnya itu, integrasi dapat diartikan sebagai pembauran hingga menjadi kesatuan yang utuh atau bulat. Misalkan yang dimaksud dengan integrasi bangsa “adalah proses penyatuan berbagai kelompok sosial dan budaya ke dalam kesatuan wilayah dalam rangka pembentukan suatu identitas nasional. Arti lainnya dari integer adalah tidak bercampur murni”.1

Sedangkan dalam bahasa inggris Integrasi adalah

”integration” yang berarti kesempurnaan atau keseluruhan. Integrasi sosial misalnya, dimaknai sebagai proses penyesuaian di antara unsur-unsur yang saling berbeda dalam kehidupan masyarakat sehingga menghasilkan pola kehidupan masyarakat yang memilki keserasian fungsi. Definisi lain mengenai integrasi adalah “suatu keadaan di mana kelompok-kelompok etnik beradaptasi dan bersikap komformitas terhadap kebudayaan mayoritas masyarakat, namun masih tetap mempertahankan kebudayaan mereka masing-masing”.2

1

WJS. Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2000), h. 18.

2

Adapun menurut Depdikbud dalam KBBI, “Integrasi merupakan pembauran hingga menjadi satu kesatuan yang utuh dan bulat”.3 Sedangkan menurut WJS. Poerwadarminta “Integrasi yaitu penyatuan supaya menjadi suatu kebulatan yang utuh”.4

Dari berbagai pendapat yang terurai diatas, bahwasanya integrasi sains dengan Islam dalam konteks sains modern bisa dikatakan sebagai profesionalisme atau kompetensi dalam satu keilmuan yang bersifat duniawi di bidang tertentu disertai atau dibangun dengan pondasi kesadaran ke-Tuhanan. Kesadaran tersebut akan muncul dengan adanya pengetahuan dasar tentang ilmu-ilmu ke-Islaman. “Oleh sebab itu, ilmu -ilmu Islam dan kepribadian merupakan dua aspek yang saling menopang satu sama lain dan secara bersama-sama menjadi sebuah pondasi bagi pengembangan sains dan teknologi”.5

2. Teori Integrasi

Salah satu istilah yang populer dipakai dalam konteks integrasi ilmu-ilmu agama dan ilmu-ilmu umum adalah kata “Islamisasi”. Menurut Echols dan Hasan Sadily, “kata Islamisasi berasal dari bahasa Inggris

“Islamization” yang berarti peng-islaman. Dalam Kamus Webster,

Islamisasi bermakna to bring within Islam. Makna yang lebih luas adalah menunjuk pada proses peng-islaman, di mana objeknya adalah orang atau

manusia, bukan ilmu pengetahuan maupun objek lainnya.”6

Islamisasi ilmu pengetahuan, menurut Faruqi:

Menghendaki adanya hubungan timbal balik antara realitas dan aspek kewahyuan. Dalam konteks ini, untuk mengetahui nilai-nilai kewahyuan, umat Islam harus memanfaatkan ilmu pengetahuan. Tanpa memanfaatkan ilmu pengetahuan dalam upaya memahami wahyu, umat Islam akan terus tertinggal oleh umat lainnya. Karena realitasnya, saat ini ilmu pengetahuanlah yang

3

Depdikbud, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Beirut, 2000), h. 383.

4

Wjs. Poerwadarminta, Op.,Cit.), h. 384.

5

Turmudi, dkk, Islam, Sains dan Teknologi Menggagas Bangunan Keilmuan Fakultas Sains dan Teknologi Islami Masa Depan, (Malang : UIN Maliki Press, 2006), h. 15

6

H. Abuddin Nata, dkk. Integrasi Ilmu Agama dan Ilmu Umum, (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2003), cet 1, h. 171

11

amat berperan dalam menentukan tingkat kemajuan umat manusia.7

Dalam konteks Islamisasi ilmu pengetahuan, “yang harus

mengaitkan dirinya pada prinsip tauhid adalah pencari ilmu (thalib al-ilm)-nya, bukan ilmu itu sendiri. Begitu pula yang harus mengakui bahwa manusia berada dalam suasana dominasi ketentuan Tuhan secara metafisik dan aksiologis adalah manusia selaku pencari ilmu, bukan ilmu

pengetahuan.”8

Maraknya kajian dan pemikiran integrasi keilmuan (islamisasi ilmu pengetahuan) dewasa ini yang senter didengungkan oleh kalangan intelektuan muslim, antara lain Nauqib aL-Attas, Ismail Raji’ aL-Faruqi, mereka tidak lepas dari kesadaran berislam di tengah pergumulan dunia global yang sarat dengan kemajuan ilmu teknologi. Mereka misalnya

berpendapat “bahwa umat Islam akan maju dan dapat menyusul Barat manakala mampu mentransformasikan ilmu pengetahuan dalam memahami wahyu, atau sebaliknya, mampu memahami wahyu untuk

mengembangkan ilmu pengetahuan”.9

B. Iman

1. Pengertian Iman

Iman menurut bahasa “berarti kepercayaan, keyakinan, ketetapan hati atau keteguhan hati”.10 Abul ‘Ala al-Maududi menterje

mahkan iman dalam bahasa inggris yaitu, “to know, to believe, to be convinced beyond the last shadow of doubt yang artinya: mengetahui, mempercayai, meyakini yang di dalamnya tidak terdapat keraguan apapun”.11

Iman berasal dari bahasa Arab dengan kata dasar amana-yu‟minu

7 Ibid, h. 172 8 Ibid, h. 171 9 Ibid, h. 176 10

WJS. Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2000), h. 18.

11

Abu A'la Al-Maududi, Toward Understanding, (Comiti Riyadh: Islamic Dakwah, 1985), h. 18.

imanan. “Artinya beriman atau percaya. Percaya dalam bahasa Indonesia artinya meyakini atau yakin bahwa sesuatu (yang dipercaya) itu, memang benar atau nyata adanya”.12

Sedangkan menurut hadits yang diriwayatkan oleh muslim dari Abdullah bin Umar bahwa Iman itu adalah:

Musaddad telah menceritakan kepada kami, ia berkata bahwa Isma‟il Ibn Ibrahim telah menceritakan kepada kami, Abu Hayyan aL-Taimiy dari Abi Zur‟ah telah menyampaikan kepada kami dari Abi Hurairah berkata, Nabi SAW suatu hari ketika orang-orang berkumpul, maka datang seorang laki-laki dan berkata: apakah iman itu?, Nabi menjawab Iman adalah percaya kepada Allah, kepada malaikat Allah, kitab-kitab Allah, Rasul-rasul Allah, ketentuan-ketentuan Allah SWT dan percaya kepada Hari kiamat (Berbangkit dari kubur).... (HR. Bukhori, Muslim, Abu Daud, aT-Turmudzi, Ibnu Majah dan Ahmad bin Hambal)

2. Unsur-unsur Iman

Unsur-unsur Iman juga disebut sebagai rukun Iman dan rukun Iman itu ada enam yaitu:

a. Iman Kepada Allah SWT

Yang dimaksud Iman kepada Allah SWT adalah membenarkan adanya Allah SWT, dengan cara menyakini dan mengetahui bahwa Allah SWT wajib adanya karena Zatnya sendiri (Wajib aL-wujud li Dzathi), Tunggal dan Esa, Raja yang Maha kuasa, yang hidup dan berdiri sendiri, yang Qodim dan Azali untuk selamanya. “Dia Maha Mengetahui dan Maha kuasaterhadap segala sesuatu, berbuat apa yang Ia kehendaki, menentukan apa yang Ia inginkan, tiada sesuatupun yang

12

13

sama dengan-Nya, dan Dia Maha Mengetahui”.13

Jadi Iman kepada Allah SWT adalah mempercayai adanya Allah SWT beserta seluruh ke Agungan Allah SWT dengan bukti-bukti yang ny ata kita lihat yaitu dengan diciptakannya dunia ini beserta isinya. b. Iman Kepada Para Malaikat

Iman kepada para malaikat adalah percaya bahwa malaikat itu makhluk ciptaan Allah SWT yang tidak pernah membangkang perintah-Nya, juga makhluk gaib yang mejadi perantara-perantara Allah SWT dengan para Rasul.

“Kita percaya bahwa malaikat merupakan makhluk pilihan Allah, mereka tidak berbuat dosa, tidak melawan kepada-Nya, pekerjaannya semata-mata menjunjung tinggi tugas yang diberikan kepada mereka masing-masing”.14

c. Iman Kepada Kitab-Kitab Allah SWT

Iman kepada kitab Allah SWT ialah menyakini bahwa kitab-kitab tersebut datang dari sisi Allah SWT yang diturunkan kepada sebagian Rasulnya. “Dan bahwasanya kitab-kitab itu merupakan firman Allah SWT yang Qadim, dan segala yang termuat didalamnya merupakan kebenaran”.15

Dan kita tahu kitab-kitab yang diturunkan kepada Rasul itu ada empat yaitu kitab Taurat yang diturunkan pada Nabi Musa, Injil

kepada Nabi Isa, Zabur kepada Nabi Daud dan Al Qur’an kepada Nabi

Muhammad SAW. d. Iman Kepada Para Rasul

Iman kepada Rasul adalah percaya dan yakin bahwa Allah SWT telah mengutus para Rasul kepada manusia untuk memberi petunjuk kepada manusia, dan Nabi yang wajib kita percayai itu ada 25 orang yaitu: Adam, Idris, Nuh, Hud, Ibrahim, Shaleh, Luth, Ismail, Ishaq,

13

Habib Zain bin Ibrahim bin Sumarth, Hidayatuth Thalibin Fi Bayan Muhimmatid Din, Terj. Afif Muhammad, Mengenal Mudah Rukun Islam, Rukun Iman, Rukun Ikhsan secara Terpadu, (A. Bayan, 1998), h. 113.

14

Kaelany HD, Op.Cit., h. 76.

15

Ya’kub, Yusuf, Ayyub, Su’aib, Harun, Musa, Ilyassa, Dzulkifli Daud,

Sulaiman, Ishak, Yunus, Zakaria, Yahya, Isa, dan Muhammad SAW sebagai Nabi terakhir

e. Iman Kepada Hari Akhir

Hari akhir ialah Hari Kiamat, termasuk kebangkitan (al-ba‟ts), yaitu keluarnya manusia dari kubur mereka dalam keadaan hidup, sesudah jazad mereka dikembalikan dengan seluruh bagiannya seperti dulu kala ada di dunia”.16

f. Iman Kepada Takdir (Qodha dan Qodhar)

Iman kepada QodhadanQodhar adalah percaya bahwa segala hak, keputusan, perintah, ciptaan Allah SWT yang berlaku pada makhluknya termasuk dari kita (manusia) tidaklah terlepas (selalu berlandaskan pada) kadar, ukuran, aturan dan kekuasaan Allah SWT.17

Sebagai manusia biasa yang lemah kita harus percaya bahwa segala sesuatu yang terjadi pada diri kita atas izin Allah SWT jadi berserah dirilah kepada Allah SWT, dengan cara berusaha, berdoa dan berikhtiyar kepada Allah. Karena Allah SWT memberi cobaan itu pasti sesuai dengan porsi kita masing-msing, tidak ada yang kurang atau lebih. Artinya manusia hanya bisa berusaha dan sesungguhnya Allah SWT yang akan menentukan.

Jadi sebagai seorang mu’min kita wajib percaya kepada rukun

Iman yang akan menjadi benteng yang kokoh dalam kehidupan kita di dunia. Dan kita memang harus yakin bahwa Allah SWT lah Tuhan kita, Islam sebagai agama, Muhammad sebagai Rasul, aL-Qur’an

sebagai kitabullah dan petunjuk, serta kita berpegang teguh kepada agama Islam, beriman kepada semua yang telah diciptakan Allah SWT.

16

Habib Zain bin Ibrahim bin Sumaith, Op. Cit., h. 201.

17

15

C. Ilmu Pengetahuan

1. Pengertian Ilmu Pengetahuan

Menurut Jujun S. Suriasumarti, “Ilmu merupakan kumpulan pengetahuan yang mempunyai ciri-ciri tertentu yang membedakan ilmu dan pengetahuan-pengetahuan lainnya”.18 Dalam ensiklopedi Indonesia yang dikutip oleh Endang Saefuddin Anshori:

Didapati pengertian Ilmu pengetahuan sebagai suatu sistem dari berbagai pengetahuan-pengetahuan masing-masing mengenai suatu lapangan pengalaman tertentu yang disusun sedemikian rupa menurut asas-asas tertentu hingga menjadi kesatuan suatu sistem dari berbagai pengetahuan yang masing-masing didapatkan sebagai hasil pemeriksaan-pemeriksaaan yang dilakukan secara teliti dengan memakai metode-metode tertentu.19

Sedangkan Endang Saifuddin Anshari sendiri berpendapat bahwa

“ilmu pengetahuan ialah usaha pemahaman manusia yang disusun dalam suatu sistem mengenai kenyataan, struktur, pembagian, bagian-bagian, dan hukum-hukum tentang hal ikhwal daya pikiran yang dibantu penginderaan manusia itu, yang kebenarannya diuji secara empiris, riset dan eksperiman”.20

Dari semua pendapat para ahli tersebut, pada intinya adalah sama walaupun berbeda dari segi redaksinya dan kesemuanya dapat saling melengkapi karena tidak ada pendapat yang sempurna. Jadi antara satu pendapat dengan pendapat yang lain harus saling melengkapi. Dilain pihak pengetahuan akan dapat disebut Ilmu jika memenuhi 4 syarat yaitu:

a. Memiliki obyek yang dikaji atau dipelajari b. Mempunyai tujuan

c. Diperoleh melalui metode ilmiah d. Sistematis.21

18

Jujun S. Suriasumarti, Ilmu dalam Perspektif, (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2001), h. 4.

19

Endang Saifuddin Anshari, Ilmu Filsafat dan Agama, (Surabaya: Bina Ilmu, 1987), h. 49.

20

Ibid., h. 50.

21

2. Klasifikasi Ilmu Dalam Islam

Di sini akan dibahas klasifikasi ilmu pengetahuan menurut aL-Ghazali dan Ibnu Khaldun;

a. Menurut al- Ghazali

Al-Ghazali mengklasifikan ilmu pengetahuan berdasarkan tiga kriteria: 1). Berdasarkan tingkat kewajibannya

Adapun Klasifikasi ilmu pengetahuan menurut tingkat kewajibannya yaitu:

a). Ilmu pengetahuan Fardu’ain

b). Ilmu pengetahuan Fardu kifayah 2). Berdasarkan sumbernya

Adapun Klasifikasi Ilmu pengetahuan menurut sumbernya yaitu: a). Pengetahuan syariah yang terdiri dari empat bagian yaitu ushul

)pokok atau asal(, Furu’ )cabang(, mukaddimah )pengantar/ pendahuluan), dan Mutammimat (penyempurna).

b). Pengetahuan ghairu syariah 3). Berdasarkan fungsi sosialnya.

Adapun Klasifikasi ilmu pengetahuan menurut fungsi sosialnya yaitu:

a). Ilmu pengetahuan yang terpuji (Mahmud) b). Ilmu pengetahuan yang tercela (Madzum).22 b. Menurut Ibnu Khaldun

Klasifikasi ilmu pengetahuan menurut Ibnu Khaldun dapat disimpulkan sebagai berikut :

1). Ilmu-ilmu filsafat („Ulumul „Aqlyah) yaitu buah dari aktivitas pikiran manusia dan perenungannya. Ilmu-ilmu itu tidak bersifat alamiah bagi manusia, dengan pandangan bahwa ia adalah homo sapiens (makhluk yang punya akal).

Ilmu-ilmu ini tidak khusus bagi suatu agama lain, dan

22

Zainuddin, dkk., Seluk Beluk Pendidikan dari Al Ghazali, (Jakarta: Bumi Aksara, 1991), h. 34.

17

mereka sama dalam menerima pengetahuan dan bahasanya. Ilmu-ilmu ini terdiri dari: logika, fisika, Ilmu-ilmu dalam, metafisika, geometri, ilmu ukur, aljabar, angka-angka, faroid dan optika serta astronomi.

2). Ilmu tradisional, konvensional (al „ulumu An Naqlyah al wadliyah),

meliputi: Ilmu tafsir, ilmu hadits, ilmu Qiroat, ushul Fiqh, Fiqh

(Taklif), badan dan qolbi, keimanan, aqidah, tasawuf, dan taa’bir

mimpi, ilmu kalam.

3). Ilmu Alat, ini terbagi dua yaitu, Ilmu alat yang membantu syariat seperti Ilmu lughot, ilmu nahwu, balaghoh dan lainnya, serta ilmu alat yang membantu ilmu aqliyah seperti Ilmu Mantiq.23

D. Pendidikan Islam

Secara umum pendidikan dapat diartikan sebagai “suatu proses dalam rangka mempengaruhi siswa agar dapat menyesuaikan diri sebaik mungkin terhadap lingkungannya dan dengan demikian akan menimbulkan perubahan dalam dirinya yang memungkinkannya untuk berfungsi secara kuat dalam

kehidupan bermasyarakat”.24

Pendidikan ialah memilih tindakan dan perkataan yang sesuai, menciptakan syarat-syarat yang diperlukan dan membantu seorang individu yang menjadi objek pendidikan supaya dapat dengan sempurna mengembangkan segenap potensi yang ada dalam dirinya dan secara perlahan-lahan bergerak maju menuju tujuan dan kesempurnaan yang diharapkan.25

Menurut M. J lengeveld “pendidikan adalah setiap pergaulan yang terjadi antara orang dewasa dengan anak-anak yang merupakan lapangan atau suatu keadaan dmn pekerjaan mendidik itu berlangsung”.26

23

Marasudin Siregar, Konsepsi Pendidikan Ibnu Khaldur, Suatu Analisa Fenomenologi, (Fak. Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang, 1999), h. 54-55.

24

Oemar Hamalik, Proses Belajar Mengajar, (Jakarta: Bumi Aksara, 2004), cet ke-3, h 79

25

Ibrahim Amini, Agar Tidak Salah Mendidik Anak, (Jakarta: aL-Huda: 2006), h 5

26

Adapun menurut Ahmad D. Marimba pendidikan adalah “bimbingan

atau pimpinan secara sadar oleh si pendidik terhadap perkembangan jasmani

dan rohani si terdidik menuju terbentuknya kepribadian yang utama”27

Secara umum dari beberapa pengertian diatas bahwa pendidikan berarti perbuatan yang dilakukan untuk memperoleh pengetahuan dengan maksud agar anak yang dididik itu akan meningkat pengetahuannya, kemampuannya, bahkan seluruh kepribadiannya. Walaupun pendidikan diartikan berbeda-beda dari beberapa kalangan yang banyak dipengaruhi oleh pandangan dunianya masing-masing, namun pada dasarnya semua pandangan yang berbeda itu bertemu dalam satu titik, bahwa pendidikan merupakan suatu proses persiapan generasi muda untuk menjalankan kehidupan dan memenuhi kebutuhan dan tujuannya secara lebih efektif dan efisien.

Pendidikan, kata ini juga diletakkan kepada Islam telah didefinisikan secara berbeda-beda oleh berbagai kalangan yang banyak dipengaruhi pandangan dunia masing-masing. Namun pada dasarnya semua pandangan yang berbeda itu bertemu dalam kesimpulan awal, “bahwa pendidikan merupakan suatu proses penyiapan generasi muda untuk menjalankan kehidupan dan memenuhi tujuan hidupnya lebih efektif dan efisien”.28

Penerapan pendidikan Islam memang harus dilakukan secara sadar dan berencana serta terus menerus diberikan kepada setiap orang. Artinya, dalam agama Islam dikenal adanya teori pendidikan seumur hidup. Hal ini didasarkan atas ungkapan yang oleh sementara orang dianggap sebagai hadits Nabi SAW, yang berbunyi:

Tuntutlah ilmu dari buaian hingga ke liang lahat”.29

27

Ahmad D. Marimba, Pengantar Filsafat Pendidikan Islam, )Bandung: PT. al_ma’arif,

1989), cet. Ke-8, h 19

28

Yusuf Qardhawi, Al-Qur'an Berbicara Tentang Akal dan Pengetahuan, (Jakarta: Gema Insani Press, 1999), h. 91.

29

K.H. Abdullah Syukri Zarkasyi, Gontor dan Pembaharuan Pendidikan Pesantren,

19

“Menurut Quraish Shihab benar tidaknya penisbahan ungkapan tersebut kepada Nabi, yang jelas teori itu sejalan dengan konsep aL-Quran tentang keharusan menusia menuntut ilmu dengan memperoleh pendidikan

sepanjang hayat”.30

Pendidikan sumur hidup mewajibkan setiap orang untuk menuntut ilmu sebagaimana ditegaskan dalam hadits Nabi SAW yang berbunyi:

“Dari Annas ibn Malik, Rasulullah SAW berkata bahwa menuntut ilmu itu wajib atas setiap oang muslim”.31

(HR. Ibn Majah)

Menurut A.D Marimba pendidikan Islam adalah “bimbingan jasmani dan rohani berdasarkan hukum-hukum agama Islam menuju terbentuknya kepribadian utama menurut ukuran-ukuran Islam”.32 Menurut M. Chabib Thoha pendidikan Islam adalah “pendidikan yang berfalsafah, dasar dan tujuannya serta tori-teori yang dibangun untuk melaksanakan praktek pendidikan didasarkan nilai-nilai dasar Islam yang terkandung dalam

aL-Qur’an dan hadist Nabi”.33

Menurut Muhammad S.A Ibrahimy, sarjana pendidikan islam Bangladesh, yang dikutip H. Muzayyin Arifin pengertian pendidikan Islam adalah:

Islamic education in true sense of the term, is a system of education which enables a man to lead his life according to the Islamic ideology, so that the may easily mould his life in accordance with tenets of Islam. The scope of Islamic education has been changing at different times. In view of the demands of the age and the development of science and theology, its scope has also widened. Pendidikan Islam dalam pengertian yang sebenarnya adalah suatu sistem pendidikan yang memungkinkan seseorang dapat mengarahkan kehidupanya sesuai dengan ideologi Islam (cita Islami), dengan demikian akan mudah mencetak hidupnya yang sesuai dengan ajaran Islam. Ruang lingkup pendidikan Islam telah mengalami perubahan menurut

30 Ibid, h. 23 31 Ibid, h. 23 32

A.D. Marimba, Pengantar Filsafat Islam, (Bandung: Al-Ma'arif, 1989), h. 41.

33

M. Chabib Thoha, Kapita Selekta Pendidikan Islam, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar Offset, 1996), h. 99.

tuntutan waktu yang berbeda-beda. Sejalan dengan tuntutan zaman dan perkembangan ilmu dan teknologi, ruang lingkup pendidikan Islam itu juga makin luas.34

Sedang menurut Achmadi Pendidikan Islam adalah “segala usaha untuk memelihara dan mengembangkan fitrah manusia serta sumber daya insani yang ada padanya menuju terbentuknya manusia seutuhnya (insan

kamil) sesuai dengan Islam”.35

Dari beberapa definisi tersebut, dapat diambil kesimpulan bahwa pendidikan Islam adalah bimbingan dan pengembangan fitrah manusia baik jasmani maupun rohani yang berlandaskan hak-hak agama Islam menuju terbentuknya insan kamil.

34

H. Muzayyin Arifin, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 2003), h. 36.

35

Achmadi, Islam sebagai Paradigma Ilmu Pendidikan, (Yogyakarta: Aditya Media, 1992), h. 20.

21

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Waktu Penelitian

Penelitian yang berjudul "NILAI-NILAI PENDIDIKAN INTEGRASI

Dokumen terkait