NILAI-NILAI PENDIDIKAN INTEGRASI IMAN DAN
ILMU PENGETAHUAN DALAM AL-QURAN
(Kajian Tafsir Q.S aL-Mujadalah/ 58:11)
Skripsi
Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK)
Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh
Gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I)
Oleh :
Ujang Wahyudin 107011001128
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
i
Iman dan Ilmu Pengetahuan Dalam Quran (Kajian Tafsir Q.S aL-Mujadalah/ 58:11).
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apa saja nilai-nilai pendidikan yang terkandung dalam Q.S aL-Mujadalah/58:11, untuk mengetahui apa saja nilai-nilai pendidikan integrasi iman dan ilmu pengetahuan yang terkandung kandungan dalam Q.S aL-Mujadalah/ 58:11, juga untuk mengetahui bagaimana penerapan nilai-nilai pendidikan integrasi iman dan ilmu pengetahuan yang terkandung dalam Q.S aL-Mujadalah/ 58:11 untuk kehidupan sehari-hari.
Skripsi ini dilakukan melalui pendekatan library research dengan cara mencari, mengumpulkan, membaca dan menganalisis buku-buku yang ada relevansinya dengan masalah penelitian. Kemudian diolah sesuai dengan kemampuan penulis. Dalam menganalisis data yang terkumpul, penulis menggunakan metode content analisis (analisis isi) dengan cara menafsirkan Q.S aL-Mujadalah/58:11 dengan memaparkan berbagai nilai-nilai pendidikan integrasi iman, dan ilmu pengetahuan yang terkandung dalam ayat tersebut serta menjelaskan makna yang terdapat di dalamnya dan menjelaskan isi kandungannya.
Penelitian ini menyimpulkan sesuai Q.S aL-Mujadalah/ 58:11, ada nilai pendidikan yang musti dimiliki oleh seseorang agar dapat mencapai tujuan tersebut, yaitu:
a. Nilai Keharmonisan (toleransi). b. Tuntunan Akhlak.
c. keImanan.
d. keIlmuan (ilmu pengetahuan)
Nilai-nilai tersebut diatas sangat penting untuk dijadikan sebagai faktor utama dalam menjalankan ibadah kepada Allah SWT.
Dalam surat aL-Mujadalah ayat 11 menunjukan adanya integrasi atau hubungan yang erat antara nilai-nilai pendidikan iman dan ilmu pengetahuan, dengan pengangkatan derajat yang tinggi di sisi Allah SWT dan juga di sisi manusia (masyarakat). Seorang yang mendapatkan derajat dan kedudukan yang di sisi Allah SWT yaitu orang yang beriman dan berilmu pengetahuan disertai dengan bertakwa serta beramal saleh. Dan bahwa orang mukmin dibagi beberapa golongan diantaranya yaitu:
a. Orang yang beriman dan beramal saleh saja. b. Orang yang berilmu dan beramal saleh saja.
c. Orang yang beriman dan berilmu (pengetahuan) serta beramal saleh.
Adapun orang yang diangkat derajatnya di sisi Allah SWT adalah golongan yang golongan ketiga.
Penerapan pendidikan Integrasi antara pendidikan qalbiyah dan aqliyah akan dapat membangun dan melahirkan kualitas perilaku manusia yang unggul
ii
Maka pendidikan Islam dijadikan sebagai sarana dalam pengintegrasian ini dimana tujuan pendidikan Islam itu sendiri yang mengarah kepada terwujudnya insan kamil. Di mana manusia yang beriman dan berilmu serta beramal saleh akan diangkat kedudukannya di sisi Allah SWT dan mendapat tempat yang baik di sisi manusia (masyarakat).
iii
Segala puja dan puji bagi Allah SWT sebagai pagar penjaga nikmat-Nya,
zat yang Maha Menggenggam segala sesuatu yang ada dan tersembunyi di balik
jagad semesta alam, Zat yang Maha Meliputi segala sesuatu yang terfikir maupun
yang tidak terfikir. Shalawat serta salam semoga senantiasa tercurah atas Nabi
Muhammad SAW, keluarganya, sahabatnya, dan bagi seluruh Umat Islam yang
terlena maupun terjaga atas sunnahnya.
Alhamdulillahirrabbil„aalamiin, penulis mengucapkan rasa syukur kepada Allah SWT atas segala rahmat dan pertolongan-Nya, sehingga skripsi ini
dapat diselesaikan. Karena tanpa rahmat pertolongan-Nya tidaklah mungkin
penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
Skripsi ini berjudul “NILAI-NILAI PENDIDIKAN INTEGRASI IMAN DAN ILMU PENGETAHUAN DALAM AL-QURAN (Kajian Tafsir Q.S
aL-Mujadalah/ 58:11)”
Penulis gunakan untuk memenuhi persyaratan kelulusan yang ditempuh di
Jurusan Pendidikan Agama Islam (PAI). Dengan penuh kesadaran dan kerendahan
hati, penulisan skripsi ini tidak akan terselesaikan bila tanpa bantuan serta
dukungan dari berbagai pihak, baik secara moril maupun materil. Sudah
sepatutnya penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
memberikan bantuan serta dukungannya, sehingga penulisan skripsi ini dapat
diselesaikan.
Penulis mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada:
1. Nurlena Rifai, MA, Ph. D, dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, yang
telah memberikan kemudahan bagi mahasiswanya dalam menyelesaikan studi
iv
2. Bapak Dr. Abdul Majid Khan, M. Ag, ketua Jurusan PAI, yang juga selalu
memberikan kemudahan dalam setiap kebijakan yang beliau berikan selama
penulis menjadi mahasiswa di jurusan PAI.
3. Dr. H. Anshori, LAL, Lc., MA, dosen Penasehat Akademik Jurusan
Pendidikan Agama Islam dan Pembimbing Skripsi yang memberikan
dukungan dan semangat serta arahan dalam penulisan skripsi ini kepada
penulis.
4. Seluruh dosen dan karyawan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK),
terutama untuk Jurusan Pendidikan Agama Islam, yang telah memberikan
motivasi dan kontribusi, selama penulis menjadi mahasiswa.
5. Pimpinan dan seluruh Staff Perpustakaan Utama dan Perpustakaan FITK,
yang turut memberikan pelayanan kepada penulis dalam menyelesaikan
skripsi ini.
6. Kedua orang tua penulis yaitu, Ibunda ( Nonoh) dan Ayahanda (UUD Suryadi
”Alm”) tercinta, kakak-kakakku yang tercinta, beserta seluruh keluarga besar yang selalu setia memberikan dukungkan kepada penulis baik secara moril
dan materil, serta kasih sayang yang besar sehingga penulis dapat
menyelesaikan studi ini dengan baik dan lancar.
7. Kawan-kawan seperjuangan Pendidikan Agama Islam angkatan 2007
khususnya seluruh anggota kelas E yang selalu memberi dukungan kepada
penulis untuk tetap semangat dalam menyelesaikan skripsi ini.
8. Kawan-kawan seperjuangan; Saepul Bahri (Aep), Abdul Azis (Aconk),
Ahmad Fauzi, Nur Aliyah, Asip, Dadan, Ridwanullah, Azis Hasan, Dede
Badrutamam (Wisma), Lutfi Kamil Maulana (Igo), Agus Salim, Ahmad
Syauqi, Abdul Haris, Revi Rohatta (Hatem), Ardi Barikli, Muhammad
Rahman, Muhammad Bahrul dan banyak lagi kawan-kawan yang tidak bisa
penulis sebutkan, terimakasih selalu memberi dukungan kepada penulis untuk
v
Akhirnya, hanya Allah SWT jualah penulis menghambakan diri dan
memohon pertolongan. Semoga skripsi ini memberikan manfaat bagi kita
semua khususnya bagi penulis dan pembaca umunya. Apabila ada yang benar
dalam penulisan ini adalah semata-mata datangnya dari Allah SWT dan
apabila didalamnya terdapat suatu kesalahan, maka itu kekhilafan diri penulis
sebagai seorang hamba Allah yang dhaif, mudah-mudahan maksud dan tujuan
penulis dapat tercapai dengan apa yang penulis harapkan dan cita-citakan.
Amin.
Jakarta, Juli 2014
vi
DAFTAR ISI
SURAT PERNYATAAN KARYA SENDIRI
LEMBAR PENGESAHAN DOSEN PEMBIMBING SKRIPSI
LEMBAR PENGESAHAN PANITIA UJIAN
ABSTRAK. ... i
KATA PENGANTAR ... iii
DAFTAR ISI ... vi
BAB: I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Identifikasi Masalah. ... 5
C. Pembatasan Masalah ... 5
D. Perumusan Masalah ... 5
E. Tujuan dan Manfaat Hasil Penelitian ... 6
F. Kajian Pustaka Yang Relevan. ... 7
BAB: II KAJIAN TEORI A. Integrasi ... 9
1. Pengertian Integrasi. ... 9
2. Teori-Teori Integrasi. ... 10
B. Iman... 11
1. Pengertian Iman. ... 11
2. Unsur-Unsur Iman. ... 12
C. Ilmu Pengetahuan. ... 15
1. Pengertian Ilmu Pengetahuan. ... 15
2. Klasifikasi Ilmu Dalam Islam. ... 16
a. Menurut aL-Ghazali. ... 16
b. Menurut Ibnu Khaldun. ... 16
vii
BAB: III METODOLOGI PENELITIAN
A. Waktu Penelitian ... 21
B. Metode Pengumpulan Data ... 21
C. Metode Analisis Data ... 22
D. Prosedur Penelitian... 23
BAB: IV HASIL PENELITIAN A. Deskripsi Data Penelitian ... 25
1. Pemaparan Q.S. aL-Mujadalah/ 58: 11. ... 25
2. Munasabat Q.S. aL-Mujadalah/ 58: 11. ... 25
3. Teks dan Terjemahan Q.S. aL-Mujadalah/ 58: 11. ... 26
4. Mufradat (Penjelasan Kata) Yang Terkandung Dalam Q.S. aL-Mujadalah/ 58: 11. ... 27
5. Asbabun Nuzul Q.S. aL-Mujadalah/ 58: 11. ... 27
6. Tafsir Isi Kandungan Q.S. aL-Mujadalah/ 58: 11 Menurut Beberapa Ahli Tafsir (Mufassir). ... 28
B. Interpretasi Data. ... 35
1. Nilai-Nilai Pendidikan Yang Terkandung Dalam Q.S aL-Mujadalah/ 58:11. ... 35
2. Nilai-Nilai Pendidikan Integrasi Iman dan Ilmu Pengetahuan Yang Terkandung Dalam Q.S aL-Mujadalah/ 58:11. ... 36
3. Penerapan Nilai-Nilai Pendidikan Integrasi Iman dan Ilmu Pengetahuan Yang Terkandung Dalam Q.S aL-Mujadalah/ 58:11. .... 37
BAB: V PENUTUP A. Kesimpulan ... 45
B. Saran ... 47
DAFTAR PUSTAKA
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Sudah menjadi rahasia umum bahwasanya ilmu pengetahuan dan
teknologi sangat besar pengaruhnya terhadap segala aspek kehidupan manusia
dan cenderung mempercayakan nasib dunia dan umat manusia pada
keampuhan ilmu pengetahuan dan penerapan-penerapannya yang disebut
teknologi.
“Ternyata ilmu pengetahuan dan teknologi tidak membawa kejayaan dan kebahagiaan bagi umat manusia bila manusia hanya dipimpin oleh
inteleknya saja dengan menyingkirkan segala nilai-nilai keagamaan”.1
“Betapa pentingnya ilmu pengetahuan bagi manusia, sebab ilmu adalah makanan jiwa dan akal, dengan ilmu bertambahlah pengertian dan
kemampuannya untuk menanggapi dan mengetahui sesuatu”.2
Salah satu cara yang membedakan Islam dengan agama lainnya adalah
penekanannya terhadap masalah ilmu. Al-Qur’an dan hadits sebagai sumber pokok Islam banyak sekali membicarakan keutamaan-keutamaan ilmu
1
Gunardi Prawirosudirjo, Integrasi Ilmu dan Iman, (Jakarta: Bulan Bintang. 1975), h. 1
2
pengetahuan. Di dalam al-Qur'an, “kata al-ilm dalam kata jadinya digunakan lebih dari 780 kali”.3
Allah SWT, juga telah menurunkan wahyu yang pertama yaitu Q.S
aL-‘Alaq 1-5:
5 : 96 /
1
“Bacalah dengan nama Tuhanmu yang telah menciptakan, yang menjadikan manusia dari segumpal darah, bacalah dengan nama Tuhanmu yang Maha Mulia, yang mengajarkan manusia dengan kalam (pena), mengajarkan manusia apa-apa yang belum diketahuinya”. (QS. aI- Alaq/ 96: 1-5)4
Ayat ini memberikan pengertian bahwa Islam sangat mengutamakan
ilmu pengetahuan, terbukti dengan adanya wahyu yang pertama diturunkan
adalah berkaitan dengan ilmu pengetahuan. Allah SWT menyuruh manusia
untuk belajar, mencari ilmu, menggali ilmu dan berpikir. Iqra' yang berarti bacalah adalah sebagai simbol pentingnya pendidikan bagi umat Islam karena
pendidikan merupakan masalah hidup yang mewarnai kehidupan manusia dan
agama Islam mengharuskan untuk mencarinya yang tidak terbatas pada usia,
tempat, jarak, waktu dan keadaan.
Manusia itu diberi kemuliaan dengan akal yang dapat digunakan untuk
berpikir, mencari tahu, sebagaimana Allah SWT telah mengajarkan pada
Adam nama-nama benda sehingga malaikat pun mengakui tentang kemuliaan
dan kepintaran Adam, sebagai manusia yang pertama kali diciptakan oleh
Allah SWT.
3
Mahdi Ghuslyani, Filsafat Sains Dalam AI-Qur'an, Terj. (Bandung: Mizan, 1988), h. 3
4
3
Menurut pandangan Islam kewajiban menuntut ilmu tidak kalah
pentingnya dengan berjihad, dalam arti pendidikan dan pengajaran serta
keimanan harus seimbang. Karena seorang mukmin yang sempurna adalah
mampu mengamalkan ilmunya dengan dasar takwa kepada Allah SWT.
Apalagi pada zaman sekarang pengetahuan dan teknologi memang
membawa kemudahan bagi manusia dan perkembangannya yang semakin
pesat dan canggih. Serta manusia yang selalu berusaha mengembangkan ilmu
dan teknologi itu yang telah membawa kejayaan bagi kehidupannya. Namun
ketika manusia begitu berlimpah dengan kemajuan-kemajuan inteleknya tanpa
ada pegangan tentang agama, ke-Tuhanan, maka tentu saja hal itu amat
berbahaya. Seperti bahayanya alat-alat canggih buatan manusia yang
berintelek yaitu atom, nuklir, mesin-mesin yang mengakibatkan pencemaran
atau bahkan perang antara manusia itu sendiri. “Ajaran Islam tidak mengenal pertentangan ilmu dan iman, hal itu sama sekali tidak terdapat dalam kamus
Islam tersirat maupun tersurat”.5
Islam bahkan menganjurkan untuk maju menjadi manusia yang intelek,
sehingga dapat menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi, namun kadang
manusia jika terlalu sibuk dengan sains dan teknologi mereka terlena, dan
yang lebih parah, manusia lebih mempercayakan dirinya pada sains serta
penerapan-penerapannya. Mereka memperoleh kemudahan-kemudahan dan
kemajuan sains itu, maka dalam masyarakat yang demikian, timbullah suatu
mitos bahwa sains dapat memecahkan segala persoalan kehidupan manusia.
Manusia yang memuja sains menganggap sains atau ilmu dapat
membuat surga di dunia ini. Seperti misalnya, dimana kekurangan tanah
pertanian dapat diatasi dengan merubah gurun-gurun pasir atau jazirah yang
5
sebagian besar dalam setahunnya tertutup oleh salju menjadi daerah-daerah
pertanian yang subur, iklim dapat dibuat, hujan dapat dibuat, kekurangan air
minum dapat diatasi dengan penyulingan air laut atau pemurnian kembali air
kotor.
Sepintas kemajuan sains dan teknologi memang membawa kejayaan dan
kebahagiaan bagi kehidupan manusia, tetapi mereka lupa pada mistik,
ke-Tuhanan, keagamaan dan nilai-nilai kehidupan lain ditinggalkan, menilai
kehidupan manusia dari sudut kelimpahan materi saja akan menyesatkan
manusia, manusia yang hidup dalam alam kebendaan yang berlimpah-limpah
tetapi hanya tunduk pada pimpinan inteleknya saja, sesungguhnya secara
kualitatif hidupnya miskin. “Oleh karena itu kemajuan-kemajuan masyarakat yang didasarkan hanya atas kemajuan sains, sesungguhnya adalah kemajuan
kualitatif saja”.6
Islam sebagai agama rahmatan lil 'alamin tidak pernah menyuruh umatnya untuk terlena dalam hal-hal di atas, tetapi menyuruh manusia untuk
menjadi makhluk Tuhan yang beriman dan bertakwa dan wajib
menyeimbangkan daya rohani maupun jasmani, mengintegrasikan kehidupan
lahir dengan kehidupan batinnya, mengintegrasikan ilmu dan imannya.
Namun Islam telah mengajarkan kepada umatnya bahwa manusia harus
terus mengembangkan kemampuannya, menggunakan akalnya untuk berpikir,
dan juga untuk mengelola alam ini. Maka tidak ada ilmu pengetahuan dan
teknologi yang berbahaya jika manusia yang menguasainya itu beriman dan
berpegang pada tali agama Islam.
Sudah saatnya umat Islam sekarang ini harus berjuang menggunakan
akal dan ilmunya demi tegaknya agama serta mengembangkan teknologi
sehingga tidak kalah dengan orang-orang Nasrani dan orang-orang Barat.
6
5
B.Identifikasi Masalah
Dari judul skripsi di atas penulis dapat mengidentifikasi masalah sebagai
berikut:
1. Penafsiran para ulama tentang Q.S al-Mujadalah/ 58:11.
2. Asbabun nuzul Q.S al-Mujadalah/ 58:11.
3. Nilai-nilai pendidikan yang terkandung dalam Q.S al-Mujadalah/ 58:11.
4. Nilai-nilai pendidikan integrasi iman dan ilmu pengetahuan yang
terkandung dalam Q.S al-Mujadalah/ 58:11.
5. Penerapan nilai-nilai pendidikan integrasi iman dan ilmu pengetahuan yang
terkandung dalam Q.S al-Mujadalah/ 58:11
6. Kendala penerapan nilai-nilai pendidikan integrasi iman dan ilmu
pengetahuan yang terkandung dalam Q.S al-Mujadalah/ 58:11.
C.Pembatasan Masalah
Dari identifikasi masalah tersebut di atas, maka penulis membatasi masalah
sebagai berikut:
1. Nilai-nilai pendidikan yang terkandung dalam Q.S al-Mujadalah/ 58:11.
2. Nilai-nilai pendidikan integrasi iman dan ilmu pengetahuan yang
terkandung dalam Q.S al-Mujadalah/ 58:11.
3. Penerapan nilai-nilai pendidikan integrasi iman dan ilmu pengetahuan
yang terkandung dalam Q.S al-Mujadalah/ 58:11.
D. Perumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dari pembahasan ini adalah:
1. Apa saja nilai-nilai pendidikan yang terkandung dalam Q.S al-Mujadalah/
2. Apa saja nilai-nilai pendidikan integrasi iman dan ilmu pengetahuan yang
terkandung dalam Q.S al-Mujadalah/ 58:11?
3. Bagaimana penerapan nilai-nilai pendidikan integrasi iman dan ilmu
pengetahuan yang terkandung dalam Q.S al-Mujadalah/ 58:11?
E. Tujuan dan Manfaat Hasil Penelitian
1. Penelitian ini bertujuan untuk :
a. Untuk mengetahui apa saja nilai-nilai pendidikan yang terkandung
dalam Q.S aL-Mujadalah/ 58: 11.
b. Untuk mengetahui apa saja nilai-nilai pendidikan iman dan ilmu
pengetahuan yang terkandung dalam Q.S aL-Mujadalah/ 58: 11.
c. Untuk mengetahui bagaimana penerapan Integrasi Iman dan Ilmu
pengetahuan yang terkandung dalam Q.S aL-Mujadalah/ 58: 11.
2. Kegunaan Penelitian :
a. Diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran tentang
pendidikan integrasi iman dan ilmu pengetahuan dalam Q.S
aL-Mujadalah/ 58: 11.
b. Bagi penulis agar menambah wawasan tentang pendidikan integrasi
iman dan ilmu pengetahuan, sebagai modal dasar dalam menghadapi
perkembangan zaman modern sekarang ini.
c. Hasil penelitian ini agar dapat dijadikan acuan dalam
mengintegrasikan iman dan ilmu pengetahuan.
d. Hasil penelitian ini merupakan langkah awal dan dapat dikembangkan
7
F. Kajian Pustaka Yang Relevan
Dalam penelitian ini penulis menggunakan beberapa buah karya yang
berisi dan berkaitan dengan pembahasan pendidikan integrasi iman dan ilmu
pengetahuan, diantaranya yaitu:
1. Dalam suatu skripsi saudara Siti Masádah dengan nomor induk 3198135
menulis tentang "konsepsi al Quran Surat aL-Ghasiyah ayat 17-20 kaitannya
dengan Urgensi Ilmu pengetahuan Alam bagi Pendidikan Islam" yang
memaparkan bahwa ilmu pengetahuan alam sangat diperlukan dalam
mencapai tujuan pendidikan Islam, untuk membentuk insan kamil yang
selain taat beribadah kepada Allah SWT, juga mempunyai kemampuan yang
maksimal dalam melaksanakan tugasnya sebagai khalifah Allah SWT dimuka bumi. Karena mempelajari ilmu pengetahuan alam mempunyai
manfaat yaitu: dengan akal sehatnya manusia akan berfikir bahwa semua
yang diamati pasti ada yang mencipta, juga manusia diharapkan dapat
mengkaji, memilih, dan mengekspresikan yang ada di sekitarnya untuk lebih
meningkatkan kualitas hidup dan keyakinan pada Allah SWT.7
2. Dalam bentuk skripsi, saudara Fatihatun Ni'mah Hasan membahas
"Nilai-Nilai Keimanan Dalam Surat aL-Mukminun Ayat 1-5 dan Implikasinya
Dalam Pendidikan Islam" yang memaparkan bahwa ada hubungan
nilai-nilai keimanan dengan pendidikan, sebab pendidikan merupakan sarana
untuk membentuk nilai-nilai keimanan melalui aktualisasi serta fungsi dari
nilai-nilai Islam tersebut ketika ada perubahan masyarakat modern dengan
kekuatan Ilmu pengetahuan dan teknologi.8
7
Siti Mas'adah, Konsepsi Al-Quran Surat al-Ghosiyah 17-20 Kaitannya Dengan Urgensi Ilmu Pengetahuan Alam, (Semarang: Perpustakaan Fakultas Tarbiyah IAIN WS Semarang).
8 Fatihun Ni’mah Hasan,
Dari dua skripsi di atas, dapat ditarik persamaan dan perbedaan. Adapun
persamaan penelitian yaitu sama-sama meneliti tentang pendidikan khususnya
pendidikan Islam. Sedangkan perbedaannya yaitu peneliti pertama lebih fokus
terhadap perlunya ilmu pengetahuan dalam mencapai tujuan pendidikan Islam,
sedangkan peneliti kedua lebih fokus terhadap hubungan nilai-nilai keimanan
dengan pendidikan. Adapun penulis sendiri lebih fokus terhadap perlunya
9
BAB II KAJIAN TEORI A. Integrasi
1. Pengertian Integrasi
Kata integrasi berasal dari bahasa latin “integer”, yang berarti utuh atau menyeluruh. Berdasarkan arti etimologisnya itu, integrasi dapat
diartikan sebagai pembauran hingga menjadi kesatuan yang utuh atau
bulat. Misalkan yang dimaksud dengan integrasi bangsa “adalah proses penyatuan berbagai kelompok sosial dan budaya ke dalam kesatuan
wilayah dalam rangka pembentukan suatu identitas nasional. Arti lainnya
dari integer adalah tidak bercampur murni”.1
Sedangkan dalam bahasa inggris Integrasi adalah
”integration” yang berarti kesempurnaan atau keseluruhan. Integrasi sosial misalnya, dimaknai sebagai proses penyesuaian di antara
unsur-unsur yang saling berbeda dalam kehidupan masyarakat sehingga
menghasilkan pola kehidupan masyarakat yang memilki keserasian
fungsi. Definisi lain mengenai integrasi adalah “suatu keadaan di mana kelompok-kelompok etnik beradaptasi dan bersikap komformitas
terhadap kebudayaan mayoritas masyarakat, namun masih tetap
mempertahankan kebudayaan mereka masing-masing”.2
1
WJS. Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2000), h. 18.
2
Adapun menurut Depdikbud dalam KBBI, “Integrasi merupakan pembauran hingga menjadi satu kesatuan yang utuh dan bulat”.3 Sedangkan menurut WJS. Poerwadarminta “Integrasi yaitu penyatuan supaya menjadi suatu kebulatan yang utuh”.4
Dari berbagai pendapat yang terurai diatas, bahwasanya integrasi
sains dengan Islam dalam konteks sains modern bisa dikatakan sebagai
profesionalisme atau kompetensi dalam satu keilmuan yang bersifat
duniawi di bidang tertentu disertai atau dibangun dengan pondasi
kesadaran ke-Tuhanan. Kesadaran tersebut akan muncul dengan adanya
pengetahuan dasar tentang ilmu-ilmu ke-Islaman. “Oleh sebab itu, ilmu -ilmu Islam dan kepribadian merupakan dua aspek yang saling menopang
satu sama lain dan secara bersama-sama menjadi sebuah pondasi bagi
pengembangan sains dan teknologi”.5
2. Teori Integrasi
Salah satu istilah yang populer dipakai dalam konteks integrasi
ilmu-ilmu agama dan ilmu-ilmu umum adalah kata “Islamisasi”. Menurut
Echols dan Hasan Sadily, “kata Islamisasi berasal dari bahasa Inggris
“Islamization” yang berarti peng-islaman. Dalam Kamus Webster,
Islamisasi bermakna to bring within Islam. Makna yang lebih luas adalah menunjuk pada proses peng-islaman, di mana objeknya adalah orang atau
manusia, bukan ilmu pengetahuan maupun objek lainnya.”6
Islamisasi ilmu pengetahuan, menurut Faruqi:
Menghendaki adanya hubungan timbal balik antara realitas dan aspek kewahyuan. Dalam konteks ini, untuk mengetahui nilai-nilai kewahyuan, umat Islam harus memanfaatkan ilmu pengetahuan. Tanpa memanfaatkan ilmu pengetahuan dalam upaya memahami wahyu, umat Islam akan terus tertinggal oleh umat lainnya. Karena realitasnya, saat ini ilmu pengetahuanlah yang
3
Depdikbud, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Beirut, 2000), h. 383.
4
Wjs. Poerwadarminta, Op.,Cit.), h. 384.
5
Turmudi, dkk, Islam, Sains dan Teknologi Menggagas Bangunan Keilmuan Fakultas Sains dan Teknologi Islami Masa Depan, (Malang : UIN Maliki Press, 2006), h. 15
6
11
amat berperan dalam menentukan tingkat kemajuan umat manusia.7
Dalam konteks Islamisasi ilmu pengetahuan, “yang harus
mengaitkan dirinya pada prinsip tauhid adalah pencari ilmu (thalib al-ilm)-nya, bukan ilmu itu sendiri. Begitu pula yang harus mengakui bahwa manusia berada dalam suasana dominasi ketentuan Tuhan secara
metafisik dan aksiologis adalah manusia selaku pencari ilmu, bukan ilmu
pengetahuan.”8
Maraknya kajian dan pemikiran integrasi keilmuan (islamisasi ilmu
pengetahuan) dewasa ini yang senter didengungkan oleh kalangan
intelektuan muslim, antara lain Nauqib aL-Attas, Ismail Raji’ aL-Faruqi, mereka tidak lepas dari kesadaran berislam di tengah pergumulan dunia
global yang sarat dengan kemajuan ilmu teknologi. Mereka misalnya
berpendapat “bahwa umat Islam akan maju dan dapat menyusul Barat manakala mampu mentransformasikan ilmu pengetahuan dalam
memahami wahyu, atau sebaliknya, mampu memahami wahyu untuk
mengembangkan ilmu pengetahuan”.9
B. Iman
1. Pengertian Iman
Iman menurut bahasa “berarti kepercayaan, keyakinan, ketetapan hati atau keteguhan hati”.10 Abul ‘Ala al-Maududi menterje
mahkan iman dalam bahasa inggris yaitu, “to know, to believe, to be convinced beyond the last shadow of doubt yang artinya: mengetahui, mempercayai, meyakini yang di dalamnya tidak terdapat keraguan
apapun”.11
Iman berasal dari bahasa Arab dengan kata dasar amana-yu‟minu
7
Ibid, h. 172
8
Ibid, h. 171
9
Ibid, h. 176
10
WJS. Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2000), h. 18.
11
imanan. “Artinya beriman atau percaya. Percaya dalam bahasa Indonesia artinya meyakini atau yakin bahwa sesuatu (yang dipercaya) itu, memang
benar atau nyata adanya”.12
Sedangkan menurut hadits yang diriwayatkan oleh muslim dari
Abdullah bin Umar bahwa Iman itu adalah:
Musaddad telah menceritakan kepada kami, ia berkata bahwa Isma‟il Ibn Ibrahim telah menceritakan kepada kami, Abu Hayyan aL-Taimiy dari Abi Zur‟ah telah menyampaikan kepada kami dari Abi Hurairah berkata, Nabi SAW suatu hari ketika orang-orang berkumpul, maka datang seorang laki-laki dan berkata: apakah iman itu?, Nabi menjawab Iman adalah percaya kepada Allah, kepada malaikat Allah, kitab-kitab Allah, Rasul-rasul Allah, ketentuan-ketentuan Allah SWT dan percaya kepada Hari kiamat (Berbangkit dari kubur).... (HR. Bukhori, Muslim, Abu Daud, aT-Turmudzi, Ibnu Majah dan Ahmad bin Hambal)
2. Unsur-unsur Iman
Unsur-unsur Iman juga disebut sebagai rukun Iman dan rukun
Iman itu ada enam yaitu:
a. Iman Kepada Allah SWT
Yang dimaksud Iman kepada Allah SWT adalah membenarkan
adanya Allah SWT, dengan cara menyakini dan mengetahui bahwa
Allah SWT wajib adanya karena Zatnya sendiri (Wajib aL-wujud li Dzathi), Tunggal dan Esa, Raja yang Maha kuasa, yang hidup dan berdiri sendiri, yang Qodim dan Azali untuk selamanya. “Dia Maha Mengetahui dan Maha kuasaterhadap segala sesuatu, berbuat apa yang
Ia kehendaki, menentukan apa yang Ia inginkan, tiada sesuatupun yang
12
13
sama dengan-Nya, dan Dia Maha Mengetahui”.13
Jadi Iman kepada Allah SWT adalah mempercayai adanya Allah
SWT beserta seluruh ke Agungan Allah SWT dengan bukti-bukti yang
ny ata kita lihat yaitu dengan diciptakannya dunia ini beserta isinya.
b. Iman Kepada Para Malaikat
Iman kepada para malaikat adalah percaya bahwa malaikat itu
makhluk ciptaan Allah SWT yang tidak pernah membangkang
perintah-Nya, juga makhluk gaib yang mejadi perantara-perantara
Allah SWT dengan para Rasul.
“Kita percaya bahwa malaikat merupakan makhluk pilihan Allah, mereka tidak berbuat dosa, tidak melawan kepada-Nya, pekerjaannya
semata-mata menjunjung tinggi tugas yang diberikan kepada mereka
masing-masing”.14
c. Iman Kepada Kitab-Kitab Allah SWT
Iman kepada kitab Allah SWT ialah menyakini bahwa
kitab-kitab tersebut datang dari sisi Allah SWT yang diturunkan kepada
sebagian Rasulnya. “Dan bahwasanya kitab-kitab itu merupakan firman Allah SWT yang Qadim, dan segala yang termuat didalamnya merupakan kebenaran”.15
Dan kita tahu kitab-kitab yang diturunkan kepada Rasul itu ada
empat yaitu kitab Taurat yang diturunkan pada Nabi Musa, Injil
kepada Nabi Isa, Zabur kepada Nabi Daud dan Al Qur’an kepada Nabi
Muhammad SAW.
d. Iman Kepada Para Rasul
Iman kepada Rasul adalah percaya dan yakin bahwa Allah SWT
telah mengutus para Rasul kepada manusia untuk memberi petunjuk
kepada manusia, dan Nabi yang wajib kita percayai itu ada 25 orang
yaitu: Adam, Idris, Nuh, Hud, Ibrahim, Shaleh, Luth, Ismail, Ishaq,
13
Habib Zain bin Ibrahim bin Sumarth, Hidayatuth Thalibin Fi Bayan Muhimmatid Din, Terj. Afif Muhammad, Mengenal Mudah Rukun Islam, Rukun Iman, Rukun Ikhsan secara Terpadu, (A. Bayan, 1998), h. 113.
14
Kaelany HD, Op.Cit., h. 76.
15
Ya’kub, Yusuf, Ayyub, Su’aib, Harun, Musa, Ilyassa, Dzulkifli Daud,
Sulaiman, Ishak, Yunus, Zakaria, Yahya, Isa, dan Muhammad SAW
sebagai Nabi terakhir
e. Iman Kepada Hari Akhir
Hari akhir ialah Hari Kiamat, termasuk kebangkitan (al-ba‟ts),
“yaitu keluarnya manusia dari kubur mereka dalam keadaan hidup, sesudah jazad mereka dikembalikan dengan seluruh bagiannya seperti
dulu kala ada di dunia”.16
f. Iman Kepada Takdir (Qodha dan Qodhar)
Iman kepada QodhadanQodhar adalah percaya bahwa segala hak, keputusan, perintah, ciptaan Allah SWT yang berlaku pada
makhluknya termasuk dari kita (manusia) tidaklah terlepas (selalu
berlandaskan pada) kadar, ukuran, aturan dan kekuasaan Allah SWT.17
Sebagai manusia biasa yang lemah kita harus percaya bahwa segala
sesuatu yang terjadi pada diri kita atas izin Allah SWT jadi berserah
dirilah kepada Allah SWT, dengan cara berusaha, berdoa dan
berikhtiyar kepada Allah. Karena Allah SWT memberi cobaan itu pasti
sesuai dengan porsi kita masing-msing, tidak ada yang kurang atau
lebih. Artinya manusia hanya bisa berusaha dan sesungguhnya Allah
SWT yang akan menentukan.
Jadi sebagai seorang mu’min kita wajib percaya kepada rukun
Iman yang akan menjadi benteng yang kokoh dalam kehidupan kita di
dunia. Dan kita memang harus yakin bahwa Allah SWT lah Tuhan
kita, Islam sebagai agama, Muhammad sebagai Rasul, aL-Qur’an sebagai kitabullah dan petunjuk, serta kita berpegang teguh kepada
agama Islam, beriman kepada semua yang telah diciptakan Allah
SWT.
16
Habib Zain bin Ibrahim bin Sumaith, Op. Cit., h. 201.
17
15
C. Ilmu Pengetahuan
1. Pengertian Ilmu Pengetahuan
Menurut Jujun S. Suriasumarti, “Ilmu merupakan kumpulan pengetahuan yang mempunyai ciri-ciri tertentu yang membedakan ilmu
dan pengetahuan-pengetahuan lainnya”.18 Dalam ensiklopedi Indonesia yang dikutip oleh Endang Saefuddin Anshori:
Didapati pengertian Ilmu pengetahuan sebagai suatu sistem dari berbagai pengetahuan-pengetahuan masing-masing mengenai suatu lapangan pengalaman tertentu yang disusun sedemikian rupa menurut asas-asas tertentu hingga menjadi kesatuan suatu sistem dari berbagai pengetahuan yang masing-masing didapatkan sebagai hasil pemeriksaan-pemeriksaaan yang dilakukan secara teliti dengan memakai metode-metode tertentu.19
Sedangkan Endang Saifuddin Anshari sendiri berpendapat bahwa
“ilmu pengetahuan ialah usaha pemahaman manusia yang disusun dalam suatu sistem mengenai kenyataan, struktur, pembagian, bagian-bagian,
dan hukum-hukum tentang hal ikhwal daya pikiran yang dibantu
penginderaan manusia itu, yang kebenarannya diuji secara empiris, riset
dan eksperiman”.20
Dari semua pendapat para ahli tersebut, pada intinya adalah sama
walaupun berbeda dari segi redaksinya dan kesemuanya dapat saling
melengkapi karena tidak ada pendapat yang sempurna. Jadi antara satu
pendapat dengan pendapat yang lain harus saling melengkapi. Dilain
pihak pengetahuan akan dapat disebut Ilmu jika memenuhi 4 syarat yaitu:
a. Memiliki obyek yang dikaji atau dipelajari
b. Mempunyai tujuan
c. Diperoleh melalui metode ilmiah
d. Sistematis.21
18
Jujun S. Suriasumarti, Ilmu dalam Perspektif, (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2001), h. 4.
19
Endang Saifuddin Anshari, Ilmu Filsafat dan Agama, (Surabaya: Bina Ilmu, 1987), h. 49.
20
Ibid., h. 50.
21
2. Klasifikasi Ilmu Dalam Islam
Di sini akan dibahas klasifikasi ilmu pengetahuan menurut
aL-Ghazali dan Ibnu Khaldun;
a. Menurut al- Ghazali
Al-Ghazali mengklasifikan ilmu pengetahuan berdasarkan tiga kriteria:
1). Berdasarkan tingkat kewajibannya
Adapun Klasifikasi ilmu pengetahuan menurut tingkat kewajibannya
yaitu:
a). Ilmu pengetahuan Fardu’ain b). Ilmu pengetahuan Fardu kifayah
2). Berdasarkan sumbernya
Adapun Klasifikasi Ilmu pengetahuan menurut sumbernya yaitu:
a). Pengetahuan syariah yang terdiri dari empat bagian yaitu ushul
)pokok atau asal(, Furu’ )cabang(, mukaddimah )pengantar/ pendahuluan), dan Mutammimat (penyempurna).
b). Pengetahuan ghairu syariah
3). Berdasarkan fungsi sosialnya.
Adapun Klasifikasi ilmu pengetahuan menurut fungsi sosialnya
yaitu:
a). Ilmu pengetahuan yang terpuji (Mahmud)
b). Ilmu pengetahuan yang tercela (Madzum).22
b. Menurut Ibnu Khaldun
Klasifikasi ilmu pengetahuan menurut Ibnu Khaldun dapat
disimpulkan sebagai berikut :
1). Ilmu-ilmu filsafat („Ulumul „Aqlyah) yaitu buah dari aktivitas
pikiran manusia dan perenungannya. Ilmu-ilmu itu tidak bersifat
alamiah bagi manusia, dengan pandangan bahwa ia adalah homo sapiens (makhluk yang punya akal).
Ilmu-ilmu ini tidak khusus bagi suatu agama lain, dan
22
17
mereka sama dalam menerima pengetahuan dan bahasanya.
Ilmu-ilmu ini terdiri dari: logika, fisika, Ilmu-ilmu dalam, metafisika,
geometri, ilmu ukur, aljabar, angka-angka, faroid dan optika serta
astronomi.
2). Ilmu tradisional, konvensional (al „ulumu An Naqlyah al wadliyah),
meliputi: Ilmu tafsir, ilmu hadits, ilmu Qiroat, ushul Fiqh, Fiqh
(Taklif), badan dan qolbi, keimanan, aqidah, tasawuf, dan taa’bir mimpi, ilmu kalam.
3). Ilmu Alat, ini terbagi dua yaitu, Ilmu alat yang membantu syariat
seperti Ilmu lughot, ilmu nahwu, balaghoh dan lainnya, serta ilmu
alat yang membantu ilmu aqliyah seperti Ilmu Mantiq.23
D. Pendidikan Islam
Secara umum pendidikan dapat diartikan sebagai “suatu proses dalam rangka mempengaruhi siswa agar dapat menyesuaikan diri sebaik mungkin
terhadap lingkungannya dan dengan demikian akan menimbulkan perubahan
dalam dirinya yang memungkinkannya untuk berfungsi secara kuat dalam
kehidupan bermasyarakat”.24
Pendidikan ialah memilih tindakan dan perkataan yang sesuai,
menciptakan syarat-syarat yang diperlukan dan membantu seorang individu
yang menjadi objek pendidikan supaya dapat dengan sempurna
mengembangkan segenap potensi yang ada dalam dirinya dan secara
perlahan-lahan bergerak maju menuju tujuan dan kesempurnaan yang
diharapkan.25
Menurut M. J lengeveld “pendidikan adalah setiap pergaulan yang terjadi antara orang dewasa dengan anak-anak yang merupakan lapangan atau
suatu keadaan dmn pekerjaan mendidik itu berlangsung”.26
23
Marasudin Siregar, Konsepsi Pendidikan Ibnu Khaldur, Suatu Analisa Fenomenologi, (Fak. Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang, 1999), h. 54-55.
24
Oemar Hamalik, Proses Belajar Mengajar, (Jakarta: Bumi Aksara, 2004), cet ke-3, h 79
25
Ibrahim Amini, Agar Tidak Salah Mendidik Anak, (Jakarta: aL-Huda: 2006), h 5
26
Adapun menurut Ahmad D. Marimba pendidikan adalah “bimbingan
atau pimpinan secara sadar oleh si pendidik terhadap perkembangan jasmani
dan rohani si terdidik menuju terbentuknya kepribadian yang utama”27
Secara umum dari beberapa pengertian diatas bahwa pendidikan berarti
perbuatan yang dilakukan untuk memperoleh pengetahuan dengan maksud
agar anak yang dididik itu akan meningkat pengetahuannya, kemampuannya,
bahkan seluruh kepribadiannya. Walaupun pendidikan diartikan berbeda-beda
dari beberapa kalangan yang banyak dipengaruhi oleh pandangan dunianya
masing-masing, namun pada dasarnya semua pandangan yang berbeda itu
bertemu dalam satu titik, bahwa pendidikan merupakan suatu proses
persiapan generasi muda untuk menjalankan kehidupan dan memenuhi
kebutuhan dan tujuannya secara lebih efektif dan efisien.
Pendidikan, kata ini juga diletakkan kepada Islam telah didefinisikan
secara berbeda-beda oleh berbagai kalangan yang banyak dipengaruhi
pandangan dunia masing-masing. Namun pada dasarnya semua pandangan
yang berbeda itu bertemu dalam kesimpulan awal, “bahwa pendidikan merupakan suatu proses penyiapan generasi muda untuk menjalankan
kehidupan dan memenuhi tujuan hidupnya lebih efektif dan efisien”.28
Penerapan pendidikan Islam memang harus dilakukan secara sadar dan
berencana serta terus menerus diberikan kepada setiap orang. Artinya, dalam
agama Islam dikenal adanya teori pendidikan seumur hidup. Hal ini
didasarkan atas ungkapan yang oleh sementara orang dianggap sebagai
hadits Nabi SAW, yang berbunyi:
“Tuntutlah ilmu dari buaian hingga ke liang lahat”.29
27
Ahmad D. Marimba, Pengantar Filsafat Pendidikan Islam, )Bandung: PT. al_ma’arif,
1989), cet. Ke-8, h 19
28
Yusuf Qardhawi, Al-Qur'an Berbicara Tentang Akal dan Pengetahuan, (Jakarta: Gema Insani Press, 1999), h. 91.
29
K.H. Abdullah Syukri Zarkasyi, Gontor dan Pembaharuan Pendidikan Pesantren,
19
“Menurut Quraish Shihab benar tidaknya penisbahan ungkapan tersebut kepada Nabi, yang jelas teori itu sejalan dengan konsep aL-Quran
tentang keharusan menusia menuntut ilmu dengan memperoleh pendidikan
sepanjang hayat”.30
Pendidikan sumur hidup mewajibkan setiap orang untuk menuntut
ilmu sebagaimana ditegaskan dalam hadits Nabi SAW yang berbunyi:
“Dari Annas ibn Malik, Rasulullah SAW berkata bahwa menuntut ilmu itu wajib atas setiap oang muslim”.31
(HR. Ibn Majah)
Menurut A.D Marimba pendidikan Islam adalah “bimbingan jasmani dan rohani berdasarkan hukum-hukum agama Islam menuju terbentuknya
kepribadian utama menurut ukuran-ukuran Islam”.32 Menurut M. Chabib Thoha pendidikan Islam adalah “pendidikan yang berfalsafah, dasar dan tujuannya serta tori-teori yang dibangun untuk melaksanakan praktek
pendidikan didasarkan nilai-nilai dasar Islam yang terkandung dalam
aL-Qur’an dan hadist Nabi”.33
Menurut Muhammad S.A Ibrahimy, sarjana pendidikan islam
Bangladesh, yang dikutip H. Muzayyin Arifin pengertian pendidikan Islam
adalah:
Islamic education in true sense of the term, is a system of education which enables a man to lead his life according to the Islamic ideology, so that the may easily mould his life in accordance with tenets of Islam. The scope of Islamic education has been changing at different times. In view of the demands of the age and the development of science and theology, its scope has also widened. Pendidikan Islam dalam pengertian yang sebenarnya adalah suatu sistem pendidikan yang memungkinkan seseorang dapat mengarahkan kehidupanya sesuai dengan ideologi Islam (cita Islami), dengan demikian akan mudah mencetak hidupnya yang sesuai dengan ajaran Islam. Ruang lingkup pendidikan Islam telah mengalami perubahan menurut
30
Ibid, h. 23
31
Ibid, h. 23
32
A.D. Marimba, Pengantar Filsafat Islam, (Bandung: Al-Ma'arif, 1989), h. 41.
33
tuntutan waktu yang berbeda-beda. Sejalan dengan tuntutan zaman dan perkembangan ilmu dan teknologi, ruang lingkup pendidikan Islam itu juga makin luas.34
Sedang menurut Achmadi Pendidikan Islam adalah “segala usaha untuk memelihara dan mengembangkan fitrah manusia serta sumber daya
insani yang ada padanya menuju terbentuknya manusia seutuhnya (insan
kamil) sesuai dengan Islam”.35
Dari beberapa definisi tersebut, dapat diambil kesimpulan bahwa
pendidikan Islam adalah bimbingan dan pengembangan fitrah manusia baik
jasmani maupun rohani yang berlandaskan hak-hak agama Islam menuju
terbentuknya insan kamil.
34
H. Muzayyin Arifin, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 2003), h. 36.
35
21
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Waktu Penelitian
Penelitian yang berjudul "NILAI-NILAI PENDIDIKAN INTEGRASI IMAN DAN ILMU PENGETAHUAN DALAM AL-QURAN (Kajian Tafsir Q.S aL-Mujadalah/ 58:11) ini dilaksanakan dalam waktu beberapa bulan, dengan pengaturan waktu sebagai berikut : bulan desember 2013
sampai dengan bulan agustus 2014 digunakan untuk mengumpulkan data
mengenai sumber - sumber tertulis yang diperoleh dari teks book yang ada di
perpustakaan, serta sumber lain yang mendukung penelitian, terutama yang
berkaitan dengan pendidikan integrasi Iman dan Ilmu Pengetahuan.
B. Metode Pengumpulan Data
Untuk mendapatkan data dalam penelitian ini, penulis menggunakan
pendekatan penelitian kualitatif, dengan pendekatan yang digunakan dalam
penulisan skripsi ini adalah “menggunakan metode berfikir deduktif, artinya menganalisis data yang bersifat umum menuju kepada peristiwa yang
khusus”.1
Dalam pengumpulan data, penulis menggunakan pendekatan kepustakaan
(library reseach). Untuk mendapatkan data-data penelitian, penulis mengumpulkan bahan kepustakaan, dengan cara membaca, menelaah
buku-buku, surat kabar, majalah, dan bahan-bahan informasi lainnya terutama yang
1
berkaitan dengan integrasi Iman dan Ilmu Pengetahuan dalam Pendidikan
Islam dan beberapa sumber diantaranya sebagai berikut:
Secara sederhana upaya yang dilakukan dalam pengumpulan data yang ada
dalam buku diklasifikasikan menjadi dua yaitu, buku-buku yang merupakan
sumber primer dan buku-buku yang merupakan sumber sekunder.
1. Sumber Primer
Sumber primer adalah sumber pokok yang diperoleh dari aL-Qur’an surat aL-Mujadalah ayat 11.
2. Sumber Sekunder
Sumber sekunder adalah sumber penunjang dan pembanding data yang
dianggap relevan, seperti hadits dan kitab-kitab yang berkaitan dengan
Integrasi Iman dan Ilmu pengetahuan.
C. Metode Analisis Data
Adapun dalam menganalisis data, penulis menggunakan metode sebagai
berikut:
1. Metode Tafsir Tahlily
Metode Tafsir Tahlily (analisis) adalah suatu metode tafsir yang bermaksud menjelaskan kandungan ayat-ayat aL-Qur’an dari seluruh aspeknya. Adapun langkah-langkah yang ditempuh menurut aL-Farmawy
sebagai berikut :
Mengikuti runtutan ayat sebagaimana yang telah tersusun di dalam mushaf, penafsiran melalui uraiannya dengan mengemukakan arti kosa kata diikuti dengan penjelasan mengenai arti global ayat. Juga mengemukakan munasabah (korelasi) ayat-ayat serta menjelaskan hubungan maksud ayat-ayat-ayat-ayat tersebut satu sama lain. Begitu juga penafsir membahas mengenai sebab aL-Nuzul (latar belakang turunnya ayat) dan dalil-dalil yang berasal
dari Rasul, atau sahabat atau para tabi’in, yang kadang-kadang bercampur baur dengan pendapat para penafsir itu sendiri dan diwarnai oleh latar belakang pendidikannya, dan sering pula bercampur dengan pembahasan dan lainnya yang dipandang dapat membantu memahami, nash aL-Qur’an tersebut.2
2
23
2. Metode Kontekstual
Metode kontekstual adalah keterhubungan antara yang sentral dan
yang perifier. Studi secara kontekstual “adalah mendukung nash aL-Qur'an dan hadits sebagai sentral, dan terapan masa lampau, kini dan mendatang
sebagai perifiernya”.3
Adapun subjek dalam penelitian ini adalah Iman, Ilmu Pengetahuan
dan Pendidikan. Sedangkan objek dari penelitian ini adalah materi,
nilai-nilai dan penerapan pendidikan integrasi Iman dan Ilmu Pengetahua. Cara
penyajiannya bersifat deskriptif analitik. Penyajian deskriptif adalah
menjelaskan tentang pengertian, maksud, tujuan, materi, dari
sumber-sumber yang berkaitan sebagai penunjang, dan pembanding terhadap judul
yang akan di teliti.
3. Prosedur Penelitian
Dalam penulisan skripsi ini, penulis menggunakan metode penulisan
deskriptif analitik, metode yang dilakukan adalah :
1. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan menelusuri,
menelaah dan mengkritisi buku-buku atau tulisan lain yang menjadi
rujukan utama serta buku-buku dan tulisan lain yang mendukung
pendalaman dan ketajaman analisis.
2. Teknik Pengolahan Data
Setelah data-data terkumpul lengkap, berikutnya yang penulis
lakukan adalah membaca, mempelajari, meneliti, menyeleksi, dan
mengklasifikasi data-data yang relevan yang mendukung pokok bahasan,
untuk selanjutnya penulis analisis, simpulkan dalam satu pembahasan
yang utuh.
3
3. Analisis Data
Selanjutnya dalam menganalisis data yang telah terkumpul, penulis
menggunakan teknik deskriptif analitik, yaitu teknik analisa data yang
menggunakan, menafsirkan serta mengklasifikasikan dengan
membandingkan fenomena-fenomena pada masalah yang diteliti melalui
langkah mengumpulkan data, menganalisa data dan menginterpretasi data
dengan metode berfikir: “Deduktif merupakan teknik berfikir yang berangkat dari pengetahuan yang sifatnya umum, lalu menyimpulkan
sebagai hal yang sifatnya khusus”. 4. Teknik Penulisan
Teknik penulisan ini berpedoman pada Pedoman Penulisan skripsi
Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negri Syarif
25
BAB IV
HASIL PENELITIAN
A. Deskripsi Data
1. Pemaparan Q.S. aL-Mujadalah/ 58: 11
“Surat aL-Mujadalah terdiri dari 22 ayat, termasuk golongan surat Madaniyah diturunkan sesudah surat aL-Munafiqun. Surat ini dinamai aL-
Mujadalah (wanita yang mengajukan gugatan), karena pada awal surat ini
disebutkan bantahan seorang wanita. Dan dinamai juga aL-Mujadalah yang
berarti perbantahan”.1
2. Munasabat Q.S. aL-Mujadalah/ 58: 11
a. Hubungan dengan surat al-Hadiid (sebelumnya).
Pada surat aL-Hadiid disebutkan beberapa Asmaul Husna, di antaranya "al-Bathin" dan "mengetahui segala sesuatu" sedang pada aL-Mujadalah disebutkan bahwa Allah SWT mengetahui
pembicaraan-pembicaraan yang dirahasiakan. Dan di akhir surat aL-Hadiid
disebutkan “bahwa Allah SWT mempunyai karunia-Nya kepada wanita, yaitu dengan menghilangkan hal-hal yang merugikan pihak wanita pada
hukum zhihar yang berlaku di kalangan Arab Jahiliyah”.2 b. Hubungan dengan surat aL- Hasyr (sesudahnya)
Pada akhir surat al-Mujadalah Allah SWT menyatakan bahwa
agama Allah SWT akan menang, sedang pada permulaan surat aL-
1
A. Soenarjo, dkk, Al-Quran dan Terjemahnya (Semarang: Thoha Putra, 1971), h. 885.
2
Hasyr diterangkan salah satu kemenangan itu, yaitu pengusiran Bani
Nadhir dari Madinah.
Dalam surat al-Mujadalah Allah menyebutkan bahwa orang-orang
yang menentang Allah SWT dan Rasul-Nya akan mendapat kebinasaan.
Sedang dalam surat aL-Hasyr Allah SWT menyebutkan “bahwa orang-orang yang menentang Allah SWT dan Rasul-Nya akan mendapat azab
yang sangat”.3
Menurut A. Soenarjo , pokok-pokok isi surat aL-Mujadalah adalah :
1) Hukum Zhihar dan sangsi-sangsi bagi orang yang melakukannya
bila ia menarik kembali perkataannya, larangan menjadikan musuh
Allah SWT menjadi teman.
2) Menjadi adab sopan santun dalam suatu majlis pertemuan, adab
sopan santun terhadap Rasulullah SAW.
3. Teks dan Terjemahan Q.S. Al-Mujadalah/ 58: 11
/
58
“Hai orang-orang beriman apabila dikatakan kepadamu: "Berlapang-lapanglah dalam majlis", Maka lapangkanlah niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. dan apabila dikatakan: "Berdirilah kamu", Maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. dan Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan”.
(QS.aL-Mujadalah/ 58: 11).4
3
Ibid, h. 910.
4
27
4. Mufradat (Penjelasan Kata) Yang Terkandung Dalam Q.S. aL-Mujadalah/ 58: 11
1.
)
(
Lapangkanlah, dan hendaknya sebagian kamu melapangkan
kepada sebagian yang lain.
2. ( ) Allah melapangkan rahmat dan rezekinya untukmu.
3. ( ) Bangkitlah untuk memberi kelapangan kepada orang-orang yang
datang.
4. ( ) Bangkitlah kamu dan jangan berlambat-lambat.
5. ( ) Allah meninggikan orang-orang yang beriman
6. ( ) Dan Allah meninggikan orang-orang yang
berilmu di antara mereka, khususnya derajat-derajat dalam kemuliaan dan
ketinggian kedudukan.5
5. Asbabun NuzulQ.S. aL-Mujadalah/ 58: 11
Menurut Ibnu Abi Hatim yang bersumber dari Muqatil bahwa ayat
ini turun pada hari jum'at, di saat pahlawan-pahlawan Badar datang ke
tempat pertemuan yang penuh sesak. Orang-orang tidak memberi tempat
kepada yang baru datang itu, sehingga terpaksa mereka berdiri. Rasulullah
menyuruh berdiri kepada pribumi, dan tamu-tamu itu (pahlawan Badar) disuruh duduk di tempat mereka. Orang-orang yang disuruh pindah tempat
itu merasa tersinggung perasaannya. Dan juga ayat ini turun sebagai
“perintah kepada kaum mukmin untuk mentaati perintah Rasulullah dan memberikan kesempatan duduk kepada sesama mukmin”.6
5
Ahmad Mustafa Al Maraghi, Terjemahan Tafsir Al Maraghi, (Semarang: Thoha Putra, tt), h.22-23.
6
6. Tafsir Isi Kandungan Q.S. aL-Mujadalah/ 58: 11 Menurut Beberapa Ahli Tafsir (Mufassir)
Dalam pembahasan ini, penulis akan mengemukakan beberapa
pendapat ahli tafsir (mufassir) sebagai berikut: a. Menurut Ibnu Katsir
Allah Ta'ala berfirman guna mendidik hamba-hamba-Nya yang beriman
dan memerintahkan kepada mereka agar satu sama lain bersikap baik di
majlis.
/
58
Karena siapa yang menanam kebaikan maka ia juga akan memperoleh
kebaikan. Karena ayat ini turun berkenaan dengan majlis- majlis zikir,
yaitu apabila mereka mempersempit tempat duduk di samping Rasulullah
SAW, kemudian Allah SWT memerintahkan kepada mereka untuk
melapangkan tempat duduk satu sama lain.7
Telah dikukuhkan pula bahwa para sahabat Nabi tidak pernah berdiri
untuk menyambut kedatangan beliau, sebab mereka tahu bahwa beliau
sangat tidak menyukai hal itu.
/
58
Allah SWT akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu
dan orang-orang yang diberi Ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan
Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan, yaitu janganlah kamu
mengira bila kamu memberikan kelapangan kepada saudaramu yang
datang atau bila ia diperintahkan untuk keluar, lalu dia keluar, akan
mengurangi haknya. Bahkan itu merupakan ketinggian dan perolehan
7
29
martabat di sisi Allah SWT. Sedang Allah SWT tidak akan
menyia-nyiakan hal itu. Bahkan dia akan memberikan balasan kepadanya di dunia
dan di akhirat. Karena orang yang merendahkan diri karena Allah SWT,
“maka Allah SWT akan mengangkat derajatnya dan akan mempopulerkan namanya. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan, yaitu,
Maha Mengetahui orang yang berhak untuk mendapatkan hal itu dan
orang yang tidak berhak untuk mendapatkannya”.8 b. Dalam tafsir aL-Mishbah,
Ayat ini menerangkan tentang perintah untuk memberi kelapangan
dalam segala hal kepada orang lain. Ayat ini juga tidak menyebut secara
tegas bahwa Allah SWT akan meninggikan derajat orang yang berilmu.
Tetapi menegaskan bahwa mereka memiliki derajat-derajat yakni “yang lebih tinggi dari sekadar beriman, tidak disebutkan kata meninggikan itu
sebagai isyarat bahwa sebenarnya ilmu yang dimiliki itulah yang
berperanan besar dalam ketinggian derajat yang diperolehnya, bukan
akibat dari faktor di luar ilmu itu”.9
Yang dimaksud dengan yang diberi pengetahuan adalah
mereka yang beriman dan menghiasi diri mereka dengan pengetahuan. Ini
berarti ayat di atas membagi kaum beriman jadi dua, “yang pertama sekadar beriman dan beramal saleh, yang kedua beriman, beramal saleh
serta memiliki pengetahuan. Derajat kedua kelompok ini menjadi lebih tinggi, bukan saja karena nilai ilmu yang disandangnya, tetapi juga amal
dan pengajarannya kepada pihak lain baik secara lisan atau tulisan
maupun keteladanan”.10
Ilmu yang dimaksud oleh ayat di atas bukan hanya ilmu agama, tetapi
ilmu apapun yang bermanfaat. Dan dalam pandangan aL-Qur'an ilmu tidak
hanya ilmu agama, tetapi juga yang menunjukan “bahwa ilmu itu haruslah menghasilkan rasa takut dan kagum pada Allah SWT, yang pada
8
Ibid., h. 632.
9
M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Mishbah; Pesan, Kesan Dan Keserasian Al-Qur'an, (Jakarta: Lentera Hati, 2002), h. 79.
10
gilirannya mendorong yang berilmu untuk mengamalkan ilmunya serta
memanfaatkannya untuk kepentingan mahkluk”.11 c. Dalam tafsir aL-Maraghi
Ayat ini mencakup pemberian kelapangan dalam menyampaikan
segala macam kebaikan kepada kaum muslimin dan yang
menyenangkannya. Dan Allah SWT “akan meninggikan derajat orang mukmin dengan mengikuti perintah-perintah-Nya, khususnya
orang-orang yang berilmu di antara mereka, derajat-derajat yang banyak dalam
hal pahala dan tingkat-tingkat keridhaan”.12 d. Dalam tafsir Shafwah at-Tafaasir
Ayat ini menjelaskan untuk saling mamberi kelapangan yaitu “pada apa-apa yang dibutuhkan manusia pada tempat, rizki, hati dan juga
menunjukan bahwa setiap orang yang meluaskan majlis untuk beribadah
kepada Allah SWT, maka Allah akan membuka pintu-pintu kebaikan dan
kebahagiaan dan Allah akan meluaskan baginya di dunia dan akherat”.13 Allah SWT akan mengangkat orang-orang mukmin dengan
perumpamaan dan perintah-Nya dan perintah Rasul-Nya, orang-orang
yang pandai di antara mereka pada khususnya tingkatan yang tinggi.
“Allah SWT memberi derajat yang tinggi sampai dengan surga”.14
Ayat ini sebagai pujian kepada para ulama yang mempunyai kelebihan
dengan ilmunya, dalam arti Allah SWT mengangkat orang yang beriman
dan berilmu di antara orang mukmin. Sebagaimana syafaat kepada tiga
orang yaitu para Nabi, ulama, syuhada. “Dan keutamaan ilmu dalam keimanan sebagai simbol manusia yang mendapat derajat yang tinggi di
sisi Allah SWT”.15
11
Ibid., h. 83.
12
Ahmad Mustafa Al Maraghi, Op.,Cit., (Semarang: Thoha Putra, tt), h.26
13
M. Ali al-Shabuni, Shafwah at-Tafaasir Juz III, (Beirut Libanon: Dar Qur'an al-Karim, 1981/1401 H), h. 340.
14
Ibid. , h. 341.
15
31
e. Dalam tafsir Fakhrur Razi
“Ayat ini menunjukan pada setiap orang yang meluaskan majlis untuk beribadah kepada Allah SWT dan dibukakan beberapa pintu kebaikan dan
kebahagiaan, berupa kebaikan di dunia dan akherat”.16
Dan Allah SWT mengangkat orang yang beriman dengan
perumpamaan perintah Rasul-Nya dan orang-orang alim di antara mereka
khususnya dalam hal derajat. Karena keutamaan ilmu adalah “bagaimana cara beribadah dengan khusyu' dan menjalankan perintah dan
larangannya”.17 Dan keutamaan orang yang berilmu dan beriman adalah bertambah derajat di sisi Allah SWT dan di sisi manusia akan
mendapatkan tempat yang baik.
f. Dalam aL-Qur'an dan tafsirnya
Dalam ayat ini menerangkan bahwa jika disuruh Rasulullah SAW
berdiri untuk memberikan kesempatan kepada orang tertentu agar ia dapat
duduk, atau kamu disuruh pergi dahulu hendaknya kamu pergi, “karena Rasul ingin memberikan penghormatan kepada orang-orang atau beliau
ingin menyendiri untuk memikirkan urusan-urusan agama, atau
melaksanakan tugas-tugas yang perlu diselesaikan”.18
Akhir ayat ini menerangkan bahwa Allah SWT akan mengangkat
derajat-derajat orang yang beriman, yang taat dan patuh kepada-Nya,
melaksanakan perintah-Nya, menjauhi larangan-Nya dan berusaha
menciptakan suasana damai, aman dan tentram dalam masyarakat,
demikian pula orang yang berilmu yang menggunakan ilmunya untuk
menegakan kalimat Allah SWT. Dari ayat ini dipahami “bahwa orang-orang yang mempunyai derajat yang paling tinggi di sisi Allah SWT ialah
orang yang beriman, berilmu dan ilmunya itu yang diamalkan sesuai
dengan yang diperintahkan oleh Allah SWT dan Rasul-Nya”.19
16
IM.ar-Razi Fakhruddin, Tafsir al-Fakhr al-Razi, (Beirut Libanon: Dar al-Fikr, Tt), h 1
17
Ibid. , h. 270.
18
Departemen Agama Republik Indonesia, Al-Qur'an Dan Tafsirnya, (Yogyakarta: Dana Bhakti Wakaf, 1990), h. 26.
19
g. Dalam tafsir aL-Azhar
Ayat ini menunjukkan bahwa apabila seseorang berlapang hati kepada
sesamanya dengan memberi kesenangan dan kebajikan, maka Allah SWT
akan memberi kelapangan di dunia dan di akhirat.
/
58
Ayat inipun mengandung dua tafsir, pertama, jika seseorang disuruh melapangkan majlis, yang berarti melapangkan hati, bahkan jika dia
disuruh berdiri sekalipun lalu memberikan tempatnya kepada orang yang
patut duduk dimuka, janganlah berkecil hati, melainkan hendaklah dia
berlapang dada, karena orang yang berlapang dada itulah kelak orang yang
akan diangkat Allah SWT Iman dan Ilmunya, sehingga derajatnya
bertambah naik. Orang yang patuh dan sudi memberikan tempat kepada
orang lain itulah yang akan bertambah ilmunya. Kedua, memang ada orang yang diangkat Allah SWT derajatnya lebih tinggi dari pada orang
kebanyakan, “yaitu karena Imannya dan karena Ilmunya. Setiap hari pun dapat kita melihat raut muka, pada wajah, pada sinar mata orang yang
beriman dan berilmu. Ada saja tanda yang dapat dibaca oleh orang arif dan
bijaksana”.20
Iman memberi cahaya pada jiwa, sedangkan ilmu pengetahuan
memberi sinar pada mata. Iman dan Ilmu membuat orang jadi mantap,
agung, walau tidak ada pangkat dan jabatan yang disandangnya, sebab
cahaya itu datang dari dalam dirinya sendiri.
Pokok hidup utama adalah Iman dan pokok pengirimnya adalah Ilmu.
Iman tidak disertai ilmu dapat membawa dirinya terperosok mengerjakan
pekerjaan yang disangka menyembah Allah SWT, padahal mendurhakai
Allah SWT. Sebaliknya orang yang berilmu saja tanpa disertai iman,
maka ilmunya itu dapat membahayakan dirinya sendiri ataupun bagi
20
33
sesama manusia. Ilmu manusia tentang atom misalnya, alangkah penting
ilmu itu kalau disertai iman, karena dia akan membawa faedah yang besar
bagi seluruh manusia. Tetapi ilmu itupun dapat digunakan orang untuk
memusnahkan sesama manusia, karena jiwanya yang tidak terkontrol oleh
iman kepada Allah SWT.
Ayat tersebut di atas selanjutnya sering digunakan para ahli untuk
mendorong diadakannya kegiatan di bidang ilmu pengetahuan, dengan
cara mengunjungi atau mengadakan dan menghadiri majlis ilmu. “Orang yang mendapatkan ilmu itu selanjutnya akan mencapai derajat yang tinggi
dari Allah SWT”.21
Dan berbicara tentang etika atau akhlak. Ketika berada di majlis ilmu,
etika dan akhlak tersebut antara lain ditujukan untuk terciptanya
ketertiban, kenyamanan, dan ketenangan suasana selama dalam majlis,