• Tidak ada hasil yang ditemukan

Nilai-Nilai Pendidikan Akhlak Dalam Surat Al-Mujadalah Ayat 11-12

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Nilai-Nilai Pendidikan Akhlak Dalam Surat Al-Mujadalah Ayat 11-12"

Copied!
65
0
0

Teks penuh

(1)

NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK DALAM SURAT

AL-MUJADALAH AYAT 11-12

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai Gelar

Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I)

Oleh:

Komarullah Azami

NIM :109011000192

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SYARIF

HIDAYATULLAH

JAKARTA

(2)

NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK DALAM SURAT

AL-MUJADALAH AYAT 11-12

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai Gelar

Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I)

Oleh

Komarullah Azami

NIM : 109011000192

Di Bawah Bimbingan

Dr. H. Anshori, LAL, MA

NIP : 19570406 199403 1 001

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SYARIF

HIDAYATULLAH

JAKARTA

(3)

PENGESAHAN PEMBIMBING SKRIPSI

Skripsi yang berjudul Nilai-Nilai Pendidikan Akhlak Yang Terkandung Dalam Surat al-Mujadalah Ayat 11-12 disusun oleh Komarullah Azami, NIM. 109011000192, Jurusan Pendidikan Agama Islam, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Telah melalui bimbingan dan dinyatakan sah sebagai karya ilmiah yang berhak untuk diujikan pada sidang munaqasah sesuai ketentuan yang ditetapkan oleh fakultas.

Jakarta, 20 Februari 2014

Yang mengesahkan,

Pembimbing

Dr. H. Anshori, LAL, MA

(4)

LEMBAR PENGESAHAN

Skripsi yang berjudul Nilai–Nilai Pendidikan Akhlak Dalam Surat al– Mujadalah Ayat 11-12 disusun oleh Komarullah Azami, NIM 109011000192, Jurusan Pendidikan Agama Islam, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, telah dinyatakan lulus dalam Ujian Munaqosah pada tanggal 08 April 2014 dihadapan dewan penguji. Karena itu, penulis berhak memperoleh gelar sarjana S1 (S.Pd.I) dalam Bidang Pendidikan Agama Islam.

Jakarta, 21 April 2014

(5)

SURAT PERNYATAAN KARYA ILMIAH

Yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : Komarullah Azami

NIM : 109011000192

Jurusan/Semester : Pendidikan Agama Islam/IX

Alamat : Jl. Dr. Setia Budi No. 7 RT 02 / 05 Pamulang Barat

Tangerang Selatan

MENYATAKAN DENGAN SESUNGGUHNYA

Bahwa skripsi yang berjudul Nilai-Nilai Pendidikan Akhlak Yang Terkandung Dalam Surat al-Mujadalah Ayat 11-12 adalah benar hasil karya sendiri dibawah bimbingan dosen :

Nama Pembimbing : Dr. H. Anshori, LAL, MA

NIP : 19570406 199403 1 001

Jurusan : Tafsir

Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan saya siap menerima segala konsekuensi apabila terbukti bahwa skripsi ini bukan hasil karya sendiri.

Jakarta, 20 Februari 2014

Yang Menyatakan

(6)

UJI REFERENSI

Seluruh referensi yang digunakan dalam penelitian skripsi dengan judul ―Nilai-Nilai Pendidikan Akhlak Dalam Surat al-Mujadalah Ayat 11-12‖ yang disusun oleh KOMARULLAH AZAMI, NIM. 109011000192, Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, telah disetujui kebenarannya oleh dosen pembimbing skripsi pada hari Kamis, 20 Februari 2014.

Jakarta, 20 Februari 2014

Dosen Pembimbing

Dr. H. Anshori,LAL, MA.

(7)

ABSTRAK

“Nilai

-Nilai Pendidikan Akhlak dalam surat al-Mujadalah ayat

11-12”

Ketika umat Islam menjauhi al-Qur‘an atau sekedar menjadikan al-Qur‘an hanya sebagai bacaan keagamaan maka sudah pasti al-Qur‘an akan kehilangan relevansinya terhadap realitas-realitas alam semesta. Kenyataannya orang-orang diluar islamlah yang yang giat mengkaji realitas alam semesta sehingga mereka dengan mudah dapat mengungguli bangsa-bangsa lain, padahal umat islamlah yang seharusnya memegang semangat al-Qur‘an.

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui, menggali dan memahami tentang nilai-nilai pendidikan akhlak yang terkandung dalam surat al-mujadalah ayat 11-12.

Pendidikan akhlak adalah inti pendidikan semua jenis pendidikan karena ia mengarahkan pada terciptanya perilaku lahir dan batin manusia, sehingga menjadi manusia yang seimbang dalam arti terhadap dirinya maupun terhadap luar dirinya.

Dalam penelitian ini penulis menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode deskriptif analisis melalui teknik studi kepustakaan (Library Research).

Sumber data pada penelitian ini berasal dari literatur-literatur yang berkaitan dengan tema dalam penelitian ini. Sumber-sumber tersebut terdiri dari data primer, yaitu kitab suci al-Qur‘an dan kitab-kitab tafsir al-Qur‘an yang menjelaskan surat al -Mujadalah ayat 11-12, diantaranya: kitab al-Qur‘an dan Tafsirnya, Tafsir al-Misbah karya Quraish Shihab, Tafsir al-Azhar karya Hamka, Tafsir al-Kasyaf karya Zamakhsari, Tafsir AtThobari dan Tafsir Ibnu Katsir. Dan data sekunder, yaitu dari buku-buku yang membahas mengenai nilai-nilai pendidikan, diantaranya : Aktualisasi Nilai-nilai Qur‘ani Dalam Sistem Pendidikan Islam karya Said Agil Husin al-Munawwar danTafsir Ayat-Ayat Pendidikan karya Abuddin Nata. Adapun analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan analisis metode tafsir maudhu‟i.

(8)

ABSTRACT

"Educational Values and Morals in the letter al-Mujadalah verses

11-12"

While Muslims away from the Qur'an or simply make the Qur'an just as it is certain religious readings of the Qur'an will lose its relevance to reality-the reality of the universe. In fact those outside of Islam is actively examining the reality of the universe until they can easily surpass other nations, but the moslem is who should hold the spirit of Qur'an.

The purpose of this study is to discover, excavate and understand about character education values contained in the letter al-Mujadalah verse 11-12.

Moral education is the core of all types of education because it is directed at the creation of inner and outer behavior, to be balanced in the sense of man against himself or to the outside.

In this study the authors used a qualitative approach with descriptive methods of engineering analysis through the study of literature (Library Research).

Sources of data in this study came from the literature related to the theme in this study. These sources consist of primary data, which is the holy book of the Qur‘an and books of Tafseer al-Qur'an al-Mujadalah letter explaining verses 11-12, including: book of ―Qur‘an and Tafseer‖, ―Tafseer Misbah‖ by al-Quraish Shihab, ―Tafsir al-Azhar‖ by Hamka, ―Tafsir al-Kasyaf Zamakhsari‖ by At Thobari Tafsir Ibn Kathir Tafsir. And secondary data, that is, from the books that discussed the values of education, including: Actualization values of the Qur'an In the Islamic Education System works of Said Agil Husin Al-Munawwar dan Tafsir Verses Education Abuddin Nata work. The analysis used in this study is the use of analytical methods maudhu'i interpretation.

(9)

KATA PENGANTAR

Puji syukur senantiasa kita panjatkan ke hadirat Allah SWT, sehingga atas segala limpahan karunia dan nikmatnya akhirnya skripsi ini dapat diselesaikan meskipun belum sempurna.

Shalawat beriring salam semoga selalu tercurah kepada Nabi Muhammad SAW, yang telah membawa kedamaian dan rahmat untuk semesta alam. Atas jerih payah beliau kita berada di bawah bendera Islam.

Penulisnya menyadari skripsi ini, terselesaikan atas dukungan dari dosen, orang tua, rekan dan lainnya. Banyaknya pihak yang turut mendukung penyelesaiannya, membuat penulis tidak mungkin menyebutkan satu-persatu, namun di bawah ini akan kami sebutkan mereka yang memiliki andil besar atas terselesaikannya skripsi ini :

1. Ibu Dr. Hj. Nurlena Rifa‘I, M.A. selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

2. Bapak Drs. H. Abdul Majid Khon, M.Ag. selaku ketua jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Ibu Marhamah Saleh, Lc. MA. selaku seketaris jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

4. Dr. H. Anshori, LAL, MA, Selaku dosen pembimbing skripsi yang telah meluangkan waktu, tenaga dan pemikirannya untuk memberikan koreksi dan bimbingannya dengan baik serta senantiasa memberikan motivasi agar skripsi ini dapat segera terselesaikan.

5. M. Zuhdi, M.Ed, Ph.D, selaku dosen penasihat akademik yang memberikan motivasi kepada penulis agar penelitian dilakukan dengan sungguh-sungguh sehingga memberikan hasil yang memuaskan.

(10)

dan mencukupi moril dan materil kepada penulis sejak kecil sampai sekarang dan seterusnya (kasih sayang mereka yang tidak terputus sepanjang hayat), kakakanda tercinta Hairullah, Rosmaidah dan Kurniawan serta adinda Zainal Muttaqin dan Mugni Maulana yang selalu mendorong penulis agar skripsi ini dapat segera terselesaikan.

7. Sahabat-sahabatku, Nopiandi Nurdaya ‗Om Nopi‘, Imran Satria Muchtar, Ari Zaid ‗Ari‘, Erik Ray Ramadhan ‗Erik‘, dan Wildan Mukholad ‗Idank‘, Ahmad Fuad ‗Fuad‘, Chairul Anwar ‗Anwar‘ dan Novi Rismayanti yang selalu memberikan semangat, berbagi suka-duka, membantu tenaga dan pikirannya. Semoga kalian selalu dalam lindungan Nya, amin.

8. Kawan-kawan di PAI khususnya kelas E yang selalu memberikan semangat dan mau membantu tenaga dan pikirannya. Semoga Allah tetap menyayangi kita semua, Amiin.

9. Teman-teman Praktik Profesi Keguruan Terpadu (PPKT) Hafiz Alim, Sarah Hanifa Purnomo, Nurmalianis, Reni Desriani, Ferawati, Elin, dan Juliana. Dan tidak lupa pula kepada anak-anak kelas X angkatan 2011-2012. Tanpa kalian mungkin karya ilmiah ini tidak akan bisa tercipta dan semoga apa yang sudah

kalian berikan bisa bermanfaat dikemudian hari.

Penulis panjatkan do‘a dan rasa syukur kepada Allah SWT, semoga jasa yang telah mereka berikan menjadi amal sholeh dan mendapatkan balasan yang jauh lebih baik dari-Nya. Amiin. Dan, penulis juga menyadari segala kekurangan yang melekat pada skripsi ini. Untuk itu kritik dan saran dari pembimbing dan guru-guru merupakan suatu hal yang diharapkan Semoga segala ikhtiar kita diridhai Allah SWT.

Jakarta, 21 Januari 2014

(11)

DAFTAR ISI

LEMBAR PERNYATAAN

LEMBAR PENGESAHAN DOSEN PEMBIMBING

LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI

ABSTRAK……… i

KATA PENGANTAR………. ii

DAFTAR ISI……….……… iv

BAB I PENDAHULAN A. Latar Belakang Masalah... 1

B. Identifikasi Masalah... 7

C. Pembatasan Masalah.... 7

D. Perumusan Masalah ... 8

E. Tujuan dan Manfaat Penelitian ………..………. 8

BAB II KAJIAN TEORITIS A. Pendidikan 1. Pengertian Pendidikan ... 9

2. Tujuan Pendidikan ... 11

3. Dasar Pendidikan ... 12

4. Materi Pendidikan ... 13

B. Akhlak 1. Pengertian Akhlak ... 14

2. Sumber Akhlak ... 17

3. Pembagian Akhlak ...18

C. Pendidikan Akhlak 1. Pendidikan Akhlak ……….…. 19

2. Dasar Hukum Pendidikan Akhlak ... 22

3. Tujuan Pendidikan Akhlak ……….………. 22

4. Pendidikan Akhlak Dalam Realita Masyarakat ... 23

(12)

D. Hasil Penelitian Yang Relevan ……….………... 26

BAB III METODOGI PENELITIAN A.Objek dan Waktu Penelitian ……… 27

B.Metode Penulisan ……… 27

C.Fokus Penelitian ……….. 28

D.Teknik Pengumpulan Data ………....……….. 29

BAB IV PENAFSIRAN DAN NILAI- NILAI PENDIDIKAN AKHLAK YANG TERKANDUNG DALAM Q.S. AL-MUJADILLAH AYAT 11-12 A.Teks Ayat dan Terjemahannya ………..………. 30

1. Mufrodat (Kosa kata) ………..………….......………..…………. 31

2. Asbabun Nuzul surah al-Mujadallah Ayat 11-12 ……...…....…... 31

B.Tafsir Tentang Surah al-Mujadallah Ayat 11-12 …………..….... 34

C.Kesimpulan Para Ahli Tafsir Tentang Surah al-Mujadallah Ayat 11-12... 41

D.NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK YANG TERKANDUNG DALAM SURAT AL-MUJADLLAH AYAT 11-12 3. Nilai-Nilai Pendidikan Akhlak …..………... 44

4. Konsep Nilai -Nilai Pendidikan Akhlak Yang Terkandung Dalam Surah al Mujadalah Ayat 11-12 Dalam Kehidupan Sehari-Hari………... 47

5. Kendala dan Dukungan Penerapan Nilai-Nilai Pendidikan Akhlak yang Terkandung Dalam Surat al-Mujadalah ayat 11-1……... 48

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A.Kesimpulan ………..……….. 50

B.Implikasi ………..……….. 52

C.Saran ………..……… 53

D.Penutup ………..……….... 54

DAFTARPUSTAKA ………...………... 53

(13)

BAB I

PENDAHULUAN

A.

Latar Belakang Masalah

Melihat fenomena yang terjadi dalam kehidupan umat manusia pada zaman sekarang ini sudah jauh dari nilai-nilai al-Qur‘an. Akibatnya banyak bentuk penyimpangan dari nilai-nilai al-Qur‘an yang terjadi pada setiap lapisan masyarakat. selain itu minimnya pengetahuan masyarakat terhadap nilai-nilai al-Qur‘an juga menjadi faktor yang sangat penting dalam penyimpangan yang terjadi dalam masyarakat.

Padahal jika kita melihat kebelakang bangsa Indonesia dulunya adalah bangsa yang penuh dengan segala macam ilmu pengetahuan dan memiliki nilai matabat yang luhur dibandingkan dengan bangsa-bangsa yang lain namun bangsa yang memiliki pribadi yang luhur itu sudah tenggelam entah kemana dan bangsa Indonesia yang sekarang bukanlah bangsa Indonesia yang dulu sebab sudah banyak atribut jelek yang melekat pada bangsa ini. Hal ini sesuai dengan apa yang dikatakan oleh Nurchaili dalam jurnalnya :

(14)

Indonesia dalam UUD 1945, semua telah dituangkan dengan cukup bijak1.

Dari uraian diatas dapat penulis simpulkan bahwa jati diri serta peradaban bangsa Indonesia yang luhur tidak boleh hilang dengan sikap masyarakat yang acuh tak acuh pada kemerosotan akhlak yang terjadi. Sudah saatnya bangsa ini harus mulai bangkit dan mulai membenahi diri bukan saling menyalahkan satu pihak ke pihak yang lain. Bangsa ini membutuhkan pertolongan dari semua pihak baik dari lembaga pemerintahan ataupun lembaga

pendidikan.

Nuchaili mengatakan ―Pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan suatu sistem pendidikan nasional yang meningkatkan keimanan dan ketakwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa serta akhlak mulia dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa2.‖

Nurchaili dalam bukunya mengatakan ―Pendidikan agama adalah unsur terpenting dalam pembangunan mental dan pendidikan akhlak. Jika kita mempelajari pendidikan agama, maka akhlak merupakan sesuatu yang sangat penting. Bahkan yang terpenting dimana kejujuran, kebenaran dan keadilan merupakan sifat-sifat terpenting dalam agama.‖3

Dari uraian diatas dapat penulis simpulkan bahwa untuk membangun mental serta akhlak yang mulia itu harus mengerti tentang pendidikan agama sebab apa yang terkandung dalam pendidikan agama adalah sifat dasar dari segala apa yang dibutuhkan bangsa ini.

Ketika umat Islam menjauhi al-Qur‘an atau sekedar menjadikan al -Qur‘an hanya sebagai bacaan keagamaan maka sudah pasti al-Qur‘an akan kehilangan relevansinya terhadap realitas-realitas alam semesta. Kenyataannya orang-orang diluar islamlah yang yang giat mengkaji realitas alam semesta sehingga mereka dengan mudah dapat

1

Nurchaili, Membentuk Karakter Siswa melalui Keteladanan Guru, Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Vol. 16 Edisi Khusus III, Oktober 2010, h. 233-234.

2 Ibid.

3

(15)

mengungguli bangsa-bangsa lain, padahal umat islamlah yang seharusnya memegang semangat al-Qur‘an.4

Namun nampaknya melihat fenomena yang terjadi kehidupan umat manusia pada zaman sekarang ini sudah jauh dari nilai-nilai al-Qur‘an. Akibatnya bentuk penyimpangan terhadap nilai tersebut mudah ditemukan di lapisan masyarakat. Hal ini dapat dilihat dari berbagai peristiwa yang terjadi,

yang menunjukan penyimpangan terhadap nilai yang terdapat didalamnya. Minimnya pengetahuan masyarakat terhadap pemahaman al-Qur‘an, akan semakin memperparah kondisi masyarakat berupa dekadensi moral. Oleh karena itu, untuk memurnikan kembali kondisi yang sudah tidak relevan dengan ajaran Islam, satu-satunya upaya yang dapat dilakukan adalah dengan kembali kepada

ajaran yang terdapat didalamnya.5

Sangat memperihatinkan bahwa kemerosotan akhlak tidak hanya terjadi pada kalangan muda, tetapi juga terhadap orang dewasa, bahkan orang tua. Kemerosotan akhlak pada anak-anak dapat dilihat dengan banyaknya siswa yang tawuran, mabuk, berjudi, durhaka kepada orang tua bahkan sampai membunuh sekalipun. Untuk itu, diperlukan upaya strategis untuk memulihkan kondisi tersebut, diantaranya dengan menanamkan kembali akan pentingnya peranan orang tua dan pendidik dalam membina moral anak didik.6

Pendidikan akhlak menurut al-Qur‘an adalah suatu usaha yang dilakukan secara sadar guna memberikan pendidikan jasmani dan rohani berdasarkan ajaran Islam yang berupa penanaman akhlak mulia yang merupakan

cermin kepribadian seseorang, sehingga menghasilkan perubahan yang direalisasikan dalam kenyataan kehidupan sehari-hari. Kenyataan hidup yang meliputi : tingkah laku yang baik, cara berfikir yang baik dan bersikap baik yang dapat menjadikan manusia sempurna.

4

Muhammad al-Ghazali, Berdialog dengan al-Qur‟an, (Bandung : Mizan, 1999), Cet. IV, h. 21

5

Abdulloh Husaeri, ―Nilai-Nilai Pendidikan Akhlak Dalam al-Qur‘an: Kajian Tafsir Tentang Surat al-Hujurat ayat 11-13,‖ Skripsi pada Perpustakaan Utama UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Jakarta, 2008, h. 13, tidak dipublikasikan.

(16)

Pendidikan karakter (akhlak) dalam Islam sudah tertulis jelas didalam al-Quran surat Al-Qalam ayat 4:



)

ملقلا

/

86

:

(

4

Dan sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung”. Demikian pula misi utama diutusnya Rasulullah shallallahu ‗alaihi was sallam adalah untuk memperbaiki dan menyempurnakan akhlak yang mulia. Sebagaimana dalam al-Qur‘an surah al- Ahzab ayat 21 :





(

بازحاا

: 33/

( 21

Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan Dia banyak menyebut Allah.”

Menurut Nurchaili dalam karyanya mengatakan ―Timbulnya pendidikan akhlak, bersamaan dengan timbulnya kehidupan manusia dan berbagai persoalan mana yang baik dan mana yang buruk bagi tiap orang, walaupun dengan penilaian akal yang sederhana sekalipun pada dasarnya semua ini adalah untuk mengatur tata kehidupan manusia‖7.

Akhlak Merupakan barometer terhadap kebahagiaan, keamanan dan ketertiban dalam kehidupan manusia dan dapat dikatakan bahwa akhlak merupakan berdirinya suatu umat, sebagaimana shalat sebagai tiang agama. Dengan kata lain, apabila rusak akhlak suatu umat maka rusaklah bangsanya. Sesuai dengan hadits Nabi Muhammad SAW :

7

(17)

َا : ملسو يلع ها ىلص ِها ُلْوُسَر َلاَق : َلاَق َُْع ُها َيِضَر َةَرْ يَرُ يِبَأ ْنَع

ْعِبَي َاَو اوُرَ باَدَت َاَو اوُضَغاَبَ ت َاَو اوُشَجاََ ت َاَو اوُدَساَحَت

َداَبِع اوُنْوُكَو ٍضْعَ ب ِعْيَ ب ىَلَع ْمُكُضْعَ ب

َوْق تلا . ُُرِقْحَي َاَو ُُبِذْكَي َاَو ُُلُذْخَي َاَو ُُمِلْظَيَا ِمِلْسُمْلا وُخَأ ُمِلْسُمْلا . ًاناَوْخِإ ِها

اَُهَ ى

ٍتارَم َثَاَث ِِرْدَص ىَلِإ ُرْ يِشُيَو

لا َنِم ٍئِرْما ِبَسَحِب

لُك ،َمِلْسُمْلا ُاَخَأ َرِقْحَي ْنَأ ِرش

ُُضْرِعَو ُُلاَمَو ُُمَد ٌماَرَح ِمِلْسُمْلا ىَلَع ِمِلْسُمْلا

.

]ملسم هاور[

8

“Dari Abu Hurairah radhiallahuanhu dia berkata : Rasulullah shallallahu „alaihi was sallam bersabda : Janganlah kalian saling dengki, saling menipu, saling marah dan saling memutuskan hubungan. Dan janganlah kalian menjual sesuatu yang telah dijual kepada orang lain. Jadilah kalian hamba-hamba Allah yang bersaudara. Seorang muslim adalah saudara bagi muslim yang lainnya, (dia) tidak menzaliminya dan mengabaikannya, tidak mendustakannya dan tidak menghinanya. Taqwa itu disini (seraya menunjuk dadanya sebanyak tiga kali). Cukuplah seorang muslim dikatakan buruk jika dia menghina saudaranya yang muslim. Setiap muslim atas muslim yang lain; haram darahnya, hartanya, dan kehormatannya. (Riwayat Muslim)”

Dari hadits diatas dapat penulis ambil sebuah kesimpulan bahwa akhlak suatu bangsa akan hancur apabila diantara kita saling membenci, menipu, dendam dan memutuskan hubungan (silahturahmi). Oleh karena itu dalam membentuk pendidikan akhlak yang berkualitas sebaiknya dalam suatu bangsa tidak terlepas dari peran pentingnya sosok generasi yang biasa kita sebut dengan remaja. Oleh karena itu keagamaan dari sudut pandang remaja ini perlu diperhatikan pula. Identitas keagamaan remaja adalah sikap yang diwujudkan dengan pengalaman sepenuhnya terhadap ajaran agamanya, dalam hal ini adalah ajaran Allah SWT, dan Rasul-Nya.

8

(18)

Hal ini sesuai dengan konsep pendidikan Islam yang dikemukakan oleh Zakiah Daradjat, bahwa ―Pendidikan Islam berarti pembentukan pribadi muslim. Isi pribadi muslim adalah pengalaman sepenuhnya ajaran Allah SWT dan Rasul-Nya‖9.

Jadi remaja yang ideal (dalam hal sikap keagamaannya) adalah remaja yang menjalankan perintah Allah SWT dan menjauhi segala larangan-Nya dalam kehidupan sehari-hari. Untuk membentuk generasi muda yang ideal dan militant bukan suatu hal yang sulit apabila semua aspek bergabung saling menopang satu sama lainnya, antara lingkungan keluarga yang harmonis, pergaulan yang baik dan bersifat agamis serta pemerintah memberi fasilitas kegiatan yang positif.

Menurut Abuddin Nata, ―Jika ada suatu penyimpangan akhlak seperti masalah kekerasan, hal demikian dinilai sebagai perbuatan perbuatan haram

yang harus diberantas. Padahal dengan diberantasnya masalah tersebut belum tentu dapat mengatasi masalah terkait dengan keimanan yang tipis, kurangnya pengetahuan, keterampilan, dan sempitnya lapangan kerja‖10

.

Pendidikan akhlak sangat berperan dalam pembentukan kualitas manusia yang beriman dan bertaqwa. Manusia yang dengan kualitas iman dan taqwa diyakini mampu bertindak bijaksana baik dalam kapasitas sebagai pemimpin bagi dirinya sendiri, keluarga maupun masyarakat. Dalam ketetapan MPR disebutkan pembangunan nasional dibidang pendidikan adalah mencerdaskan kehidupan bangsa dan meningkatkan kualitas manusia Indonesia dalam mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur, serta memungkinkan para warganya mengembangkan diri baik berkenaan dengan aspek jasmani dan rohani.11

Menurut Ismail ―Disinilah letak pentingnya pendidikan akhlak, yaitu dalam merumuskan pendidikan agar selalu berada dalam jalur yang benar dan selalu dalam orientasi yang lebih baik. Dengan ini nilai-nilai Islam dapat

9

Zakiah Daradjat, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 1996), h. 17

10

Abuddin Nata, Metodologi Studi Islam, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1998), h. 1-5. 11

(19)

teraktualisasikan dalam pendidikan dan terciptalah mayarakat yang humanis (bermoral)‖12

.

Oleh Karena itu, dalam pelaksanaannya guru agama dituntut untuk mampu mengorientasikan pendidikan akhlak bukan hanya bagaimana agar anak didik itu menjadi manusia yang bertakwa kepada Allah SWT, Tetapi juga harus mampu mengupayakan bagaimana agar siswa mempunyai kepekaan dan kepedulian sosial yang tinggi, mempunyai semangat kerja yang dilandasi oleh nilai-nilai agama, dan mampu berhubungan dengan sesama (teman, orang tua, guru dan lingkungannya) dengan baik.

Dari latar belakang yang penulis uraikan di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian yang ditulis dalam bentuk Skripsi dengan judul:

“NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK DALAM SURAH

AL-MUJADALAH AYAT 11-12”.

B.

Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah penulis kemukakan diatas. maka penulis perlu mengidentifikasi masalah sebagai berikut :

1. Nilai-nilai pendidikan akhlak yang terkandung dalam surah al-Mujadalah ayat 11-12

2. Konsep nilai-nilai akhlak yang terkandung di surah al-Mujadalah ayat 11-12 dalam kehidupan sehari-hari.

3. Kendala dan dukungan penerapan nilai-nilai akhlak yang terkandung dalam surah al-Mujadalah ayat 11-12.

12

(20)

C.

Pembatasan Masalah

Dari identifikasi masalah yang dikemukakan di atas, maka penulis perlu untuk mengarahkan permasalahan yang akan diteliti dan akan dibatasi hanya pada :

1. Nilai-nilai pendidikan akhlak yang terkandung pada surah al-mujadalah ayat 11-12

2. Konsep nilai-nilai pendidikan akhlak yang terkandung dalam surah al-Mujadalah ayat 11-12

D.

Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian diatas, maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai

berikut :

Nilai-nilai pendidikan akhlak apa saja yang terkandung dalam surat al-mujadalah ayat 11-12 ?

E.

Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui, menggali dan memahami tentang nilai-nilai pendidikan akhlak yang terkandung dalam surat al-mujadalah ayat 11-12

2. Manfaat Penelitian

a. Memberikan pengetahuan tentang nilai nilai pendidikan akhlak yang terkandung dalam surat al-mujadalah ayat 11-12.

b. Memberikan sumbangan pikiran kepada para pembaca tentang

nilai-nilai pendidikan akhlak yang terkandung dalam surat al-mujadalah ayat 11-12.

(21)

BAB II

KAJIAN TEORITIS

A.

Pendidikan

1.

Pengertian Pendidikan

―Kata pendidikan ditinjau dari segi etimologi berasal dari kata dasar didik yang berarti memelihara, dan latihan‖.13 Sedangkan dari segi terminologi dalam arti sederhana pendidikan sering diartikan sebagai usaha manusia untuk membina kepribadiannya sesuai usaha dengan nilai-nilai di dalam masyarakat dan kebudayaan. ―Dalam perkembangannya, istilah pendidikan atau paedagogie berarti bimbingan atau pertolongan yang diberikan dengan sengaja oleh orang dewasa agar ia menjadi dewasa. Selanjutnya pendidikan diartikan sebagai usaha yang dijalankan oleh

seseorang atau kelompok agar menjadi dewasa atau mencapai tingkat hidup yang lebih tinggi.‖14

―Menurut UU No. 20 tahun 2003, pendidikan adalah usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik melalui kegiatan bimbingan, pengajaran,

dan latihan bagi peranannya di masa yang akan datang.‖15 Sementara pengertian pendidikan menurut beberapa tokoh sebagai berikut :

Menurut Ki Hajar Dewantara yang dikutip oleh Hasbullah:

―pendidikan yaitu tuntunan di dalam hidup tumbuhnya anak-anak, adapun maksudnya, pendidikan yaitu menuntun segala kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak, agar mereka sebagai manusia

13

Armai Arief, Pembaharuan Pendidikan Islam di Minangkabau, (Jakarta: Suara ADI, 2009), h. 32

14

Hasbullah, Dasar-dasar Ilmu Pendidikan, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2006), h. 1 15

(22)

dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya‖.16

Menurut Hamka yang dikutip oleh Ramayulis:

―pendidikan merupakan serangkaian upaya yang dilakukan pendidik untuk membantu membentuk watak, budi, akhlak, dan kepribadian peserta didik, sehingga ia bisa membedakan mana yang baik dan mana yang buruk‖.17

Menurut Hasan Al-Banna yang dikutip oleh A. Susanto:

―istilah pendidikan sering menggunakan kata at-tarbiyah yaitu proses pembinaan dan pengembangan potensi manusia melalui pemberian berbagai ilmu pengetahuan yang dijiwai oleh nilai-nilai ajaran agama‖.18

Dari beberapa pendapat para tokoh pendidikan di atas penulis dapat

simpulkan bahwa pendidikan adalah proses segala usaha untuk mendidik, membina, membentuk dan mengembangkan potensi manusia melalui pemberian berbagai ilmu pengetahuan menjadi manusia yang berpotensi dan berakhlak mulia untuk menuju kebahagiaan. Pendidikan pada dasarnya

sebagai sarana untuk mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan di akhirat, dengan pendidikan manusia memperoleh ilmu yang dapat menciptakan kesuksesan dalam kehidupan dan hubungan manusia dengan Tuhannya serta hubungan dengan manusia, tanpa pendidikan manusia tidak dapat mengetahui jalan menuju kebahagiaan hidup.

16

op. cit, h. 4 17

Ramayulis, Ensiklopedi Tokoh Pendidikan Islam, (Ciputat: Ciputat Press Group, 2005), h. 266

18

(23)

2.

Tujuan Pendidikan

―Tujuan merupakan masalah pokok dalam pendidikan karena tujuan dapat menentukan setiap gerak langkah dan aktivitas dalam proses pendidikan‖.19 ―Penetapan tujuan pendidikan berarti penentuan arah yang akan dituju dan sasaran yang hendak dicapai melalui proses pendidikan serta menjadi tolak ukur bagi penilaian keberhasilan dalam pelaksanaan pendidikan‖.20

Tujuan Pendidikan adalah mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan,

kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri serta rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan.21

Hal ini didasarkan pada tujuan Pendidikan Nasional dalam UUD 1945 Pasal 31, ayat 3 menyebutkan, ―Pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem pendidikan nasional, yang meningkatkan keimanan dan ketakwaan serta ahlak mulia dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, yang diatur dengan undang-undang.‖22

Sedangkan menurut Ibnu Sina yang dikutip oleh Said Ismail mengatakan bahwa: ―tujuan pendidikan harus diarahkan pada pengembangan seluruh potensi yang dimiliki seseorang ke arah perkembangannya yang sempurna, yaitu perkembangan fisik, intelektual dan budi pekerti.‖23 ―Selain itu tujuan pendidikan menurut Ibnu Sina harus diarahkan pada upaya mempersiapkan seseorang agar dapat hidup

19

Ibid., h. 66 20

Ibid.

21

Ramayulis, Ensiklopedi Tokoh Pendidikan Islam, (Ciputat: Ciputat Press Group, 2005), h. 51-52

22

Ibid., h. 3-4 23

(24)

dimasyarakat secara bersama-sama dengan melakukan pekerjaan atau keahlian yang dipilihnya sesuai dengan bakat, kesiapan, kecenderungan dan potensi yang dimilikinya.‖24

Sebab dengan adanya pendidikan, maka akan timbul dalam diri seseorang untuk berlomba-lomba dan memotivasi diri kita untuk lebih baik dalam segala aspek kehidupan. Pendidikan merupakan salah satu syarat untuk lebih memajukan pemerintah ini, maka usahakan pendidikan mulai dari tingkat SD sampai pendidikan di tingkat Universitas.

Pada intinya pendidikan itu bertujuan untuk membentuk karakter seseorang yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa. Akan tetapi disini pendidikan hanya menekankan pada intelektual saja, dengan bukti bahwa adanya UN sebagai tolak ukur keberhasilan pendidikan tanpa melihat proses pembentukan karakter dan budi pekerti anak.

3.

Dasar Pendidikan

―Dasar pendidikan adalah suatu pegangan yang dijadikan landasan dalam menyelengarakan pendidikan. Dasar pendidikan di Indonesia dapat dibedakan menjadi tiga dasar yaitu dasar idiil (falsafah kenegaraan), konstitusional, dan operasional.‖25

―Dasar idiil yaitu Pancasila, Dasar Konstitusional UUD 1945 dan Dasar Operasional adalah Garis-Garis Besar Haluan Negara (GBHN) dan Keputusan Mendikbud.‖26

Secara yuridis dasar pendidikan di Indonesia tercantum pada Undang-Undang Dasar negara Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 1950 menyebutkan bahwa : ―Pendidikan dan pengajaran berdasar

24

Ibid.

25

Madyo Ekosusilo, Dasar-Dasar Pendidikan, (Jakarta:EJJ,tth) h. 43 26

(25)

atas asas-asas yang termaktub dalam Pancasila, Undang-Undang Dasar negara Republik Indonesia dan Kebudayaan Kebangsaan Indonesia‖.27

Menurut Pasal ini, berdasarkan pada pancasila dan Undang-Undang Dasar negara Republik Indonesia dan Kebudayaan Kebangsaan Indonesia. Kita sadari bahwa salah satu fungsi pendidikan adalah merupakan alat untuk mewariskan kebudayaan dari suatu generasi ke generasi berikutnya.

Dengan demikian dapatlah disimpulkan bahwa dasar yang dapat dijadikan sebagai landasan dan pegangan dalam pelaksanaan pendidikan di Indonesia dari tahun ke tahun ternyata sama yaitu Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945.

4.

Materi Pendidikan

―Materi pendidikan yang dimaksud adalah semua bahan atau materi yang disajikan kepada anak didik agar tujuan pendidikan yang telah

dirumuskan tercapai secara optimal. Hasan al-Banna menjelaskan

mengenai materi pendidikan ini meliputi materi pendidikan akal, jasmani, dan hati (qalb)‖.28

a. Materi Pendidikan Akal

Potensi akal merupakan potensi yang cukup penting pada diri seseorang karena ia sebagai dasar pemberian beban hukum dan sebagai tolak ukur penentuan balasan baik dan buruk bagi perbuatannya.29 Oleh karena itu akal manusia membutuhkan beberapa materi ilmu pengetahuan agar mampu berfungsi sebagaimana mestinya.

b. Materi Pendidikan Jasmani

Potensi jasmani dengan berbagai anggotanya pada diri seseorang sangat membutuhkan pemeliharaan dan penambahan kualitas perkembangannya, pemeliharaan kebersihan dan kesehatan terhadap semua anggota jasmani merupakan wujud

27

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1950. (Biro Hukum dan Organisasi Seketariat Jendral Departemen Pendidikan Nasional: 2003)

28

A. Susanto, Pemikiran Pendidikan Islam, (Jakarta: Amzah, 2009), h. 67-68 29

(26)

nyata dari pendidikan jasmani.30 Oleh karena itu anak didik harus memiliki ilmu pengetahuan yang dapat mengantarkannya pada kesadaran akan pentingmya kebersihan dan kesehatan. a. Materi Pendidikan Hati

Potensi hati pada anak didik menjadi perhatian penting dalam pendidikan Hasan al-Banna karena salah satu tujuan dari pendidikan adalah untuk menghidupkan hati, membangun, dan menyuburkannya. Kekerasan dan kebekuan hati merupakan penghambat dalam memperoleh ilmu pengetahuan yang tujuannya tiada lain adalah untuk mencapai ma‘rifatullah.31

B.

Akhlak

1.

Pengertian Akhlak

―Menurut bahasa akhlak berasal dari bahasa arab ―akhlaq‖ yang merupakan bentuk jamak dari ―khuluq‖ yang mempunyai arti budi pekerti , tabiat, dan watak.‖32 Akhlak disamakan dengan kesusilaan dan sopan santun. Khuluq merupakan gambaran sifat batin manusia, gambaran bentuk lahiriah manusia, seperti raut wajah, gerak anggota badan dan seluruh tubuh.33

Menurut Abdul hamid:

―akhlak adalah ilmu tentang keutamaan yang harus dilakukan dengan cara mengikutinya sehingga jiwanya terisi dengan kebaikan, dan tentang keburukan yang harus dihindarinya sehingga jiwanya kosong (bersih) dari segala bentuk keburukan.‖34

Sedangkan menurut Hamzah Ya‘qub akhlak adalah:

30

Ibid.

31

Ibid.

32

A. Mustofa, Akhlak Tasawuf, (Bandung: Pustaka Setia, 1997), h. 11. 33

Salihun A. Nasir, Tinjauan Akhlak, (Surabaya: Al-Ikhlas, 1991), h. 14. 34

(27)

a. Ilmu yang menentukan batas antara baik dan buruk, antara terpuji dan tercela, tentang perkataan atau perbuatan manusia lahir dan batin.

b. Ilmu pengetahuan yang memberikan pengertian tentang baik dan buruk, ilmu yang mengajarkan pergaulan manusia dan menyatakan tujuan mereka yang terakhir dari seluruh usaha dan pekerjaan mereka.35

―menurut Ahmad amin akhlak ialah kehendak yang biasa dilakukan. Artinya segala sesuatu yang kehendak yang terbiasa dilakukan, disebut akhlak.‖36

Pengertian akhlak juga dikemukakan oleh Imam al-Ghazali, menurut dia ―akhlak adalah suatu sifat yang tertanam dalam jiwa yang daripadanya timbul perbuatan-perbuatan dengan mudah, dengan tidak

memerlukan pertimbangan pikiran.‖37

Sedangkan menurut Ibrahim anis ―akhlak adalah ilmu yang obyeknya membahas nilai-nilai yang berkaitan dengan perbuatan manusia, dapat disifatkan dengan baik dan buruknya.‖38

Dalam pembahasan akhlak atau ilmu akhlak ada beberapa istilah yang sering digunakan untuk mengatakan akhlak atau ilmu akhlak tersebut. Istilah-istilah itu adalah:

35

Hamzah Ya‘qub, Etika Islam, (Bandung: Diponegoro, 1993), h. 12. 36

Ahmad Amin, Kitab Akhlak, (Kairo: Darul Kutub Al-Mishriyah, tt), h. 15. 37

Imam Al-Ghazali, Ihya „Ulum Ad-Din, (Kairo: Al-Masyhad Al-Husain, tt), h. 56. 38

(28)

a. Etika

―perkataan etika berasal dari bahasa yunani ethos yang berarti adat kebiasaan. Dalam kamus istilah pendidikan dan umum dikatakan bahwa etika adalah bagian dari filsafat yang mengajarkan keluhuran budi (baik dan buruk).‖39

Menurut Hamzah ya‘qub ―etika adalah ilmu yang menyelidiki mana yang baik dan mana yang buruk dengan memperhatikan amal perbuatan manusia sejauh yang dapat diketahui oleh akal pikiran.‖40

b. Kesusilaan

―Kesusilaan berasal dari kata susila yang mendapat awalan ke dan akhiran an. Susila berasal dari bahasa sansekerta, yaitu su dan sila. Su yang berarti baik, bagus dan sila berarti dasar,

prinsip, peraturan hidup atau norma.‖41 ―Didalam kamus umum bahasa Indonesia dikatakan, susila berarti sopan, beradab, baik budi bahasanya dan kesusilaan sama dengan kesopanan.‖42

Dari pendapat diatas penulis menarik kesimpulan bahwa akhlak merupakan penampilan luar yang ditunjukkan oleh seseorang dalam kehidupan sehari-hari berupa tingkah laku dan perkataan sehingga orang lain bisa melihat dan menilainya.

39

M. Sastrapradja, Kamus Istilah Pendidikan dan Umum, Surabaya: Usaha Nasional, 1981), h. 144.

40

Hamzah Ya‘qub, op. cit., h. 15. 41

M. Said, Etika Masyarakat Indonesia, (Jakarta: Pradnya Paramita, 1976), h. 23. 42

(29)

2.

Sumber Akhlak

Sumber ajaran akhlak ialah al-Qur‘an dan hadist. Tingkah laku Nabi Muhammad merupakan contoh dari suri tauladan bagi umat manusia. Semua ini ditegaskan oleh Allah dalam al-Qur‘an:





)

ازحاا

/

33

(

21

:

“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan Dia banyak menyebut Allah.”

Tentang akhlak pribadi Rasulullah dijelaskan pula oleh ‗Aisyah ra diriwayatkan oleh Imam Muslim. Dari ‗Aisyah ra berkata: Sesungguhnya akhlak Rasulullah itu adalah al-Qur‟an. (HR. Muslim). Hadis Rasulullah meliputi perkataan dan tingkah laku beliau, merupakan sumber akhlak yang kedua setelah al-Qur‘an. Segala ucapan dan perilaku beliau senantiasa mendapatkan bimbingan dari Allah.43 Allah berfirman :

o

)

مج لا

(

3-4

:

53

/

dan Tiadalah yang diucapkannya itu (Al-Quran) menurut kemauan hawa nafsunya. Ucapannya itu tiada lain hanyalah wahyu yang diwahyukan (kepadanya).

Jika telah jelas bahwa al-Qur‘an dan hadist Rasul adalah pedoman hidup yang menjadi asas bagi setiap muslim, maka teranglah keduanya merupakan sumber akhlaqul karimah dalam ajaran Islam. Al-Qur‘an dan Sunnah Rasul adalah ajaran yang paling mulia dari segala ajaran maupun hasil renungan dan ciptaan manusia. Sehingga telah menjadi keyakinan

43

(30)

(akidah) Islam bahwa akal dan naluri manusia harus tunduk mengikuti petunjuk dan pengarahan al-Qur‘an dan as-Sunnah. Dari pedoman itulah diketahui criteria mana perbuatan yang baik dan mana yang buruk. Nabi bersabda: Aku tinggalkanuntukmu dua perkara, kamu tidak akan sesat selamanya jika kamu berpegang teguh kepada keduanya, yaitu al-Qur‟an dan sunnahku. (HR. al-Bukhari).44

3.

Pembagian Akhlak

―Ada dua jenis akhlak dalam Islam, yaitu akhlaqul karimah (akhlak terpuji) ialah akhlak yang baik dan benar menurut syariat Islam, dan akhlaqul madzmumah (akhlak tercela) ialah akhlak yang tidak baik dan tidak benar menurut islam.‖45

a. Akhlaqul Karimah (Akhlak Terpuji)

Adapun jenis-jenis akhlaqul karimah itu adalah sebagai berikut:

1)Al-Amanah (sifat jujur dan dapat dipercaya) 2)Al-Alifah (sifat yang disenangi)

3)Al-„Afwu (sifat pemaaf) 4)Anie Satun (sifat manis muka) 5)Al-Khairu (berbuat baik) 6)Al-Khusyu (tekun bekerja)

b. Akhlaqul Madzmumah (Akhlak Tercela)

Adapun jenis-jenis Akhlaqul Madzmumah itu adalah sebagai berikut:

1)Ananiyah (sifat egois) 2)Al-Bukhlu (sifat pelit)

3)Al-Kadzab (sifat pembohong)

44

Ibid., h. 5 45

(31)

4)Al-Khinayah (sifat pengkhianat) 5)Azh-Zhulmun (sifat aniaya) 6)Al-Jubnu (sifat pengecut)46

Dari pendapat diatas penulis menarik kesimpulan bahwa akhlak yang menjadi tujuan sekaligus teladan bagi setiap muslim adalah akhlaqul karimah sehingga apa yang telah dicontohkan oleh Rasulullah bisa diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Tetapi disamping kita harus menerapkan akhlaqul karimah kita juga harus menghindari Akhlaqul Madzmumah agar kita bisa mendapatkan kebahagiaan tanpa harus melakukan keburukan.

C.

Pendidikan Akhlak

Pendidikan akhlak diartikan sebagai latihan mental dan fisik yang menghasilkan manusia berbudaya tinggi untuk melaksanakan tugas kewajiban dan tanggung jawab dalam masyarakat selaku hamba Allah. Pendidikan akhlak berarti juga menumbuhkan personalitas (kepribadian) dan menambahkan tanggung jawab.

Menurut Hasbullah yang dikutip oleh Armai Arief dalam bukunya yang berjudul dasar-dasar ilmu pendidikan mengatakan ―Kata pendidikan ditinjau dari segi etimologi berasal dari kata dasar didik yang berarti memelihara, dan latihan‖47

. Sedangkan dalam arti sederhana pendidikan sering diartikan sebagai usaha manusia untuk membina kepribadiannya sesuai usaha dengan nilai-nilai didalam masyarakat dan kebudayaan. ―Dalam perkembangannya, istilah pendidikan atau paedagogie berarti bimbingan atau pertolongan yang diberikan dengan sengaja oleh orang dewasa agar ia menjadi dewasa. Selanjutnya pendidikan diartikan sebagai usaha yang

46

M. Yatimin Abdullah, Studi Akhlak Dalam Perspektif al-Qur‟an, (Jakarta: Amzah, 2007), h. 12

47

(32)

dijalankan oleh seseorang atau kelompok agar menjadi dewasa atau mencapai tingkat hidup atau penghidupan yang lebih tinggi dalam arti mental.‖48

.

Menurut UU No. 20 tahun 2003, pendidikan adalah usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, dan latihan bagi peranannya di masa yang akan datang. Sementara pengertian pendidikan menurut beberapa tokoh sebagai berikut :

1. Menurut Ki Hajar Dewantara yang dikutip oleh Hasbullah: ―pendidikan yaitu tuntunan di dalam hidup tumbuhnya anak-anak, adapun maksudnya, pendidikan yaitu menuntun segala kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak itu, agar mereka sebagai manusia dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya.‖49

.

2. Menurut Hamka yang dikutip oleh Ramayulis:

―pendidikan merupakan serangkaian upaya yang dilakukan pendidik untuk membantu membentuk watak, budi, akhlak, dan kepribadian peserta didik, sehingga ia bisa membedakan mana yang baik dan mana yang buruk‖50

.

3. Menurut Hasan Al-Banna yang dikutip oleh Ramayulis: ―istilah pendidikan sering menggunakan kata at-tarbiyah yaitu proses pembinaan dan pengembangan potensi manusia melalui pemberian berbagai ilmu pengetahuan yang dijiwai oleh nilai-nilai ajaran agama.‖51

.

―Sedangkan menurut bahasa akhlaq adalah bentuk jama dari khuluq yang berarti budi pekerti, perangai, tingkah laku, atau tabiat‖52

.

48

Hasbullah, Dasar-dasar Ilmu Pendidikan, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2006), h. 1 49

Ibid.,h. 4 50

Ramayulis, Ensiklopedi Tokoh Pendidikan Islam, (Ciputat: Ciputat Press Group, 2005), h. 266

51

A. Susanto, Pemikiran Pendidikan Islam, (Jakarta: Amzah, 2009), h. 65 52

(33)

Dari kedua pengertian diatas penulis dapat menarik kesimpulan bahwa pendidikan akhlak adalah inti pendidikan semua jenis pendidikan karena ia mengarahkan pada terciptanya perilaku lahir dan batin manusia, sehingga menjadi manusia yang seimbang dalam arti terhadap dirinya maupun terhadap luar dirinya.

Dari uraian di atas dapat dipahami bahwa pendidikan akhlak adalah pendidikan yang bertujuan untuk membentuk manusia yang tidak hanya berintelektual tetapi mempunyai budi pekerti dan kepribadian yang terbiasa melakukan perbuatan baik tanpa paksaan dan imbalan, sehingga menjadi manusia yang humanis (bermoral).

1.

Dasar Hukum Pendidikan Akhlak

Adapun yang menjadi dasar hukum dari pendidikan akhlak tertulis jelas dalam al-Qur‘an surah al-Ahzab ayat 21





(

بازحاا

:

33

/

(

21

Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan Dia banyak menyebut Allah.”

(34)

2.

Tujuan Pendidikan Akhlak

Menurut ajaran al-Qur‘an bahwa tujuan yang hendak dicapai oleh risalah Nabi Muhammad atau misi Islam ialah membersihkan dan mensucikan jiwa dengan jalan mengenal Allah serta beribadah kepada-Nya dan mengokohkan hubungan antara manusia dengan menegakkan di atas dasar kasih, persamaan dan keadilan, hingga dengan demikian tercapailah kebahagiaan dan kedamaian dalam hidup dan kehidupan manusia baik sebagai individu maupun sebagai anggota masyarakat.53

Dari pengertian di atas dapat dipahami bahwa risalah Nabi Muhammad SAW akan sampai kepada tujuannya manakala ajaran yang dibawa Muhammad berupa norma-norma yang menuntun orang agar

berbuat baik dan menjauhi perbuatan buruk dapat diikuti dengan sempurna. Dengan kata lain, menjalankan akhlak yang mulia dan menjauhi akhlak yang buruk merupakan syarat mutlak untuk mencapai kebahagiaan, kedamaian dan kenyamanan hidup umat manusia dan alam sekitarnya.54

Tujuan pendidikan akhlak adalah untuk membentuk orang-orang yang bermoral baik, berkemampuan keras, sopan dalam berbicara dan perbuatan mulia dalam tingkah laku serta beradab‖55. Menurut Said Agil Husin al-Munawwar, tujuan pendidikan adalah membentuk manusia yang beriman, bertakwa, berakhlak mulia, maju dan mandiri sehingga memiliki ketahanan rohani yang tinggi serta mampu beradaptasi dengan dinamika perkembangan masyarakat‖56

.

53

Asmaran, PengantarStudi Akhlak, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1994), h. 113

54

Ibid., h. 115

55

M. Athiyah, Dasar-dasar Pokok Pendidikan Islam, (Jakarta: Bulan Bintang, 1990), h. 103

56

(35)

Dari uraian di atas, dapat di pahami bahwa tujuan pendidikan akhlak ialah memberikan pengetahuan untuk mengamalkan akhlak yang baik dan membentuk manusia bermoral, baik dalam hubungan manusia dengan Tuhannya dan hubungan manusia dengan sesamanya. Tujuan pendidikan akhlak juga merupakan bagian dari tujuan risalah Nabi Muhammad yaitu menjalankan akhlak mulia dan mencapai kebahagiaan, kedamaian hidup umat manusia serta kebahagiaan hidup di akhirat kelak.

3.

Pendidikan Akhlak Dalam Realita Masyarakat

Realitas sosial dalam kehidupan masyarakat, dari dulu hingga sekarang selalu menunjukkan adanya konflik, perbedaan, pergeseran dan perubahan. Kehidupan manusia tidak pernah statis, melainkan dinamis dan terus berubah. Fakta menunjukkan manusia tidak ada yang sempurna, tidak ada yang baik seratus persen dan tidak ada yang buruk seratus

persen. 57 Karena pada kenyataannya di lapangan usaha-usaha pembinaan akhlak melalui berbagai lembaga pendidikan dan melalui berbagai macam metode terus dikembangkan.58

Keadaan pembinaan ini semakin terasa diperlukan terutama pada saat di mana semakin banyak tantangan dan godaan sebagai dampak dari kemajuan bidang iptek. Saat ini misalnya orang akan dengan mudah berkomunikasi dengan apa pun yang ada di dunia ini, yang baik atau yang buruk, karena ada pesawat televisi, internet, faximile dan seterusnya.59

57

Musa Asy‘arie, Islam Keseimbangan Rasionalitas, Moralitas, dan Spiritualitas, (Yogyakarta: LESFI, 2005), h. 172

58

Abuddin Nata, Akhlak Tasawuf, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2003), h. 157 59

(36)

Al Qur‘an menegaskan adanya suatu umat yang terbaik, seperti yang dijelaskan dalam QS Ali Imran: 110



















)

ا

ا

ار ع

/

(110:3

“kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma'ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya ahli kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka, di antara mereka ada yang beriman, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik”.

Sekarang ini banyak ditemui perilaku-perilaku yang menyimpang dari akhlak yang baik, pendidikan akhlak seakan tidak ada. Walaupun sudah ada dasar dalam Al-Qur‘an yang menjelaskan tentang pendidikan akhlak, tetapi perilaku manusia saat ini tidak mencerminkan pengamalan dari ayat-ayat Al-Qur‘an yang seharusnya menjadi pedoman dan tuntunan hidup bagi manusia di dalam kehidupan bermasyarakat.60

4.

Aplikasi Pendidikan Akhlak Dalam Kehidupan Masyarakat

Pendidikan pada hakikatnya merupakan usaha memanusiakan

manusia.61 Artinya, dengan pendidikan manusia diharapkan mampu menemukan dirinya dari mana berasal, hadir di dunia ini untuk apa dan setelah kehidupan ini untuk apa, sehingga ia lebih manusiawi, baik dalam berpikir, bersikap, maupun bertindak. Dari sinilah pendidikan akhlak sangat berperan penting bagi kelangsungan hidup manusia, karena dengan

60

Ibid., h. 159 61

(37)

pendidikan akhlak, manusia dapat mengatur kehidupan yang damai dan sejahtera.

Aplikasi dari pendidikan akhlak yang dapat diterapkan dalam kehidupan masyarakat di antaranya adalah ukhuwah atau persaudaraan antar sesama muslim, pemaaf, santun dalam bertindak, pemurah, penyantun, dan ta‘awun dan tolong menolong.62

Bersyukurlah kita sebagai bangsa, memiliki pandangan hidup dengan tujuan jauh ke depan, tanpa batas. Pandangan hidup yang puncaknya adalah Ketuhanan Yang Maha Esa yang menembus semua dimensi wujud. Tinggal bagaimana kita memahami serta menerjemahkannya dalam derap langkah kita, dan bagaimana kita memelihara tekad kita agar terus membulat dan membara karena dari sanalah bersumber daya manusia yang paling agung, menurut pandangan

Al-Qur‘an.63

D.

Hasil Penelitian Yang Relevan

Berikut ini peneliti sajikan beberapa penelitian terdahulu yang menyangkut tentang nilai-nilai pendidikan akhlak yang terkandung dalam surah-surah di al-Qur‘an. Penelitian-penelitian tersebut digunakan sebagai acuan dan referensi untuk memahami nilai-nilai pendidikan akhlak yang akan menjadi obyek dalam penelitian ini.

Hasil penelitian yang relevan dengan penelitian ini di antaranya adalah: 1. M. Romadhon dalam skripsinya yang berjudul ―Nilai-Nilai

Pendidikan Akhlak Dalam Surat Al-Baqarah ayat 177 (Kajian Tafsir Tahlili)‖ (Skripsi UIN 2012). Penelitian ini mengkaji tentang nilai -nilai pendidikan akhlak yang terdapat dalam surat al-Baqarah ayat 177 dengan menggunakan metode library research.

62

Abu Ahmadi dan Noorsalimi, Dasar-Dasar Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 2008) h. 210-213

63

(38)
(39)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A.

Objek dan Waktu Penelitian

1. Objek penelitian

Objek dalam penelitian ini adalah mengenai nilai-nilai pendidikan Islam yang terkandung dalam surat al-mujadalah ayat 11-12

2. Waktu penelitian

Adapun waktu penelitian yang dilalui penulis dalam penelitian ini adalah mulai tanggal 16 Desember 2013.

B.

Metode Penulisan

1. Pendekatan Penelitian

Dalam penelitian ini penulis menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode deskriptif analisis melalui teknik studi kepustakaan (Library Research).

2. Sumber Data

Sumber data pada penelitian ini berasal dari literatur-literatur yang berkaitan dengan tema dalam penelitian ini. Sumber-sumber tersebut terdiri

(40)

Adapun analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan analisis metode tafsir maudhu‟i.

Menurut Anshori, metode tafsir maudhu‟i mempunyai dua pengertian. Pertama, Metode Maudhu‟I adalah penafsiran menyangkut satu surat dalam al-Qur‘an dengan menjelaskan tujuan-tujuannya secara umum dan khusus serta hubungan persoalan-persoalan yang beraneka ragam dalam surat tersebut antara satu dengan yang lainnya. Kedua, Metode

Maudhu‟i adalah menghimpun ayat-ayat al-Qur‘an yang membahas

masalah tertentu dari berbagai surat al-Qur‘an kemudian menjelaskan pengertian ayat-ayat tersebut secara menyeluruh sehingga jawaban terhadap masalah yang menjadi pokok pembahasan atau topik.64

Analisis metode Maudhu‟i yang penulis gunakan dalam penulisan skripsi ini mirip dengan pengertian kedua, surat al-Mujadalah ayat 11-12

berkaitan dengan nilai-nilai pendidikan akhlak, maka penulis mencari penjelasan mengenai nilai-nilai pendidikan akhlak yang terkandung dalam ayat-ayat tersebut.

C.

Fokus Penelitian

Menurut Sugiyono, ―batasan masalah dalam penelitian kualitatif disebut fokus, yang berisi pokok masalah yang masih bersifat umum‖.65 Dengan melihat pendapat Sugiyono, maka penulis mencantumkan apa yang terdapat dalam batasan masalah menjadi fokus penelitian dalam penulisan ini. Adapun fokus penelitian ini adalah mengenai nilai-nilai pendidikan akhlak yang terdapat dalam al-Qur‘an surat al-Mujadalah ayat 11-12. Jadi dalam penelitian ini penulis bermaksud mencari nilai-nilai pendidikan akhlak yang terkandung dalam ayat tersebut, dengan mencari data-data dan sumber-sumber yang membahas mengenai surat al-Mujadalah ayat 11-12.

64

Anshori, Tafsir Bil Ra‟yi Menafsirkan Al-Qur‟an dengan Ijtihad, (Jakarta: Gaung Persada Press,2010), cet. 1. h. 81-82.

65

(41)

D.

Teknik Pengumpulan dan Analisis Data

Penelitian ini termasuk penelitian kepustakaan. Oleh karena itu teknik yang digunakan dalam pengumpulan data adalah pengumpulan data literature yaitu bahan-bahan pustaka yang koheren dengan objek pembahasan yang dimaksud.66Data yang ada dalam kepustakaan tersebut dikumpulkan dan diolah dengan menggunakan metode konten analisis.

66

(42)

BAB IV

PENAFSIRAN DAN NILAI- NILAI PENDIDIKAN AKHLAK

YANG TERKANDUNG DALAM Q.S. AL-MUJADILLAH AYAT

11-12

A.

Teks Ayat dan Terjemahannya

























O

















)

هلدج لا

: 58 /

(11-12

“ Hai orang-orang beriman apabila kamu dikatakan kepadamu: "Berlapang-lapanglah dalam majlis", Maka lapangkanlah niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. dan apabila dikatakan: "Berdirilah kamu", Maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. dan Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan”.

“Hai orang-orang beriman, apabila kamu Mengadakan pembicaraan khusus

dengan Rasul hendaklah kamu mengeluarkan sedekah (kepada orang miskin) sebelum pembicaraan itu. yang demikian itu lebih baik bagimu dan lebih bersih; jika kamu tidak memperoleh (yang akan disedekahkan) Maka

Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”

(43)

1.

Mufrodat (Kosa Kata)

Berlapang-lapang

:

Maka lapangkanlah

:

Allah melapangkan rahmat dan rezekiNya untukmu

:



Berdirilah

:

Maka berdirilah

:

Allah Meninggikan kedudukan orang yang beriman

:







Diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat

:

2.

Asbabun Nuzul Surah al-Mujadalah ayat 11-12

(44)

berkata, ‗Nabi tidak bertindak adil kepada mereka, padahal mereka senang bila mendekat kepada beliau,‘maka Allah SWT menurunkan ayat yakni berikanlah keluasan.‖ 67

Sebuah riwayat sebab turun ayat lagi diriwayatkan pula Ibnu Abbas, bahwa turunnya ayat itu berkenaan dengan Tsabit bin Qais bin Syammas. Yaitu bahwa dia masuk kedalam masjid kemudian, didapatinya orang telah ramai. Sedang dia ingin sekali duduk di dekat Rasulullah ialah karena dia agak pekak, tetapi kawan ini tidak memberinya peluang untuk duduk. ―maka turunlah ayat ini‖, kata Ibnu Abbas; Disuruh orang memperlapang tempat buat teman

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data maka dapat disimpulkan bahwa : nilai-nilai pendidikan Islam yang terkandung dalam Al- Qur’an (surat Al - Baqarah ayat

Hasil penelitian menunjukan bahwa Nilai-nilai pendidikan akhlak yang terkandung pada surat luqman ayat 18-19, meliputi : larangan bersikap sombong dan angkuh dan

Oleh karena itu, pada pembahasan berikut ini adalah analisa penulis tentang implikasi nilai-nilai pendidikan salat malam yang terkandung dalam al Quran surat al

Nilai-nilai pendidikan akhlak yang terkandung dalam surat „Abasa ayat 1-10, antara lain: memberikan penghargaan yang sama, tidak berfikir negatif terhadap orang lain

Dari berberapa nilai pendidikan akhlak yang terkandung dalam surat Yusuf ayat 20-29, bahwa nilai-nilai pendidikan akhlak dalam Q.S Yusuf ayat 20-29 sangat relevan untuk

Mengetahui nilai-nilai pendidikan akhlak yang terkandung dalam surat Ali Imron ayat 159-160.. Sehingga rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa nilai-nilai pendidikan akhlak dalam surat al- An‟am ayat 151 -153 terdapat akhlak yang baik dan buruk, diantaranya: tidak berbuat

Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data maka dapat disimpulkan bahwa : nilai-nilai pendidikan Islam yang terkandung dalam Al-Qur’an (surat Al- Baqarah ayat