• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penerapan e-planning di BAPPEDA Kabupaten Blitar 1 Dasar Hukum e-planning di BAPPEDA Kabupaten Blitar 1 Dasar Hukum e-planning di BAPPEDA Kabupaten Blitar 1 Dasar Hukum e-planning di BAPPEDA Kabupaten Blitar

BAB III : METODE PENELITIAN

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

B. Penyajian Data Fokus Penelitian

1. Penerapan e-planning di BAPPEDA Kabupaten Blitar 1 Dasar Hukum e-planning di BAPPEDA Kabupaten Blitar 1 Dasar Hukum e-planning di BAPPEDA Kabupaten Blitar 1 Dasar Hukum e-planning di BAPPEDA Kabupaten Blitar

E-planning dilaksanakan dalam rangka melaksanakan amanat

Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah, Permendagri Nomor 86 Tahun 2017 tentang Tata Cara Perencanaan, Pengendalian dan Evaluasi Pembangunan Daerah, Tata Cara Evaluasi Rancangan Peraturan Daerah tentang RPJPD dan RPJMD, serta Tata Cara Perubahan RPJPD, RPJMD, dan RKPD. Serta Surat Edaran dari Kementerian Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor : 640/3761/SJ tanggal 10 Oktober 2016 tentang penerapan Aplikasi E-Planning dalam Perencanaan Pembangunan Daerah Provinsi dan Kabupaten/Kota. Pada Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 Pasal 262 disebutkan bahwa Rencana Pembangunan Daerah dirumuskan secara transparan, responsif, efisien, efektif, akuntabel, partisipatif, terukur, berkeadilan dan berwawasan lingkungan. Hal ini sesuai dengan apa yang di katakan oleh Pak Roni Arif Satriawan selaku Kabid Ekonomi III

“pada undang-undang nomor 23 tahun 2014 pasal 262 itu kan dijelaskan bahwa rencana pembangunan daerah dirumuskan secara transparan, responsif, efisien, efektif, akuntabel, partisipatif, terukur, berkeadilan. La disitu kita ngomong transparan, responsif, efisien, efektif, akuntabel itu tidak ada kata lain selain kita menggunakan alat, menggunakan alat bantu kalau kita menggunakan manual ya masih ndak akan bisa pasti sulit kita

untuk transparan, karena boleh jadi dokumen disimpan sekarang besok uda hilang, kan gitu to, karena pengarsipan itu kan juga masih tambal sulak masih kurang baik sehingga mau tidak mau kita harus beranjak ke e-planning”

Pernyataan tersebut juga diperkuat dalam Permendagri Nomor 86 Tahun 2017 Pasal 5 yang menyatakan bahwasanya dalam rencana pembangunan harus menyangkut beberapa point yang terdiri dari:

a. Transparan, yaitu membuka diri terhadap hak masyarakat untuk memperoleh informasi yang benar, jujur, dan tidak diskriminatif tentang penyelenggaraan pemerintahan daerah dengan tetap memperhatikan perlindungan atas hak asasi pribadi, golongan , dan rahasia negara.

b. Responsif, yaitu dapat mengantisipasi berbagai potensi, masalah dan perubahan yang terjadi di daerah.

c. Efisien, yaitu pencapaian keluaran (output) tertentu dengan masukan terendah atau masukan terendah dengan keluaran (output) maksimal. d. Efektif, yaitu kemampuan mencapai target dengan sumber daya yang

dimiliki, melalui cara atau proses yang paling optimal.

e. Akuntabel, yaitu setiap kegiatan dan hasil akhir dari perencanaan pembangunan daerah harus dapat dipertanggungjawabkan kepada masyarakat.

f. Partisipatif, yaitu hak masyarakat untuk terlibat dalam setiap proses tahapan perencanaan pembangunan daerah dan bersifat inklusif terhadap kelompok masyarakat rentan termarginalkan, melalui jalur

khusus komunikasi untuk mengakomodasi aspirasi kelompok masyarakat yang tidak memiliki akses dalam pengambilan kebijakan. g. Terukur, yaitu penetapan target kinerja yang jelas dan dapat diukur

serta cara untuk mencapainya.

h. Berkeadilan, yaitu prinsip keseimbangan antarwilayah, sektor, pendapatan, gender dan usia.

i. Berwawasan, yaitu untuk mewujudkan kehidupan adil dan makmur tanpa harus menimbulkan kerusakan lingkungan dalam mengoptimalkan manfaat sumber daya alam dan sumber daya manusia. j. Berkelanjutan, yaitu pembangunan yang mewujudkan keutuhan

lingkungan hidup serta keselamatan, kemampuan, kesejahteraan, dan mutu hidup generasi masa kini dan generasi masa depan dengan memperhatikan potensi dampak pembangunan dalam mengoptimalkan sumber daya alam dan sumber daya manusia.

Melihat isi dari salah satu pasal Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 dan Permendagri Nomor 86 Tahun 2017, serta hasil wawancara dari salah satu kabid ekonomi III BAPPEDA dapat dijelaskan bahwa untuk melaksanakan Perencanaan Pembangunan haruslah memenuhi beberapa poin yang didalamnya termasuk transparansi, responsif, efisien, efektif. Dimana dalam proses tersebut transparansi, responsif, efektif, efisien akan sulit tercapai apabila tidak menggunakan alat atau masih bekerja secara manual, karena tidak menutup kemungkinan dokumen-dokumen maupun arsip yang baru saja dikerjakan dan

disimpan sekarang, besok atau lusa akan hilang. Dan untuk meminimalisir kejadian tersebut maka sangat dibutuhkan suatu alat berupa aplikasi e-planning.

1.2 Tujuan dan Manfaat E-Planning

Pembangunan memiliki kemungkinan yang lebih besar berhasil apabila perencanaan yang dibuatnya benar-benar terarah dan terkoordinasi dengan baik dengan memanfaatkan sumber daya yang ada secara efektif dan efisien. Begitu pula dengan sebuah sistem, sebuah sistem atau aplikasi yang digunakan akan memiliki manfaat baik bagi penciptanya maupun penggunanya. Dalam hal ini sebuah aplikasi e-planning memiliki tujuan dan manfaat baik bagi pemerintah maupun masyarakat. Aplikasi e-planning yang dibuat dan digunakan secara online melalui website www.blitar.simppd.com sejak desember 2016 memiliki tujuan dan manfaat khususnya untuk pemerintahan Kabupaten Blitar yang menaungi proses dan tahap perencanaan daerah. Dengan harapan bahwa dengan adanya

e-planning dapat mempermudah pekerjaan dengan cara menjaga konsistensi, agar

apa yang sudah di rencanakan atau diusulkan bisa tetap konsisten dan tidak berubah-ubah sewaktu-waktu. Hal tersebut sesuai dengan apa yang diungkapkan oleh Bapak Hakim Catur Yulianto, S.Hut selaku staf BAPPEDA, yaitu:

“yang jelas paling utama adalah konsistensi, sehingga ketika SKPD merencanakan dari awal sampai akhir itu tetap sama. Kadang kan dulu ada perubahan kebijakan dalam SKPD membuat apa yang diusulkan dalam renja kadang tidak sama dengan apa yang ada di simda. Motifnya bisa jadi beda, atau nama kegiatannya bisa beda, bisa jadi programnya juga beda. Program yang sudah dipakai tiba-tiba muncul lagi, itu dulu yang terjadi. Ketika sudah pakai e-plannin otomatis kan sudah baku, ketika sudah ditetapkan kegiatan yang dilaporkan masuk dalam rpjmd ini otomatis skpd , berarti di simda harus sama. Kalau dulu kan enggak bisa-bisa banyak yang keluar dari rpjmd, bahkan program yang sudah dipakai di rpjmd yang sekarang sudah tidak dipakai muncul lagi tiba-tiba”

Selain menjaga konsistensi, e-planning juga memiliki tujuan dan manfaat untuk mensinkronkan prioritas pusat dan propinsi atau daerah sehingga prioritas antara pusat sampai daerah dapat terkoordinasi dan terstruktur dengan baik. Juga sebagai bentuk akuntabilitas atau tanggung jawab dari pihak pemangku kepentingan kepada publik. Meskipun publik hanya bisa melihat atau mendapatkan informasi berupa rekapan atau laporannya saja, namun inilah bentuk akuntabilitas dan transparansi pemangku kepentingan kepada publik. Hal tersebut sesuai dengan hasil wawancara dengan Bapak Eko Susanto, ST,.M.Si selaku sekretaris BAPPEDA, yaitu:

“tentu banyak sekali dek, tentu dengan otomtisasi akan terjadi efisiensi efektivitas pekerjaan itu pasti, yang kedua itu lebih apa namanya memudahkan kita mengambil keputusan kebijakan, mana yang harus didahulukan. Yang kedua tentu untuk sinkronisasi jadi pembangunan ini kan harus sinkron dengan yang di propinsi. Dengan e-planning ini arahnya mensinkronkan, mensinergikan prioritas pusat, prioritas propinsi dan prioritas daerah itu di sinergikan jadi tegak lurus program-program pembangunan yang ada di daerah, propinsi maupun secara nasional. Yang kedua bentuk akuntabilitas ke publik lebih mudah. Mau dilihat silahkan boleh, tapi mungkin rekapnya saja dan mudah untuk SKPD”

Melihat dua hasil wawancara diatas dapat disimpulkan bahwa tujuan dan manfaat dari penerapan e-planning adalah untuk menjaga konsistensi usulan program dan kegiatan agar tidak berubah-ubah, menjaga sinkronisasi prioritas antara pusat dan propinsi atau daerah, serta sebagai bentuk akuntabilitas dan transparansi dari pihak pemangku kepentingan atau pemerintah kepada publik.

1.3 Strategi implementasi e-planning

Strategi dalam penerapan sistem aplikasi e-planning merupakan sebuah usaha yang dilakukan agar penerapan sistem aplikasi e-planning mengalami perkembangan dari tahun tahun. Usaha yang dilakukan salah satunya adalah menyediakan anggaran untuk pengembangan sistem, karena seiring dengan berkembangnya waktu dari tahun ke tahun sistem pun akan terus mengalami perubahan. Seperti yang disampaikan oleh oleh Bapak Roni Arif Satriawan, SE,.Mse selaku Kasubbid Ekonomi lll, yaitu:

“kita setiap tahun ada anggarannya dek, jadi begini e-planning yang kita punya setiap tahun itu kita anggarkan untuk pengembangan sistem. Kita masih menganggap e-planning yang kita punya itu masih belum sempurna, jadi kita memiliki prinsip bahwa sistem perencanaan yang kita bangun itu adalah sistem yang bertumbuh, bertumbuh itu maksudnya sebisa mungkin setiap tahun kita ada perbaikan, ada perbaikan sistem. Kita pengen tahun ini ditambahkan ini, ditambahkan ini, sehingga ke depan perencanaan yang kita punya itu nanti sudah bisa berbasis kewilayahan, bisa menampilkan peta, bisa misal e perencanaan kita bisa apa namanya integrasi dengan keuangan, integrasi dengan musrenbang, integrasi dengan propinsi dengan pusat, la itu bagaimana caranya, makanyasetiap tahun kita anggaran untuk perbaikan sistem supaya sistem itu nanti berkembang, itu pertama dari sisi strategi bahwa sistem yang kita bangun adalah sistem yang bertumbuh, setiap tahun kita anggarkan untuk perbaikan sistem, karena aplikasi itu ndak seperti kalkulator yang fungsinya itu-itu saja, setiap tahun itu ada perubahan zaman kadang perintah pusat harus ada yang diubah sehingga sistem harus mengikuti. Sistem itu meskipun kaku tapi harus luwes, kakunya dengan sistem itu orang akan apa namanya yang tadinya glendor aku kenceng harus tepat waktu, tapi luwesnya apa ketika ada perubahan-perubahan dari pusat sistem ini harus mengikuti, kita tidak bisa tiap main kayu yawesnda bisa kita gini ya gini, nah kita jangan sampai seperti itu. Maka dari itu setiap tahun kita menganggarkan untuk maintanan dari sistem.”

Berdasarkan hasil wawancara diatas bahwasanya sistem e-planning BAPPEDA Kabupaten Blitar merupakan sistem yang bertumbuh, yang selalu ada

perubahan mengikuti zaman dan kebutuhan. Untuk itu diperlukan anggaran untuk melakukan pembaruan-pembaruan sistem e-planning. Selain dalam hal penganggaran, Bapak Roni Arif Satriawan, SE,.Mse juga menyebutkan strategi kedua yang digunakan dalam penerapan e-planning, yaitu sebagai berikut:

“Yang kedua terkait dengan SDM , itu kita selalu ada bimtek, iya setiap tahun. Cuma bimtek yang sifatnya teknis bimtek dasar kita sudah tidak perlu lagi kecuali kalau ada mutasi besar-besaran. Kadang bimtek itu juga diperlukan karena apa di pemda itu seringkali rotasi sangat cepat dek.”

Menurut Pak roni untuk startegi yang kedua ini yaitu tentang SDM, untuk meningkatkan SDM tentang teknologi maka diperlukan bimtek yang nantinya akan dilakukan setiap tahun.

Gambar 4.3 Penjelasan mengenai strategi perumpunan

Selain itu strategi selanjutnya juga diungkapkan oleh Bapak Roni Arif Satriawan, SE,.Mse terkait dengan sistem perumpunan, yaitu sebagai berikut:

“Strategi berikutnya adalah, jadi begini dek misalnya bidang ekonomi mempunyai rumpun, jadi rumpun adalah skpd-skpd yang merupakan wilayah kerjanya, kalau bidang ekonomi rumpunnya ya dinas pertanian, dinas peternakan, disperindag, dinas koperasi, bagian perekonomian, itu rumpun-rumpunnya, dinas perizinan. Praswil punya rumpun sendiri, sospem punya rumpun sendiri, litbang punya rumpun sendiri dan mereka bertan ggung jawab sepenuhnya terhadap pencapaian indikator-indikator maupun yang terkait dengan e-planning sesuai dengan rumpunnya misalnya di e-planning skpd dinas PU itu belum menyelesaikan entry renjanya di sistem itu rumpunnya yang punya rumpun yang bertanggung jawab ngoprak-ngoprak mengingatkan rapat koordinasi ketika ada kendala. Jadi yang bekerja bukan satu orang lagi, di BAPPEDA kita yang bekerja sudah tim.”

Menurut Pak Roni juga sistem perumpunan yang dimaksud adalah setiap bidang yang ada di BAPPEDA memiliki tim kerja yang terdiri dari beberapa SKPD. Tujuan dari sistem perumpunan ini adalah untuk menciptakan sistem kerja tim sehingga saat deadline waktu penginputan sudah dekat, ataupun saat ada kesalahn penginputan ada yang memperingatkan sehingga tidak sampai fatal. Selain itu dalam hal perencanaan semua pegawai yang bekerja di BAPPEDA Kabupaten Blitar mengetahui dan paham akan proses perencanaan, dengan kata lain menjadi sistem kerja sama tim bukan kerja individu. Strategi sistem perumpunan ini juga diungkapkan Bapak Eko Susanto, ST,.M.Si selaku sekretaris BAPPEDA, yaitu sebagai berikut:

”jadi setelah membangun aplikasi tentunya kan tidak bisa langsung jadi ada traine and eror sehingga perlu satu yang pertama penguatan di internal BAPPEDA dulu penguasaan di BAPPEDA ini, BAPPEDA paham dulu di tingkat kabid sampai teknis, paham kerangka makro dan teknisnya begitu sudah paham sosialisasi ke skpd. Kemudian yang kedua BAPPEDA

membawahi rumpun-rumpun skpd, bagaimana mungkin BAPPEDA akan membawahi banyak rumpun tidak menguasai materi dulu, kemudian setelah internal kuat ke skpd di sungramnya atau di beberapa yang ditugaskan itu TU nya kemudian kecamatan kemudian kepada pimpinan skpd memahamkan itu. Strateginya tahapan, kemudian menguatkan dengan cara masing-masing diberi pelatihan kemudian langsung exercise”

Berdasarkan hasil wawancara diatas dapat dikatakan bahwasanya strategi yang dilakukan BAPPEDA Kabupaten Blitar dalam penerapan sistem e-planning adalah penganggaran rutin untuk pengembangn sistem, peningkatan SDM dengan melakukan bimtek serta pemberlakuan sistem perumpunan (kerja tim).

1.4 Sumber Daya Pihak yang Terkait 1.4.1 Sumber daya

Sumber daya dalam penerapan sistem e-planning merupakan salah satu unsur yang penting dalam menunjang pelaksanaan penerapan sistem e-planning. Sumber daya yang dimaksud berupa dana atau uang, fasilitas, manusia, maupun strategi atau metode yang digunakan untuk meningkatkan atau mengembangkan

e-planning akan pelaksanaan dapat berjalan dengan lebih baik. Seperti yang

diungkapkan oleh Bapak Roni Arif Satriawan, SE,.Mse selaku kabid ekonomi lll, yaitu:

“sumber daya kan ada empat toh man, money, methode dan machine. Man sumbernya manusia , money uangnya untuk bangun aplikasi tadi, material nah ini bahan-bahannya apa aja ya termasuk didalamnya adalah apa internetnya kemudian apa namanya ya aplikasinya, sistemnya dalam hal ini bisa sop bisa perumpunan tadi itu bagian dari sistem atau modul juga bisa. Kalau SOP kebetulan kita baru menyusun SOP penyusunan rkpd dan rkpdp baru pada tahun kemarin 2017 dan akan diaplikasikan pada tahun ini”

Hal tersebut juga didukung oleh pendapat sekretaris BAPPEDA Bapak Eko Susanto, ST,.M.Si yang juga mengungkapkan bahwa sumber daya yang diperlukan dalam penerapan sistem e-planning menyangkut man, money,

methode dan machine. Pendapat tersebut dijelaskan sebagai berikut:

“ya tentu sumber daya kan macem-macem man, money. machine, methode kemudian apa lagi ya, money tentu kita prioritylah sesuai dengan prioritas mana yang didahulukan aplikasi-aplikasi. E-planning menjadi kebutuhan yang mendesak kemudian dari metodologi itu rancangan e-planning ini akan disesuaikan dengan kebutuhan daerah. kita modif kita cari di daerah lain modif termasuk e-planning ini kan kita masukan peta jadi kita merencanakan sudah tau di peta titiknya mana saja kemudian sudah ada harga satuannya”

Sedangkan menurut Bapak Hakim Catur Yulianto, S.Hut selaku staf BAPPEDA,

sumber daya yang diperlukan dalam penerapan sistem e-planning adalah manusia dan infrastruktur temasuk internet yang terpusat dari infokom.

Berdasarkan hasil wawancara di atas dapat dikatakan bahwa sumber daya yang diperlukan dalam penerapan sistem e-planning ada empat, yaitu man,

money, methode dan machine. Dimana man merupakan manusia yang

menjalankan atau mengoperasikan sistem e-planning. Untuk money menyangkut dana atau biaya yang digunakan untuk menciptakan sistem e-planning, sedangkan

methode merupakan strategi atau cara yang dilakukan agar proses penerapan

e-planning dapat berjalan dengan lancar danterus berkembang. Sedangkan machine

merupakan mesin atau alatnya yang digunakan untuk proses penerapan e-planning yang menyangkut fasilitas-fasilitas yang dibutuhkan.

1.4.2 Pihak yang Terkait

Sama seperti halnya sumber daya, pihak yang terkait juga menajdi unsur penting dalam penerapan sistem e-planning. Pihak-pihak atau aktor-aktor yang terkait dalam hal ini memiliki peran yang berbeda-beda yang apabila disatukan akan meningkatkan penerapan sistem e-planning. Beberapa pihak yang terlibat diantaranya selain BAPPEDA sendiri adalah para SKPD-SKPD yang bersangkutan, DPR maupun BPKAD. Hal ini didukung oleh pendapat dari Bapak Hakim Catur Yulianto, S.Hut selaku staf BAPPEDA, bahwa “pihat terkaitnya ya BAPPEDA, seluruh skpd, BPKAD, Infokom, DPR yang hanya bisa mengontrol tidak untuk mengedit.

Dengan kata lain bahwasanya untuk aktor-aktor yang terkait dalam penerapan sistem e-planning ini menyangkut pihak BAPPEDA sendiri, para SKPD-SKPD, serta DPR selaku pengawas perencanaan. Dari masing- masing aktor memiliki perannya masing-masing, dimana yang dapat melakukan penegeditan penuh atas e-planning adalah dua pegawai BAPPEDA yang disebut admin. Sedangkan untuk para SKPD peran mereka hanya untuk menginput usulan program dan kegiatan tidak untuk mengedit keseluruhan isi dari e-planning. Dan untuk DPR sendiri akses mereka hanya untuk mengawasi dan mencetak rekapan yang ada di e-planning. Jadi setiap aktor atau pihak yang terkait memiliki peran masing-masing dan batasan dalam penggunaan sistem e-planning.

Pada saat awal membuka website e-planning Kabupaten Blitar akan muncul gambar seperti diatas, e-planning untuk BAPPEDA Kabupaten Blitar bernama E-Pradah. Dalam halaman awal akan disediakan halaman untuk login dengan mengisi username dan passwordnya. Semua pihak yang terkait seperti seluruh SKPD/OPD, Pihak BAPPEDA, Inspektorat, DPRD memiliki akses untuk masuk ke e-pradah, namun mereka aksesnya berbeda-beda ada batasan-batasannya masing-masing.

Setelah login berhasil akan disajikan halaman seperti diatas, beberapa menu yaang terdiri dari menu developer, administrator, konfigurasi, master data, perencanaan, eksekutif, laporan dan utility. Selain itu pada tiap menu juga akan berisi sub menu-sub menu yang berbeda-beda. Menu ini berlaku hanya untuk user admin saja, maksudnya adalah bahwa yang dapat melihat semua menu ini adalah admin saja. Sebagai contoh user sekertaris daerah, beliau hanya mampu melihat menu master data, perencanaan, laporan dan utility di halaman awal. Untuk user OPD/SKPD mereka juga dapat melihat menu yang berbeda karena ada batasan untuk menginput data yang dibutuhkan berdasarkan kewenangan yang diberikan

Pada kolom yang dilingkari merah atau kolom developer berisi dua sub menu yaitu Code Generator dan Code Module. Gambar diatas adalah contoh dari sub menu code generator yang berisi nama tabel. Nama tabel tersebut yang mengisi adalah pihak adminnya atau kalau waktu awal pembuatan adalah pihak integra. Disitu nama tabel yang diisikan akan berfungsi sebagai kunci sehingga

nanti pada menu selanjutnya pengguna tidak perlu entry dua kali. Nama tabel yang di entry kan disetor oleh pihak BAPPEDA ke Integra.

Masih dalam sub menu di menu developer yaitu code module, dalam sub menu ini pula masih pihak integra yang memiliki hak untuk mengedit atau mengisi dengan kata lain masih tanggung jawab pihak pengembang.

Pada menu administrator terdapat dua sub menu yaitu log aktivitas user akses dan user otoritas. Seperti contoh gambar diatas yaitu sub menu log aktivitas user akses, dalam sub menu tersebut akan terlihat secara otomatis siapa saja yang sudah mengakses e-planning selain itu juga akan terlihat kapan mereka mengakses e-planning. Untuk user otoritas berisi batasan-batasan pengguna dapat mengakses menu apa saja.

Seperti gambar diatas contoh sub menu user otoritas. Di dalamnya berisi daftar user yang bisa mengakses menu apa saja, juga berisi kode pengguna, apa saja yang dapat user akses sesuai dengan tugas dan kewenangan masing-masing.

Pada menu konfigurasi ini juga diisi oleh pihak admin, yang mana pada menu ini berisi dua sub menu yaitu setting instansi user dan setting periode aktif.

Singkatnya pada dua sub menu ini berisi setting atau pengaturan baik bagi pengguna instansi maupun batas waktu untuk input usulan skpd/opd.

Seperti yang digambarkan diatas adalah contoh setting periode aktif yang berfungsi sebagai informasi untuk skpd/opd saat penginputan usulan renja ataupun rkpd. Terdapat rentang waktu atau yang biasa disebut mereka portal input usulan. Biasanya portal yang disediakan untuk penginputan adalah satu minggu. Portal ini dibuat berdasarkan jadwal yang telah ditetapkan oleh tim yang ada di BAPPEDA dan akan diberitahukan melalui Surat Edaran pada akhir tahun.

Pada menu master data terdapat empat sub menu yaitu instansi pemerintah (SKPD) yaitu berisi nama-nama SKPD/OPD yang ada di Kabupaten Blitar, urusan pemerintahan, program pemerintahan, dan kegiatan pemerintahan. Menu ini juga masih di isi oleh pihak admin yang bertujuan agar saat input tidak menulis ulang hanya tinggal klik.

Untuk sub menu urusan pemerintahan berisi kode dan urusan. Kode dan urusan ini yang berhak mengisi adalah pihak admin. Untuk urusan pemerintahan ini isinya harus sesuai dengan yang ada di Permendagri.

Sama seperti urusan pemerintahan, pada sub menu kegiatan pemerintahan juga berisi kode, program dan ditambah dengan capaian program serta targetnya berapa persen.

Menu perencanaan juga berisi beberapa sub menu, pada menu program instansi, prioritas program pemerintah, prioritas sasaran pemerintah dan RPJMD masih di isi oleh pihak admin. Gambar di atas adalah contoh menu prioritas program pemerintah, ada daftar prioritas dan daftar program.

Masih dalam menu perencanaan , pada sub menu prioritas sasaran pemerintah