• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penerapan Prinsip Kerja sama dan Prinsip Kesantunan yang Dimunculkan oleh Tuturan Komunitas Gamer di Kota Solo

Dalam dokumen BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN (Halaman 81-87)

3. Penerapan Prinsip Kerja sama dan Prinsip Kesantunan yang Dimunculkan oleh Tuturan Komunitas Gamer di Kota Solo

Grice (1975) mengungkapkan bahwa dalam prinsip kerjasama, seorang pembicara harus mematuhi empat maksim. Maksim adalah prinsip yang harus ditaati oleh peserta dalam suatu tindak tutur untuk berinteraksi satu sama lain dalam upaya melancarkan jalannya proses komunikasi. Keempat maksim percakapan itu adalah: a) maksim kuantitas (the maxim of quantity), b) maksim kualitas (the maxim of quality), c) maksim relevansi (the maxim of relevance), dan d) maksim cara (the maxim of manner). Berikut uraian mengenai penerapan prinsip kerja sama dan prinsip kesantunan yang dimunculkan oleh tuturan komunitas gamer di kota Solo.

commit to user a. Maksim Kuantitas

Berdasarkan maksim kuantitas, dalam percakapan penutur harus memberikan kontribusi yang secukupnya kepada mitra tuturnya dan tidak menghendaki penutur mengatakan sesuatu yang melebihi infomasi yang dibutuhkan. Bentuk tuturan gamer di dalam interaksi bersama komunitasnya mengandung pematuhan dan juga pelanggaran maksim kuantitas. Hal tersebut dapat dilihat pada tuturan berikut.

(6)

B: Sip! GG everybody! (Bagus! GG semuanya!) A: Yoi coy.

(Iya coy.)

Konteks yang mendampingi terjadinya situasi tuturan di atas terjadi ketika penutur A dan B berada dalam akhir pertempuran game online Point Blank. Kedua penutur saling memberikan selamat karena mereka berhasil memenangkan pertempuran dengan kerja sama yang baik.

Pematuhan maksim kuantitas tampak pada tuturan nomor (6) “sip! GG

everybody!” yang diucapkan oleh penutur B. Informasi yang terkandung dalam tuturan

tersebut memiliki tujuan untuk memberikan selamat kepada rekan satu komunitas karena permainan baik yang baru saja diselesaikan. Kata “sip!” yang dapat diartikan „bagus‟ dan kalimat bahasa Inggris “GG everybody” dengan terjemahan „permainan bagus kawan-kawan‟ dirasa tepat guna dan tidak mengandung informasi berlebihan layaknya syarat pematuhan maksim kuantitas.

(7)

C: Ndes, ra isa login ki piye? Asem ik, piye jal?

(Ndes, tidak bisa login ini bagaimana? Asem, bagaimana ini?) B: Passwordmu bar mbok ganti ta. Eling-elingen.

(Passwordmu baru saja diganti kan. Diingat-ingat dulu.) C: Oh, la iya. Isa wis an ndes. {tertawa}

(Oh iya. Sudah bisa ini ndes)

Data nomor (7) di atas memiliki konteks percakapan antara penutur B dan C yang terjadi di pusat game online Wiz. Topik pembicaraan berpusat pada password dalam game online Avalon.

commit to user

Uraian data nomor (7) memiliki fenomena pelanggaran maksim kuantitas pada tuturan “ndes, ra isa login ki piye? Asem ik, piye jal?” Syarat pematuhan maksim kuantitas yang mengharuskan tuturan dengan wujud yang lugas dan efektif tidak ditemukan di data tuturan bagian ini. Alasan tuturan tersebut melanggar maksim kuantitas karena informasi yang diberikan penutur C terkait kondisinya yang tidak bisa masuk ke dalam permainan derepetisi sebanyak dua kali. Inti informasi yang ingin ditanyakan penutur C sebenarnya hanya terkait dengan penyebab dirinya yang tidak dapat masuk ke dalam permainan sesuai tuturan “ra isa login ki piye?” Maksud dari tuturan dapat ditangkap baik dengan hanya ada satu pertanyaan tersebut, tetapi penutur C mengulangi pertanyaannya dengan tuturan “asem ik, piye jal?” yang memiliki makna sama seperti tuturan sebelumnya. Ketidakefektifan tuturan yang sudah diuraian tersebut menunjukkan bahwa data nomor (7) sepatutnya disebut melanggar maksim kuantitas.

b. Maksim Kualitas

Berdasarkan maksim kualitas, peserta tindak tutur harus mengatakan hal yang sebenarnya dengan didasari bukti-bukti yang kuat. Dengan mematuhi maksim kualitas, peserta tutur diharapkan menyampaikan sesuatu yang nyata dan sesuai fakta sebenarnya. Dari keseluruhan data tuturan yang melibatkan komunitas gamer sebagai peserta tuturnya dalam penelitian ini, hanya ditemukan tuturan yang mentaati maksim kualitas tanpa ada satupun yang melanggarnya. Untuk lebih jelasnya tentang penerapan maksim kualitas, perhatikan uraian berikut.

(13)

B: Tower tengah rata satu.

A: Makuma-nya anjrit bener dah. Lanjut (B)! Gua aja masih level lima. Awas awas awas. Raiksha siap ulti. Ah. Anjrit!

(Makuma-nya benar-benar anjing. Lanjut (B)! Saya saja masih level lima. Awas awas awas. Raiksha siap ulti. Ah. Anjing!)

B: Colok dua Benti cacad! {tertawa}

A: Gua bales lu ntar Raiksha. Anjrit! Songong! (Saya bales kamu nanti Raiksha. Anjing! Bodoh!)

Konteks dialog yang melibatkan penutur A dan B dilakukan ketika mereka masih dalam permainan Avalon. Waktu yang sudah berlalu sejak permainan dimulai

commit to user

adalah sekitar delapan menit. Tema pembicaraan membahas tentang hero musuh yang berusaha untuk menyerang tim.

Dalam rangkaian tuturan data nomor (13), terdapat kalimat berita “tower tengah

rata satu”. Uraian yang dapat dijabarkan dari kalimat tersebut terkait pematuhan

maksim kualitas adalah fakta tentang kondisi kubu musuh yang berhasil diserang oleh kubu penutur B dan rekan komunitasnya dan menghasilkan hancurnya tower musuh pada peta bagian tengah. Syarat yang harus dipenuhi untuk pematuhan maksim kualitas, yaitu mengatakan hal yang sebenarnya dengan didasari bukti-bukti yang kuat sesuai dengan tuturan tersebut. Fakta yang sesuai dan bukti bahwa tower musuh bagian tengah sudah hancur menjadikan tuturan pada data nomor (13) layak dikelompokkan ke dalam tuturan yang mematuhi maksim kualitas.

c. Maksim Relevansi

Berdasarkan maksim relevansi, setiap pihak yang terlibat dalam tuturan memberikan kontribusi yang relevan dengan situasi pembicaraan. Untuk membangun hubungan tindak tutur yang baik antara penutur dan mitra tutur, pematuhan terhadap maksim relevansi hendaknya lebih diperhatikan. Pernyataan tersebut nampak pada uraian data berikut.

(25)

D: Ana sing gawe orchid pora ta?

(Ada yang membuat orchid tidak ya?) A: Ora. Bar iki tak gawene.

(Tidak. Setelah ini saya buatkan.)

Konteks yang melibatkan penutur D dan A terjadi ketika mereka melakukan dialog tanya jawab terkait item untuk hero yang sedang dimainkan. Penutur D yang melontarkan pertanyaan tentang item tersebut mendapatkan respon positif dari penutur A.

Respon dalam bentuk jawaban “ora. Bar iki tak gawene” oleh penutur A akibat pertanyaan yang dilontarkan penutur D sebelumnya mengandung kerelevansian sebagai syarat utama pematuhan maksim relevansi. Kerelevansian yang dimaksud adalah hubungan antara pertanyaan penutur D “ana sing gawe orchid pora ta?” yang bermaksud untuk menanyakan informasi terkait rekannya yang sudah memiliki item

commit to user

dalam game online DOTA2 dengan nama orchid. Pertanyaan tersebut direspon dengan jawaban penutur A “ora. Bar iki tak gawene”. Jawaban tersebut dinilai sesuai karena informasi yang diberikan penutur A dapat menjawab pertanyaan yang disampaikan penutur D sebelumnya, yaitu bahwa belum ada pihak yang memiliki item orchid. Oleh karena itu, penutur A berinisiatif untuk memiliki item tersebut.

(36)

C: Ah, cupu. {tertawa} (Ah, cupu.)

A: Cangkemu! Asu! (Mulutmu! Anjing!)

Konteks yang mendasari terjadinya tuturan data nmor (36) yaitu penutur C menuturkan kalimat yang bernada ejekan kepada penutur A terkait ketidakmampuannya untuk menyelesaikan salah satu misi di dalam permainan.

Interaksi dialog antara penutur C dan A pada data (36) dikatakan melanggar maksim relevansi karena tidak ada kesesuaian pada tuturan “ah, cupu” yang diucapkan oleh penutur C sebagai komentar yang ditujukan untuk penutur A terkait konteks yang sudah dijelaskan sebelumnya. Kerelevansian dapat dimunculkan apabila respon yang diberikan penutur A berwujud pendapat atas komentar “ah, cupu”. Sebaliknya, tuturan yang disampaikan oleh penutur A berwujud umpatan dalam bahasa Jawa “cangkemu!

Asu!” yang sama sekali tidak sesuai dengan topik yang dibicarakan. Oleh karena itu,

pelanggaran terhadap maksim relevansi dapat disematkan pada data nomor (36).

d. Maksim Cara

Berdasarkan maksim cara, setiap peserta tindak tutur harus berbicara langsung dan lugas serta tidak berlebihan. Maksim ini menuntut seorang penutur menghindari ungkapan yang kabur, ambigu, dan penyampaian yang tidak runtut. Hanya terdapat data yang melanggar maksim cara dalam penelitian ini tanpa ada pematuhan. Berikut uraian data yang terkait dengan maksim cara.

(10)

C: Teol apa Keias enake? (Enaknya Teol apa Keias?)

commit to user (Saya Teol. Kamu Keias saja, fokus TB!)

C: Keias maneh, bosen ndes. (Keias lagi, bosen ndes.)

Konteks yang bisa dijelaskan dari tuturan data nomor (10) yaitu peserta tutur melakukan diskusi dalam percakapan yang terjadi. Diskusi yang dilakukan dilaksanakan oleh peserta tutur pada tahap pemilihan hero atau karakter yang akan dimainkan dalam

game online Avalon untuk menemukan strategi bermain paling bagus melalui pemilihan hero tersebut.

Pelanggaran maksim cara yang dimaksud pada data nomor (10) terletak pada tuturan bagian “aku Teol. Kowe Keias wae, fokus TB!” Disebut demikian karena tuturan tersebut muncul dari pertanyaan sebelumnya “Teol apa Keias enake?” Penutur C yang menyampaikan pertanyaan tersebut bermaksud meminta pendapat rekannya terkait opsi pemilihan hero antara Teolia atau Keias. Pendapat yang sekiranya hanya berupa jawaban untuk menentukan salah satu dari hero tersebut justru dijawab oleh penutur B dengan tuturan “aku Teol. Kowe Keias wae, fokus TB!” yang tidak hanya menjawab bahwa penutur C lebih baik menggunakan hero Keias, tetapi juga keterangan tambahan mengenai hero Teolia yang dipilih penutur B dan perintah untuk penutur C untuk fokus dalam hal TB atau „pertahanan‟. Jawaban yang bersifat tidak lugas dan memberikan informasi secara berlebihan tersebut menjadi alasan data nomor (10) digolongkan ke dalam tuturan yang melanggap maksim cara.

Tabel 3: Pematuhan dan Pelanggaran Prinsip Kerja sama No Prinsip

Kerja sama

Nomor Data Pematuhan Jumlah Data

Nomor Data Pelanggaran Jumlah Data 1. Maxim Kuantitas 6,17,20,21,27,31, 6 data 3,7,9,12,14,16,18,19,22,24,26, 29,30,35,37 15 data 2. Maksim Kualitas 2,13,15 3 data - - 3. Maksim Relevansi 25,32 2 data 1,23,36 3 data 4. Maksim Cara - - 10,28,33,34 4 data

commit to user B. Pembahasan

Pada bagian ini akan diuraikan pembahasan terkait hasil penelitian sesuai dengan rumusan masalah yang menjadi dasar penelitian ini. Pembahasan secara lugas diuraikan sebgai berikut.

1. Jenis dan Fungsi Tindak Tutur yang Ditemukan dan Paling Dominan pada

Dalam dokumen BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN (Halaman 81-87)

Dokumen terkait