• Tidak ada hasil yang ditemukan

TANGGUNGJAWAB HOLDING COMPANY DALAM TINDAKAN HUKUM ANAK PERUSAHAAN

A. Penerapan Prinsip Piercing The Corporate Viel dalam Tindakan Hukum Anak Perusahaan

Prinsip piercing the corporate veil dapat dikaji penerapannya dalam kasus meluapnya lumpur panas dari sumur bor PT Lapindo Brantas Inc. dimana casing sebagai pelindung lubang bor tidak dipasang, sehingga lumpur meluap keluar melalui celah-celah yang tidak tertutup casing. Meluapnya lumpur panas tersebut berdampak dengan merembesnya lumpur tersebut ke pemukiman penduduk dan infratruktur vital daerah Porong, Sidoarjo. Akhirnya PT Lapindo Brantas Inc. harus membayar ganti rugi kepada berbagai pihak karena lumpur panas tersebut menutupi dan menimbun pemukiman, persawahan, jalan raya dan perkantoran. PT Lapindo Brantas Inc. Kerugian ditaksir mencapai Rp. 1, 536 Triliun. PT Lapindo Brantas Inc. sebagai salah satu perusahaan kontraktor kontrak kerja sama yang ditunjuk oleh Badan Pelaksana Migas melakukan proses pengeboran minyak dan gas bumi di tepi Sungai Brantas. Sahamnya 100 persen dikantongi oleh PT Energi Mega Persada Tbk. Dari kasus tersebut penerapan prinsip piercing the corporate veil seyogyanya juga dapat menarik pertanggung jawaban holding company bilamana Perseroan Anak (subsidiary):197

197

Benny Batara Tumpal Hutabarat. Penerapan Prinsip Piercing The Corporate Veil Terhadap Pemegang Saham Selaku Personil Pengendali Korporasi Dalam Tindak Pidana Pencucian Uang Oleh Perseroan Terbatas. Skripsi Universitas Indonesia, 2011, hlm 101-102

1. dimodali oleh holding company, sehingga subsidiary tersebut benar-benar dibawah permodalan holding company atau under capitalize, dan

2. dalam keadaan under capitalize tersebut, subsidiary berada dalam keadaan tidak independent eksistensi ekonomi dan perusahaannya,

3. Subsidiary itu semata-mata berperan dan berfungsi sebagai wakil (agent) dalam melakukan bisnis holding company.

Kasus ini PT Lapindo Brantas dimiliki oleh Energi Mega Persada melalui anak perusahaannya yakni PT Kalila Energy Ltd. sebesar 84,24 persen dan Pan Asia Enterprise 15,76 persen. Sebagai pemilik saham mayoritas Lapindo Brantas, Energi Mega Persada merupakan anak perusahaan PT. Bakrie & Brothers Tbk. (Grup Bakrie). Di perusahaan itu, Grup Bakrie memiliki 63,53 persen saham dan sisanya dimiliki Rennier A.R. Latief sebanyak 3,11 persen, Julianto Benhayudi 2,18 persen, dan publik 31,18 persen. Disini dapat dilihat bahwa terjadi undercapitalization terhadap PT Lapindo Brantas, Inc. Kemudian dominasi holding terhadap subsidiary terlihat dari indikasi begitu besarnya kontrol dari perusahaan induk terhadap moneter PT Lapindo Brantas, yang dijewantahkan dengan niat untuk menjual saham PT Lapindo Brantas kepada pihak ketiga yakni Lyte Ltd dan kemudian Freehold Group.198 Disini terdapat indikasi bahwasanya perusahaan pengendali berniat untuk mengalihkan tanggung-jawab hukumnya yang telah ada (existing-obligation) kepada pihak ketiga, sehingga karena ada indikasi199 unsur itikad tidak baik atau penggunaan tidak wajar (improper use) maka hapuslah tanggung jawab terbatas perseroan terbatas, sehingga dapat

198

Ibid, hlm. 103.

199

diterapkan penegakan piercing the corporate veil terhadap kewajiban hukum perseroan tersebut. 200 Terlebih setelah belakangan diketahui bahwasanya Freehold Group adalah perusahaan special purpose vehicle (SPV) yang terindikasi bodong yang dimiliki oleh James Belcher.201

Beberapa alasan atau sebab diperlukannya piercing the corporate veil terhadap holding company dalam tindakan hukum anak perusahaan yakni melihat realitas bisnis yang ada sebagai berikut:202

1. Terjadinya dominasi tanpa tanggung jawab yang dilakukan holding company terhadap anak perusahaan. Dalam hal ini terjadi pengendalian yang dilakukan holding terhadap anak perusahaan. Induk perusahaan sebagai pemegang saham anak perusahaan melakukan pengendalian anak perusahaan dengan melaksanakan fungsi hak suara dalam RUPS anak perusahaan, maupun mengangkat anggota direksi atau dewan komisaris anak perusahaan. Pelaksanaan hak suara induk perusahaan ini diarahkan bagi tercapainya fungsi penanaman modal pada anak perusahaan. Sehingga mengakibatkan induk perusahaan melakukan tindakan oputunistik.203

a. Tindakan induk perusahaan melakukan eksternalisasi usaha yang beresiko tinggi kepada anak perusahaan

b. Tindakan induk perusahaan memanfaatkan sebagain utang anak perusahaan untuk membiayai kegiatan operasional anak perusahaan yang lain tanpa sepengetahuan kreditur anak perusahaan

200 Ibid, hlm. 103. 201 Ibid. 202

Sulistiowati, Dominasi tanpa Tanggung Jawab Induk Perusahan, (Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada, 2014), hlm.8

203

c. Tindakan induk perusahaan dapat mengalihkan sebagian asset dari anak perusahaan yang hampir bangkrut kepada anak perusahaan yang lain, tanpa sepengetahuan dari pemegang saham minoritas atau kreditur anak perusahaan tersebut.

2. Holding berlindung dibalik tirai limited liability. Berlakunya limited liability menyebabkan tanggung jawab induk perusahaan semakin terbatas pula. Dengan demikian, tanggung jawab induk semakin terbatas dan mendekati tidak bertanggung jawab jika induk mengeksetrnalisasi kegiatan usaha beresiko kepada anak perusahan lapisan kemepat, kelima dan seterusnya

3. Adanya perbuatan melawan hukum atau wanprestasi dari holding company. Dalam hal ini holding dapat diberlakukan piercing the corporate veil apabila terbukti telah melakukan perbuatan melawan hukum atau wanprestasi terhadap perusahaan lainnya melalui anak perusahan. Unsur kerugian dari suatu perbuatan melawan hukum atau wanprestasi menjadi dasar bagi lahirnya tanggung jawab hukum atas pelaku dalam hal ini holding sebagai pemegang saham. Apabila pelaku terbukti melakukan perbuatan melawan hukum, pelaku dapat dibebani suatu tanggung jawab hukum. Demikian juga, tanggung jawab kontraktual lahir sejak adanya kewajiban dalam hubungan kontraktual. Namun, tanggung jawab baru lahir ketika kewajiban kontraktual tidak dilaksanakan. Dengan demikian, apabila wanprestasi terjadi maka holding dapat diberlakukan.204

204

Sulistiowati, Tanggung Jawab Hukum pada Perusahaan Group di Indonesia, (Jakarta: Erlangga, 2013), hlm..135.

4. Karena adanya unsur kerugian terhadap pihak ketiga, yaitu

a. Banyak kasus tanggung jawab pada holding company menggunakan undercapitalization sebagai dasar utama untuk mengajukan gugatan piercing the corporate veil. Namun sebagian yuridis menggunakan aturan bahwa undercapitalization tidak dapat menjadi alasan tunggal untuk membenarkan pengabaian badan hukum perseroan sehingga perlu pembenaran-pembenaran indikator lainnya.

b. Induk perusahaan dapat mengalihkan sebagian aset dari anak perusahaan yang hampir bangkrut kepada anak perusahaan yang lain, tanpa sepengetahuan dari pemegang saham minoritas atau kreditur dari anak perusahaan yang hampir bangkrut. Apabila anak perusahaan akhirnya bangkrut, kepemilikan atas sebagian aset tersebut sudah beralih kepada anak perusahaan yang lain. Hal ini mengakibatkan pemegang saham minoritas maupun kreditur mengalami kerugian karena mengalami kesulitan untuk menuntut aset yang dialihkan kepada anak perusahaan yang lain.

c. Induk perusahaan dapat melakukan pengumpulan aset modal dan non modal yang diarahkan untuk mendukung keputusan dan melaksanakan kewajiban hutang korporasi. Sebaliknya, secara teoritis pemegang saham pengendali melaksanakan pengurangan asset untuk menghindari berbagai tanggung jawab yang telah diatur dalam peraturan perundang- undangan.205

205

Holding company bertanggung jawab terahadap tindakan anak hukum perusahaan dalam hal:

a. Tidak menyetor modal dalam hal ini holding company tidak menyetorkan modal, padahal setiap saham harus disetor penuh oleh pemegang saham pada saat pengesahan Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia menurut Pasal 33 UUPT. Apabila hal tersebut merugikan perseroan terbatas atau pihak ketiga, maka doktrin piercing the corporate veil berlaku.

b. Campur aduk antara urusan pribadi dengan urusan perseroan. Dalam hal terjadi pencampuradukan antara urusan perseroan terbatas dengan urusan pribadi, maka tanggung jawab pemegang saham dapat dimintakan. Contohnya adalah dalam hal :

1) Dana perusahaan digunakan untuk urusan pribadi. 2) Asset milik perseroan terbatas diatas namakan pribadi.

3) Terjadi percampuran harta kekayaan pribadi pemegang saham dan harta kekayaan perseroan terbatas.

4) Pembayaran perseroan terbatas dengan cek pribadi tanpa justifikasi yang sah

c. Jaminan pribadi holding company,yaitu apabila holding company memberikan jaminan pribadi bagi perjanjian bisnis yang dibuat oleh perusahaan, maksudnya adalah holding company menginginkan kegiatan- kegiatan tertentu yang dilakukan perseroan terbatas tersebut dibebankan kepadanya, sehingga holding company dengan sendirinya turut

bertanggung jawab apabila ada gugatan dari pihak ketiga atas kerugian yang muncul dari kegiatan yang dijamin tersebut. Kapan dan sejauhmana tanggung jawab holding company sebagai pemegang saham, tergantung kepada isi perjanjian jaminan tersebut.206

B. Dampak Penerapan Prinsip Piercing The Corporate Viel dalam Perseoran

Dokumen terkait