• Tidak ada hasil yang ditemukan

Bentuk Tanggungjawab Holding Company terhadap Tindakan Hukum Anak Perusahaan Setelah Diterapkan Prinsip Piercing The Corporate Veil

TANGGUNGJAWAB HOLDING COMPANY DALAM TINDAKAN HUKUM ANAK PERUSAHAAN

C. Bentuk Tanggungjawab Holding Company terhadap Tindakan Hukum Anak Perusahaan Setelah Diterapkan Prinsip Piercing The Corporate Veil

Bentuk tanggung jawab holding company dalam tindakan hukum anak perusahaan setelah diterapkannya piercing the corporate veil adalah berbentuk ganti rugi setelah melebihi saham yang disetorkan oleh holding pada anak perusahaan. Tentunya berdasarkan atau dilihat dari kesalahan, atau mutlak. Dan dilihat dari segi perdata menyarankan ada sarat-sarat yang memenuhi unsur komponen kerugian starting point dari ganti rugi, bukan karena alasan forje

mayour, saat terjadi kerugian-kerugian dapat diduga, maka ganti rugi dapat di eksekusi dalam memenuhi kewajiban terhadap tindakan hukum perusahaan.214

Setelah dilakukannya penerapan piercing the corporate veil yang kemudian diarahkan kepada jenis tanggung jawab perdata dan ditentukan dengan fault on liability atau strik liability, maka bentuk tanggung jawab dari holding company terhadap tindakan hukum anak perusahannya adalah dapat berupa ganti rugi melebihi saham yang ditanamkan. Untuk menentukan bentuk tanggung jawab holding terhadap tindakan hukum anak perusahaannya. Jika didalam perdata holding company dapat ditembus dengan piercing the corporate veil sedangkan dalam pidana dapat ditembus dengan vicarious liability. Sedangkan untuk adiministrasi dapat dilihat dari teknisnya yang akan memberikan bentuk tanggung jawab berupa pencabutan izin atau pembekuan.215

Holding company tidak bertanggung jawab secara pribadi atas perikatan yang dibuat atas nama anak perusahaan serta tidak bertanggung jawab atas kerugian anak perusahaan melebihi saham yang dimilikinya tersebut. Ketentuan tidak bertanggung jawab secara pribadi atas perikatan yang dibuat atas nama anak perusahaan dapat disimpangi apabila memenuhi keteria yang terdapat dalam pasal 3 ayat (2) UUPT yaitu pertama, persyaratan anak perusahaan sebagai badan hukum belum atau tidak terpenuhi, maka holding company harus bertanggung jawab, yang kedua apabila holding company yang bersangkutan baik langsung maupun tidak langsung beritikad buruk memanfaatkan anak perusahaan untuk

214Muhammad Syafi’I,

Piercing The Corporate Veil Terhdap Holding Company Dalam Tindakan Hukum Anak Perusahaan. Program Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, ISBN : 978-602-19568-3-0, 2016, hlm. 133.

215

kepentingan pribadi, maka juga harus dimintai pertanggungjawaban terhadap holding company tersebut, ketiga apabila holding yang bersangkutan terlibat dalam perbuatan melawan hukum yang dilakukan oleh anak maka beban tanggung jawab juga dikenakan kepada holding company tersebut dan yang terakhir adalah apabila holding yang bersangkutan baik langsung maupun tidak langsung secara melawan hukum menggunakan kekayaan anak perusahaan yang mengakibatkan kekayaan anak perusahaan menjadi tidak cukup untuk melunasi hutang anak perusahaan, maka holding company juga harus bertanggung jawab. Dengan demikian dari ketentuan kriteria diatas terlihat bahwa tanggung jawab holding company sebesar setoran atas seluruh saham yang dimilikinya kemungkinan akan hapus apabila terbukti antara lain memenuhi unsur-unsur atau ketentuan-ketentuan yang di atas216

Jadi, terkait dengan bentuk tanggung jawab holding company terhadap tindakan anak hukum perusahaan adalah, setelah melihat dari sisi hubungan hukumnya. Bentuk tanggung jawab dari holding company itu bermuara kesegi perdata yang memberikan ganti rugi baik secara penuh ataupun tidak. Holding company dapat bertanggung jawab jika dapat dibuktikan oleh pihak yang dirugikan dengan menghubungkan teori fault on liability dimana beban pembuktian terletak pada pihak ketiga yang mengajukan gugatan agar holding company bertanggung jawab secara pribadi dengan dasar piercing the corporate veil yang harus dapat mebuktikan kesalahannya. Dapat disimpulkan bahwasanya segala yang terkait dengan pertanggung jawaban perdata dalam holding company

216

Iwan, Pertanggung jawaban perusahaan induk dalam perusahaan group selaku pemegang saham terhadap anak perusahaan yang mengalamai kerugian menurut UU PT, Universitas sebelas maret, Penelitian Ilmiah, 2014, hlm.15.

terhadap trindakan hukum anak perusahannya bermuara kepada tanggung jawab ganti rugi setelah diterapkannya piercing the corporate veil terhadap holding company tersebut.217

Ganti rugi yang dibebankan kepada holding company Paska diterapkannya piercing the corporate veil terhadap tindakan hukum anak perusahaan, ditentukan dari segi prinsip tanggung jawab hukum berdasarkan kesalahan. Ganti rugi yang merupakan ganti rugi holding company terhadap tindakan hukum anak perusahaan, apabila telah terpenuhi oleh satu prinsip tanggung jawab di atas, maka dapat disimpulkan bahwasanya ganti ruginya merupakan ganti rugi yang terdapat dalam Pasal 1246 KUHPerdata yakni biaya, rugi dan bunga yang oleh siberpiutang boleh dituntut akan penggantiannya, terdirilah pada umumnya atas rugi yang telah dideritanya dan untung yang sedianya harus dapat dinikmatinya.218

Purwahid Patrik lebih memperinci lagi unsur-unsur kerugian. Menurut Patrik, kerugian terdiri dari dua unsur :

1. Kerugian yang nyata diderita (damnum emergens) meliputi biaya dan rugi 2. Keutungan yang tidak peroleh (lucrum cessans) meliputi bunga. 219

Kerugian nyata dan keuntungan yang tidak diperoleh dimaksudkan sebagai hukuman bagi si pelaku, dalam hal ini adalah holding yang melakukan realitas bisnis terhadap tindakan anak hukum perusahaan dituntut untuk ganti rugi, penghukuman ini layak diterapkan terhadap kasus-kasus kesengajaan yang berat.

217 Ibid. 218Muhammad Syafi’i, op.cit, hlm.134. 219

Purwahid Patrik, Dasar-Dasar Hukum Perikatan (Perikatan Yang Lahir Dari Perjanjian dan Dari Undang-Undang), (Bandung: Mandar Maju, 1994), hlm.14

KUHPerdata ketentuan tentang ganti rugi karena akibat dari holding company harus memenuhi persyaratan persyaratan sebagai berikut

1. Dilihat dari segi komponen kerugian yaitu biaya, rugi, dan bunga 2. Dilihat dari starting point dari ganti rugi

3. Kemudian bukan karena alasan force majour

4. Kemudian saat terjadinya kerugian, bahwasannya suatu ganti rugi hanya dapat diberikan terhadap kerugian yang telah benar-benar dideritanya, kedua kerugian karena kehilangan keuntungan atau pendapatan yang sedia yang dapat dinikmati.

5. Kerugian yang dapat diduga, bahwasannya kerugian yang timbul tersebut haruslah diharapkan akan terjadi atau patut diduga akan terjadi dugaan, dimana sudah ada pada saat dilakukannya perbuatan melawan hukum tersebut. 220

Dengan kata lain bahwasannya khusus ganti rugi karena perbuatan melawan hukum yang dilakukan oleh holding company harus memenuhi persyaratan-persyaratan yang telah ditentukan oleh di atas agar holding company memberikan ganti rugi terhadap tindakan anak hukum perusahaannya. Jika telah melihat dari segi persyaratan-persyaratan tersebut maka dapatlah dilakukan pembayaran ganti rugi setelah memenuhi syarat-syarat sedemikian rupa .221

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa holding company bertanggung jawab atas tindakan hukum anak perusahaan. Hubungan hukum yang

220

Salim& Erlies Septiana Nurbani, Buku kedua penerapan teori hukum pada penelitian disertasi dan tesis, (Jakarta: Rajagrafindo, 1998), hlm..239.

221

Munir Fuady, Perbuatan Melawan Hukum pendekatan Kontemporer, (Bandung: Citra Aditya Bakti, 2005), hlm..140

terjadi pada holding company dengan anak perusahaan timbul akibatnya adanya ikatan kepemilikan saham yang menimbulkan hak dan kewajiban pada masing- masing pihak. Dengan kata lain holding company dan anak perusahaan harus saling mematuhi hak dan kewajiban tersebut yang mana hak dan kewajiban yang ada di dalamnya mengkibatkan tanggungjawab yang lebih dominan holding company. Terjadinya dominasi tanggung jawab terhadap holdimg company terhadap anak perusahaan dalam hal ini holding company sebagai pemegang saham dari anak perusahaan melakukan pemgendalian yang sering kali sulit ditembus berdasarkan prinsip limit liability.

Berdasarkan permasalahan tersebut, maka diterapkanlah satu prinsip modern lain yaitu piercing the corporate veil. Prinsip piercing the corporate veil yang diterapkan tersebut bertujuan untuk menghindari hal-hal yang tidak adil dari tindakan sewenang-wenang atau tidak layak dlakukan atas nama perseroaan Baik yang timbul dari transaksi dari pihak ketiga yang timbul dari perbuatan yang menyesatkan atau perbuatan melawan hukum.

Penerapan prinsip piercing the corporate veil tidak hanya dilakukan hanya pemegang saham, tetapi oleh setiap pihak yang dalam kedudukannya memungkinkan untuk dilakukannya penyimpangan atau kesalahan atau diakukannnya hal-hal yang tidak sepatutnya untuk dilakukannya yang bermuara pada terjadinya kerugian terhadap perseroan. Dengan demikian bentuk tanggung jawab holding company dengan anak perusahaan setelah diterapkannya prinsip piercing the corporate veil adalah berbentuk ganti rugi yang dimana sebelumnya holding company tidak bertanggung jawab terhadap perbuatan hukum yang dibuat

atas anak perusahaan serta tidak bertanggung jawab atas kerugian anak perusahaan melebih saham yang dimilikinya tersebut.

Ketentuan tidak bertanggung jawab atas perikatan yang dibuat atas nama anak perusahaan dapat disimpangi apabila memenuhi kriteria yang terdapat dalam Pasal 3 ayat (2) UUPT. Ganti rugi yang dilakukan oleh holding company merupakan ganti rugi sebesar apa yang dialami oleh siperugi dan akan bisa lebih tentunya melihat objek kerugiannya. Hukuman ganti rugi tersebut dapat dilihat berdasarkan dari kesalahan dan dilihat dari segi perdata dengan memenuhi syarat- syarat dan unsur yang memenuhi komponen kerugian bukan karena alasan force majour jadi saat terjadi kerugian-kerugian yang terduga, maka ganti rugi dapat dieksekusi dalam memenuhi kewajiban hukum anak perusahaan.

BAB V

Dokumen terkait