• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV: HASIL DAN PEMBAHASAN

B. Hasil Penelitian

1. Penerapan prinsip-prinsip komunikasi kelompok yang

dusun Thekelan

Dalam kehidupan sosial, interaksi masyarakat tidak lepas dari komunikasi. Sehingga komunikasi sangat membantu proses kelangsungan hidup seseorang. Hubungan antara manusia dengan manusia lain tersebut menimbulkan suatu reaksi yang membentuk pola dan tindakan seseorang semakin meluas, yaitu reaksi berupa keinginan untuk menjadi satu dengan manusia lain di sekelilingnya atau di masyarakat, dan reaksi berupa keinginan untuk menjadi satu dengan suasana alam sekelilingnya. Dengan adanya komunikasi antar sesorang, akan membentuk reaksi seseorang

berupa perubahan tindakan sebagai wujud seseorang dalam menyesuaikan diri terhadap lingkungannya.

Sifat-sifat komunikasi di dalam suatu kelompok adalah setiap anggota kelompok bisa dengan mudah melakukan interaksi secara tatap muka yang terus menerus dalam jangka waktu yang cukup lama. Setiap anggota kelompok tersebut memiliki pengaruh satu sama lainnya, sehingga tujuan suatu kelompok tersebut dapat berjalan dengan lancar. Sifat-sifat tersebut di Thekelan sudah mampu menjadi contoh sebagai bentuk terjadinya suatu prinsip-prinsip komunikasi kelompok.

Komunikasi yang ada di Thekelan, baik antara tokoh agama dengan masyarakat, antara sesama tokoh agama, maupun antara sesama masyarakat terjadi setiap hari dalam bentuk komunikasi antar personal yang kemudian menjadi komunikasi kelompok dalam bentuk pertemuan-peretemuan antara tiap-tiap anggota masyarakat. Frekuensi pertemuan antar masyarakat yang terjadi di Thekelan sangat sering sekali, hal tersebut dikarenakan hampir 90 % warga Thekelan mata pencahariannya sebagai petani dan peternak sapi.

Kesamaan profesi yang mereka geluti ternyata mempunyai nilai lebih dalam berkomunikasi antara warga Thekelan, dengan adanya kesamaan profesi ini dan juga banyaknya kegiatan-kegiatan sosial kemasyarakatan yang terjadi, menjadikan mereka saling memiliki perhatian, simpatik dan saling memahami keadaan maupun karakteristik

dari setiap anggota masyarakat, mereka saling berkomunkasi secara rutin, dalam bentuk interpersonal maupun dalam bentuk kelompok.

Dengan komunikasi tersebut masyarakat Thekelan mampu hidup berdampingan dan rukun di dalam masyarakat yang menjadi tujuan setiap anggota masyarakat. Setiap memiliki unek-unek ataupun pendapat, masyarakat Thekelan langsung bisa mampu menyampaikan kepada anggota masyarakat lainnya melalui pertemuan keseharian, yang kemudian pendapat tersebut bisa dibahas di dalam perkumpulan rutinan malam jum’at oleh masing-masing agama.

Dalam kesempatan lain yang mempertemukan antara tokoh agama dari masing-masing agama dan tokoh masyarakat lainnya, mereka saling membahas kemaslahatan masyarakat, misalkan dalam setiap permasalahan kemasyarakatan dari segi sosial, pembangunan fisik, maupun keagamaan seperti kegiatan-kegiatan yang telah penulis gambarkan di atas dalam bab yang menjelaskan tantang bentuk kerukunan umat berbeda agama di dusun Thekelan. Semua tokoh agama tidak ada yang mementingkan kepentingan golongan masing-masing di dalam bermusyawarah, sehingga hasil musyawarah dari semua golongan tokoh agama bersama tokoh kemasyarakatan lainnya menghasilkan keputusan yang seadil-adilnya dalam upaya menjaga kerukunan masyarakat tanpa menyinggung urusan agama. Kebijakan tersebut kemudian oleh tokoh agama diinformasikan kepada setiap pemeluk agama masing-masing di masyarakat. Sehingga setiap upaya dalam mejaga kerukunan di masyarakat Thekelan dapat

berjalan dengan lancar karena adanya keselarasan pemahaman suatu kebijakan yang sama di antara masyarakat. Dalam hal ini semua anggota masyarakat memiliki peran yang aktif dalam menjaga kerukunan umat berbeda agama di Thekelan, peran tersebut membentuk norma-norma dan tingkah laku yang tercipta secara alamiah karena adanya kegiatan komunikasi yang terjadi.

Norma-norma di dalam komunikasi kelompok di masyarakat Thekelan adalah berupa bentuk nyata hubungan antara semua anggota masyarakat yang memiliki perbedaan agama. Hubungan tersebut dapat dilihat melalui bagaimana masyarakat memposisikan diri terhadap agamanya masing-masing dan bagaimana mereka memposisikan diri terhadap lingkungan masyarakat dalam hubungan sosial kemasyarakatan di Thekelan. Pemahaman tentang agama bagi tokoh agama dan juga masyarakat Thekelan adalah hubungan setiap masing-masing individu dengan Tuhan, namun pada hakikatnya semua agama bagi mereka adalah keyakinan yang mengajarkan kebaikan kepada semua orang dalam menciptakan kehidupan yang harmonis, damai dan rukun.

Melalui pemahaman masing-masing individu tersebut, terciptalah toleransi antar umat berbeda agama di Thekelan dalam wujud tenggang rasa antar umat beragama, saling menghargai, memberikan kebebasan beragama dengan tidak memaksakan seseorang untuk memeluk agamanya, dan melaksanakan ibadah sesuai agamanya masing-masing tanpa mencampuri agama yang lain.

Dalam hal komunikasi, masyarakat Thekelan sangat memegang peran komunikasi dalam memperlancar segala macam bentuk kegiatan. Proses komunikasi dalam sebuah kelompok atau di masyarakat Thekelan di awali dari bentuk curhatan maupun percakapan oleh masing-masing anggota masyarakat, hal tersebut menjadikan terciptanya sebuah gagasan dan aspirasi warga yang kemudian di salurkan kepada tokoh agama untuk di musyawarahkan bersama tokoh-tokoh kemasyarakatan lainnya di dusun Thekelan.

Semua tokoh kemasyarakatan yang terdiri dari kepala dusun, perwakilan karang taruna, tokoh agama, Ketua RT, Ketua RW dan LPPPD (Lembaga Perencanaan Pelaksanaan Pembangunan Desa) berkumpul dan bermusyawarah dalam merencanakan setiap kegiatan-kegiatan. Hasil kesepakatan dari semua golongan tersebut di publikasikan oleh tokoh agama kepada masyarakat untuk mengkondisikan masyarakat agar memiliki pemikiran yang sefaham sehingga dapat tercipta kegiatan sesuai yang diharapkan. Karena dengan melakukan berbagai macam kegiatan-kegiatan, hal tersebut merupakan upaya dalam menjaga kerukunan masyarakat di Thekelan.

Dalam setiap mengambil keputusan, semua pemimpin di Thekelan selalu menyertakan tokoh masyarakat lainnya agar terjadi keselarasan dalam bertindak, sehingga semua apapun bentuk kegiatan dalam upaya membangun dusun dan menyelesaikan setiap masalah-masalah bisa berjalan tanpa ada satupun kalangan yang menghambat dalam kegiatan

tersebut, semua masyarakat bisa terbuka, saling memahami dan mendukung apapun yang menjadi keputusan bersama.

2. Faktor pendukung komunikasi kelompok yang dilakukan tokoh agama dalam menjaga kerukunan antar umat beragama di dusun Thekelan

Ada beberapa karakteristik komunikasi antara tokoh agama dengan masyarakat Thekelan dalam menjaga kerukunan umat berbeda agama yang menjadi faktor pendukung dalam kehidupan sehari-hari di Thekelan, diantaranya:

a. Pemahaman terhadap makna agama

Dalam memandang agama, masyarakat Tekelan menganggap bahwa agama adalah keyakinan terhadap Tuhan yang sifatnya pribadi, namun setiap agama mengajarkan saling berbuat baik terhadap orang lain, sehingga apa pun agama yang dianut masing-masing angota masyarakat Thekelan tidak menjadikan pudarnya kerukunan antar sesama. Di dusun Thekelan terdapat lebih dari 30 keluarga yang setiap anggota keluarga memiliki keyakinan agama yang berbeda-beda, misalkan bapak ibunya beragama Budha namun anaknya ada yang beragama muslim atau Kristen.

Berdasarkan temuan itu, terlihat bahwa kebebasan dalam beragama di Thekelan sangat tinggi sekali, hal ini menunjukkan bahwa kerukunan umat berbeda agama bukan hanya di dalam

masyarakat saja, namun di dalam sebuah rumah tangga juga terlihat saling menghargai suatu perbedaan di dalam agama. Pola pemikiran tentang makna agama yang tertanam diri setiap perorangan semacam inilah yang tokoh agama tekankan kepada masyarakat di Thekelan. Sehingga diantara masyarakat yang berbeda agama maupun yang seagama dalam hal berkomunikasi dapat berjalan lancar, dan tidak menjadi penghambat karena terkotak-kotakkan oleh faktor perbedaan agama.

b. Rasa kebersamaan

Masyarakat Thekelan selalu menjaga rasa kebersamaan dalam keharmonisan, kerukunan dan kedamaian tanpa memandang latar belakang keagamaan. Dalam setiap kegiatan-kegiatan yang terjadi, misalkan dalam perayaan hari ulang tahun kemerdekaan Republik Indonesi, masyarakat Thekelan baik yang beragama Budha, Islam, Kristen, maupun Katholik ikut semua untuk memeriahkannya. Perbedaan agama tidak menjadikan suatu penghalang dalam tercapainya kegiatan tersebut. Dalam observasi yang penulis lakukan terhadap kegiatan ini, seseorang tidak akan bisa membedakan agama setiap individu, mereka melebur menjadi satu dan ikut dalam berbagai prosesi acara yang ada di dalamnya dengan antusias.

Begitu juga jika apabila dilihat dari adanya beberapa kesenian yang dilestarikan di masyarakat Thekelan. Dengan adanya

kesenian-kesenian tersebut, masyarakat berkumpul setiap ada waktu-waktu luang untuk latihan mengasah kreatifitas mereka.

c. Rasa saling menghargai satu sama lain

Faktor pendukung komunikasi kelompok ini terlihat ketika anggota masyarakat yang berbeda agama maupun yang seagama dalam menjalankan kewajiban beribadah, meskipun dalam suatu perbedaan di dalam agama mereka saling mengingatkan untuk selalu tekun dan taat dalam melaksanakan ibadah di dalam agamanya masing-masing, bukan malah menjadikan jurang penghancur dalam hubungan mereka sebagai umat yang berbeda agama.

Hal demikian adalah sesuatu yang ditekankan tokoh agama kepada masyarakat. Sehingga kebebasan berkomunikasi dapat berjalan melalui dorongan dan motivasi untuk tetap pada keyakinan yang di anut oleh tiap-tiap individu. Masyarakat merasa bahwa perbedaan bukanlah hal yang tabu, karena mereka bisa memposisikan antara bagaimana cara bermasyarakat dan bagaimana pula cara mereka beragama di lingkungan yang memiliki perbedaan agama. d. Rasa simpati

Simpati adalah menempatkan diri kita secara imajinatif dalam posisi orang lain. Simpati merupakan proses seolah-olah terlarut dalam perasaan, pikiran kebahagiaan dan kesedihan orang lain. Simpati sangat penting dalam menjalin hubungan dan komunikasi sosial kemasyarakatan. Sikap simpati yang dilakukan masyarakat

Thekelan dapat dianalisa melalui bentuk kerukunan yang terlihat pada saat hari besar keagaman, misalkan hari besar idul fitri, waisak, maupun natal. Dalam menggelar perayaan hari besar keagamaan tersebut, umat dari agama lain saling memberikan apresiasi berupa ucapan selamat dan permohonan maaf atas perasaan bersalah yang dilakukan kepada anggota masyarakat lainnya di halaman tempat ibadah agama yang sedang merayakan hari besar tersebut.

Mereka saling bersalaman satu persatu, Ada keharuan saat warga yang berbeda agama di Thekelan tersebut saling bersalaman dan berpelukan, bahkan tidak sedikit yang menangis haru. Dalam memberikan ucapan selamat dan permintaan maaf antara masyarakat yang berbeda agama tersebut merupakan momen untuk mengutarakan perasaan salah terhadap tetangga yang beragama lain. sehingga setelah mengucapkan selamat dan permintaan maaf yang betul-betul dari lubuk hati, mereka merasa sudah terlepas dari beban rasa bersalah kepada tetangga yang berbeda agama.

e. Sikap gotong royong

Masyarakat Thekelan yang memiliki perbedaan dalam beragama selalu menunjukkan sikap gotong royong. Seperti dengan adanya pembangunan gereja. Tokoh agama dari agama non Kristen menyempatkan diri untuk mengerahkan warga yang seagama untuk ikut serta dalam gotong royong membangun tempat ibadah tersebut. Langkah tokoh agama semacam ini merupakan salah satu upaya

dalam menciptakan kerukunan umat berbeda agama, mereka saling membantu secara gotong royong dalam kegiatan kemasyarakatan sebagai salah satu contoh kongret dalam memberikan bantuan berupa tenaga di dalam pembangunan Gereja. Dalam setiap kegiatan gotong royong inilah dapat tercipta komunikasi yang efektif untuk mencapai tujuan berupa kerukunan masyarakat yang memiliki perbedaan agama. f. Sikap kekeluargaan

Sikap kekeluargaan di Thekelan dapat dilihat dari cara tokoh agama bersama tokoh masyarakat lainnnya dalam mengambil setiap keputusan. Untuk mencapai kesepakatan bersama, semua pemimpin selalu melibatkan tokoh masyarakat lainnya agar terjadi keselarasan dalam bertindak, sehingga semua apapun kegiatan dalam menjaga kerukunan masyarakat yang memiliki perbedaan dalam agama bisa berjalan tanpa ada satupun kalangan yang menghambatnya, semuanya bisa terbuka dan mendukung apapun keputusan tersebut.

3. Faktor penghambat komunikasi kelompok yang dilakukan tokoh agama dalam menjaga kerukunan antar umat beragama di dusun Thekelan

Dusun Thekelan dengan komunitas keagamaannya yang cukup beragam. Keragaman dalam bidang keagamaan merupakan hal yang potensial untuk terjadinya konflik sebagai penghambat dalam menjaga kerukunan di masyarakat. Namun di daerah tersebut tidak cukup nampak

terjadinya konflik antar umat beragama. Sikap individu maupun kelompok dalam komunikasi kelompok yang terjadi di masyarakat yang memiliki keragaman agama menunjukkan adanya sikap saling menghormati antar pemeluk agama yang berbeda. Hal tersebut tampak dalam kebersamaan mereka dalam kegiatan-kegiatan kemasyarakatan guna memenuhi kebutuhan hidup mereka berupa rasa aman dan tentram. Namun dalam hal itu, tidak berarti tidak ada masalah sama sekali di dalam kemasyarakatan.

Konflik yang pernah terjadi berasal dari penduduk baru yang bermukim di Thekalan karena faktor perkawinan, hal tersebut disebabkan karena sulitnya seseorang dalam menyesuaikan diri terhadap masyarakat sekitarnya. proses penyesuaiannya di dalam masyarakat, sulit untuk bisa sepaham dengan pola pikir yang diterapkan oleh masyarakat Thekelan membuat anggota masyarakat baru tersebut merasa sangat berbeda dengan masyarakat lainnya. Hal tersebut menjadikan penghambat dalam melakukan komunikasi dalam kelompok kemasyarakatan. Namun hal semacam ini sangat jarang sekali, kebanyakan warga baru yang berdomisili di Thekelan mampu dengan mudah membaur dan menyesuaikan lingkungannya sesuai kebiasan yang telah berjalan di masyarakat.

Konflik lain yang terjadi di Thekelan adalah konflik sepele antar pemuda. Seperti perilaku pemuda pada umumnya, sikap egois dan kesalah pahaman antara pemuda pernah menjadi suatu permasalahan di dalam masyarakat. Hal tersebut di sebabkan karena adanya perbedaan persepsi

antara golongan pemuda. Namun konflik ini dengan cepat mampu diatasi oleh tokoh agama bersama tokoh masyarakat lainnya, mereka dalam setiap menyelasaikan masalah maupun membentuk suatu keputusan selalu dengan jalan musyawarah, sehingga apapun permasalahan yang terjadi mampu diatasi dengan seksama.

Melalui komunikasi kelompok yang dilakukan tokoh agama dan tokoh kemasyarakat lainnya tersebut, berbagai masalah yang dikhawatirkan akan menjalar sampai kepada permasalahan agama dapat segera diredam sebelum memberikan dampak negatif yang merusak sendi-sendi kerukunan antar umat berbeda agama. Dalam hal ini demikian sikap mengendalikan diri, menegakkan moral agama sebagai landasan berpijak dalam kehidupan beragama dan bermasyarakat, menumbuhkan sikap toleransi keagamaan, menumbuhkan sikap tanggung jawab bersama tentang pentingnya kerukunan hidup beragama merupakan suatu hal yang harus diperhatikan oleh masing-masing individu maupun kelompok.

BAB V PENUTUP

A. KESIMPULAN

Berdasarkan deskripsi dan analisis penelitian dalam sekripsis ini, maka dapat penulis simpulkan bahwa:

1. Penerapan prinsip-prinsip komunikasi kelompok yang dilakukan tokoh agama dalam menjaga kerukunan antar umat beragama di dusun Thekelan, desa Batur, kecamatan Getasan, kabupaten Semarang adalah sebagai penyalur aspirasi umat seagamanya kepada tokoh agama lain dalam upaya menjaga kerukunan umat beragama untuk mencapai kesepakatan bersama melalui jalan musyawarah. Aspirasi tersebut berupa sumbangan pemikiran dari warga dalam menciptakan kondisi yang harmonis, damai, dan toleran. Hasil kesepakatan dari semua golongan tokoh masyarakat tersebut kemudian di publikasikan oleh masing-masing tokoh agama kepada umat agamanya agar semua masyarakat bisa terbuka dan aktif dalam upaya menjaga kerukunan umat berbeda agama.

2. Faktor pendukung terjadinya komunikasi kelompok dalam upaya menjaga kerukunan umat berbeda agama di Thekelan, diantaranya: (1) pemahaman masyarakat terhadap makna agama, (2) rasa kebersamaan, (3) rasa saling menghargai, (4) rasa simpati, (5) sikap gotong royong masyarakat, (6) sikap kekeluargaan antar warga Thekelan. Sedangkan faktor penghambatnya adalah: (1) adanya konflik yang berasal dari penduduk

baru karena faktor perkawinan yang sulit menyesuaikan diri terhadap lingkungan dusun Thekalan. (2) Adanya sikap egois dari pemuda yang dapat menyebabkan salah paham antar pemuda lainnya yang disebabkan karena adanya perbedaan persepsi dalam memandang sesuatu.

B. SARAN

Untuk mempertahankan dan melestarikan kelangsungan hidup yang rukun di kalangan masyarakat Thekelan, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan:

1. Kerukunan yang telah terjalin haruslah dijaga dengan baik, agar bisa hidup berdampingan selama bermasyarakat.

2. Menumbuhkan rasa persaudaraan pada generasi muda agar selalu terjaga kondisi harmonis yang telah terjalin.

3. Hindari konflik-konflik dalam bentuk apapun yang mengakibatkan terjadinya perpecahan masyarakat.

C. PENUTUP

Alhamdulillah, puji syukur penulis panjatkan kepada Allah swt. Karena dengan rahmat, Taufik dan hidayah-Nya serta inayah-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

Penulisan skripsi ini sudah penulis usahakan semaksimal mungkin, namun demikian masih banyak kekurangan dan kelemahan. Itu semua merupakan keterbatasan kemampuan penulis. Penulis mengharapkan

mudah-mudahan skripsi ini bermanfaat, khususnya bagi penulis dan umumnya bagi pengembangan keilmuan baik bagi individu maupun lingkungan yang memiliki perbedaan agama sebagai bahan cerminan dalam mencapai kerukunan di dalam masyarakat. Aamin Yaa Rabbal’Aalamin.

Semoga Allah SWT senantiasa membalas kebaikan, bantuan dan dorongan dari semua pihak, sehingga penulisan penelitian ini dapat terselesaikan dengan baik. Tiada daya dan upaya kecuali atas izin Allah SWT.

DAFTAR PUSTAKA

Al Munawar, Said Aqil Husin. (2003). Fikih Hubungan Antar Agama. Jakarta: Ciputat Pers.

AG, Muhaimin. (2004). Damai di Dunia, Damai Untuk Semua, Perspektif Berbagai Agama. Jakarta: Proyek Peningkatan Pengkajian Kerukunan Hidup Umat Beragama, Puslitbang Kehidupan Beragama, Badan Litbang Agama dan diklat Keagamaan, Departemen Agam RI.

Arikunto, Suharsimi. (2010). Prsedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Bachtiar, Wardi. (1997). Metodologi Penelitian Ilmu Dakwah. Jakarta: Logos Wacana Ilmu.

Basuki & Isbandi. (2008). Konstruksi Sosial Peran Pemuka Agama Dalam Menciptakan Kohesivitas Komunikasi Sosial Di Kota Mataram. Jurnal Ilmu Komunikasi FISIP UPN “Veteran” Yogyakarta. 6(2): 14.

Bungin, Burhan. (2006). Sosiologi Komunikasi: Teori, Paradigma, dan Diskursus Teknologi Komunikasi di Masyaraka. Jakarta. Kencana.

Cangera, Hafied. (2014). Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Curtis, Dan B., James, J. Floye, & Jerry L. Winsor. (2006). Komunikasi Bisnis dan Professional. Bandung: PT Remaja Roesda Karya.

Fajar, Marhaeni. (2009). Ilmu Komunikasi: Teori & Praktik. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Hakis. (2015). Komunikasi Antar Umat Beragama di Kota Ambon. Jurnal Komunikasi Islam. 05(01): 102.

Inah, Ety Nur. (2016). Peranan Tokoh Agama Dalam Meningkatkan Pengamalan Pjaran Agama Islam Pada Masyarakat Kuli Bangunan di Kel. Alolama, Kec. Mandongan Kota Kendari. Al-Izzah: Jurnal Hasil-Hasil Penelitian. 11(1): 4.

Ishomuddin. (2002). Pengantar Sosiologi Agama. Jakarta Selatan: Ghalia Indonesia.

Kartono, Kartini. (1998). Pemimpin dan Kepemimpinan: Apakah Kepemimpinan Abnormal Itu?. Jakarta: Rajawali Pers.

Laksana, Muhibudin Wijaya. (2015). Psikologi Komunikasi. Bandung: CV Pustaka Setia.

Mubaraq, Zulfi. (2010). Sosiologi Agama. Malang: UIN-Maliki perss.

Naim, Ngainun. (2014). Islam dan Pluralisme Agama. Yogyakarta: Aura Pustaka. Mulyana, Deddy. (2016). Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar. Bandung: PT

Remaja Rosdakarya.

Nazmudin. (2016). Kerukunan dan Toleransi Antar Umat Beragama dalam Membangun Keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Journal of Government and Civil Society. 1(1): 24.

Ngalimun. (2017). Ilmu Komunikasi Sebuah Pengantar. Yogyakarta: Pustaka Baru Pers.

Rasimin. (2016). Toleransi Dan Kerukunan Umat Beragama di Masyarakat Randuacir. Inject: Interdisciplinary Journal of Communication. 1(1): 112. Rohim, Syaiful. (2016). Teori Komunikasi: Perspektif, Ragam, dan Aplikasi.

Jakarta: PT Rineka Cipta.

Ruliana, Poppy. (2016). Komunikasi Organisasi, Teori dan Studi Kasus. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Ruslan, Rosadi. (2010). Metode Penelitian Public Relations dan Komunikasi. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.

Sairin, Wainata. (2010). Kerukunan Umat Beragama Pilar Utama Kerukunan Berbangsa: Butir-butir Pemikiran. Jakarta: Gunung Mulia.

Santana, Septiawan. (2007). Menulis Ilmiah Metodologi Penelitian Kualitatif. Jakarta: Buku Obor.

Sarosa, Samiaji. (2012). Penelitian Kualitatif: Dasar-Dasa. Jakarta: PT Indeks. Sendjaja, Sasa Djuarsa. (2015). Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta: Universitas

Terbuka.

Soekanto, Soerjono. (2002). Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Sugiyono. (1953). Metode Penelitian Kombinasi Mixed Methods. Bandung: Alfabeta.

Subqi, Imam. (2016). Pola Komunikasi Keagamaan Dalam Membentuk Kepribadian Anak. Inject: Interdisciplinary Journal of Communication. 1(2): 168.

Tutiasri, Ririn Puspita. (2016). Komunikasi Dalam Komunikasi Kelompok. Channel. 4(1): 84.

Wibowo, Tri & Yani, Muhammad Turhan. (2016). Peran Tokoh Agama Dalam Menjaga Kerukunan Antar Umat Beragama Di Desa Sekaran Kecamatan Kayen

Kidul Kabupaten Kediri. Kajian Moral dan Kewarganegaraan. 2(4): 855.

Yahya. (2016). Dakwah Islamiyah dan Proselytisme; Telaah Atas Etika Dakwah dalam Kemajemukan. Inject: Interdisciplinary Journal of Communication. 1(2). 83.

Zainuddin, M. (2010). Pluralisme Agama, pergelutan Dialogis Islam-Kristen di Indonesia. Malang: UIN-Maliki Press.

Lampiran 1

CURRICULUM VITAE

Nama : M Adib Baihaqi

Tempat, Tanggal Lahir : Kab. Semarang, 13 Februari 1992 Jenis Kelamin : Laki-Laki

Alamat : Gedangan RT/RW: 01/06, Tuntang, Kab. Semarang Agama : Islam Kewarganegaraan : Indonesia Status : Mahasiswa Tinggi : 168 Berat Badan : 56 E-mail : Adobhilter22@gmail.com Riwayat Pendidikan Pendidikan Formal

 2014 sampai dengan 2018 : IAIN Salatiga  2009 sampai dengan 2012 : SMK N 3 Salatiga

 2004 sampai dengan 2007 : MTs Al-Hikmah Kajen Pati  1998 sampai dengan 2004 : MI Ma'arif Gedangan  1996 sampai dengan 1998 : TK Masitoh Gedangan  Pengalaman Organisasi

 2014 : Ketua OSPEK Fakultas Dakwah  2013 sampai 2018 : Wakil Ketua Remas Gedangan

Lampiran 2

PEDOMAN OBSERVASI LAPANGAN

No Aspek yang Diamati Selalu Sering Kadang Tidak

Pernah Keterangan

1

Sikap ramah dan terbuka terhadap sesama dan terhadap orang lain

2 Toleransi antar umat beragama √ 3

Gotong royong dan kerja sama dalam aktivitas sosia masyarakat

4 Hidup saling menjaga dan melengkapi antar sesama √

5 Mengadakan dialog antar umat beragama

Setiap ada kegiatan antar tokoh agama selalu mengadakan diskusi bersama dalam mencapai keputusan bersama

6

Berkontribusi dalam kegiatan perayaan hari besar keagamaan pada pemeluk agama lain

7 Terjadinya konflik antar umat

beragama

8

Memutuskan suatu perkara dengan musyawarah dan mufakat

9 Terbuka dalam menerima

perubahan

Lampiran 3

PEDOMAN WAWANCARA

1. Bagaimana pandangan anda mengenai kerukunan umat berbeda agama di Thekelan?

2. Bagaimana peran anda dalam menjaga kerukunan umat berbeda agama di Thekelan?

3. Apa saja bentuk kerukunan umat berbeda agama di Thekelan?

4. Bagaimana ajaran agama anda tentang menjaga kerukunan umat berbeda agama di Thekelan?

Dokumen terkait