• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

B. Penerapan Prinsip Product Liability Perusahaan Daerah

Secara historis, prinsip product liability lahir karena adanya

ketidakseimbangan tanggung jawab antara produsen dan konsumen.Produsen harus berhati-hati dalam memasarkan produknya karena tanggung jawab dalam product liability menganut prinsip tanggung jawab mutlak (strict liability).79Dimana strict liability adalah prinsip yang menetapkan kesalahan tidak sebagai faktor yang menentukan dan harus memiliki adanya hubungan kausalitas antara subjek yang bertanggung jawab dan kesalahannya, namun ada pengecualian yang memungkinkan untuk dibebaskan dari tanggung jawab, misalnya keadaan memaksa (force majeur).80

79

J. Widjiantoro, Produk Liability dan Perlindungan Konsumen di Indonesia, (Justitia Et Pax, Juli-Agustus 1998), hal.5

80

Pentingnya hukum tentang tanggung jawab produk (product liability) yang menganut prinsip tanggung jawab mutlak (strict liability) untuk mengantisipasi kecenderungan dunia dewasa ini yang lebih menaruh perhatian pada perlindungan konsumen dari kerugian yang diderita akibat produk yang cacat, yakni kualitas air minum yang didistribusikan oleh PDAM Tirtanadi tidak memenuhi standar.Hal ini disebabkan karena sistem hukum yang berlaku dipandang terlalu menguntungkan pihak produsen atau pelaku usaha.

Berdasarkan prinsip di atas, PDAM Tirtanadi Provinsi Sumatera Utara sebagai pelaku usaha wajib bertanggung jawab atas produk yang dihasilkannya yaitu air minum yang didistribusikan kepada konsumen agar tidak menimbulkan kerugian bagi konsumen itu sendiri. Bentuk tanggung jawab PDAM Tirtanadi diwujudkan dengan menjaga kualitas air minum dalam proses pengolahannya sebelum didistribusikan kepada konsumen.

Kegiatan pengolahan air minum yang dilakukakan oleh PDAM Tirtanadi sebelum didistribusikan kepada konsumen melalui IPA (Instalasi Pengolahan Air). IPA merupakan salah satu unit pengolahan air minum milik PDAM Tirtanadi. Untuk melayani wilayah pelayanan Kota Medan dan sekitarnya PDAM Tirtanadi memiliki 6 (enam) unit Instalasi Pengolahan Air (IPA) yaitu:

1. IPA Sibolangit

Memiliki kapasitas 644 ltr/detik (enam ratus empat puluh empat liter per detik). IPA ini merupakan IPA pertama yang dimiliki oleh PDAM Tirtanadi yang dibangun pada tahun 1907 oleh Pemerintah Belanda.

2. IPA Sunggal

Merupakan Instalasi Pengolahan Air pertama dengan sistem pengolahan lengkap yang mengolah air Sungai Belawan. Dibangun pada tahun 1969 dengan kapasitas produksi 1800 lt/detik (seribu delapan ratus liter per detik). 3. IPA Deli Tua

DIbangun pada tahun 1989 dengan kapasitas produksi sebesar 1450 lt/detik (seribu empat ratus lima puluh liter per detik). Air baku yang digunakan diambil dari Sungai Deli.

4. IPA Belumai (PT Tirta Lyonaise Medan)

Air baku yang digunakan berasal dari Sungai Belumai. Instalasi Pengalahan Air lengkap ini dibangun oleh PT Tirta Lyonase Medan dengan sistem BOT (built, operate and transfer) Kapasitas produksi sebesar 500 lt/detik (lima ratus liter per detik).

5. IPA Limau Manis

Dioperasikan sejak tahun 2006 dengan kapasitas produksi 500 lt/detik (lima ratus liter per detik).

6. IPA Hamparan Perak

Dioperasikan sejak tahun 2005 dengan kapasitas produksi 200 lt/detik (dua ratus liter per detik). IPA ini dibangun dengan menggunakan konsep turn key.

Proses pengolahan air oleh PDAM Tirtanadi Provinsi Sumatera Utara diawalidari pengambilan sumber utama mata air Rumah Sumbul di Sibolangit dengan kapasitas 3000 m3/hari (tiga ribu meter kubik per hari). Air tersebut ditransmisikan ke Reservoir Menara yang memiliki kapasitas 1200 m3 (seribu dua

ratus meter) yang terletak di Jalan Kapitan (sekarang Kantor Pusat PDAM Tirtanadi Provinsi Sumatera Utara- Jalan SM.Raja No.1 Medan). Adapun proses produksi air minum PDAM Tirtanadi Provinsi Sumatera Utara yaitu:81

1. Bendungan, sumber air baku adalah air permukaan sungai yang diambil

melaui bangunan dengan panjang 25m (dua puluh lima meter) sesuai dengan lebar sungai dan tinggi ±4m (kurang lebih empat) dimana pada sisi

kiri bendungan dibuat sekat (chanel) berupa saluran penyadap yang

lebarnya 2m (dua meter) dilengkapi dengan pintu pengatur ketinggian air masuk ke intake

2. Intake, bagunan ini adalah saluran bercabang dua yang dilengkapi dengan

bar screen (saringan kasar) dan fine screen (saringan halus) yang berfungsi untuk mencegah masuknya kotoran yang terbawa arus sungai. Masing-masing saluran dilengkapi dengan pintu (sluice grate) pengatur ketinggian air dan penggerak electromotor. Pemeriksaan maupun pembersihan saringan dilakukan secara periodik untuk menjaga kestabilan jumlah air masuk. 3. Raw Water Tank (RWT), bangunan RWT (bak pengendap) dibangun setelah

intake yang terdiri dari dua unit (empat sel) setiap unitnya berdimensi 23,3m x 20m (dua puluh tiga koma tiga dikali dua puluh meter), kedalaman 5m

(lima meter) dilengkapi dengan dua buah inletgate, dua buah outlet

sluicgate dan pintu bilas dua buah, berfungsi sebgai tempat pengendapan lumpur, pasir dan lain-lain yang bersifat sedimen.

81

Hasil Wawancara dengan Dewi Aspita Siregar, Kabid. Pengendalian Mutu di PDAM Tirtanadi Provinsi Sumatera Utara, pada tanggal 19 September 2013

4. Raw Water Pump (RWP), merupakan pompa air baku berfungsi untuk

memompakan air dari RWT ke Splitter box tempat pembubuhan koagulan

berupa alun, dengan dosis normal rata-rata 20-25 gr/m3(dua puluh sampai dua puluh lima gram per meter kubik) air dan pendistribusian air ke masing-masing clearator yang terdiri dari 5 (lima) unit pompa air baku, kapasitas tiap pompa 375 lt/detik (tiga ratus tujuh puluh lima liter per detik) dengan total head 15m (lima belas meter) memakai electromotor.

5. Clearator, proses penjernihan air terdiri dari 4 (empat) unit dengan kapasitas masing-masing 350 lt/detik (tiga ratus lima puluh liter per detik) yang bervolume 1.700 m3(seribu tujuh ratus meter kubik) berfungsi sebagai tempat proses pemisahan antara flok-flok yang bersifat sedimen dengan air bersih hasil olahan melalui pembentukan dan pengendapan flok-flok yang menggunakan agitator pengaduk lambat. Endapan flok-flok ini dibuang sesuai dengan tingkat kekebalannya secara otomatis. Clearator ini terbuat dari beton berbentuk bulat dengan lantai kerucut yang dilengapi dengan sekat-sekat pemisah untuk proses-proses sebagai berikut:

a. Primary Reaction Zone b. Secondary Reaction Zone c. Return Reaction Zone d. Clarification Reaction Zone e. Concentrator

6. Filter, dari clearator air dialirkan untuk menyaring kekeruhan (turbidyti) berupa flok-flok halus dan kotoran lain yang lolos dari clearator melalui

pelekatan pada media filter yang berjumlah 24 (dua puluh empat) unit jenis saringan pasir 4 (empat) masing-masing menggunakan motor AC. Dimensi tiap filter yaitu lebar 5m (lima meter), panjang 8,25m (delapan koma dua puluh lima meter), tinggi 6,25m (enam koma dua puluh lima meter), tinggi permukaan air maksimum 5,05m (lima koma nol loma meter) serta tebal media filter 114cm (seratus empat belas sentimeter) dengan susunan lapisan sebagai berikut:

a. Pasir kwarsa 0,45mm-1,20mm (nol koma empat puluh lima sampai satu

koma dua puluh milimeter) dengan ketebalan 61cm (enam puluh satu sentimeter).

b. Pasir kwarsa 1,80mm-2mm (satu koma delapan puluh sampai dua

milimeter) dengan ketebalan 15 cm (lima belas sentimeter).

c. Kerikil halus 4,75mm-6,30mm (empat koma tujuh puluh lima sampai

enam koma tiga puluh milimeter) dengan ketebalan 8cm (delapan sentimeter).

d. Kerikil sedang 6,30mm-10mm (enam koma tiga puluh sampai sepuluh

milimeter) dengan ketebalan 7cm (tujuh sentimeter).

e. Kerikil sedang 10mm-20mm (sepuluh sampai dua puluh milimeter)

dengan ketebalan 7,5 cm (tujuh koma lima sentimeter).

f.Kerikil kasar 20mm-40mm (dua puluh sampai empat puluh milimeter)

dengan ketebalan 16cm (enam belas sentimeter).

7. Reservoir merupakan bangun beton berdimensi panjang 50m (lima puluh meter) lebar 40m (empat puluh meter) tinggi 7m (tujuh meter), berfungsi

untuk menampung air minum atau air olahan setelah melewati media filter dengan kapasitas ±12.000m3 (kurang lebih dua belas ribu meter kubik) dan kemudian didistribusikan ke pelanggan melalui reservoir distribusi di berbagai cabang. Air yang mengalir dari filter ke reservoir dibubuhi chlor (post chlorinasi) berguna membunuh bakteri yang berbahaya dan untuk proses netralisasi dibubuhkan larutan kapur jenuh atau soda Ash

8. Finish Water Pump(FWP) merupakan pompa air bersih yang berfungsi untuk mendistribusikan air bersih dari reservoir utama di instalasi ke reservoir distribusi cabang melalui pipa transmisi. FWP terdiri dari 5 (lima) unit pompa dengan kapasitas masing-masing 375 lt/detik (tiga ratus tujuh puluh lima liter per detik).

9. Sludge Lagoon, daur ulang adalah cara yang paling tepat dan aman dalam mengatasi kualitas lingkungan. Prinsip ini telah mendorong perusahaaan

untuk membangun sarana pengolaman limbah berupa sludge lagoon dimana

lagoon ini berfungsi sebagai media penampung air buangan bekas pencucian sistem pengolahan dan kemudian air olahannya disalurkan

kembali ke RWT (Raw Water Tank).

10.Bahan-bahan, proses pengolahan ini menggunakan beberapa bahan kimia

yaitu:

a. Liquid chlorine berfungsi untuk mengoksidasi logam Fe , Mn, sekaligus sebagai bahan disinfektan (pembunuh bakteri). Pembubuhan dilakukan

menggunakan pompa pada splitter box (pre chlorination) dan reservoir (post chlorination).

b. Tawas/alum berfungsi untuk mengikat partikel-partikel halus yang

melayang agar membentuk flok. Alum ini dibubuhkan dengan pompa electromotor di splitter box dengan kebutuhan 20-25 gr/m3 (dua puluh sampai dua puluh lima gram per meter kubik) air.

c. Kapur/soda ash berfungsi untuk menetralisasikan pH air olahan berkisar antara 6,8-7,3 (enam koma delapan sampai tujuh koma tiga) dibubuhkan dengan electromotor sebelum masuk ke reservoir sebanyak 5-7 gr/m3 (lima sampai tujuh gram per meter kubik) air.

11.MonitoringSystem (SCADA), monitoring baik dilakukan oleh baik petugas maupun dengan menggunakan sistem SCADA. Fasilitas ini dapat memperlihatkan secara langsung kondisi proses pengolahan dari ruang ruang tertentu terhadap kualitas, kuantitas maupun kontinuitas olahan. Fasilitas ini di desain sedemikian rupa sehingga dapat mempermudah pengawasan terhadap proses pengolahan air menurut standar dan ketentuan yang berlaku.

12.Pemeriksaan Kualitas Air, untuk menjaga dan mengantisipasi hal-hal yang tidak diinginkan terhadap kualitas air baku maupun air hasil olahan selama proses, perusahaan juga menyediakan dan melakukan pemeriksaan kualitas air dalam periode waktu tertentu di masing-masing unit pengolahan. Beberapa indikator maupun parameter dalam pemeriksaan

tetap mempedomani Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 492/ MENKES/PER/IV/2010.

Dari beberapa proses produksi diatas, PDAM Tirtanadi Provinsi Sumatera Utara mungkin melakukan kesalahan atau kelalaian pada salah satu proses produksi, sehingga mengakibatkan air yang diterima pelanggan atau konsumen tidak layak untuk dikonsumsi atau dimanfaatkan. Oleh karena itu, banyak ditemukan masalah mengenai air minum yang tidak memenuhi standar yang didistribusikan PDAM Tirtanadi kepada konsumen seperti air sering tidak lancar, sering mati, kualitas yang buruk, bau kaporit, bewarna kekuning kuningan, dan nyala air yang kecil, dan terkadang ada yang berpasir serta banyak lagi keluhan masyarakat yang lainya.

Oleh karena itu PDAM Tirtanadi Provinsi Sumatera Utara dalam mengatasi masalah kualitas air minum yang kurang baik, melakukan beberapa tindakan sebagai berikut:82

1. Melakukan kontrol di Instalasi, Laboratorium Instalasi setiap satu jam sekali pada setiap unit Instalasi Pengolahan Air (IPA) sebelum didistribusikan kepada konsumen.

2. Dilakukan kontrol dari pusat ke instalasi lalu ke pelanggan selama satu kali dalam sehari.

3. Pencucian reservoir, yaitu bak penampungan air di instalasi. 4. Flushing (pembilasan pipa air).

5. Wash out (mencuci pipa air) rutin setiap bulan.

82

Hasil Wawancara dengan Dewi Aspita Siregar, Kabid. Pengendalian Mutu di PDAM Tirtanadi Provinsi Sumatera Utara, pada tanggal 19 September 2013

Jika ada keluhan dari pelanggan PDAM mengenai kualitas air minum yang didistribusikannya. Keluhan itu akan langsung ditanggapi dengan baik oleh pihak PDAM Tirtanadi melalui layanan konsumen yang disediakan Pihak PDAM Tirtanadi itu sendiri. Kemudian Pihak PDAM akan merespon langsung keluhan konsumen tersebut dengan melakukan pengecekan langsung terhadap apa yang menjadi masalah dalam kualitas air minum pelanggan tersebut. Pihak PDAM Tirtanadi melakukan beberapa tindakan yaitu:

1. Inspeksi sanitasi. 2. Pengambilan sampel air. 3. Pengujian kualitas air.

4. Analisis hasil pemeriksaan laboratorium.

5. Rekomendasi dan tindaklanjut

Pengecekan tersebut dengan cara mengambil sampel air minum konsumen yang melakukan pengaduan. Kemudian sampel air minum tersebut dibawa ke laboratorium untuk dilakukan pengecekan ulang mengenai sampel air minum tersebut apakah kualiatas air minum yang didistribusikannya sesuai standar kualitas atau tidak. Jika ternyata kualitas air tersebut buruk atau tidak sesuai standar kualitas, maka akan dilakukan pengecekan pipa air dari pipa induk ke meteran air konsumen, dan pengecekan dari meteran ke keran air dirumah konsumen. Apabila ternyata masalah air tersebut terdapat pada pipa induk ke meteran maka yang yang bertanggung jawab adalah pihak PDAM Tirtanadi namun, apabila masalah ditemukan dari meteran ke keran air di rumah konsumen maka, hal itu merupakan tanggung jawab dari konsumen. Jika masalah tersebut

terdapat pada pihak PDAM, maka bentuk tanggung jawab PDAM atas produk yang dihasilkannya kepada konsumen, yaitu dengan mengganti pipa saluran air yang bermasalah mulai pipa induk sampai ke meteran di rumah konsumen dan jika ternyata air minum yang didistribusikan pihak PDAM kepada konsumen mengakibatkan kerugian secara fisik, seperti sakit, cedera, bahkan sampai meninggal maka pihak PDAM akan bertanggung jawab atas kerugian yang diderita konsumen tersebut sesuai dengan prinsip product liability dan UUPK.

Adapun Gugatan tentang product liability kepada PDAM Tirtanadi dapat dilakukan berdasarkan 3 (tiga) hal, yaitu:

1. Melanggar jaminan (breach of warranty), misalnya kualitas air yang

didistribusikan oleh PDAM Tirtanadi tidak sesuai dengan standar kualitas air minum pada PERMENKES Nomor 492 Tahun 2010 Tentang Persyaratan Kualitas Air Minum.

2. Adanya unsur kelalaian (negligence), yaitu PDAM Tirtanadi selaku pelaku usaha melakukan kesalahan atau kelalaian pada salah satu proses produksi air minum yang didistribusikan kepada konsumen.

3. Menerapkan tanggung jawab mutlak (strict liability), dalam hal ini PDAM Tirtanadi selaku pelaku usaha menerapkan prinsip tanggung jawab mutlak (strict liability).Variasi yang sedikit berbeda dalam penerapan tanggung jawab mutlak terletak pada risk liability. Dalam risk liability, kewajiban mengganti rugi dibebankan kepada pihak yang menimbulkan resiko adanya kerugian itu namun, penggugat atau konsumen tetap diberikan beban pembuktian, walaupun tidak sebesar si tergugat. Dalam hal ini, hanya perlu

membuktikan adanya hubungan kausalitas antara pelaku usaha dan kerugian yang dideritanya.

Dengan penerapan tanggung jawab produk (product liability) ini, PDAM Tirtanadi selaku pelaku usaha dianggap bersalah atas terjadinya kerugian pada konsumen pemakai produk (air minum yang didistribusikan oleh PDAM Tirtanadi). Maka dalam hal ini, konsumen selaku penggugat harus membuktikan bahwa air minum yang didistribusikan oleh PDAM Tirtanadi menimbulkan kerugian bagi konsumen.

Kecuali PDAM Tirtanadi dapat membuktikan keadaan sebaliknya bahwa kerugian yang terjadi pada konsumen tidak dapat dipersalahkan kepada pihak PDAM selaku pelaku usaha. Dimana PDAM dapat membuktikan bahwa pihaknya tidak melakukan kesalahan atau kelalaian atas kualitas air minum yang di distribusikannya kepada konsumen melainkan, pihak konsumen yang melakukan kelalaian atau sehingga menyebabkan terganggunya kualitas air minum, maka PDAM dapat menggugat kembali konsumen itu.

Berdasarkan cakupan product liability tersebut, menunjukkan luasnya

kepentingan konsumen yang dapat dijangkau oleh lembaga hukum. Diasumsikan melalui penerapan prinsip product liability secara formal, kepentingan konsumen terlindungi karena dapat diketahui apa yang dapat dituntut dan kepada siapa tuntutan itu harus ditujukan.83

83

J.Wijantoro, Op.Cit., hal.8

Diberlakukannya prinsip tanggung jawab produk (product liability) ini dapat memotivasi PDAM Tirtanadi Provinsi Sumatera Utara

untuk selalu memproduksi air minum yang memenuhi standar danmemberikan pelayanan air minum yang berkualitas prima.

C. Pertanggungjawaban Perusahaan Daerah Air Minum Tirtanadi Provinsi

Dokumen terkait