• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III PERANGKAT HUKUM INTERNASIONAL YANG

D. Penerapan Sanksi Atas Pelanggaran dan

Bagi negara-negara yang tergabung sebagai anggota IAEA melakukan pelanggaran dan penyalahgunaan pemanfaatan tenaga nuklir maka akan di kenai sanksi menurut ketentuan hukum internasional.

Negara-negara yang diduga melakukan pelanggaran dan penyalahgunaan pemanfaatan tenaga nuklir akan dilakukan pemeriksaan oleh IAEA dan apabila selama pemeriksaan tersebut diperoleh bukti-bukti dan keterangan yang mengarah kepada pelanggaran dalam hal pemanfaatan tenaga nuklir oleh negara yang

38

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 1978 Tentang Pengesahan Perjanjian Mengenai Pencegahan Penyebaran Senjata-Senjata Nuklir

39

Keputusan Presiden Republik Indonesia No. 106 Tahun 2001 Tentang Pengesahan Convension On Nuclear Safety (Konvensi Tentang Keselamatan Nuklir)

Mira Benita Maharama : Pengaturan Hukum Internasional Atas Pemanfaatan Tenaga Nuklir Dan Dampak Lingkungan Yang Mungkin Ditimbulkannya, 2008.

USU Repository © 2009

sedang diperiksa tersebut, maka IAEA akan melaporkannya kepada Dewan Keamanan PBB. Apabila melalui perundingan yang dilakukan oleh Dewan Keamanan PBB dengan negara yang bersangkutan tidak mendapatkan hasil yang diinginkan oleh Dewan Keamanan PBB serta sesuai dengan ketentuan yang berlaku bagi anggota IAEA maka akan dikenai sanksi berupa Resolusi Dewan Keamanan PBB atas dasar kesepakatan negara-negara anggota Dewan Keamanan PBB berdasarkan laporan dan bukti-bukti serta keterangan yang diberikan oleh IAEA.

Salah satu contoh kasus yang penyelesaiannya masih berlanjut hingga saat ini adalah mengenai isu nuklir Iran. Setelah penyerangan di Irak, Amerika kini memutar perhatiannya kepada Iran dengan mengklaim bahwa Iran telah mengembangkan program pengayaan uranium untuk memproduksi bom atom. Di lain pihak, Iran menyangkal hal tersebut dan menjelaskan bahwa program pengayaan uranium tersebut dijalankan semata-mata untuk tujuan damai.

Persoalan mengenai program pengayaan uranium yang dikembangkan oleh Iran telah lama menjadi isu utama pada Badan Energi Atom Internasional (International Atomic Energy Agency/IAEA). Namun perlu digarisbawahi di sini bahwa IAEA tidaklah memiliki kekuataan yang sama sebagaimana dimiliki oleh Dewan Keamanan dari Perserikatan Bangsa-Bangsa/DK-PBB (Security Council of

the United Nations). Amerika Serikat berusaha untuk membawa permasalahan ini

kepada Dewan Keamanan dengan tujuan agar Iran dijatuhkan sanksi sehingga Iran menghentikan seluruh program pengayaan uraniumnya. Disebabkan penyerangan

Mira Benita Maharama : Pengaturan Hukum Internasional Atas Pemanfaatan Tenaga Nuklir Dan Dampak Lingkungan Yang Mungkin Ditimbulkannya, 2008.

USU Repository © 2009

terhadap Irak oleh Amerika dan sekutunya telah melahirkan banyak kritikan tajam dari berbagai kalangan, oleh karenanya dalam kasus Iran ini Amerika tidak lagi menggunakan tindakan unilateral sebagaimana dilakukan dalam kasus penyerangan Irak. Amerika ingin memanfaatkan peran Dewan Keamanan dan meyakinkan anggotanya bahwa sanksi terhadap Iran amatlah diperlukan.

Pada tanggal 24 September 2005, IAEA mengeluarkan resolusi bahwa isu Iran akan dipercayakan kepada Dewan Keamanan. Resolusi ini dikeluarkan dan disetujui melalui 22 suara, sedangkan suara tidak setuju hanyalah satu suara dan sisanya sebanyak 12 negara memberikan suara abstain. Keluarnya resolusi ini ternyata juga telah menjadi saksi mata adanya pembagian antara negara-negara berkembang dan negara-negara maju. Berbagai negara, terutama Rusia, China, dan Afrika Selatan, tidak setuju dengan metode yang diinginkan oleh Amerika Serikat untuk menyelesaikan krisis Iran. Dalam hal ini, India adalah satu di antara banyak negara yang berhasil ditekan oleh Amerika sehingga memberikan suara untuk resolusi tersebut. Sedangkan Rusia dan China tidak memberikan suara untuk resolusi tersebut dan abstain dari pemungutan suara.

Rusia dan China menentang sanksi PBB terhadap Iran. Oleh karena itu, Dewan Keamanan haruslah mengambil jalan tengah. Resolusi Dewan Keamanan PBB mempunyai sifat mengikat, tetapi dengan tidak tercapainya konsensus di antara anggota tetap, maka Dewan Keamanan telah dianggap gagal untuk mengeluarkan resolusi tersebut. Sebagai penggantinya, Dewan Keamanan mengeluarkan pernyataan dengan suara bulat yang meminta Iran untuk menunda

Mira Benita Maharama : Pengaturan Hukum Internasional Atas Pemanfaatan Tenaga Nuklir Dan Dampak Lingkungan Yang Mungkin Ditimbulkannya, 2008.

USU Repository © 2009

program pengayaan uraniumnya selama tigapuluh hari hingga tanggal 5 April 2006. Selain itu, Iran juga diminta untuk kembali bekerjasama dengan IAEA. Akan tetapi pernyataan tersebut disambut oleh Iran dengan menyatakan bahwa mereka tetap berpegang teguh program pengayaan uraniumnya adalah untuk memproduksi tenaga listrik.

Setelah terjadi perdebatan cukup panjang soal nuklir Iran, Dewan Keamanan PBB akhirnya menjatuhkan sanksi ekonomi terhadap Iran karena negara tersebut menolak untuk mengakhiri pengayaan uranium.

Sanksi dijatuhkan kepada Iran melalui Resolusi No 1737 yang disetujui pengesahannya oleh 15 anggota Dewan Keamanan PBB dalam sidang yang dipimpin ketua Dewan Keamanan untuk bulan Desember, Nassir Abdulaziz Al- Nasser (Dubes Qatar untuk PBB) di Markas Besar PBB, New York.

Sidang, selain oleh lima anggota tetap PBB dengan hak veto (Amerika Serikat, Inggris, Perancis, Rusia dan China) serta 10 anggota tidak tetap tanpa hak veto (Argentina, Denmark, Jepang, Qatar, Kongo, Ghana, Tanzania, Peru, Yunani dan Slovakia), juga dihadiri oleh lima negara anggota DK berikutnya, termasuk Indonesia, yang duduk sebagai pengamat, serta Duta Besar Iran untuk PBB, Javad Zarif.

Dengan suara bulat yang dicapai saat voting dilakukan terhadap 15 anggota, Dewan Keamanan PBB mengesahkan resolusi yang memerintahkan Iran untuk segera menghentikan pengembangan kegiatan nuklirnya, termasuk penelitian dan pengembangan nuklir serta pembuatan reaktor air.

Mira Benita Maharama : Pengaturan Hukum Internasional Atas Pemanfaatan Tenaga Nuklir Dan Dampak Lingkungan Yang Mungkin Ditimbulkannya, 2008.

USU Repository © 2009

Pemberhentian kegiatan-kegiatan itu, menurut Resolusi, akan diawasi oleh Badan Energi Atom Internasional (IAEA) dan Dewan Keamanan meminta Dirjen IAEA untuk memberi laporan dalam waktu 60 hari apakah Iran telah secara penuh menghentikan kegiatan-kegiatan yang diharamkan oleh Resolusi 1737.

Dewan Keamanan menyatakan akan menghentikan sanksi jika Iran benar- benar menghentikan kegiatan-kegiatan pengembangan nuklirnya.

Melalui resolusi tersebut, Dewan Keamanan PBB meminta semua negara untuk tidak mengirim Iran bahan-bahan ataupun teknologi yang memungkinkan negara pimpinan Presiden Mahmoud Ahmadinejad itu bisa mengembangkan program nuklir dan senjata.

Resolusi 1737 juga akan membekukan aset-aset perusahaan dan perorangan Iran yang memiliki hubungan dengan program pengembangan senjata nuklir Iran.

Jika Iran tidak patuh, resolusi tersebut mengancam bahwa Dewan Keamanan PBB akan menjatuhkan sanksi non-militer yang lebih keras kepada Iran.40

Seluruh anggota Dewan Keamanan PBB, termasuk Indonesia yang tadinya menolak resolusi namun akhirnya mendukung sanki tambahan bagi Iran, telah menetapkan Resolusi Dewan Keamanan PBB nomor 1747 (24 Maret 2007) yang menambah sanksi terhadap Iran karena dianggap tidak mematuhi Resolusi nomor 1737 (23 Desember 2006) dan terus melanjutkan program nuklirnya. Resolusi

40

“Dewan Keamanan PBB Akhirnya Jatuhkan Sanksi Untuk Iran”, kapanlagi.com/h/0000149807.html

Mira Benita Maharama : Pengaturan Hukum Internasional Atas Pemanfaatan Tenaga Nuklir Dan Dampak Lingkungan Yang Mungkin Ditimbulkannya, 2008.

USU Repository © 2009

1737 berisi kewajiban Iran untuk menghentikan upaya pengayaan uranium dalam rangka pengembangan nuklir. Iran menolak kewajiban itu dengan alasan, bahwa upaya itu dilakukan untuk kepentingan damai, karena sebagai negara penandatangan NPT (Non-Proliferation Treaty), Iran berhak untuk mengembangkan nuklir untuk kepentingan damai.

Sanksi PBB (Resolusi No. 1747) meliputi: penghentian semua aktivitas pengayaan dan pengolahan ulang uranium; pembekuan aset 28 kelompok usaha, perusahaan dan individu yang mendukung aktivitas nuklir atau pembuatan rudal balistik Iran; embargo ekspor dan impor senjata konvensional Iran; embargo bantuan keuangan internasional kecuali bantuan kemanusiaan; larangan berpergian terhadap seluruh pejabat nuklir Iran dan mengizinkan tindakan sepihak dari Negara anggota PBB kecuali aksi militer terhadap Iran. Sanksi ini merupakan sanksi lanjutan atas sanksi pertama yang dijatuhkan pada Desember lalu.41

Untuk ketiga kalinya Dewan Keamanan PBB mengeluarkan resolusi yang menjatuhkan sanksi tertentu terhadap Iran. Dewan Keamanan PBB mengesahkan Resolusi 1803 tahun 2008 yang menambah sanksi terhadap Iran terkait dengan aktivitas nuklirnya. Anggota Dewan Keamanan PBB saat ini adalah lima anggota tetap dengan hak veto, yaitu Amerika Serikat, Inggris, Perancis, Rusia dan China serta 10 anggota tidak tetap tanpa hak veto, yaitu Indonesia, Afrika Selatan, Libya, Vietnam, Belgia, Italia, Kroasia, Panama, Kosta Rika dan Burkina Faso.

41

Ign Mahendra K, “Just Sit on One Chair, Bantahan Terhadap Juru Bicara Sang Presiden”, _Sang_Presiden.html

Mira Benita Maharama : Pengaturan Hukum Internasional Atas Pemanfaatan Tenaga Nuklir Dan Dampak Lingkungan Yang Mungkin Ditimbulkannya, 2008.

USU Repository © 2009

Keputusan diambil melalui pemungutan suara atau voting. Sebanyak 14 dari 15 negara Dewan Keamanan PBB menyetujui dikeluarkannya resolusi tersebut. Indonesia merupakan satu-satunya negara anggota Dewan Keamanan PBB yang mengambil sikap abstain dalam voting.

Resolusi 1803 tahun 2008 menambah sanksi terhadap Iran antara lain berupa penambahan larangan bepergian dan pembekuan aset-aset para pejabat Iran yang terkait dengan program pengembangan nuklir serta menerapkan larangan bepergian terhadap mereka yang terlibat banyak dalam aktivitas pengembangan nuklir Iran. Untuk pertama kalinya, larangan untuk melakukan perdagangan dengan Iran juga akan diterapkan terhadap produk-produk untuk penggunaan militer maupun sipil.

Sanksi juga akan mencakup pemberlakuan pengawasan keuangan terhadap dua bank yang dicurigai terlibat dalam kegiatan pengembangan nuklir sementara semua negara diminta untuk "berhati-hati" memberikan kredit, jaminan ataupun asuransi kepada mereka. Selain itu, inspeksi juga akan dilakukan terhadap kapal- kapal yang dicurigai membawa barang-barang terlarang, baik dari maupun ke Iran.42

42

“PBB Perberat Sanksi untuk Iran”, Kompas, 04 Maret 2008,

Para diplomat puncak Amerika Serikat, China, Rusia, Inggris, Perancis, dan Jerman, Jumat (19 September 2008), membahas kemungkinan sanksi baru terhadap Iran karena Teheran menolak mematuhi resolusi PBB.

Mira Benita Maharama : Pengaturan Hukum Internasional Atas Pemanfaatan Tenaga Nuklir Dan Dampak Lingkungan Yang Mungkin Ditimbulkannya, 2008.

USU Repository © 2009

Amerika Serikat dan sekutu Eropanya berusaha mendorong Dewan Keamanan PBB untuk menjatuhkan sanksi keempat kepada Iran dalam upaya memaksa Teheran menghentikan program nuklirnya. Karena dalam hal ini Iran tetap berkeras bahwa program nuklir mereka hanya untuk damai. Dan hal tersebut masih belum ada kelanjutannya.

Penerapan sanksi terhadap pelanggaran dan penyalahgunaan pemanfaatan tenaga nuklir menurut hukum internasional yang dijalankan oleh Dewan Keamanan PBB atas usul IAEA dalam hal ini sebagai contoh kasusnya adalah Iran adalah salah satu dari sekian banyak penerapan sanksi yang dilakukan Dewan Keamanan PBB guna menciptakan serta menjaga perdamaian dan keamanan internasional.

Dokumen terkait