• Tidak ada hasil yang ditemukan

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Penerapan Sistem Pertanian Organik Ikatan Pemuda Praya Luwu Timur (IPRA LUTIM)

Sistem bertujuan untuk meghasilkan produk yang berkualitas dan berkuantitas dengan system tanam yang alami, kemudian meningkatkan siklus hidup biologis kesuburan MO dalam tanah dalam jangka panjang, serta menghindarkan segala bentuk pencemaran yang di akibatkan oleh teknik pertanian sehingga mempertahankan keragaman ekosistem dan genetik yang berdampak pada social ekologi (Fuady,2011).

Dalam usaha pertanian organik produk dapat di katakan organik apabila sudah memenuhi uji laboratorium dan mendapat penjaminan produk dengan melakukan sertifikasi organik melalui lembaga sertifikasi organik (ISO) untuk menciptakan kepercayaan terhadap para konsumen. Munculnya pelaku usahatani tidak menutup kemungkinan akan melakukan hal yang menyalahi aturan dalam member merek dagang dan manual produk konvensional sebagai produk organik demi mendapat keuntungan. Menelihat dari kendala tersebut maka pemerintah badan standarisasi membuat peraturan sesuai dengan SNI 6729:2016 mengenai system pertanian organik yang di anjurkan oleh pemerintah.

Petani di Desa Benteng yang di maksud adalah pemuda tani (IPRA LUTIM) sebagai pelaku usaha tani organik. Bapak (S) sebagai promotor IPRA LUTIM menyatakan bahwa belum pernah melakukan system pertanian organik berdasarkan anjuran pemerintah dalam hal ini SNI 6729:2016. Keadaan ini

33 dikarenakan belum adanya peran serta pemerintah melalui penyuluh pertanian ataupun dinas pertanian terkait. Sistem pertanian organik didapatkan dari komunitas pertanian organik, standarisasi organik yang di dapat dari komunitas adalah dengan penggunaan dosis pemakaian pupuk organik (POC), pupuk kompos serta pestisida berbahan organik. Prosedur lainnya adalah benih yang bersertifikat organik.

Penerapan sistem pertanian organik di Desa Benteng Kecamatan Burau Kabupaten Luwu Timur antara lain penyemaian, persiapan lahan, penanaman, perawatan, dan panen.

a. Penyemaian

Penyemaian dilakukan 2-3 minggu sebelum penanaman di lahan IPRA LUTIM. Lahan penyemaian dibuat dengan ukuran bedengan 2 kali 1 meter.

Setelah itu dilakukan pemupukan pertama dengan pupuk kandang kotoran ayam yang sudah di fermentasi dan dibiarkan selama 1 hari sebelum penaburan benih.

Setelah penaburan benih di atas permukaan bedengan secara merata selanjutnya tutup tipis-tipis dengan tanah. Untuk menjaga kelembaban selama dalam proses pembibitan, penutupan permukaan bedengan menggunakan plastik atau karung untuk mempercepat proses perkecambahan pada benih. Setelah 3-5 hari plastik atau karung penutup dibuka kemudian memasang atap menggunakan plastik transparan agar terhindar dari panas dan hujan yang berlebih. Penyiraman pada bedengan pembibitan dilakukan setiap hari menggunakan air bersih dengan melihat tingkat kelembaban yang sesuai dengan anjuran. Setelah bibit berumur

2-34 3 minggu dengan munculnya 2-4 daun maka bibit sudah siap untuk di pindah tanamkan ke lahan.

Sedangkan untuk penyemaian yang menggunakan media semai, benih direndam dahulu ke dalam air hangat selama 1 jam, lalu di bungkus dengan daun pisang dan di biarkan selama 1 malam guna untuk memecahkan dormansi benih.

Media semai yang digunakan adalah tanah yang subur yang dicampur dengan pupuk kandang dan sekam bakar dengan perbandingan 2:1. Media semai tersebut dimasukan ke dalam alat semai yang sudah di buat dengan ukuran 1 m persegi.

Tanam benih yang sudah berkecambah dalam media semai. Untuk menjaga kelembaban, tutup media semai menggunakan daun pisang, karung atau plastik selama 2-3 hari. Setelah penutup dibuka siram media semai secara rutin dengan melihat kelembaban pada media semai agar bibit tumbuh optimal. Adapun bibit yang siap tanam iyalah bibit yang berumur 12 hari dan sudah memiliki 2 helai daun pertama. Seperti yang di katakan saudara (S) dalam teknik penyemaiyan budidaya pertanian organik.

Biasen papah menyemai mutkatu barang haara doang, penyemaiyan ara ele lahan ara endah mutpina mesa, biasen papah uwah sangkor bene langsong muttotop isi karong adensa becat berkecambah biasen muttotop 3 jelo yeampot buka karong yempot langsong alih bene enno ojok lahan papah wassa sogol daon 2 ato 3. (S)

Dalam meyemai kita menggunakan media seadanya saja, penyemaiyan ada yang di lahan, ada juga yang kita buat sendiri, biasanya setelah menabur benih kita tutup dengan karung selama 3 hari saja supaya benih cepat berkecamba lalu kita buka, setelah bibit yang di semai berumur 15 hari atau munculnya daun ke 2-3 lalu kita pindah tanamkan ke lahan. (S)

Hal tersebut diperjelas oleh salah satu informan penelitian (H), yang mengatakan bahwa:

35 Ele tao menyenai mutpina seke bedengan doang. Teros mutpinaan atep ele plastik bening aden ende bakat isi panas daet ujan. Ele seke bedengan ara seke jenis taletan lagu enden pade omor. (H)

Untuk tempat penyemaiyan kita buat satu bedengan, lalu kita beri atap dengan plastik transparan supaya terhindar dari panas, jadi dalam satu bedengan itu kita hanya tanam satu jenis tanaman saja dengan waktu jarak semai yang berbeda. (H)

Dari penjelasan diatas, penulis dapat menyimpulkan bahwa dalam proses penyemaian menggunakan media tanah/media semai kemudian menggunakan bedegan serta menggunakan plastik yang transparan yang bertujuan untuk menghidari terik matahari yang sangat panas dan kelembapan yang diakibatkan oleh curah hujan.

b. Persiapan Lahan

Pada tahap awal membudidaya pertanian organik iyalah membersihkan lahan dari gulma dan sisa tanaman lainnya. Pengamatan kondisi tanah di lakukan agar mengetahui pH pada lahan tersebut jika pH tanah kurang dari 5, maka diberikan kapur pertanian minimum 1 ton/ha atau 20 kg/500 m. Sebelum penanaman bibit dilakukan terlebih dulu membuat bedengan selebar lebar 1,2 m dengan tinggi 20-30 cm, panjang bedengan 10 m disesuaikan dengan petakan lahan dan jarak antar bedengan 40-50 cm. Setelah bedengan selesai di buat pemupukan dasar dilakukan dengan menggunakan pupuk kompos yang sudah difermentasi sebanyak 2 kg/m atau setara dengan 20 ton/ha lalu lahan di diamkan minimum 3 hari sebelum penanaman agar bedengan memiliki kelembaban yang setabil. Berdasarkan hasil wawancara dengan pemuda tani yang mengatakan bahwa:

Mutsiapkan lahan bareng-bareng mulai ele babat pupa pina bedengan. Kalo bedengan ele lahan IPRA mutpina bedengan ele luas 1,2 m ele tinggi 20 cm daet panjang 10 m jari setelah jari bedengan muttaboran popok kompos julu sebelom pindahkan bene. (Z).

36 Persiapan lahan kita lakukan bersama sama mulai dari membersihkan rumput, buat bedengan. Kalo bedengan di lahan IPRA itu kita buat dengan ukran lebar 1,2 m dengan tinggi 20 cm dan panjang 10 m. jadi setelah bedengan sudah jadi kita taburkan pupuk kompos yang sudah jadi lalu kita diam kan sebelum kita pindahkan benih. (Z)

Kemudian diperjelas oleh informan dari pemuda tani lainnya yang mengemukakan bahwa:

Papah senjari lahan ite kadu traktor. Lagu enden selapu ele ite taon jauen.

Jarin ha laen ja kadu tambah, bate bengkok, daet skop. Papah ukuran bedengan ja bede-bede ara ha lebar 1meter kebelo 10 m mutsesuaikan ele kondisi lahan. (S)

Untuk pengolahan lahan kita lakukan dengan teraktor. Tapi hanya sebagian dari kami yang bisa mengoprasikannya, jadi sebagian dari kami menggunakan alat seadanya saja seperti cangkul, sabit dan skop. Untuk ukurannhya bermacam macam ada yang lebar 1 m panjang 10 m tergantung kondisi lahan. (S)

Dari penjelasan diatas penulis dapat menyimpulkan bahwa proses pembersihan lahan menggunakan alat traktor kemudian didukung seperti cangkul, sabit dan alat lainnya bertujuan untuk mempercepat pembuatan bedengan.

c. Penanaman

Dalam proses penanaman dilakukan pada pagi atau sore hari untuk menekan tingkat layu pada bibit yang baru di pindahkan. Dalam tahap penanaman dilakukan penyeleksian antara bibit yang baik dan layak untuk dipindah tanamkan, penanaman bibit di lakukan dengan jarak tanam 20 x 20 cm dan di lakukan penyiraman secara rutin selama 3-6 hari sampai bibit berdiri tegak dan tidak layu. Pengamatan di lakukan setiap hari guna untuk menyemai bibit yang tidak tumbuh.

37 Papah betaletan ite mutlakukan kelema kance kebian aden ende mate, jarin bene hamutpindahkan eno bene hawassa bedaon due, muttalet ele jarak 20 cm aden jelo langgsung tembos jok tana. Seminggu pertame enno motsiram teros aden sa enden mate isi layu. (S)

Pada saat penanaman di lahan kita lakukan pada pagi hari dan sore hari agar tidak mudah mati, jadi tanaman yang kita pindahkan itu tanaman yang minimal daun dua kita tanam dengan jarak 20 cm agar matahari tembus ke tanah. Setelah kita tanam dalam satu minggu pertama itu kita siram terus supaya tidak layu. (S)

Hal ini juga dijelaskan oleh salah satu informan penelitian yang mengemukakan bahwa:

Betaletan ele lahan IPRA mutlakukan kebian daet kelema, papah betaletan selapu anggote nine daet mame milu. Kalo ha siram ja biasen begentian sengan ara bator begawean ele duah. (K)

Penanaman di lahan IPRA dilakukan pagi dan sore hari, penanaman di lakukan bersama-sama baik pemuda maupun pemudi. kalo untuk penyiraman kita bergilir karna sebagian dari kami ada juga yang bekerja di luar. (K) Dari penjelasan informan diatas penulis dapat menarik kesimpulan bahwa untuk penanaman dilakukan pada pagi serta sore hari agar tanaman bisa bertahan hidup pada fase vegetatif serta dilakukan pemilihan bibit yang mempunyai kualitas yang bagus seperti memiliki dua-tiga daun yang produktif selain itu juga untuk menjaga tanaman dalam masa vegetatif dilakukan penyiraman secara bergantian oleh para pemuda pada setiap pagi dan sore hari sesuai dengan kondisi cuaca.

d. Perawatan dan Pemupukan

Dalam proses penyiraman pada tanaman dilakukan pada pagi dan sore hari saat musim kemarau. Saat musim hujan penyiraman hanya dilakukan pada masa vegetatif atau 1-20 HST. Selain dari penyiraman penyiangan di lakukan dengan membersihkan gulma pengganggu dan membasmi hama yang mengganggu

38 pertumbuhan pada tanaman. Setelah tanaman berumur 2 minggu, dilakukan penyemprotan menggunakan pupuk organik cair yang sudah di fermentasi minimal seminggu sekali. Penyemprotan dilakukan untuk mengendalikan hama dan penyakit dengan menggunakan pestisida nabati yang dibuat sendiri atau yang dijual dipasaran yang sudah mendapat sertifikasi dari LSO. Sedangkan untuk pemupukan pertama dilakukan dalam kurung waktu 6-8 HST dan pemupukan kedua di lakukan 14-17 HST dan pemupukan ketiga dilaksanakan pada kurung waktu 20-25 HST sebelum di lakukan tahap pemanenan.

Hal tersebut juga didukung oleh pernyataan Saudara(H) dan Bapak (S) mengenai pembuatan pupuk organik dan pestisida organik, berikut pernyataan beliau:

“…Kebetulan memang uwiaku ye pina popokenno. Eleettoendah taokajah.

Jarinmukajahen pina popok kompos, kalo popok kompos ennoaratelu macem haele limbah pupa, lolonpuntikance akahlolon terengaraendah bahanlaen mara molase daet EM4 (H)…)

“…kebetulan memang kemarin itu saya yang buat pupuknya. Distumi juga kuajarkan. Jadi disini yang kuajarkan itu pembuatan pupuk kompos. Kalo pupuk kompos itu ada 3 macam. Yang dari limbah rumput, batang pisang sama akar pohon bamboo terus ada juga bahan-bahan lainnya kayak molase, dan EM4 (H)…”.

Hal ini juga diperjelas oleh salah satu informan penelitian yang mengemukakan bahwa:

Papah popok ja mutpina mesa ele limbah ha araa, mara kotoran sampi mutcampor daet bahan ha laen teros mut fermentasi untuk kadun ele lahan IPRA papah pemopokan mutlakukan sebelom talet ele omor 15 HST daet 20 HST mutsesuaikan ele taletan ape julu. (A)

39 Kalo untuk pupuk kita buat sendiri dari berbagai limbah, kotoran ternak (kotoran sapi) di campur dengan bahan lainnya kita fermentasi untuk kita gunakan di lahan IPRA. Untuk pupuk kita lakukan sebelum tanam 15 HST dan 20 HST tergantung dsri jenis tsnsmsn. (A)

Dari pernyataan Saudara (H) diatas, ditekankan bahwa beliau membuat pupuknya sendiri sekaligus mengajarkannya kepada warga dan anggota IPRA LUTIM. Adapun pupuk yang dibuat yaitu pupuk kompos. Pupuk kompos terdiri dari 3 macam, yaitu terbuat dari limbah rumput, batang pisang dan akar pohon bambu. Selain itu, juga terdapat bahan-bahan lainnya misalnya molase dan EM4.

Berdasarkan hasil wawancara dengan informan penelitian yang mengatakan bahwa: gula merah. Ada juga yang dari kotoran ternak…”.

Hal ini juga sejelan yang disampaikan oleh IPRA LUTIM yang mengatakan bahwa:

“…kalo kendalikan hame aku coba enele IPRA LUTIM ele daon gedang campor daon gamel. Ara enda hele mako campor aipote teros muka den sampe seminggu yeampok kadun ojok lahan.”

“…kalo pengendalian hama itu saya cobakan di IPRA LUTIM dari daun papaya campur sama daun bandotan. Ada juga yang dari tembakau campur air putih dan saya diamkan itu kurang lebih 1 minggu baru kami aplikasikan….(H)”.

Dari pernyataan diatas, disimpulkan bahwa Bapak (S) membuat pupuk organik cair yang terbuat dari campuran nasi basi dan gula merah. Untuk pupuk padatnya terbuat dari campuran batang pisang, EM4, dan gula merah serta pupuk

40 dari kotoran ternak. Sedangkan dalam pembuatan pestisida organik terbuat dari campuran daun pepaya dan daun bandotan serta pestisida yang terbuat dari tembakau.

e. Panen

Pemanenan dilakukan pagi hari pukul 07.00 - 09.00. Pemanenan dilakukan pada saat umur tanaman sudah memenuhi kebutuhan pasar. Setalah dipanen, dilakukan pencucian menggunakan air bersih untuk membersihkan sisa-sisa tanah pada akar tanaman. Keringkan tanaman yang sudah di panen agar tidak mudah rusak. Kemudian di kemas dengan berat masing masing 1 kg. Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan dengan para pemuda IPRA LURTIM mengatakan bahwa:

Panen to lahan mutlakukan kelema biasen panen mutlakukan bareng-bareng kance bator, papah wassa panen mutpersi bareng bareng endah. (A)

Panen di lahan di lakukan pagi hari biasanya panen kita lakukan bersama teman-teman, setelah panen kita bersihkan sama-sama juga. (A)

Selain itu juga diperjelas oleh salah satu informan penelitian yang mengatakan bahwa:

Papah panen biaset kelema daet bian-bian sesuai pengendeng haye beli, kalo wassa panen ite langsong atongan. (M)

Kalo panen biasanya dilakukan pagi dan sore tergantung dari pembeli, biasanya kalo sudah panen kita langsung antarkan ke pembeli. (M).

Dari penjelasan informan diatas, penulis dapat menyimpulkan bahwa panen dilakukan pada pagi dan sore hari untuk menghidari terik matahari serta disesuaikan dengan permintaan konsumen.

41 Menurut Permentan No. 70/Permentan/SR.140/10/2011 dalam penelitian (Hartatik & Setyorini, 2012) pupuk organik merupakan pupuk yang berasal dari tumbuhan mati, kotoran hewan dan atau bagian hewan dan atau limbah organik lainnya yang telah melalui proses rekayasa, berbentuk padat atau cair, dapat diperkaya dengan bahan mineral dan atau mikroba yang bermanfaat untuk meningkatkan kandungan hara dan bahan organik tanah serta memperbaiki sifat fisik, kimia, dan biologi tanah. Pupuk organik yang digunakan yaitu pupuk kompos dan pupuk organik cair.

Adapun jenis komoditas yang di budidayakan oleh IPRA LUTIM yaitu kangkung, sawi, terong, cabai rawit, mentimun, bayam, dan kacang panjang.

Dalam IPRA LUTIM, kegiatan seperti kunjungan belum pernah diadakan. Hal tersebut dikarenakan pengembangan pertanian organik di daerah tersebut masih sangat sulit ditemukan. Akan tetapi, pemerintah setempat telah melakukan kunjungan terhadap IPRA LUTIM untuk melihat secaralangsung bagaimana teknik dan kualitas tanaman sayuran organik yang dihasilkan. Hal tersebut mendapat apresiasi pemerintah setempat karena adanya minat dari pemuda pemudi yang ingin bergerak di bidang pertanian. Hal ini didukung oleh pernyataan Saudara (M), (25) mengenai kunjungan yang dilakukan oleh IPRA LUTIM, dengan pernyataan sebagai berikut:

“…eleette arien denwah telakukan kunjungan sengaen eleette masih susah tedaet ha gawe pertanian organik. Ara eleette hidroponik laguendenem anpeno. Embenit eettegawe pertanian organik langsong elelahan.

Araenmemang padelagujaotao enele sorowako le PT Vale ari…”

“…kalo disinitoh dek tidak pernah pi dilakukan yang namanya itu kunjungan karena toh disini masih susah pi dicari yang lakukan ini pertanian organik.

42 Ada disini hidroponik itupun belum seberapa. Sedangkan kita disini melakukan pertanian organik langsung di lahan. Adaji lagi yang sama tapij auh ki kah di Sorowako di PT. Vale ki dek...(M)”

Dari pernyataan Saudara (M) diatas, disimpulkan bahwa sebelum melakukan pengembangan pertanian organik, IPRA LUTIM ingin melakukan kunjungan ke lokasi yang menerapkan pertanian organik agar lebih memotivasi pemuda pemudi Praya. Akan tetapi, di daerah tersebut masih sulitnya mencari lokasi atau daerah yang menerapkan pertanian organik. Oleh karena itu, IPRA LUTIM belum pernah mengadakan kunjungan pertanian organik. Adapun lokasi yang menerapkan pertanian organik yaitu perusahaan milik PT. Vale. Selain itu, pengembangan pertanian organik yang dilakukan oleh daerah sekitar hanya pada bidang hidroponik sedangkan yang dilakukan oleh IPRA LUTIM yaitu pengembangan pertanian organik langsung di lahan.

5.2. Peran PemudaTani dalam Usaha Pertanian Organik Ikatan Pemuda

Dokumen terkait