• Tidak ada hasil yang ditemukan

Peran PemudaTani dalam Usaha Pertanian Organik Ikatan Pemuda Praya Luwu Timur (IPRA LUTIM)

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

5.2. Peran PemudaTani dalam Usaha Pertanian Organik Ikatan Pemuda Praya Luwu Timur (IPRA LUTIM)

Peran pemuda dalam masyarakat sangat di butuhkan dimana kita ketahui bahwa pemuda merupakan agen perubahan dan sosial control dan mempunyai segudang konsep yang perlu di terapkan di tengah masyarakat terutama dalam pengembangan tanaman organik yang bisa di bilang masih kurang dimasyarakat pedesaan dan inilah yang telah dilakukan oleh IPRA LUTIM di beberapa tahun terakhir ini.

Dalam memberikan pengetahuan dan membina pemuda pemudi Praya yang tergabung dalam IPRA LUTIM dalam mempelajari suatu inovasi dalam pengembangan pertanian organik bisa di bilang masih minim SDM namun dengan

43 semangat yang tinggi dan tidak mudah puas akan hasil yang telah dicapai maka pemuda yang ada di dusun Praya desa Benteng yang telah tergabung dalam IPRA LUTIM masih eksis sampai hari ini meski masih banyak kekurangan yang dimilikinya tapi tidak pernah berhenti untuk belajar agar pemuda di desa tersebut dapat mengambil peran penuh dalam bidang pertanian organik.

Peran pemuda tani dalam usaha pertanian Organik Ikatan Pemuda Praya Luwu Timur (IPRA LUTIM) telah melakukan Sosialisasi serta pelatihan bagi para petani di Desa Benteng Kecamatan Burau Kabupaten Luwu Timur, dimana suatu usaha atau upaya untuk mengubah perilaku petani dan keluarganya, agar mereka mengetahui dan mempunyai kemauan serta mampu memecahkan masalahnya sendiri dalam usaha atau kegiatan-kegiatan meningkatkan hasil usahanya dan tingkat kehidupannya. Pada awalnya, Bapak (S) melakukan sosialisasi melalui forum dengan memperkenalkan pertanian organik kepada seluruh pemuda pemudi praya yang tergabung dalam IPRA LUTIM. Sosialisasi tersebut dilakukan pada saat rapat telah diselenggarakan. Biasanya rapat dilakukan setiap seminggu sekali.

Selain itu, IPRA LUTIM juga memperkenalkan pertanian organik secara langsung kepada masyarakat. Biasanya dilakukan pada saat masyarakat berkunjung langsung ke lahan pertanian IPRA LUTIM. Hal tersebut dilakukan agar pemuda dan pemudi serta masyarakat menjadi tertarik dengan diterapkannya budidaya pertanian organik. Hal ini didukung oleh pernyataan Saudara (H) mengenai kegiatan sosialisasi yang dilakukan dalam mengembangkan pertanian organik, dengan pernyataan sebagai berikut:

44

“…Lamunbareng anggota IPRA LUTIM biasen lakukan sosialisasi pas inggas rapat lagulamun bareng wargeennoite adakan pas nie dating elelahan. Biase nendah beketuanentan popok ape yemum kadutiye, eleettotaot jelaskan sampea jahen pina popoka dentao pina popok mesa…”

“…kalau sama anggota IPRA LUTIM itu biasa dilakukansosialisasi pas selesai rapattapi kalosamawargasendiri itu kita adakan pas mereka langsung datang kelahan. Biasa juga diatanya-tanya bilang pupuk apa kita pake. Dari situmi kita Tanya bilang tentang cara-caranya bikin pupuk biar mereka juga bisana bikin sendiri (H)…”

Dari pernyataan Saudara (H) diatas, untuk meningkatkan kesadaran generasi muda terhadap pertanian organik, ditekankan bahwa sosialisasi pada tingkat anggota IPRA LUTIM diadakan pada saat selesai rapat sedangkan sosialisasi pada tingkat warga sendiri diadakan pada saat mereka datang langsung ke lahan. Pada saat pertemuan, juga ditanyakan mengenai pupuk apa yang harus digunakan. Dari situlah sekaligus dijelaskan mengenai cara pembuatan pupuk agar mereka dapat membuatnya sendiri.

Setelah sosialisasi itu dilakukan, kegiatan selanjutnya yaitu melakukan pelatihan. Pelatihan yang diberikan berupa pelatihan pembuatan pupuk organik dan pestisida organik. Dalam pembuatan pupuk organik dibimbing langsung oleh (H) sedangkan dalam pembuatan pestisida organik dibimbing langsung oleh Bapak (S). Hal ini didukung oleh pernyataan Saudara (M) mengenai pemberian tanggung jawab terhadap pelatihan pembuatan pupuk organik dan pestisida organik, dengan pernyataan sebagai berikut:

“…Jarinele IPRA enno kebetulan arah alebih taon soal pina popok kance pestisida. Jarin aku ebengtao kosos niye sengaen niye lebih taonmeno.

Denganenno (S)…”

45

“…jadi di IPRA itu kebetulan ada yang lebih tau masalah pembuatan pupuk sama pestisida. Jadi saya kasi tempat khusus mereka karena mereka yang lebih tau begitu. Orangnyaitu (S)…”

Dari pernyataan Saudara (M) diatas, disimpulkan bahwa (H) dan Bapak (S) adalah orang yang diberi tanggung jawab untuk memberikan pelatihan pembuatan pupuk organik dan pestisida organik. Hal ini dikarenakan beliau lebih memahami tentang pembuatan pupuk organik dan pestisida organik tersebut.

Adapun kegiatan IPRA LUTIM dalam meningkatkan generasi muda terhadap pertanian organik adalah sebagai berikut:

Tabel 11. Kegiatan IPRA LUTIM dapat meningkatkan kesadaran generasi muda terhadap pertanian organik

No Kategori Jumlah (Orang) Persentase (%)

1 Rendah 0 0

2 Sedang 6 40

3 Tinggi 9 60

Total 15 100

Sumber: Data Primer Setelah Diolah, 2021

Berdasarkan table 11 diatas menunjukkan bahwa ada tiga kategori yang digunakan dalam mengukur kegiatan yang dilakukan IPRA LUTIM untuk meningkatkan kesadaran generasi muda terhadap pertanian organik antara lain kategori sedang dimana kategori ini sebanyak 6 orang atau sekitar 40%

mengatakan bahwa kegiatan IPRA LUTIM meningkatkan kesadaran generasi muda dalam pertanian organik sedangkan kategori tinggi sebanyak 9 orang atau sekitar 60% mengatakan kegiatan IPRA LUTIM meningkatkan kesadaran generasi muda dalam pertanian organik. Hal ini dapat diketahui bahwa pemuda tani di desa Benteng sudah melakukan budidaya pertanian organik secara

46 langsung di lahan IPRA LUTIM. Hal tersebut juga dijelaskan oleh Bapak (S) selaku pembimbing dalam IPRA LUTIM yang mengatakan bahwa:

„‟Biasen kanak bajangn setiep kelema klalonjo klahan IPRA, baraeng-bareng nambah, bareng-bareng betaletan biasen arak-arak bae yak tegawe‟ setiep kebian solen giitak perkembangan taletansakuwah tetalet.‟‟

“Biasanya pemuda disini setiap sore itu pergi kelahannya IPRA, sama-sama mencangkul, sama-sama menanam jadi ada-ada saja yang di kerja setiap sorenya dan itu di lakukan sambil mengamati tanaman yang sudah diatanam sebelumnya.” (S)

Dari tabel 11 serta penjelasan diatas, penulis dapat menyimpulkan bahwa kegiatan yang dilakukan oleh IMPRA LUTIM dalam meningkatkan kesadaran generasi muda terhadap pertanian organik sangat tinggi dimana 9 orang atau sekitar 60% mengatakan demikian.

Selain itu juga pemuda IMPRA LUTIM telah melakukan berbagai kegiatan seperti penerapan system budidaya pertanian organik. Adapun table penerapan system organik tersebut adalah sebagai berikut.

Tabel 12. Penerapan system budidaya pertanian organik IPRA LUTIM No Kategori Jumlah(Orang) Persentase (%)

1 Rendah 2 13

2 Sedang 9 60

3 Tinggi 4 27

Total 15 100

Sumber: Data Primer Setelah Diolah, 2021

Berdasarkan tabel 12 diatas menunjukkan bahwa ada tiga kategori yang digunakan dalam mengukur kegiatan yang dilakukan IPRA LUTIM terhadap penerapan system budidaya pertanian organik antara lain kategori rendah dimana kategori ini sebanyak 2 orang atau sekitar 13% mengatakan bahwa penerapan system budidaya pertanian organik sedangkan kategori sedang sebanyak 9 orang

47 atau sekitar 60% mengatakan kegiatan IPRA LUTIM dalam menerapkan system budidaya pertanian organik masuk dalam kategori sedang dan kategori tinggi sebanyak 4 orang atau sekitar 27% mengatakan masuk ke dalam kategori tinggi.

Hal ini dapat di ketahui penerapan system budidaya pertanian organik belum dapat diaplikasikan secara menyeluruh, seperti yang dikatakan oleh bapak (H)

“sebenar niteeni lek betaletan organik enijamak-jamak mulai elekpiyak pupuk, taotbetaletan sampe berembeentat jaga ktaletan masih tmiyak mesak sampai biasen lambatte pupuk daetga weklahan”

“Sebenarnya kita disni bertani organik alakadarnya saja mulai dari membuat pupuk, media tanam sampai teknik perawatan masih buat sendiri jadi biasa lambat pemupukan dan pengolahan lahan.”(H).

Dari table 12. Serta penjelasan diatas, dapat menyimpulkan bahwa penerapan system budidaya pertanian organik masih belum maksimal di lihat dari kategori sedang sebanyak 9 orang dengan jumlah persentase 60%.

Selain itu juga dalam melakukan budidaya pertanian organik IPRA LUTIM mengajarkan pemuda tentang teknik budidaya pertanian organik adapun table peran pemuda tentang teknik budidaya pertanian organik sebagai berikut:

Tabel 13. Peran pemuda dalam memberikan informasi tentang teknik budidaya pertanian organik

No Kategori Jumlah (Orang) Persentase (%)

1 Rendah 2 13

2 Sedang 3 20

3 Tinggi 10 77

Total 15 100

Sumber: Data Primer Setelah Diolah, 2021

Berdasarkan table 13. Menunjukkan bahwa ada tiga kategori yang di gunakan dalam mengukur kegiatan yang dilakukan oleh IPRA LUTIM untuk memberikan informasi tentang teknik budidaya pertanian organik antara lain kategor irendah di

48 kategorikan sebanyak 2 orang atau 13% mengatakan bahwa peran pemuda dalam pemberian informasi terkait teknik budidaya pertanian organik sedangkan kategori sedang sebanyak 3 orang atau sekitar 20% mengatakan peran pemuda tentang pemberi informasi adapun kategori tinggi sebanyak 10 orang dengan jumlah persentase 77% mengatakan pemberian informasi teknik budidaya pertanian organik oleh IPRA LUTIM mudah untuk di pahami hal ini juga di dukung oleh peryataan saudara (M) selaku ketua IPRA LUTIM.

“Biasen papah wassarapat bahas bahas daet batorbator soal masalah elekebo nyeampot pina solusi tokseteros, nah eleettotaot berajah bareng barengendah.”

“Selesair apat kita biasa diskusi-diskusi dengan teman-teman tentang bagaimana permasalahan di lapangan dan untuk mengambillangkah selanjutnya nah di situ mih kita sambil belajar samasama.” (M)

Dari tabel 13. Serta penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa peran pemuda sebagai penyedia informasi tentang teknik budidaya pertanian organik termasuk dalam kategori tinggi dimana 10 orang atau 77% mengatakan mudah untuk di pahami.

Dalam budidaya pertanian organik IPRA LUTIM cukup sering melakukan kegiatan secara bersama-sama baik dalam pengolahan lahan penanaman ataupun pembuatan pupuk organik, adapun table kategori pelatihan pembuatan pupuk organik sebagaib erikut:

Tabel 14. IPRA LUTIM dalam melakukan kegiatan pelatihan pertanian organik No Kategori Jumlah (Orang) Persentase (%)

1 Rendah 3 20

2 Sedang 4 27

3 Tinggi 8 53

Total 15 100

49 Sumber: Data Primer Setelah Diolah, 2021

Berdasarkan table 14 menunjukkan bahwa ada tiga kategori yang digunakan dalam mengukur kegiatan pelatihan pembuatan pupuk organik antara lain kategori rendah di mana sebanyak 3 orang dengan jumlah persenta sesebanyak 20% dan jumlah kategori sedang sebanyak 4 orang dengan jumlah persentase sebanyak 27% sedangkan jumlah kategori tinggi sebanyak 8 orang dengan persentase 53%

dalam melakukan pelatihan pertanian organik IPRA langsung turun langsung kelapangan guna untuk memberikan praktek secara nyata terhadap pemuda di desa Benteng, seperti yang dikatakan oleh bapak (A)

“Biase tenton jokkebon bareng bareng gawelahan betaletan sampai pemanenan eleetto taotajahentan bertani organik elebator bator.”

“Kita sama-sama turun kelahan untuk melakukan pengolahan lahan penanaman sampai pemanenan disitulah kami menjelaskan bertani organik kepada teman teman.”(A)

Dari tabel 14. Serta penjelasan oleh bapak (A), penulis dapat menyimpulkan bahwa kegiatan pelatihan yang dilakukan oleh IPRA LUTIM dalam budidaya pertanian organik dapat dikatakan mampu dimana 8 orang atau 53% mengatakan demikian.

Pertanian organik masih sulit untuk ditemukan dikalangan masyarakat dikarnakan berbagai faktor baik dari segi budidaya yang tergolong sulit ataupun dari segi pengadaan bahan organiknya. Keberadaan IPRA LUTIM guna untuk member kesadaran terhadap generasi muda terkait budidaya pertanian organik secara ramah lingkungan sehingga permasalahan sulitnya bertani organik terselesaikan di generasi yang akan datang.

Tabel 15. Sulitnya melakukan budidaya pertanian secara organik

50 No Kategori Jumlah (Orang) Persentase (%)

1 Rendah 4 27

2 Sedang 8 53

3 Tinggi 3 20

Total 15 100

Sumber: Data Primer Setelah Diolah, 2021

Berdasarkan table 15 menunjukkan tiga kategori dari kategori rendah, sedang dan kategori tinggi dimana kategori rendah sebanyak 4 orang dengan jumlah persentase sebanyak 27% dan jumlah kategori sedang sebanyak 8 orang dengan jumlah persentase sebanyak 53% sedangkan jumlah kategori tinggi sebanyak 3 orang dengan persentase 20% dalam budidaya pertanian organik menurut pemuda tani desa Benteng masuk dalam kategori sedang dimana dalam bertani organik belum dapat dimaksimalkan. Seperti yang dikatakan oleh bapak (Z)

“Enden man maksimal lahan organik eleette bai keleolahlahan atau elebenih wassaberlebellaguw assatelerekisi penyuluh yen bantu tendahuntu kebenarahan bertani organik”

“lahan organik kita disini belum maksimal baik dalam pengolahan lahan penyediaan pupuk dan pestisida ataupun penyediaan benih kita disini baru mulai di bombing sama teman teman penyuluh untuk memberikan arahan bertani organik”(Z).

Pemberian kesadaran terhadap generasi muda sangatlah penting bagi generasi selanjutnya IPRA LUTIM mengadakan lahan sebagai wadah bagi pemuda pemudi yang ingin belajar tentang pertanian organik.

Tabel 16. IPRA LUTIM sudah mampu memberikan kesadaran kepada generasi muda tentang pertanian organik

No Kategori Jumlah (Orang) Persentase (%)

1 Rendah 1 7

2 Sedang 6 40

3 Tinggi 8 53

Total 15 100

Sumber: Data Primer Setelah Diolah, 2021

51 Dari table 16. Menunjukkan tiga kategori dari kategori rendah, sedang dan kategori tinggi dimana kategori rendah sebanyak 1 orang dengan jumlah persentase sebanyak 7% dan jumlah kategori sedang sebanyak 6 orang dengan jumlah persentase sebanyak 40% sedangkan jumlah kategori tinggi sebanyak 8 orang dengan persentase 53% dapat disimpulkan bahwa IPRA LUTIM sudah mampu memberikan kesadaran terhadap generasi muda terkait tentang pertanian organik dilihat dari jumlah pemuda yang mengatakan sudah tertarik akan pertanian organik. Seperti yang dikatakan oleh bapak (S)

“Biasen batorbator ette setiep sore to lahan taonngumpol gitataletan hawan satalet penasarangita perkembangan unin”

“Banyak teman teman di sini kalo sore ngumpulnya di lahan datang lihat tanaman yang sudah natanam katanya penasaran terus sama tanamannya”.(S).

Dalam sosialisai IPRA LUTIM menyampaikan suatu informasi terhadap pemuda tani melalui pelatihan-pelatihan yang pertanian organik.

Tabel 17. Peran pemuda dalam pemberian informasi dalam pelatihan pertanian organik mudah di pahami.

No Kategori Jumlah (Orang) Persentase (%)

1 Rendah 0 0

2 Sedang 6 40

3 Tinggi 9 60

Total 15 100

Sumber : Data Primer Setelah Diolah, 2021

Adapun hasil dari table 17. Menunjukkan tiga kategori dari kategori rendah, sedang dan kategori tinggi dimana jumlah kategori sedangsebanyak 6 orang dengan jumlah persentase sebanyak 40% sedangkan jumlah kategori tinggi sebanyak 9 orang dengan persentase 60% dapat di ketahui IPRA LITIM dalam

52 menyampaikan informasi saat pelatihan pertanian organik tergolong tinggi dengan diketahui jumlah persentase tinggi sebanyak 60%. Seprti yang dikatakana oleh bapak (A)

“Modoka palsengan care pina daetbahan ha tekadu gampang munenget.”

“Mudah napahami karena teknik pembuatan dan bahan yang di gunakan sanggat mudah untuk di ingat” (A).

IPRA LUTIM melakukan evaluasi terkait pertanian organik sebanyak satu kali dalam seminggu, dalam pengevaluasi sebagian dari pemuda turut ikut serta dalam hal tersebut.

Tabel 18. Peran pemuda dalam mengevaluasi kegiatan-kegiatan yang dilakukan IPRA LUTIM dalam pertanian organik

No Kategori Jumlah (Orang) Persentase (%)

1 Rendah 2 13

2 Sedang 7 47

3 Tinggi 6 40

Total 15 100

Sumber : Data Primer Setelah Diolah, 2021

Berdasarkan table 18 menunjukkan tingkat kategori dari kategori rendah, sedang dan kategori tinggi dimana kategori rendah sebanyak 2 orang dengan jumlah persentase sebanyak 13% dan jumlah kategori sedang sebanyak 7 orang dengan jumlah persentase sebanyak 47% sedangkan jumlah kategori tinggi sebanyak 6 orang dengan persentase 40% dapat diketahui dari jumlah persentase tertinggi ada pada kategori sedang dengan jumlah 47% sebagian dari pemuda pemudi biasanya setelah rapat langsung kembali kerutinitas masing masing.Seperi yang dikatakan oleh bapak (S)

53

“Biase setelah rapat yeampon evaluasi soal masalah eleke bonara sebagian batormero solen cerite-cerite masalah kebon IPRA”

“Evaluasi kita lakukan sehabis rapat mingguan jadi sebagian dari teman teman tinggal sambil cerita cerita masalah kebun IPRA” (S).

Antusias pemuda dalam mendukung untuk keberlanjutan program pengembangan pertanian organik yang dilakukan oleh IPRA LUTIM sangat baik.

Tabel 19. Pengembangan dalam keberlanjutan program pertanian organik yang dilakukan oleh IPRA LUTIM.

No Kategori Jumlah (Orang) Persentase (%)

1 Rendah 0 0

2 Sedang 3 20

3 Tinggi 12 80

Total 15 100

Sumber : Data Primer Setelah Diolah, 2021

Berdasarkan table 19 menunjukkan tiga kategori dari kategori rendah, sedang dan kategori tinggi dimana kategori sedang sebanyak 3 orang dengan jumlah persentase sebanyak 20% sedangkan jumlah kategori tinggi sebanyak 12 orang dengan persentase 80% pemuda tani mendukung keberlanjutan program pengembangan pertanian organik yang dilakukan oleh IPRA LUTIM hal ini dilihat dari jumlah persentase tertinggi sebanyak 80% . Seperti yang dikatakan bapak (Z)

“Hamper selapu bajangmi luele bidang kewirausahaan”

“Hampir semua pemuda pemudi ikutserta dalam bidang kewirausahaan”. (Z).

Sebagian masyarakat turut ikut serta dalam pelatihan pertanian organik dikarenakan rasa penasaran akan teknik pembuatan pupuk kompos dari bahan-bahan sederhana.

Tabel 20. Masyarakat antusias terhadap pelatihan pertanian organik yang diselenggarakan oleh IPRA LUTIM

54 No Kategori Jumlah (Orang) Persentase (%)

1 Rendah 1 7

2 Sedang 5 33

3 Tinggi 9 60

Total 15 100

Sumber : Data Primer Setelah Diolah, 2021

Berdasarkan tabel 20. Menunjukkan tiga kategori dari kategori rendah, sedang dan kategori tinggi dimana kategori rendah sebanyak 1 orang dengan jumlah persentase sebanyak 7% dan jumlah kategori sedang sebanyak 5 orang dengan jumlah persentase sebanyak 33% sedangkan jumlah kategori tinggi sebanyak 9 orang dengan persentase 60% dari tingkat persentase di atas masyarakat antusias terhadap pelatihan pertanian organik dengan jumlah kategori tinggi sebanyak 60%. Seperti yang dikatakan oleh bapak (S)

“Biasen dengan toa dating pas yeket pina pupuk biase nendah dating langsung joklahan gita perkembangan tanaman.”

“Ada biasa masyarkat langsung ikut menyimak pembuatan pupuk organik biasa juga langsung datang kelahan melihat tanaman IPRA”.(S)

Rekapitulasi Peran Pemuda Tani dalam Pengembangan Pertanian Organik IPRA LUTIM.

Dari semua uraian pertanyaan dan aspek penilaian mengenai peran pemuda tani dalam pengembangan pertanian organik IPRA LUTIM maka didapatkan tingkat berperan dari petani terhadap pengembangan IPRA LUTIM di desa Benteng Kecamatan Burau Kabupaten Luwu dapat kita lihat pada tabel berikut.

Tabel 21. Rekapitulasi Rata-Rata Peran Pemuda Tani dalam Pengembangan Pertanian Organik IPRA LUTIM.

No Uraian peryataan Rata-Rata Deskriptif

55

No Uraian peryataan Rata-Rata Deskriptif

1 Kesadaran generasi muda terhadap pertanian

organik 86,66 Tinggi

2 penerapan system budidaya pertanian organik

yang dilakukan oleh IPRA LUTIM 71 Tinggi

3 IPRA LUTIM memberikan informasi tentang

teknik budidaya pertanian organik 84,33 Tinggi 4 IPRA LUTIM melakukan kegiatan pelatihan

pertanian organik 77,66 Tinggi

5 Budidaya pertanian organik tergolong sulit 64,33 Sedang

6 IPRA LUTIM memberikan kesadaran kepada

generasi muda tentang pertanian organik 82 Tinggi 7 Penyampaian informasi pertanian organik oleh

IPRA LUTIM 86,66 Tinggi

8 Evaluasi kegiatan-kegiatan yang dilakukan IPRA

LUTIM dalam pertanian organik? 75,33 Tinggi

9

Mendukung untuk keberlanjutan program pengembangan pertanian organik yang dilakukan oleh IPRA LUTIM

93,33 Tinggi

10

Masyarakat antusias terhadap pelatihan pertanian organik yang diselenggarakan oleh IPRA LUTIM

84,33 Tinggi

Jumlah 805,63 Tinggi

Rata-Rata 80,56 Tinggi

Sumber: Data Primer Setelah Diolah, 2021

Berdasarkan tabel 21 menunjukkan bahwa rekapitulasi nilai rata-rata peran pemuda tani dalam pengembangan pertanian organik IPRA LUTIM sebesar 80,56, hal ini dapat dikategorikan tinggi karena respond para pemuda tani sangat baik, dan nilai terendah dalam rekapitulasi data diatas yaitu sebesar 64,33 tentang

56 budidaya pertanian organik yang sebagian pemuda masih sulit untuk memahami dan menerapkannya. Dan nilai rata-rata yang paling tinggi sebesar 93,33 dimana para pemuda tani sangat mendukung keberlanjutan program pengembangan pertanian organik yang dilakukan oleh IPRA LUTIM.Untuk mendapatkan nilai yang maksimal serta perluasan cakupan tentang pengolahan pertanian organik, pemuda IPRA LUTIM harus lebih tekun lagi dan mencari inovasi-inovasi baru tentang pertanian organik yang akan dapat menyokong kelangsungan untuk kedepannya

57 VI. KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan

Dari hasil penelitian diatas penulis dapat menyimpulkan antara lain:

1. Penerapan sistem pertanian organik yang dilakukan oleh IPRA LUTIM di Desa Benteng Kecamatan Burau Kabupaten Luwu Timur antara lain penyemaian, persiapan lahan, penanaman, perawatan, dan panen. Kelima penerapan sistem tersebut telah berjalan dengan baik yang dilakukan oleh IPRA LUTIM.

2. Peran pemuda tani dalam usaha pertanian organik di Desa Benteng Kecamatan Burau Kabupaten Luwu Timur telah melakukan sosialisasi serta pelatihan-pelatihan mengenai pembuatan pupuk organik, dimulai dari pembuatan Mikroorganisme Local (MOL) seperti, mol dari nasi basi, trikodarma. Adapun pembuatan pupuk kompos seperti bumiteraprata, kompos pohon pisang, kompos akar pohon bambu, dan kompos daun bandotan. Selain pembuatan pupuk organik IPRA LUTIM juga menyelenggarakan pelatihan pembuatan pestisida organik yang diambil dari bahan-bahan alami tumbuhan seperti daun bandotan dan daun pepaya.

IPRA LUTIM juga menerapkan pelatihan tentang teknik budidaya mulai dari penyemaian, pengolahan lahan, penanaman, penyiraman, pemupukan, pengendalianhama dan penyakit. Tingkat peran pemuda tani terhadap penerapan pertanian organik yang dilakukan oleh Ikatan Pemuda Praya Luwu Timur (IPRA LUTIM) termasuk dalam kategori tinggi dengan

58 persentase rekapitulasi rata-rata 93,33% dimana seluruh responden menerima dan ikut serta dalam bertani organik.

6.2. SARAN

Dari pembahasan serta kesimpulan diatas, maka penulis dapat memberikan rekomendasi/saran antara lain:

1. IPRA LUTIM sebaiknya mengikuti magang atau pelatihan pertanian organik agar dapat menambah wawasan dan pengetahuan tentang pertanian organik serta dapat meningkatkan kualitas sayuran organik.

2. Sebaiknya pihak IPRA LUTIM melakukan kerjasama dengan Balai PenyuluhanPertanian (BPP) setempat agar dapat memberikan upaya-upaya pembinaan kepada IPRA LUTIM juga menyediakan fasilitator atau penyuluh pertanian agar pengembangan pertanian organik di Luwu Timur yang di kembangkan oleh IPRA LUTIM dapat berkembang baik

57 DAFTAR PUSTAKA

Ali.N. 2019 Peran Pemuda dalam Pemberdayaan Masyarakat ( Studi Karang Taruna Panca Bakti Desa Kemingking dalam Kecamatan Taman Rajo Kabupaten Muaro Jambi).Skripsi. Program Stud i Ilmu Pemerintahan Fakultas Syari’ah Universitas Islam Negeri Sulthan Thaha Saifuddin Jambi Arikunto, Suharsimi 2012. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktis. Edisi

Revisi VI. Jakarta: PT Rineka Cipta.

(BPPSDMP) Badan Penyuluh Pertanian Dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pertanian. 2019 Petunjuk Pelaksanaan Pembinaan Pusat Penelitian Pertanian dan Pedesaan Swadaya Serta Petunjuk Pelaksanan Permagangan Petani Di Pusat Penelitia Pertanian dan Pedesaan Swadaya. Jakarta.

Hasan, Iqbal 2001. Pokok –pokok materi statistik 2 ( statistik inferentif). Edisi kedua jakarta: PT. Bumi Aksara.

Ikbal. 2019. Peran Penyuluh Pertanian Dalam Pengembangan Kelompok Tani Kakao Di Desa Tolada Kecamatan Malangke Kabupaten Luwu Utar.

Universitas Muhammadiyah Makassar.

Iqbal, M. dan Sudaryanto. 2008. Tanggung Jawab Sosial Perusahaan (Corporate Social Responsibility) dalam Prespektif Kebijakan Pembangunan Pertanian.

Analisis Kebijakan Pertanian, Volume 6 No. 2, Juni 2008: 155-173.

Isnaini, M. 2006.Pertanian Organik. Penerbit Kreasi Wacana. Yogyakarta.

Mayrowani,H. 2012. Pengembangan Pertanian Organik Di Indonesia. Forum Penelitian Agro Ekonomi. Volume 30 No.2, Desember 2012:91-108

Mayrowani,H. 2012. Pengembangan Pertanian Organik Di Indonesia. Forum Penelitian Agro Ekonomi. Volume 30 No.2, Desember 2012:91-108

Dokumen terkait