• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

B. Pembahasan

1. Penerapan unsur-unsur tindak pidana narkotika terhadap pengguna

Unsur-unsur Pasal 127 ayat (1) huruf (a) UU RI Nomor 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika dengan unsur-unsur sebagai berikut :

a. Barang siapa

b. Tanpa hak menggunakan Narkotika Golongan I untuk diri sendiri

Ad. a. Unsur barang siapa

Dimaksudkan dengan unsur barang siapa adalah seseorang atau subyek hukum yang diajukan oleh Penuntut Umum ke depan persidangan karena di dakwa telah melakukan suatu perbuatan pidana dengan identitas sebagaimana diuraikan dalam surat dakwaan untuk menghindari terjadinya salah orang (error in person), subyek tindak pidana disini diartikan barang siapa baik laki-laki maupun perempuan tanpa kecuali, sehat jasmani rohani dapat berlaku sebagai pelaku tindak pidana.

Dikemukakan oleh Wirjono Prodjodikoro bahwa dalam Kitab Undang-undang Hukum Pidana, yang dapat menjadi subyek tindak pidana adalah manusia. Hal ini dapat dilihat pada perumusan dari tindak pidana dalam KUHP, yang menampakan daya berpikir sebagai syarat bagi subyek tindak pidana itu, juga terlihat pada wujud

hukuman/pidana yang termuat dalam pasal-pasal KUHP, yaitu hukuman penjara, kurungan dan denda.25

Manusia sebagai tersangka yang dituntut, diperiksa dan diadili di sidang Pengadilan, terdakwa adalah termasuk manusia juga sehingga tersangka yang sedang dituntut diperiksa dan di adili di sidang Pengadilan, dari hasil penelitian terhadap perkara ini dapat diketahui bahwa unsur barang siapa, yaitu pelaku tindak pidana dalam perkara tersebut berdasarkan alat bukti dan fakta yang ditemukan di persidangan.

Didepan persidangan telah dihadapkan seseorang bernama : HESTIANING ASTUTI Als. NINING Binti ZAENUDIN dengan identitas sebagaimana tersebut di atas sebagai terdakwa yang dipertanyakan Majelis Hakim terhadap terdakwa dan identitas tersebut diakui oleh terdakwa secara tegas dan tidak dibantah di persidangan;

Berdasarkan fakta hukum yang terungkap dipersidangan, terdakwa adalah orang dewasa yang sehat jasmani dan rochaninya dan termasuk orang yang cakap berbuat hukum, karena selama pemeriksaan dipersidangan tidak ditemukan adanya alasan pembenar dan pemaaf yang dapat menghapus sifat perbuatan terdakwa;

25 Wirjono Prodjodikoro, 1980. Tindak Pidana Tertentu di Indonesia. Fresco. Bandung.hal 55.

Berdasarkan pertimbangan hukum tersebut di atas maka unsur pertama ini telah terpenuhi;

Ad. b. Unsur tanpa hak menggunakan Narkotika Golongan I untuk diri

sendiri

Yang disebut dengan Narkotika menurut Pasal 1 angka (1) Undang-undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman, baik sintesis maupun semi sintesis, yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri dan dapat menimbulkan ketergantungan, yang dibedakan kedalam golongan-golongan sebagaimana terlampir dalam Undang-undang ini;

Yang disebut penyalah guna menurut Pasal 1 angka (15) Undang-undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika adalah orang yang menggunakan Narkotika tanpa hak atau melawan hukum;

Tanpa hak disini maksudnya adalah melakukan perbuatan yang bukan haknya serta tanpa ijin dari yang berwenang, dalam Pasal 4 Undang-undang Nomor 35 Tahun 2009 dijelaskan bahwa Narkotika diatur dengan tujuan :

1) Menjamin ketersediaan narkotika untuk kepentingan pelayanan kesehatan dan/atau pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi;

2) Mencegah, melindungi, dan menyelamatkan bangsa Indonesia dari penyalahgunaan Narkotika;

3) Memberantas peredaran gelap Narkotika dan Prekursor Narkotika; dan

4) Menjamin pengaturan upaya rehabilitasi medis dan sosial bagi penyalah guna dan pecandu narkotika;

Dari ketentuan tersebut ternyata hanya Menteri Kesehatan yang berhak untuk menguasainya atau mengaturnya seperti yang di atur dalam Pasal 9 ayat (1) Undang-undang Nomor 35 Tahun 2009 yang berbunyi sebagai berikut :

“ Menteri menjamin ketersediaan narkotika untuk kepentingan pelayanan kesehatan dan/atau untuk pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi “

Fakta dari perkara ini yakni Hestining Astuti Als. NINING Binti ZAENUDIN yang menggunakan Narkotika golongan I jenis ganja dengan cara dibakar dan dihisap seperti orang merokok namun tiba-tiba terdakwa didatangi oleh 2 (dua) orang yang mengaku sebagai petugas kepolisian Satnarkoba Polres Banyumas dan menangkap

pelaku, pada saat ditangkap terdakwa tidak memiliki ijin dari pihak yang berwenang untuk menggunakan Narkoba jenis ganja tersebut karena dalam pemeriksaan di Kepolisian maupun fakta yang terungkap dipersidangan diketahui bahwa terdakwa bukanlah seorang dokter melainkan seorang Mahasiswi. Penguasaan ganja tersebut adalah tanpa hak sebab tidak mendapat ijin dari Menteri Kesehatan.

Menurut Sudarto, pengertian sifat melawan hukum, ada 2 (dua) pendirian yaitu :

1. Menurut ajaran melawan hukum formil

Suatu perbuatan itu berifat melawan hukum, apabila perbuatan diancam pidana dan dirumuskan sebagai suatu delik dalam undang-undang. Sifat melawan hukumnya perbuatan itu dapat dihapus, hanya berdasarkan suatu ketentuan undang-undang. Jadi menurut ajaran ini melawan hukum sama dengan melawan atau bertentangan dengan undang-undang (hukum tertulis).

2. Sifat melawan hukum yang materiil

Suatu perbuatan itu melawan hukum atau tidak, tidak hanya yang terdapat dalam undang-undang saja, akan tetapi harus dilihat berlakunya asas-asas hukum yang tidak tertulis. Sifat

melawan hukumnya perbuatan yang nyata-nyata masuk dalam rumusan delik harus berdasarkan ketentuan undang-undang dan juga berdasarkan aturan-aturan yang tidak tertulis. Jadi menurut ajaran ini melawan hukum sama dengan bertentangan dengan undang-undang (hukum tertulis) dan juga dengan hukum yang tidak tertulis.26

Unsur ini memberikan pengertian bahwa perbuatan menggunakan Narkotika baik golongan I dan golongan II berupa tanaman atau bukan tanaman adalah tanpa dasar hukum yang sah atau tanpa ijin dari pihak yang berwenang.

Dalam putusan perkara pidana Nomor : 68/Pid.Sus/2011/PN.Pwt diperoleh fakta bahwa perbuatan yang dilakukan terdakwa adalah merupakan perbuatan yang bersifat melawan hukum yang formil, dari hasil pemeriksaan Laboratoris Kriminalistik Laboratorium Forensik Cabang Semarang Nomor Lab. : 1065/NNF/IX/2011 terhadap barang bukti Nomor BB-020235/2011 berupa 4 (empat) linting rokok berisi daun dan biji yang diduga Ganja adalah mengandung Positif Derivat Cannabinoid dan terdaftar dalam golongan I Nomor urut 8 (delapan) lampiran Undang-undang Republik Indonesia Nomor 35 Tahun 2009 dan barang bukti nomor

26

02036/2011 berupa 1 (satu) buah tube berisi urine adalah mengandung

Tetrahydrocanabinol terdaftar dalam golongan I Nomor urut 9

(Sembilan) lampiran Undang-undang Republik Indonesia Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika yang kesemuanya disita dari tersangka Hestining Astuti Als. Nining Binti Zaenudin.

Perbuatan terdakwa telah terbukti melawan hukum karena terdakwa mempunyai niat untuk memakai ganja sendiri atau kepentingan sendiri, sedang diketahui daun ganja kering itu hanya dapat digunakan untuk kepentingan pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dilarang untuk kepentingan lainnya.

Berdasarkan pertimbangan hukum tersebut di atas maka unsur kedua ini telah terbukti dan terpenuhi.

2. Dasar pertimbangan hakim dalam menjatuhkan dalam menjatuhkan pidana terhadap pengguna narkotika dalam putusan perkara Nomor 68/Pid.Sus/2011/PN.Pwt.

Dalam menjatuhkan putusan pidana terhadap terdakwa dalam Penerapan Tindak Pidana Narkotika Terhadap Pengguna, maka sebelum menjatuhkan putusannya hakim mempertimbangkan tentang alat-alat bukti yang digunakan dalam persidangan tersebut

sebagaimana tercantum dalam ketentuan Pasal 183 KUHAP yang merumuskan sebagai berikut :

“ Hakim tidak boleh menjatuhkan kepada seseorang kecuali apabila dengan sekurang-kurangnya dua alat bukti yang sah ia memperoleh keyakinan bahwa suatu tindak pidana benar-benar terjadi dan bahwa terdakwalah yang bersalah melakukannya ”.

Dalam putusan Hakim Pengadilan Negeri Purwokerto Nomor : 68/Pid.Sus/2011/PN.Pwt, berdasarkan keterangan para saksi dan keterangan terdakwa dipersidangan serta dihubungkan dengan barang bukti yang diajukan dimuka persidangan yang satu dengan yang lain saling berhubungan, mengenai tindak pidana yang dilakukan oleh Hestining Astuti als. Nining Binti Zaenudin, yaitu mengenai terjadinya Tindak Pidana Narkotika.

Pada kasus tersebut diatas juga diajukan alat bukti saksi dan keterangan terdakwa yang diajukan dimuka persidangan. Dalam putusan perkara Nomor 68/Pid.Sus/2011/PN.Pwt telah ditemukan adanya alat bukti yang dapat menguatkan kasus tersebut yaitu :

a. Keterangan saksi :

1. Bambang Subroto,S.H.;

3. Adam Budi Sarzky;

Keterangan saksi yang meringankan (A de Charge) yaitu Ayah kandung sendiri dari terdakwa bernama Zaenudin.

b. Barang bukti :

1. Barang bukti Nomor BB-02035/2011 berupa 4 (empat) lingting rokok berisi daun dan biji yang diduga Ganja dengan berat keseluruhan 1,679 gram dalam bekas bungkus rokok Class Mild dan setelah diperiksa dengan sisa hasik pemeriksaan seberat 1,650 gram adalah mengandung Positif Derivat

Cannabinoid dan terdaftar dalam Golongan I (satu)

Nomor urut 8 (delapan) lampiran Undang-undang Republik Indonesia No 35 Tahun 2009 tentang Narkotika;

2. Barang bukti Nomor BB-02036/2011 berupa 1 (satu) buah tube berisi urine adalah mengandung

Tetrahydrocannabinol terdaftar dalam Golongan I

Undang-undang Republik Indonesia Nomor 35 tahun 2009 tentang Narkotika yang kesemuanya disita dari tersangka Hestining Astuti Als. Nining Binti Zaenudin;

c. Keterangan terdakwa :

Terdakwa mengaku telah melakukan tindak pidana Narkotika terhadap diri sendiri;

Dalam hal pemeriksaan keterangan saksi dan alat bukti yang diajukan di depan persidangan, pertimbangan hukum hakim telah sesuai dengan ketentuan yang dirumuskan dalam Pasal 184 ayat 1 (satu) KUHAP, yaitu :

1) Alat bukti yang sah ialah :

a) Keterangan saksi; b) Keterangan ahli; c) Surat;

d) Petunjuk;

e) Keterangan Terdakwa;

Berdasarkan hasil penelitian terhadap putusan Pengadilan Negeri Purwokerto Nomor 68/Pid.Sus/2011/PN.Pwt, alat-alat bukti yang sah yang telah diajukan dalam

perkara tersebut diatas, dan ditinjau dari persesuaian antara alat bukti yang satu dengan alat bukti yang lain, dengan mempertimbangkan nilai pembuktian masing-masing bukti, hakim dalam menjatuhkan pidana juga telah mempertimbangkan hal-hal yang memberatkan dan hal-hal-hal-hal yang meringankan terdakwa, adapun hal-hal-hal-hal yang meringankan dan memberatkan terdakwa adalah sebagai berikut:

Hal-hal yang memberatkan :

1) Perbuatan terdakwa bertentangan dengan program Pemerintah R.I dalam pemberantasan penyalahgunaan Narkoba;

2) Perbuatan terdakwa membawa efek tidak baik kehidupan bermasyarakat khususnya generasi muda penerus bangsa;

Hal-hal yang meringankan :

1) Terdakwa berterus terang mengakui perbuatannya dan berjanji tidak akan mengulanginya;

2) Terdakwa mengaku bersalah dan menyesali atas perbuatannya; 3) Terdakwa belum pernah dihukum;

4) Terdakwa masih berstatus sebagai Mahasiswi yang masih akfit di Universitas Muhammadiyah Purwokerto;

Dalam menjatuhkan pidana hakim mendasarkan masalah-masalah sosial yang didalamnya terdapat suatu kepentingan terdakwa kepentingan korban, dan

mempertimbangkan hal-hal yang memberikan perhatian dan perlindungan terhadap masyarakat pada umumnya.

Berdasarkan pemeriksaan selama persidangan, untuk syarat pemidanaan yaitu adanya alasan pemaaf atau tidak adanya alasan penghapus kesalahan. Alasan pemaaf menyangkut pribadi si pembuat, dalam arti orang ini tidak dapat dicela (membuat hukum) dengan perkataan lain ia tidak bersalah atau tidak dapat dipertanggung-jawabkan, merkipun perbuatannya bersifat melawan hukum. Disini tidak ada alasan penghapus kesalahan pembuat, sehingga ada pemidanaan.

Berdasarkan pertimbangan-pertimbangan hukum tersebut diatas Majelis berpendapat tidak ditemukannya adanya alasan pemaaf maupun alasan pembenar pada perbuatan terdakwa, sedangkan terdakwa adalah orang yang cakap berbuat hukum, mampu bertanggung-jawab di depan hukum maka terdakwa harus dinyatakan bersalah atas perbuatan yang telah dilakukannya dan selayaknya dijatuhi hukuman pidana yang setimpal dengan perbuatannya.

Berdasarkan pertimbangan hukum Hakim tersebut di atas maka dalam memutuskan perkara Nomor 68/Pid.Sus/2011/PN.Pwt telah terbukti dan terpenuhi.

Berdasarkan pertimbangan-pertimbangan tersebut diatas, maka penjatuhan pidana atas diri terdakwa sebagaimana tercantum dalam amar putusan dibawah

menurut Majelis adalah yang memenuhi rasa keadilan di dalam masyarakat maupun hukum yang berlaku.

Mengingat Pasal 127 ayat 1 (satu) huruf (a) UU R.I Nomor 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika daan ketentuan-ketentuan dalah KUHAP serta pasal-pasal yang berhubungan dengan perkara ini, maka Pengadilan Negeri Purwokerto memutuskan:

1) Menyatakan terdakwa Hestining Astuti Als. Nining binti Zaenudin telah terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana “ tanpa hak menggunakan Narkotika golongan I bagi diri sendiri” sebagaimana didakwaan dalam Dakwaan Ketiga;

2) Menjatuhkan pidana penjara oleh karena itu kepada terdakwa Hestining Astuti Als. Nining binti Zaenudin selama 1 (satu) tahun; 3) Menyatakan lamanya terdakwa ditahan dikurangkan seluruhnya dari

pidana yang dijatuhkan;

4) Memerintahkan terdakwa tetap ditahan; 5) Memerintahkan barang bukti berupa;

a) 1 (satu) bungkus rokok Class Mild; b) 4 (empat) linting ganja;

c) 1 (satu) buah botol plastic berisi urine milik saudari Hestining Astuti Als. Nining binti Zaenudin;

Dirampas untuk dimusnahkan;

- 1 (satu) unit sepeda motor Suzuki FU 150 No.Pol.: G-3383-WR warna hitam abu-abu ;

Dikembalikan kepada terdakwa;

- 1 (satu) buah handphone merk Nokia warna hitam;

Dirampas untuk Negara;

6) Membebankan terdakwa untuk membayar biaya perkara sebesar Rp 2.500,00 (dua ribu lima ratus rupiah),

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data terhadap Putusan Perkara Nomor 68/Pid.Sus/2011/PN.Pwt mengenai tindak pidana narkotika sebagaimana yang diatur dalam dalam Pasal 127 ayat 1 (satu) huruf a UU nomor 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :

1. Unsur-unsur setiap penyalah guna telah terpenuhi dan terbukti bahwa pelaku dari tindak pidana narkotika adalah terdakwa Hestining Astuti Als. Nining binti Zaenudin. Dan yang disebut penyalah guna menurut pasal 1 angka (15) Undang-undang Nomor 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika adalah orang yang menggunakan Narkotika tanpa hak atau melawan hukum;

2. Berdasarkan alat-alat bukti telah terpenuhi yang diatur dalam Pasal 183 KUHAP, yaitu sekurang-kurangnya dua alat bukti yang sah telah terpenuhi dan dalam putusan ini terdapat alat-alat bukti yaitu keterangan saksi 3 (tiga orang) dan keterangan terdakwa. Dan pertimbangan hakim dalam menjatuhkan pidana terhadap perkara tersebut telah sesuai karena dalam kasus tersebut telah terpenuhi

unsur-unsur Pasal 127 ayat 1 (satu) huruf (a) UU No.35 tahun 2009 Tentang Narkotika dalam kasus tersebut hakim juga telah mempertimbangkan hal yang meringankan dan hal yang memberatkan, selain itu telah ditemukan bukti-bukti yang menguatkan berupa keterangan saksi, keterangan terdakwa, dan barang bukti yaitu satu bungkus rokok Class Mild, empat linting ganja dan satu buah botol plastik berisi urine milik saudari Hestining Astuti Als. Nining binti Zaenudin.

B. Saran

Memperhatikan sebagian besar Pengguna Narkotika khususnya jenis ganja adalah termasuk kategori pemakai atau bahkan sebagai korban yang jika dilihat dari aspek kesehatan mereka sesungguhnya orang-orang yang menderita sakit, oleh karena itu memenjarakan yang bersangkutan bukanlah langkah yang tepat karena telah mengabaikan kepentingan perawatan dan pengobatan. Kondisi Lembaga Permasyarakatan (LAPAS) pada saat ini tidak mendukung, karena dampak negatif keterpengaruhan oleh perilaku kriminal lainnya dapat semakin memperburuk kondisi kejiwaan, kesehatan yang diderita Pengguna Narkotika akan semakin berat. Oleh karena itu Pengguna Narkotika ini wajib diberi rehabilitasi medis dan rehabilitasi sosial.

DAFTAR PUSTAKA A. Literatur

Bassar, S, 1986. Tindak pidana pidana tertentu didalam KUHP. Bandung: CV Remadja Karya.

Dirjosisworo, Soedjono.1990. hukum narkotika di Indonesia. Bandung .PT. citra Aditya bakti.

Jhony, Ruby Hardiati. 2000.diktat kuliah hukum pidana Khusus Tindak Pidana

narkotika, Purwokerto: Fakultas Hukum.Unsoed.

Kansil, CST. 1989. Pengantar Ilmu Hukum Dan Tata Hukum Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.

Lamintang, 1984a,Hukum Penitersier Indonesia. Alumni , Bandung.

Makarao, Mohammad Taufik & Suhasril. 2003. Tindak Pidana Narkotika. Jakarta: Ghalia Indonesia.

Moeljatno 2000. Azas-azas hukum pidana, Jakarta: Bineka cipta.

Prodjodikoro, Wirjono. 1980. Tindak Pidana Tertentu di Indonesia. Fresco. Bandung.

Remmelink, Jan. 2003. Hukum Pidana (komentar atas Pasal-Pasal Terpenting

dari Kitab Undang-Undang Hukum Pidana Belanda dan Padanannya dalam Kitab Undang-Undang Pidana Indonesia). Jakarta: Gramedia

Pustaka.

Suhartono, RM. 1996. Hukum Pidana Materiil Unsur-Unsur Obyektif Sebagai

Dasar Dakwaan. Jakarta: Sinar Grafika.

Soedarto ,1975. Hukum Pidana jilid IA dan IB Universitas Jenderal Soedirman

Purwokerto. Fakultas Hukum.

________,1990 .Hukum Pidana Jilid IA dan IB.Universitas Jenderal Soedirman

Purwokerto. Fakultas Hukum.

Soemitro, Rony Hanitijo. 1983. Metode Penelitian Hukum dan Jurimetri

Soekanto, Soerjono. 1986. Pengantar Penelitian Hukum Universitas Indonesia. Jakarta.

Syamsudin, M. 2007. Operasionalisasi Penelitian Hukum. Jakarta: Rajagrafindo Persada.

Supramono, G. 2001. Hukum Narkotika Indonesia.Djambatan, Jakarta.

Sumaryanti, 1987.Peradilan Koneksitas Di Indonesia Suatu Tinjauan

Ringkas.Bina Aksara,Jakarta.

Widjaja, AW. 1985 masalah kenakalan remaja dan penyalahgunaan narkotika, bandung, armico.

B. Peraturan Perundang-undangan

Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika

C. Internet

Sahadia, M. Sairman, Pengertian Tindak Pidana, (on Line), 2011.

Tersedia:

http://id.shvoong.com/writing-and-speaking/2142486-pengertian-tindak-pidana/. (02 April 2011).

Tersedia: http://www.prasko.com/2011/05/tujuan-hukum-pidana.html. Tersedia: http://wonkdermayu.wordpress.com/kuliah-hukum/hukum-pidana/

Dokumen terkait