• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB V: HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1.3 Penerimaan Tunggakan Pajak dengan Surat Paksa pada Kantor

Penerimaan tunggakan pajak merupakan pelunasan utang pajak atau tunggakan pajak yang dimiliki oleh wajib pajak atau penanggung pajak. Dengan penerimaan tunggakan pajak, penerimaan pajak KPP Pratama Sidoarjo Utara akan mengalami peningkatan, sehingga membantu pencapaian target penerimaan negara yang berasal dari pajak.

Tabel 5.2

Penerimaan Tunggakan Pajak dengan Surat Paksa KPP Pratama Sidoarjo Utara Tahun 2011 dan 2012

Tahun 2011 Tahun 2012 Kenaikan

(penurunan) Nominal (Rp) Nominal (Rp) Nominal (Rp) 1.024.984.000 2.040.650.994 1.015.666.994

Sumber : Seksi Penagihan KPP Pratama Sidoarjo Utara

Berdasarkan tabel 5.2, pencairan tunggakan pajak dengan surat paksa pada umumnya mengalami peningkatan baik dari jumlah lembar surat paksa maupun jumlah nominal yang tertera dalam surat paksa. Penerimaan tunggakan pajak dengan surat paksa pada tahun 2011 sebanyak Rp 1.024.984.000 dan pada tahun 2012 sebanyak Rp 2.040.650.994. Jika dilihat dari nilai nominalnya ada penerimaan tunggakan pajak dari tahun 2010 – 2012 mengalami kenaikan sebesar Rp 1.015.666.994.

5.2 Efektivitas Terhadap Pencairan Tunggakan 5.2.1 Efektivitas Penagihan Pajak dengan Surat Paksa

Untuk pengukuran suatu tingkat efektivitas penagihan pajak dengan surat paksa ini pada umumnya untuk melihat keefektifannya dari penerbitan surat paksa ini apakah penerbitan surat paksa ini sudah berhasil mencairkan tunggakan pajak atau sebaliknya. Maka dari itu peneliti menagajukan pertanyaan sebagai berikut:

Apakah dalam mengukur suatu tingkat efektivitas penagihan pajak dengan surat paksa berpedoman dengan indikator tertentu yang ditetapkan oleh departemen keuangan?

Menurut Informan Bapak Hasiolan Kepala Seksi Penagihan Dalam hal efektivitas penerbitan surat paksa, dilakukan dengan perhitungan rumusnya adalah perbandingan antara jumlah pencairan tunggakan pajak melalui penagihan dengan surat paksa dengan potensi pencairan tunggakan pajak dengan surat paksa, dengan asumsi bahwa potensi pencairan tunggakan pajak dengan surat paksa adalah semua tunggakan pajak yang diterbitkan surat paksa diharapkan dapat ditagih. Efektivitas penyampaian Surat paksa dihitung dengan rumus berikut.

Efektivitas = Jumlah penagihan yang dibayar X 100% Jumlah Penagihan yang diterbitkan

Berikut ini adalah tabel yang menunjukkan penerbitan Surat paksa, pembayaran Surat Paksa, dan tingkat efektivitas penagihan pajak dengan Surat Paksa.

Tabel 5.2

Pembayaran Surat Paksa di KPP Pratama Sidoarjo Utara Tahun 2011 dan 2012

TAHUN SP TERBIT SP BAYAR(Rp) TINGKAT

EFEKTIVITAS 2011 4.048.066.000 1.024.984.000 25,3% 2012 2.168.058.890 2.040.650.994 94,1%

Ditinjau dari segi nilai nominalnya, pembayaran surat paksa pada tahun 2011, penerbitan surat paksa di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Sidoarjo Utara tercatat Rp.4.048.066.000 dan yang dibayar sebesar Rp 1.024.984.000 atau sekitar 25,3%. Berdasarkan indikator pengukuran efektivitas penerbitan surat paksa tahun 2011 tergolong tidak efektif.

Apa sajakah kendala yang timbul dalam pelaksanaan penagihan pajak dengan Surat Paksa di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Sidoarjo Utara?

Beberapa hal yang menyebabkan tidak seluruh surat paksa yang diterbitkan dilunasi oleh Penanggung Pajak, sehingga menajdikan penerbitan surat paksa tidak efektif, antara lain:

a) Penanggung pajak tidak mengakui adanya utang pajak. b) Penanggung pajak tidak mampu melunasi utang pajaknya.

c) Penanggung pajak mengajukan permohonan angsuran pembayaran karena kondisi keuangan yang tidak memungkinkan jika dibayarkan sekaligus.

d) Penanggung pajak mengajukan keberatan atas jumlah tunggakan pajaknya e) Penanggung pajak lalai.

f) Untuk Tim penagihan pajak kekurangan karyawan karna di seksi penagihan pajak hanya 2 orang karyawan dan 1 kepala seksi. (informan: Bapak Hasiolan) Tahun 2012 mengalami peningkatan penerbitan surat paksa sebanyak Rp 2.168.058.890 dan yang dibayar sebesar Rp 2.040.650.994 atau sekitar 94,1%. Berdasarkan indikator pengukuran efektivitas penerbitan surat paksa tahun 2011 tergolong efektif.

5.3 Pasca Penerbitan Surat Paksa

Adapun selain melihat evaluasi kinerja pencairan tunggakan pajak pada Kpp Sidoajo Utara dengan surat paksa, ada tindakan lanjut jurusita pajak dalam melakukan tindakan paksa terhadap WP yang masih belum bisa melunasi utang pajaknya. Tindakan tim jurusita pajak KPP Sidoarjo Utara setelah Penerbitan Surat Paksa yaitu:

5.3.1 Surat Perintah Melakukan Penyitaan(SPMP)

SPMP dibuat oleh seksi penagihan melalui pengesahan Kepala KPP Pratama Sidoarjo Utara apabila wajib pajak juga belum memenuhi kewajiban perpajakannya. SPMP juga sama seperti Surat Paksa harus disampaikan langsung oleh juru sita kepada wajib pajaknya. Juru sita dengan mandat dari kepala KPP Pratama Sidoarjo Utara harus datang kelokasi wajib pajak (jika masih dalam

jangkauan) untuk menyampaikan SPMP kepada wajb pajak, memberitahukan maksud dari di terbitkannya SPMP, dan meminta tanda tangan wajib pajak. Biaya administrasi penyampaian SPMP sebesar Rp.100.000,- dan ditanggung oleh wajib pajak.

Penyitaan dilaksanakan oleh Jurusita Pajak dengan disaksikan oleh sekurang- kurangnya 2 (dua) orang yang telah dewasa, penduduk Indonesia, dikenal oleh Jurusita Pajak dan dapat dipercaya.

Kewajiban JSP Kpp Pratama Sidoarjo Utara sebelum melakukan tindakan penyitaan aset:

a. memperlihatkan kartu tanda pengenal Jurusita Pajak; b. memperlihatkan Surat Perintah Melaksanakan Penyitaan c. memberitahukan tentang maksud dan tujuan penyitaan.

Salinan Berita Acara Pelaksanaan Sita dapat ditempelkan pada barang bergerak dan atau barang tidak bergerak yang disita, atau di tempat barang bergerak dan atau barang tidak bergerak yang disita berada, atau di tempat-tempat umum. Penyitaan tetap dapat dilaksanakan walaupun Penanggung Pajak tidak hadir, sepanjang salah seorang saksi berasal dari Pemerintah Daerah setempat, sekurang kurangnya setingkat Sekretaris Kelurahan atau Sekretaris Desa. Setiap melaksanakan penyitaan Jurusita Pajak harus membuat Berita Acara Pelaksanaan Sita yang ditandatangani oleh Jurusita Pajak, Penanggung Pajak dan saksi-saksi. Dalam hal pelaksanaan penyitaan tidak dihadiri oleh Penanggung Pajak, Berita Acara Pelaksanaan Sita ditandatangani oleh Jurusita Pajak dan saksi-saksi, dan

Berita Acara Pelaksanaan Sita tersebut tetap sah dan mempunyai kekuatan mengikat. Hasil dari pelaksanaan SPMP terdapat pada table sebagai berikut:

Tabel 5.3

Pembayaran Surat Paksa di KPP Pratama Sidoarjo Utara 2012

Pelaksanaan SPMP

Jumlah SPMP Pencairan Piutang

Lembar (Rp) (Rp)

4 2.006.053.875 52.463.502

5.3.2 Pengumuman lelang

Sebelum dilaksanakannya pelelangan terhadap barang sitaan, seksi penagihan meminta data harga limit dari objek sita ke Kantor Pelayanan Piutang dan Utang Negara. Setelah didapat data harga limit dari objek sita maka seksi penagihan mengumumkan pelelangan melalui media masa, dengan aturan objek sita yang bergerak dilakukan sebanyak satu kali, bagi objek sita yang tidak bergerak sebanyak dua kali, dan untuk objek sita yang tidak melebihi Rp.20.000.000,- tidak perlu melalui media massa. Berikut pertanyaan yang diajukan oleh Peneliti terhadap informan:

Bagaimana sistem pelaksanaan lelang yang ada di Kpp Pratama Sidoarjo Utara?

Setelah 14 hari setelah pengumuman pelelangan dimedia massa barang yang telah disita oleh juru sita akan di jual secara lelang di kantor pelelangan pajak yang dilaksanakan oleh juru sita. Pelelangan berhenti sampai juru sita menyatakan hasil pelelangan sudah mencukupi utang pajak wajib pajak. Pejabat KPP Pratama Sidoarjo Utara selain mengajukan permintaan lelang juga harus menghadiri pelaksanaan lelang. Pelelangan

ini dilakukan secara terbuka, maksudnya keluarga dari juru sita dilarang mengikuti pelelangan.(Informan: Bapak Haris Jurusita Pajak)

Pelelangan akan tetap dilaksanakan walaupun penanggung pajak telah mengajukan keberatan akan tetapi belum mendapatkan putusan banding keberatan, dan tida k dihadiri penanggung pajak. Pelelangan tidak dilaksanakan apabila penanggung pajak melunasi, putusan PN, Putusan Badan Peradilan Pajak, dan objek lelang musnah. Lelang akan dihentikan apabila nilainya telah mencukupi untuk menutupi hutang pajaknya termasuk biaya penagihannya. Sisa barang yang telah disita akan dikembalikan. Hasil yang diperoleh

5.3.3 Pemblokiran/ Penyitaan terhadap kekayaan wajib pajak yang berada di bank

Pemblokiran diajukan oleh Kepala KPP/KPPBB disertai dengan salinan Surat Paksa dan SPMP. Pimpinan bank atau pejabat bank yang ditunjuk wajib melaksanakan pemblokiran seketika setelah menerima permintaan pemblokiran Kepala KPP Pratama Sidoarjo Utara. Pimpinan bank atau pejabat bank yang ditunjuk membuat berita acara pemblokiran yang tindasannya disampaikan kepada penanggung pajak dan Kepala KPP Pratama Sidoarjo Utara. KPP Pratama Sidoarjo Utara menggunakan harta yang diblokir tersebut untuk melunasi biaya penagihan pajak dan utang pajak.

Jurusita Pajak setelah menerima berita acara pemblokiran memerintahkan kepada penanggung pajak untuk memberi kuasa kepada bank agar memberitahukan saldo kekayaannya kepada Jurusita Pajak . Apabila penanggung pajak tidak memberi kuasa kepada bank, Kepala KPP Pratama Sidoarjo Utara meminta Gubernur BI melalui Menkeu untuk memerintahkan bank

memberitahukan saldo kekayaan penanggung pajak kepada KPP Pratama Sidoarjo Utara Setelah saldo kekayaan penanggung pajak diketahui, Jurusita Pajak melakukan penyitaan. Jurusita Pajak membuat berita acara pelaksanaan sita, dan ditandatangani oleh Jurusita Pajak, saksi-saksi dan pimpinan bank atau pejabat bank yang ditunjuk Jurusita Pajak menyampaikan salinan berita acara pelaksanaan sita kepada penanggung pajak dan pimpinan bank yang bersangkutan.

5.3.3.1Prosedur Tindakan Pemblokiran

Pada mulanya Kepala Kpp Pratama Sidoarjo Utara mengajukan permohonan kepada pimpinan bank untuk melakukan pemblokiran rekening Penanggung Pajak dengan menggunakan formulir Pengajuan permohonan pemblokiran rekening Wajib Pajak. Dalam permohonan pemblokiran tersebut dilampirkan pula salinan Surat Paksa dan Surat Perintah Melaksanakan Penyitaan. Setelah menerima permohonan pemblokiran rekening Penanggung Pajak, pimpinan bank segera memblokir rekening dimaksud. Kemudian pimpinan bank membuat Berita Acara Pemblokiran Rekening dan menyerahkan tindasannya kepada Kepala Kpp Pratama Sidoarjo Utara. Tindasan Berita Acara tersebut diserahkan juga kepada Penanggung Pajak. Berita Acara Pemblokiran yang dibuat oleh pimpinan bank menjadi dasar bagi Jurusita Pajak untuk memerintahkan kepada Penanggung Pajak guna memberi kuasa kepada bank agar memberitahukan saldo kekayaannya yang tersimpan pada bank tersebut kepada Jurusita Pajak. Apabila Penanggung Pajak bersedia memberikan kuasa kepada bank untuk memberitahukan saldo kekayaannya yang tersimpan dalam rekening, kemudian selanjutnya dilanjutkan dengan pelaksanaan penyitaan dan membuat

Berita Acara Pelaksanaan Sita yang ditandatangani oleh Jurusita Pajak, para saksi, dan pimpinan bank. Kalau pejabat bank tidak tersedia, bisa juga ditandatangani oleh pejabat bank yang ditunjuk. Jurusita Pajak menyampaikan Salinan Berita Acara Pelaksanaan Sita kepada Penanggung Pajak dan pimpinan bank yang bersangkutan. Jadi sebelum Jurusita Pajak mendapatkan informasi mengenai jumlah saldo yang tersimpan dalam rekening, maka atas rekening Penanggung Pajak tersebut belum diperkenankan untuk disita.

Kendala-kendala apa saja yang dialami oleh tim jurusita pajak dalam melakuan tindakan pemblokiran?

Dalam praktek kerap kali terjadi Penanggung Pajak tidak bersedia memberikan kuasa kepada bank untuk memberitahukan saldo kekayaannya yang tersimpan dalam rekening. Kalau hal ini terjadi, maka langkah yang dilakukan oleh Jurusita Pajak adalah membuat Berita Acara Penolakan Pemberian Kuasa oleh Penanggung Pajak yang akan digunakan oleh Kepala Kpp Pratama Sidoarjo Utara untuk mengajukan permohonan kepada Gubernur Bank Indonesia melalui Menteri Keuangan guna memerintahkan kepada bank untuk memberitahukan jumlah saldo kekayaan Penanggung Pajak yang tersimpan dalam rekening Bank tersebut.Penyampaian permohonan kepada Gubernur Bank Indonesia tersebut disampaikan kepada Direktur Pemeriksaan dan Penagihan Pajak yang ditembuskan kepada Kepala Kanwil di mana KPP Pratama Sidoarjo bernaung. Surat permohonan tersebut dilampiri konsep Surat Menteri Keuangan kepada Gubernur Bank Indonesia. Setelah saldo kekayaan Penanggung Pajak di rekening bank tersebut diketahui, maka Jurusita membuat Berita Acara Pelaksanaan Sita yang ditandatangani oleh Jurusita Pajak, para saksi, dan pimpinan bank.(Informan: Bapak Dian Jurusita Pajak)

Berikut Tabel yang memperlihatkan Adanya bukti Pemblokiran Rekening oleh Kpp Pratama Sidoarjo Utara:

Tabel 5.3

Pemblokiran Rekening Di Kpp Pratama Sidoarjo Utara Tahun 2012

PEMBLOKIRAN REKENING

Jumlah Blokir Pencairan Piutang

Jumlah wp/pp (Rp) (Rp)

1 1.003.762.395 0

Berdasarkan Tabel 5.3, pencairan tunggakan pajak dengan Pemblokiran rekening data yang didapat oleh peneliti hanya tahun 2012 dengan nominal Rp. 1.003.762.395 dengan total 1 WP dengan pencairan piutang Rp.0, artinya pemblokiran rekening oleh KPP Pratama Sidoarjo Utara hanya bisa memblokir 1 WP saja dan tidak bisa mencairkan banyak piutang pajak.

5.3.3.2 Kasus Kasus Yang Terjadi Pada Saat Pemblokiran Kasus 1

a. Hambatan

Wajib pajak/penanggung pajak tidak mau memberitahukan kekayaannya berupa rekening, tabungan, deposito, giro, dan rekening lainnya yang disimpan di bank.

b. Solusi

a. DJP mengajukan permintaan pemblokiran kepada bank disertai dengan penyampaian salinan SP dan SPMP.

b. Bank wajib memblokir seketika setelah menerima permintaan pemblokiran dan membuat Berita Acara Pemblokiran (BAP) serta menyampaikan salinannya kepada DJP dan Penanggung Pajak.

c. Jurusita setelah menerima BAP dari bank memerintahkan penanggung pajak untuk memberi kuasa kepada bank agar memberitahukan saldo kekayaannya yang tersimpan pada bank tersebut kepada Jurusita.

d. Bila penanggung menolak memberikan kuasa pada bank, Pejabat meminta bantuan Bank Indonesia melalui Menteri Keuangan untuk memerintahkan bank memberitahukan saldo kekayaan WP yang tersimpan di Bank.

e. Jurusita melakukan penyitaan dan membuat BAPS dan menyampaikan salinan BAPS kepada Penanggung Pajak dan bank yang bersangkutan. f. Pejabat mengajukan permintaan pencabutan pemblokiran kepada bank,

setelah Penanggung Pajak melunasi utang pajak dan biaya penagihan pajak.

Kasus 2 a. Hambatan

Rekening wajib pajak berada pada bank kantor cabang di luar negeri. b. Solusi

Membuat surat permohonan dari menteri keuangan ke gubernur bank indonesia supaya memerintahkan kantor pusat bank yang berada di jakarta untuk menyampaikan rekening penanggung pajak pada kantor cabang di luar negeri. Kasus 3

a. Hambatan

Pimpinan bank tidak mau melakukan pemblokiran dengan alasan bank berkewajiban merahasiakan keterangan nasabah.

b. Solusi

Penanggung pajak no 135 tahun 2000 mengatur bahwa :

a. Bank wajib memblokir seketika setelah menerima permintaan pemblokiran dari pejabat dan membuat berita acara pemblokiran serta menyampaikan salinannya kepada pejabat dan penanggung pajak sesuai dengan pasal 5 (3) huruf b.

b. Pihak-pihak yang terkait dengan pelaksanaan penyitaan atas barang- barang sebagimana dimaksud dalam pasal 25 ayat (3) undang-undang nomor 19 tahun 1997 sebagaimana diubah dengan uu no 19 tahun 2000, wajib membantu pelaksanaan penyitaan.

Peraturan BI nomor 2/19/PBI/2000 tentang persyaratan dan tata cara pemberian perintah atau izin tertulis membuka rahasia bank:

Pasal 2 ayat (4) huruf a berbunyi bahwa kewajiban merahasiakan tidak berlaku bagi kepentingan perpajakan

Kasus 4 a. Hambatan

Pemblokiran tidak dapat dilaksanakan dengan alasan uang yang ada di rekening wajib pajak badan untuk pembayaran gaji/upah pekerja/buruh. Apabila pemblokiran dilakukan maka para pekerja akan menuntut atau berdemo ke KPP agar pemblokiran di gagalkan atau meminta pengembalian uang mereka.

b. Solusi

KPP Pratama Sidoarjo Utara sebagai instansi pemerintah memiliki hak mendahului. Pemblokiran tetap dapat dilaksanakan walaupun wajb pajak

beralasan rekening pajak merupakan rekening untuk membayar upah buruh. akan tetapi dalam pelaksanaannya tidak dapat dilakukan semudah itu, jika tetap dilakukan pemblokiran terhadap rekening bank akan menimbulkan masalah- masalah yang baru, bahkan sampai mengancam keselamatan fiskus. Oleh karena itu pemblokiran akan tetap dilakukan dengan memblokir rekening bank para pemilik perusahaan. Yang secara otomatis merupakan penanggung pajak terutang.

5.4 Pengumuman Nama Penanggung Pajak melalui Media Massa, Penyanderaan, dan Pencagahan.

Tindakan penagihan yang dilakukan apabila penyitaan tidak dapat dilakukan ialah sebagai berikut:

5.4.1 Pengumuman Nama Penanggung Pajak melalui Media Massa. Kepala KPP Pratama Sidoarjo Utara mengajukan pengumuman nama penanggung pajak melalui media massa setelah itu pelaksanaan dilapangan dilakukan oleh seksi penagihan. Tindakan ini dilakukan untuk memberikan efek jera Karena rasa malu dan mengakibatkan nama baik (goodwill) penanggung pajak tercemar sehingga diragukan oleh instansi- instansi manapun.

5.4.2 Pencagahan

Pencegahan yang dilakukan di KPP Pratama Sidoarjo Utara dimulai dari pengajuan usulan pencegahan oleh seksi penagihan yang ditujukan untuk DJP. Usulan pencegahan akan disampaikan oleh DJP ke Mentri Keuangan. Setelah disetujui Mentri Keuangan membuat KMK yang ditujukan untuk MENKEH dan HAM, DJP, Dirjen Imigrasi,

KAKANWIL, KPP Pratama Sidoarjo Utara dan penangung pajak yang bersangkutan. KPP Pratama Sidoarjo Utara melakukan pencegahan terhadap penanggung pajak, larangan yang bersifat sementara terhadap penanggung pajak tertentu untuk keluar dari wilayah Negara Republik Indonesia berdasarkan alasan tertentu sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Seksi penagihan dapat melakukan pencegahan dengan syarat sebagai berikut :

Syarat Kuantitatif

Utang pajak sekurang-kurangnya sebesar Rp100 juta. Syarat Kualitatif

Penanggung pajak diragukan itikad baiknya

Pencegahan dapat dilakukan oleh siapapun, wajib pajak yang menanggung hutang pajak. Dilakukannya pencagahan terhadap penanggung pajak tidak mengurangi pajak terutang dan tindakan penagihan pajak. Jangka waktu pencegahan paling lama 6 bulan, dapat diperpanjang selama-lamanya 6 bulan.

5.4.3 Penyanderaan

Tindakan penyandraan merupakan tindakan terakhir apabila dengan serangkaian tindakan pemeriksaan wajib pajak masih belum melunasi utang pajaknya. Menurut Bapak Haris: Hal ini Penyandraan yang dilakukan di KPP Pratama Sidoarjo Utara dilakukan oleh seksi penagihan bekerjasama dengan instansi-instansi terkait. Seksi penagihan mengajukan dilakukannya penyandraan terhadap wajib pajak ke DJP melalui persetujuan kepala KPP Pratama Sidoarjo Utara. DJP mengirimkan usulan pelaksanaan penyandraan. Apabila disetujui oleh

Menteri Keuangan maka di buat surat penyandraan yang diberikan kepada POLRI dan Lapas tahanan untuk menitipkan wajib pajak yang disandra.

Apa yang dimaksudkan dengan tempat penyanderaan yang ditujukan kepada WP dalam rangka melunasi tunggakan pajak?

Tempat penyanderaan adalah rumah tahanan negara yang dijadikan tempat pengekangan sementara waktu kebebasan penanggung pajak yang terpisah dari tahanan lain. Jangka waktu penyanderaan paling lama 6 bulan dapat diperpanjang selama-lamanya 6 bulan. kriteria penyandraan ialah :

1. Mempunyai utang pajak sekurang-kurangnya sebesar Rp 100.000.000,00 (seratus juta rupiah);

2. Diragukan itikad baiknya dalam melunasi utang pajak;

3. Telah lewat jangka waktu 14 (empat belas) hari sejak tanggal Surat Paksa diberitahukan kepada Penangg utang Pajak; dan

4. Telah mendapat izin tertulis dari Menteri Keuangan Republik Indonesia.

Penyanderaan tidak dapat dilakukan apabila penanggung pajak sedang beribadah, sedang resmi, dan pengadilan.(Informan: Bapak Haris Jurusita Pajak)

Dari hasil pembahasan dapat dikemukakan bahwa sebelum penerbitan surat paksa menunjukkan banyaknya tunggakan pajak yang ada di KPP Pratama Sidoarjo Utara. Hal ini menuntut pihak KPP Sidoarjo Utara mengambil tindakan berupa menerbitkan Surat Paksa. Sementara setelah penerbitan surat paksa menunjukkan bahwa tunggakan pajak pada tahun 2011 dapat dicairkan sebesar 25.3% dan pada tahun 2012 pencairan tunggakan pajak sebesar 94,5% . jika mengacu pada pedoman indikator pengukuran efektivitas dapat dikatakan bahwa penerbitan surat paksa pada tahun 2011 dinyatakan tidak efektif dan tahun 2012 dinyatakan efektif.

Ketidakefektifan penerbitan surat paksa di tahun 2011, disinyalir kurangnya sumber daya manusia dalam upaya penagihan pajak. Disamping itu terdapat sebagian besar wajib pajak kecenderungan mengajukan permohonan

penagihan pajak kekurangan karyawan karena di seksi penagihan pajak hanya 2 orang karyawan dan 1 kepala seksi. Keefektifan penerbitan surat paksa ditahun 2012 dinyatakan efektif karena disinyalir penambahan sumber daya manusia pada seksi penagihan memberikan dampak positif terhadap pencairan tunggakan pajak. Selain itu adanya upaya yang cukup intensif dari pihak KPP dalam menyelesaikan penunggakan pajak dan dari sisi wajib pajak adanya kelalain, sehingga pada saat diterbitkannya surat paksa wajib pajak bisa menyadari dan kemudian melunasi.

Terdapat beberapa tindakan lanjutan yang dilakukan oleh KPP Pratama Sidoarjo Utara pasca penerbitan surat paksa, apabila penerbitan surat paksa dinilai tidak dapat menyelesaikan pencairan tunggakan pajak, yaitu: a) Menerbitkan Surat Pernyataan Melakukan Penyitaan (SPMP), b) pelaksanaan lelang, c) melakukan pemblokiran rekening wajib pajak. Dari ketiga tindakan yang diambil ini menunjukkan bahwa dalam penerbitan SPMP dapat mencairan piutang pajak hanya sebesar 2,6%. Sementara tindakan pemblokiran rekening tidak berhasil mencairkan piutang pajak.

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1Kesimpulan

Berdasarkan analisis data dan pembahasan yang telah diuraikan pada bab IV, maka dapat disimpulkan sebagai berikut.

1. Evaluasi Penerbitan surat paksa pada tahun 2011 berdasarkan indikator pengukuran efektivitas dinyatakan tidak efektif ditinjau dari segi jumlah lembar maupun nilai nominal yang tertera dalam surat paksa. Sedangkan ditahun 2012 berdasarkan indikator pengukuran efektivitas dinyatakan efektif karena jumlah lembar surat paksa yang dikeluarkan lebih sedikit dari tahun 2011 tetapi bisa mencairkan tunggakan pajak lebih banyak dari tahun 2011.

2. Penagihan pajak pasca penerbitan surat paksa tergolong juga masih belum efektif, karena belum bisa mencairkan banyak tunggakan pajak. Tim jurusita pajak sudah berusaha keras dengan cara apapun yang dilakukan supaya utang pajak WP dapat tertagih, hal ini kebanyakan yang menjadi masalah para wajib pajaknya yang bandel tidak melunasi utang pajaknya dan juga disebabkan adanya tim jurusita pajak yang terlalu sedikit.

6.2Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan yaitu penagihan pajak dengan surat paksa dan pasca penerbitan surat paksa dalam pelaksanaannya belum efektif, maka saran yang dapat penulis berikan adalah menerbitkan surat paksa lebih banyak

sehingga tagihan pajak dapat meningkat dan untuk tim Jurusita Pajak seksi penagihan KPP Pratama Sidoarjo Utara hendaknya menambahkan karyawan lagi,karena tugas seksi penagihan ini sangatlah berat, jadi tidak cukup jika tim jurusita pajak pada seksi penagihan ini hanya 2 tim jurusita saja. Kemudian saran untuk penagihan pajak pasca penerbitan surat paksa adalah Diperlukan kinerja fiskus yang konsisten agar dapat menyelesaikan hambatan-hambatan yang terjadi, untuk mengoptimalkan penerimaan pajak sesuai dengan target yang telah ditetapkan, seperti :

1. Mengintensifkan kegiatan penagihan aktif baik persuasif maupun represif terhadap Wajib Pajak/Penanggung Pajak yang tidak kooperatif, dengan fokus pada kegiatan penagihan aktif represif.

2. Meningkatkan upaya penagihan pajak melalui pemblokiran rekening Wajib Pajak.

3. Mengupayakan tindakan pencegahan ke luar negeri terhadap Penanggung Pajak (pengurus, Direktur, Komisaris, dan Pemegang saham) atas Wajib Pajak yang ketetapannya tidak bermasalah/sudah final.

Dokumen terkait