• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penerimaan Usaha Penangkaran Benih Padi

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

5.2 Analisis Usahatani dan Komponen Biaya

5.2.2 Penerimaan Usaha Penangkaran Benih Padi

Penerimaan dalam usaha penangkaran benih padi merupakan perkalian antara seluruh jumlah hasil produksi dengan harga jual produksi tersebut. Hasil produksi tersebut berupa gabah yang dihasilkan dari usaha produksi benih. Adapun total penerimaan usaha penangkaran benih padi dapat dilihat pada tabel di bawah ini. Tabel 27. Total Penerimaan Pada Usaha Penangkaran Benih Padi

Sampel Penerimaan (Rp) Penerimaan (Rp)

Benih Dasar Benih Pokok Benih Sebar

1 - 540.000.000 988.125.000 1.528.125.000 2 - 270.000.000 637.500.000 907.500.000 3 54.000.000 135.000.000 - 189.000.000 4 22.500.000 405.000.000 637.500.000 1.065.000.000 5 - 135.000.000 780.937.500 915.937.500 6 - 540.000.000 - 540.000.000 7 - 33.750.000 - 33.750.000 8 - - 127.500.000 127.500.000 Jumlah 76.500.000 2.058.750.000 3.171.562.500 5.306.812.500 Rata – Rata 38.250.000 294.107.142,8 634.312.500 663.351.563 Sumber : Data diolah dari lampiran 45

Tabel diatas menunjukkan bahwa total penerimaan dari penjualan benih padi oleh penangkar benih dalam sekali panen adalah sebesar Rp 5.306.812.500 dan penerimaan rata – rata adalah sebesar Rp 663.351.563 per usaha sedangkan penerimaan rata – rata keseluruhan per hektar adalah sebesar Rp 23.895.045,16 dimana penangkar menjual hasil produksinya kepada pengecer, kios – kios, atau lembaga pemasaran lainnya. Penerimaan tertinggi adalah sebesar Rp 1.528.125.000 yang diterima oleh KP. Suka Maju dan Penerimaan terendah adalah sebesar Rp 33.750.000 yang diterima oleh KP. Mulia Tani Jaya.

Penerimaan rata – rata untuk produksi benih dasar per hektar adalah sebesar Rp 25.500.000. Penerimaan rata – rata untuk produksi benih pokok per hektar adalah sebesar Rp 3.722.875,2. Sedangkan penerimaaan rata – rata untuk produksi benih sebar per hektar adalah sebesar Rp 5.054.282,8. Penerimaan yang diperoleh penangkar benih padi tergantung dari jumlah benih dan harga yang sesuai dengan kelas benih.

5.2.3 Pendapatan Usaha Penangkaran Benih Padi

Pendapatan merupakan selisih antara total penerimaan dikurangi total biaya usaha penangkaran benih padi. Pendapatan yang diperoleh oleh penangkar benih padi dalam satu kali musim panen atau setelah panen dapat dilihat pada tabel di bawah ini :

Tabel 28. Pendapatan Usaha Penangkaran Benih Padi

Sampel Pendapatan (Rp) Pendapatan

(Rp) Benih Dasar Benih Pokok Benih Sebar

1 - 381.880.550 647.189.050 1.029.069.600 2 - 183.243.400 410.708.400,1 593.951.800 3 42.499.900 53.783.400 - 96.283.300 4 17.277.925 285.360.550 417.118.800 719.757.275 5 - 88.465.650 473.216.075 561.681.725 6 - 370.099.350 - 370.099.350 7 - 17.826.950 - 17.826.950 8 - - 81.940.450,1 81.940.450,1 Jumlah 59.777.825 1.380.659.850 2.030.172.775 3.470.610.450 Rata – Rata 29.888.912,5 197.237.121 399.916.235 433.826.306,3 Sumber : Data diolah dari lampiran 46

Berdasarkan tabel diatas maka diperoleh total pendapatan penangkar benih padi sebesar Rp 3. 470.610.450 dan pendapatan rata – rata sebesar Rp 433.826.306,3. Pendapatan rata –rata per hektar secara keseluruhan adalah sebesar Rp 15.138.217,04. Pendapatan tertinggi adalah sebesar Rp 1.029.069.600 yang diterima oleh KP. Suka Maju dan pendapatan terendah adalah sebesar Rp

dihitung pendapatan rata - rata per hektar untuk produksi benih dasar adalah sebesar Rp 19.925.941,7. Pendapatan rata – rata per hektar untuk produksi benih pokok adalah sebesar Rp 2.496.672,4. Sedangkan pendapatan rata – rata per hektar untuk produksi benih sebar adalah sebesar Rp 3. 186.583,5.

5.3 Kelayakan Usaha Penangkaran Benih Padi

Kelayakan usaha penangkaran benih padi merupakan analisis untuk mengetahui apakah usaha penangkaran benih tersebut layak atau tidak diusahakan. Untuk mengetahui tingkat kelayakan usaha penangkaran benih padi di daerah penelitian maka dianalisis dengan menggunakan rumus R/C dan B/C. Berdasarkan perhitungan diperoleh nilai R/C dan B/C untuk usaha penangkaran benih padi sebagai berikut :

5.3.1 Analisis R/C

Analisis R/C merupakan perbandingan antara total penerimaan dengan total biaya usaha penangkaran benih padi. Dari hasil perhitungan, maka dapat dilihat nilai R/C usaha penangkaran benih padi pada tabel di bawah ini :

Tabel 29. Nilai R/C Usaha Penangkaran Benih Padi

Sampel Nilai R/C R/C

Keseluruhan Benih Dasar Benih Pokok Benih Sebar

1 - 3,42 2,9 3,06 2 - 3,11 2,81 2,89 3 4,7 1,66 - 2,04 4 4,31 3,39 2,89 3,08 5 - 2,9 2,54 2,59 6 - 3,18 - 3,18 7 - 2,12 - 2,12 8 - - 2,8 2,8 Jumlah 4,57 3,04 2,78 2,89 Rata – Rata 4,57 3,04 2,78 2,89

Sumber : Data diolah dari lampiran 48

Rp 1 biaya yang dikeluarkan akan memberikan penerimaan sebesar Rp 4,57. Rata – rata nilai R/C untuk kelas benih pokok adalah sebesar 3,04 yang menunjukkan bahwa setiap Rp 1 biaya yang dikeluarkan akan memberikan penerimaan sebesar Rp 3,04. Sedangkan rata – rata nilai R/C untuk kelas benih sebar adalah sebesar 2,78 yang menunjukkan bahwa setiap Rp 1 biaya yang dikeluarkan akan memberikan penerimaan sebesar Rp 2,78. Nilai R/C > 1, sehingga usaha penangkaran benih padi dikatakan layak untuk diusahakan atau menguntungkan. 5.3.2 Analisis B/C

Analisis B/C merupakan perbandingan antara total pendapatan dengan total biaya usaha penangkaran benih padi. Dari hasil perhitungan, maka dapat dilihat nilai B/C usaha penangkaran benih padi pada tabel di bawah ini :

Tabel 30. Nilai B/C Usaha Penangkaran Benih Padi

Sampel Nilai B/C B/C

Keseluruhan Benih Dasar Benih Pokok Benih Sebar

1 - 2,42 1,9 2,06 2 - 2,11 1,81 1,89 3 3,7 0,66 - 1,04 4 3,31 2,39 1,89 2,08 5 - 1,9 1,54 1,59 6 - 2,18 - 2,18 7 - 1,12 - 1,12 8 - - 1,8 1,8 Jumlah 3,57 2,04 1,78 1,89 Rata – Rata 3,57 2,04 1,78 1,89

Sumber : Data diolah dari lampiran

Berdasarkan tabel diatas maka diperoleh rata – rata nilai B/C usaha penangkaran benih padi untuk kelas benih dasar sebesar 3,57 yang menunjukkan bahwa setiap Rp 1 biaya yang dikeluarkan akan memberikan pendapatan sebesar Rp 3,57. Rata – rata nilai B/C untuk kelas benih pokok adalah sebesar 2,04 yang menunjukkan bahwa setiap Rp 1 biaya yang dikeluarkan akan memberikan pendapatan sebesar

1,78 yang menunjukkan bahwa setiap Rp 1 biaya yang dikeluarkan akan memberikan pendapatan sebesar Rp 1,78. Nilai B/C > 0, sehingga usaha penangkaran benih padi dikatakan layak untuk diusahakan atau menguntungkan.

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

1. Penyelenggaraan usahatani penangkaran benih padi sama seperti usahatani padi umumnya yang terdiri dari persemaian, pengolahan lahan, penanaman, pemeliharaan, panen dan pengolahan benih. Dalam usahatani penangkaran, diawasi oleh petugas Badan Pengawasan dan Sertifikasi Benih untuk melakukan uji lapangan, uji lab dan sertifikasi benih.

2. Total biaya produksi rata – rata yang diperlukan untuk usahatani penangkaran benih padi diklasifikasikan dalam tiga kelas yaitu benih dasar, benih pokok dan benih sebar. Biaya produksi rata – rata untuk benih dasar, benih pokok dan benih sebar berturut - turut adalah sebesar Rp 10.972.125, Rp 8.555.833 dan Rp 7.265.452 perhektar per satu kali musim tanam sedangkan total penerimaan rata – rata yang diterima oleh penangkar benih untuk benih dasar, benih pokok dan beni sebar berturut – turut adalah sebesar Rp 49.500.000, Rp 24.329.081 dan Rp 25.306.427 per hektar per satu kali musim tanam sehingga diperoleh pendapatan rata – rata usahatani penangkaran benih padi untuk benih dasar, benih pokok dan benih sebar berturut – turut adalah sebesar Rp 38.527.875, Rp 15.773.247 dan Rp 16.218.592 per hektar per satu kali musim tanam.

3. Nilai R/C untuk benih dasar sebesar 4,57, benih pokok sebesar 3,04 dan benih sebar sebesar 2,78. Nilai R/C > 1 dimana setiap Rp 1 biaya yang dikeluarkan akan memberikan penerimaaan sebesar Rp 4,57 untuk benih dasar, Rp 3,04 untuk benih pokok dan Rp 2,78 untuk benih sebar yang artinya usaha

penangkaran benih padi layak untuk diusahakan dan memiliki prospek yang bagus untuk ke depannya. Sedangkan nilai B/C untuk benih dasar sebesar 3,57, benih pokok sebesar 2,04 dan benih sebar sebesar 1,78. Nilai B/C > 0 dimana setiap Rp 1 biaya yang dikeluarkan akan memberikan pendapatan sebesar Rp 3,57 untuk benih dasar, Rp 2,04 untuk benih pokok dan Rp 1,78 untuk benih sebar artinya usahatani penangkaran benih padi ini dan layak untuk diusahakan dan menguntungkan.

6.2 Saran

Adapun saran yang dapat peneliti berikan adalah :

1. Kepada Pemerintah

Diharapkan kepada pemerintah untuk membantu penangkar dalam bentuk permodalan, membeli kelebihan benih dari penangkar dan menetapkan kepastian harga jual benih padi bersertifikat/bermutu, supaya merangsang petani untuk menjadi penangkar benih dan kebutuhan benih di Kabupaten Serdang Bedagai dapat terpenuhi.

2. Kepada Penangkar

Disarankan kepada penangkar untuk memperbaiki cara penanaman dan budidaya agar produktivitas yang dihasilkan dapat lebih tinggi dan meningkatkan kerja sama serta hubungan yang baik sesame penangkar benih.

3. Kepada Peneliti Selanjutnya

Diharapkan kepada peneliti selanjutnya agar meneliti strategi pengembangan usahatani penangkaran benih padi di Kabupaten Serdang Bedagai.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA

PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

2.1 Tinjauan Pustaka

Padi merupakan bahan makanan yang menghasilkan beras. Bahan makanan ini merupakan makanan pokok bagi sebagian besar penduduk Indonesia. Meskipun sebagai bahan makanan pokok padi dapat digantikan /disubstitusi oleh bahan makanan lainnya, namun padi memiliki nilai tersendiri bagi orang yang biasa makan nasi dan tidak dapat dengan mudah digantikan oleh bahan makanan yang lain (Aak, 1990).

Tanaman padi termasuk golongan rumput-rumputan dengan klasifikasi sebagai berikut :

Kingdom : Plantae

Divisio : Spermathophyta Subdivisio : Monocotyledonae Ordo : Angiospermae Genus : Oryza Linn Species : Oriza sativa L (Aak, 2006 ).

Padi (Oryza Sativa L), termasuk ke dalam sub family Oryzoidae, family Orizeac. Dari sejak berkecambah sampai panen, tanaman padi memerlukan 3-6 bulan. Sistem akar padi digolongkan ke dalam akar serabut. Batang terdiri dari beberapa

dapat tumbuh baik di daerah-daerah yang berhawa panas dan udaranya banyak mengandung uap air. Di Indonesia padi ditanam dari dataran rendah sampai 1300 meter diatas permukaan laut. Tanaman padi banyak membutuhkan air, maka padi ditanam di musim hujan, baik sebagai padi lading atau padi gogo. Di musim kemarau bisa juga padi ditanam di sawah akan tetapi hanya pada sawah yang dapat drainase secara teratur (Fitriadi, 1998).

Benih padi adalah gabah yang dihasilkan dengan cara dan tujuan khusus untuk disemaikan menjadi pertanaman. Kualitas benih ditentukan oleh prosesnya, mulai dari proses perkembangan dan kemasakan benih, panen, perontokan, pembersihan, pengeringan, penyimpanan benih sampai fase pertumbuhan di persemaian (Arsanti, 1995).

Salah satu kunci budidaya padi terletak pada kualitas benih yang memiliki daya kecambah tinggi (90-100%), sehat, dan murni. Benih yang memiliki persyaratan tersebut diharapkan akan menghasilkan bibit yang kekar (vigorous), seragam, dan sehat. Berdasarkan persyaratan kualitas, benih padi yang ditanam harus yang bermutu tinggi (Suparyono dan Setyono, 1993).

Dalam hal pertanaman, benih menurut Peraturan Menteri Pertanian Republik Indonesia Nomor: 39/Permentan/OT. 140/8/2006 dibagi atas beberapa kelas,antara lain:

1. Benih Penjenis (Breederseeds/BS) adalah benih yang dihasilkan dibawah pengawasan para pemulia dengan prosedur baku yang memenuhi standar sertifikasi sistem mutu sehingga tingkat kemurnian genetic varietas terpelihara dengan baik. Bentuk benih penjenis ini dapat berupa pohon induk pemulia

ataupun organ vegetative. Dimana benih selanjutnya digunakan sebagai bahan dasar untuk memproduksi benih selanjutnya.

2. Benih Dasar/BD (Foundation seeds/FS) adalah benih yang dihasilkan dari turunan benih penjenis yang dipelihara sehingga identitas dan tingkat kemurnian varietas dapat memenuhi standar mutu benih bina yang ditetapkan. Pada perbanyakan vegetatif, benih ini dapat berupa kebun sumber mata temple (Entress) dan biasanya diproduksi oleh lembaga perbenihan (pemerintah). 3. Benih Pokok/BP (Stock seeds/SS) adalah benih yang dihasilkan dari

perbanyakan benih dasar atau benih penjenis dengan tingkat kemurnian yang dipelihara untuk memenuhi standar mutu bina yang ditetapkan dan disebarkan oleh Balai-balai benih dan merupakan turunan dari benih dasar.

4. Benih Sebar/BS atau benih reproduksi/BR (Extension seeds/ES) dapat diproduksi dari benih pokok, benih dasar atau benih penjenis yang memenuhi standar mutu bina. Merupakan benih yang dihasilkan oleh kebun-kebun benih atau petani penangkar.

2.2 Landasan Teori

2.2.1 Pengertian Usahatani

Menurut Rahim dan Hastuti (2007) pengertian ilmu usahatani adalah ilmu yang mempelajari tentang cara petani mengelola input produksi (tanah, tenaga kerja, modal, teknologi, pupuk, benih dan pestisida) dengan efektif dan efisien, dan kontinyu untuk menghasilkan produksi yang tinggi sehingga pendapatan usahatani nya meningkat.

Menurut Hernanto (1991) mendefenisikan usahatani sebagai organisasi alam, tenaga kerja dan modal yang ditujukan kepada produksi di lapangan pertanian.

Organisasi ini ketatalaksanaannya berdiri sendiri dan sengaja diusahakan oleh seorang atau sekumpulan orang, segolongan sosial, baik yang terikat genologis, politis, maupun territorial sebagai pengelolanya. Sedangkan menurut Makeham dan Malcolm (1991), usahatani (farm management) adalah cara bagaimana mengelola kegiatan – kegiatan pertanian.

Defenisi usahatani Mubyarto (1989) adalah suatu tempat atau bagian dari permukaan bumi dimana pertanian diselenggarakan oleh seorang petani tertentu apakah ia seorang pemilik, penyakap atau manager yang digaji. Usahatani adalah himpunan dari sumber – sumber alam yang terdapat di tempat itu yang diperlukan untuk produksi pertanian seperti tubuh tanah dan air, perbaikan – perbaikan yang telah dilakukan atas tanah itu, sinar matahari, bangunan – bangunan yang didirikan diatas tanah dan sebagainya.

2.2.2 Teori Biaya Produksi

Biaya produksi merupakan salah satu faktor penting untuk dikelola dalam kegiatan produksi untuk menentukan laba usaha. Sesuai dengan prinsip – prinsip ekonomi dimana dengan pengeluaran tertentu untuk memperoleh keuntungan yang optimal maka diperlukan pengendalian biaya. Menurut Mulyadi (2004), biaya produksi adalah biaya – biaya yang terjadi untuk mengolah bahan baku menjadi produk yang siap dijual.

Biaya produksi dipengaruhi oleh faktor – faktor sebagai variabel akan tingkat produksi. Umumnya faktor – faktor utama untuk mempengaruhi produksi adalah faktor lahan, tenaga kerja, modal untuk pengadaan bibit, pupuk, obat – obatan, teknologi dan manajemen (Rahim dan Hastuti, 2007).

Biaya dapat dibedakan menjadi biaya tetap (fixed cost) dan biaya variabel (variable ,cost). Biaya tetap yaitu biaya yang besarnya tidak dipengaruhi besarnya produksi, Biaya tetap didefenisikan sebagai biaya yang relatif tetap jumlahnya yang terus dikeluarkan walaupun produksi yang diperoleh sedikit, contohnya penyusutan peralatan dan pajak. Biaya variable yaitu biaya yang besarnya dipengaruhi oleh besarnya produksi (Suratiyah, 2009).

Biaya variabel didefinisikan sebagai biaya yang besar kecilnya dipengaruhi oleh produksi yang diperoleh. Contohnya biaya sarana produksi (bibit,pupuk,bahan bakar minyak, tenaga kerja dan obat-obatan). Kalau menginginkan produksi yang tinggi, maka sarana produksi perlu ditambah ataupun dikurangi, biaya ini sifatnya berubah-ubah sesuai dengan kebutuhan produksi (Soekartawi, 1996).

2.2.4 Teori Penerimaan

Penerimaan usahatani adalah perkalian antara volume produksi yang diperoleh dengan harga jual. Harga jual adalah harga transaksi antara petani (penghasil) dan pembeli untuk setiap komoditas menurut satuan tempat. Satuan yang digunakan seperti satuan yang lazim dipakai pembeli/penjual secara partai besar, misalnya : kg, kuintal, ikat, dan sebagainya (Soekartawi, 2006).

Menurut Boediono (1992), ada beberapa konsep penerimaan yaitu :

1.Total Revenue (TR) yaitu penerimaan total produsen dari hasil penjualan outputnya. Total Revenue adalah output dikalikan harga jual output.

2.Average Revenue (AR) yaitu penerimaan produsen per unit output yang ia jual. 3.Marginal Revenue (MR) yaitu kenaikan dari TR yang disebabkan oleh

2.2.5 Teori Pendapatan

Pendapatan adalah selisih antara penerimaan dan semua biaya dalam usaha. Dimana penerimaan usaha adalah nilai produk total suatu usaha dalam jangka waktu tertentu, baik yang dijual maupun yang tidak dijual. Penerimaan ini mencakup semua produk yang dijual, dikonsumsi rumah tangga petani, yang digunakan kembali untuk bibit atau yang disimpan digudang Apabila pendapatan yang diperoleh lebih besar dari total biaya, atau diperoleh keuntungan maka usaha penangkaran benih padi dikatakan layak (Soekartawi, 1995).

2.2.6 Analisis Kelayakan Usaha

Studi kelayakan adalah studi atau penelitian dalam rangka untuk menilai layak tidaknya investasi yang akan dilakukan dengan berhasil dan menguntungkan secara ekonomis. Investasi atau penanaman modal dalam suatu perusahaan tidak lain adalah menyangkut penggunaan sumber-sumber yang diharapkan akan memberikan imbalan (pengembalian) yang menguntungkan dimasa yang akan mendatang. Apapun bentuk investasi yang akan dilakukan diperlukan studi kelayakan meskipun intensitasnya berbeda. Adapun manfaat yang diharapkan dilakukannya studi kelayakan proyek adalah memberikan masukan informasi kepada decision maker dalam rangka untuk memutuskan dan menilai alternatif proyek investasi yang akan dilakukan (Suratman, 2001).

2.2.7 R/C Ratio

Efisiensi menurut Soekartawi (1995), merupakan gambaran perbandingan terbaik antara suatu usaha dan hasil yang dicapai. Efisien tidaknya suatu usaha ditentukan oleh besar kecilnya hasil yang diperoleh dari usaha tersebut serta besar kecilnya biaya yang diperlukan untuk memperoleh hasil tersebut. Tingkat efisiensi suatu

usaha biasa ditentukan dengan menghitung per cost ratio yaitu imbangan antara hasil usaha dengan total biaya produksinya.Untuk mengukur efisiensi suatu usahatani digunakan analisis R/C ratio.

R/C ratio adalah perbandingan antara total penerimaan dengan total biaya. Semakin besar R/C ratio maka akan semakin besar pula keuntungan yang diperoleh petani . Jika nilai R/C >1, maka suatu usaha dikatakan layak untuk dikembangkan (Soekartawi, 2001).

Jika suatu usaha dikatakan layak untuk diusahakan, maka untuk pengembangan usaha atau memperbesar skala usaha tersebut diperlukan peningkatan jumlah produksi atau penambahan modal dalam pembelian bahan baku produksi dengan meminimalisir biaya produksi agar penerimaan yang diperoleh dapat lebih besar dan memberikan keuntungan. Penambahan biaya pada suatu usaha akan meningkatkan penambahan penerimaan sebesar nilai perbandingan penerimaan terhadap biaya tersebut.

2.2.8 B/C Ratio

Menurut Rahardi dan Hartono (2003) menyatakan bahwa analisis B/C ratio adalah perbandingan antara tingkat pendapatan yang diperoleh dengan total biaya yang dikeluarkan. Suatu usaha dikatakan layak untuk dijalankan atau memberi manfaat apabila nilai B/C lebih besar dari nol (0). Semakin besar nilai B/C maka semakin besar pula manfaat yang akan diperoleh dari usaha tersebut.

Besarnya kecilnya nilai B/C ratio berpengaruh dari selisih antara total penerimaan dengan total biaya terhadap total biaya. Untuk memperoleh pendapatan yang besar, maka total penerimaan harus lebih besar dari pada total biaya. oleh karena

ditingkatkan dengan penambahan input produksi berupa pembelian bahan baku atau penambahan modal suatu usaha. Penambahan biaya tambahan akan memberikan penambahan pendapatan sebesar nilai perbandingan antara total pendapatan terhadap total biaya.

2.3 Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu mengenai analisis kelayakan usahatani yang menjadi rujukan adalah penelitian yang dilakukan oleh Winda Sari (2012) dengan judul Analisis Finansial Usaha Penangkaran Benih Padi Unggul di Desa Penggalaman Kecamatan Martapura Barat Kabupaten Banjar dengan hasil analisis bahwa usaha penangkaran benih padi unggul ini bisa dikatakan layak untuk diusahakan atau menguntungkan dengan nilai RCR > 1 yaitu sebesar 1,37, yang menunjukkan bahwa setiap Rp 1 biaya yang dikeluarkan akan memberikan penerimaan sebesar Rp 1,37.

Penelitian lain yang menjadi rujukan adalah penelitian yang dilakukan oleh Laila (2011) dengan judul Analisis Pendapatan Usahatani Padi Benih Varietas Ciherang Yang Bersertifikat Dan Tidak Bersertifikat Di Kecamatan Labuan Amas Selatan Kabupaten Hulu Sungai Tengah dengan hasil analisis bahwa usahatani padi yang menggunakan benih padi bersertifikat dan tidak bersertifikat layak di untuk diusahakan dimana nilai R/C usahatani yang menggunakan benih padi bersertifikat sebesar 1,6 dan usaha tani yang menggunakan benih padi tidak bersertikat sebesar 1,18 dimana nilai R/C keduanya lebih dari 1.

2.4 Kerangka Pemikiran

Di dalam menjalankan usaha penangkaran benih padi ini harus ada ketersediaan modal dan mengeluarkan biaya-biaya yang digunakan selama proses produksi. Komponen biaya tersebut yaitu biaya tetap dan biaya variabel. Besarnya biaya produksi sangat ditentukan dengan besarnya harga yang berlaku.

Selain biaya produksi, teknik budidaya dalam pemeliharaan benih padi juga perlu diperhatikan. Teknik budidaya ini berkaitan dengan kegiatan produksi. Kegiatan produksi ini sangat menentukan besarnya output yang hasilkan yang selanjutnya akan berdampak pada pengembangan usaha tersebut.

Dalam melakukan perhitungan analisis finansial perlu di perhatikan beberapa hal seperti input dan output dimana dari input akan terdapat biaya sedangkan output akan menghasilkan penerimaan. Penerimaan merupakan perkalian antara jumlah benih yang terjual dengan harga jual yang berlaku. Pendapatan diperoleh dari selisih total penerimaan dengan total biaya.

Usaha penangkaran benih padi dikatakan layak atau tidak layak untuk dikembangkan secara finansial dapat dianalisis dengan mengunakan analisis finansial yaitu dengan menghitung R/C ratio, dan B/C ratio. Jika usaha penangkaran benih padi sesuai dengan kriteria kelayakan secara finansial maka usaha ini layak untuk dikembangkan dan menguntungkan atau memberi manfaat.

Gambar. 1 Skema Kerangka Pemikiran Keterangan:

: Menyatakan Adanya Pengaruh : Menyatakan Adanya Hubungan 2.5 Hipotesis Penelitian

Berdasarkan identifikasi masalah dan landasan teori yang dibuat, maka hipotesis dari penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut :

1. Usaha penangkaran benih padi di daerah penelitian layak untuk dikembangkan dan dilanjutkan berdasarkan analisis R/C.

2. Usaha penangkaran penangkaran benih padi di daerah penelitian layak untuk dijalankan dan dapat memberikan manfaat berdasarkan analisis B/C.

Usaha Penangkaran Benih Padi Unggul

Proses Produksi Benih Output Produksi Penerimaan Pendapatan Usaha Kelayakan Usaha Input Produksi

Biaya Produksi (Biaya Tetap dan Biaya

Variabel)

Layak Tidak Layak

Kriteria Kelayakan :  Analisis B /C  Analisis R/C

BAB I

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Indonesia merupakan negara agraris, sebagian besar penduduk Indonesia tinggal di pedesaan, mata pencaharian mereka adalah usaha pertanian. Umumnya mereka berniat meningkatkan produksi padi semaksimal mungkin menuju swasembada pangan. Tetapi tantangan untuk menuju cita-cita tersebut sangat besar terutama karena faktor luas tanah pertanian yang makin sempit. Usaha meningkatkan produksi dengan menerapkan berbagai teknologi telah dilakukan, semua ini bermaksud meningkatkan produksi guna mengimbangi laju permintaan pangan (Aak, 1990).

Untuk menunjang pembangunan pertanian tidak terlepas dari kemampuan petani dalam menerapkan teknologi pertanian secara efektif dan penyuluh pertanian bertindak sebagai jembatan dan sekaligus penghantar teknologi. Teknologi disini maksudnya adalah teknologi pertanian yang berarti cara-cara bertani, yang didalamnya termasuk bagaimana cara-cara penyebaran benih, pemeliharaan tanaman, memungut hasil serta termasuk pula didalamnya benih, pupuk, obat-obatan pemberantas hama penyakit, alat-alat, sumber tenaga dan berbagai kombinasi jenis-jenis usaha oleh para petani sebagai fungsinya selaku pengelola untuk mengambil keputusan (Negara, 2000).

Peranan komoditi pangan di Indonesia, khususnya padi begitu besar, sebab padi merupakan bahan makanan pokok bagi sebagian besar penduduk Indonesia. Hal

padi sebagai pangan utama. Oleh karena itu, kapasitas produksi padi nasional menjadi salah satu permasalahan yang menonjol.

Untuk keperluan penanaman padi tersebut, tentunya tidak terlepas dari tersedianya bibit karena bibit merupakan salah satu faktor penting yang menentukan tingkat produktivitas tanaman. Agar tanaman padi yang kita tanam itu akan berproduksi tinggi dengan mutu yang baik, tentunya bibit itu berasal dari benih (butiran gabah) yang bermutu.

Dalam budidaya tanaman, pembenihan merupakan salah satu faktor pokok yang harus diperhatikan, karena faktor tersebut ikut menentukan produksi. Benih padi

Dokumen terkait