• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Finansial Usaha Penangkaran Benih Padi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis Finansial Usaha Penangkaran Benih Padi"

Copied!
77
0
0

Teks penuh

(1)

DAFTAR PUSTAKA

Aak, 1990. Budidaya Tanaman Padi. Kanisius. Yogyakarta. , 2006. Budidaya Tanaman Padi. Kanisius. Yogyakarta

Arsanti, I.W. 1995. Analisis Produksi dan Strategi Pemasaran Benih. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Boediono. 1992. Ekonomi Mikro. Bagian Penerbit Fakultas Pertanian Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.

Fitriadi, J. 1998. Pengaruh Media Tumbuhan dan Pemberian Jenis Pupuk Nitrogen Terhadap Pertumbuhan dan Hasul Padi (Oryza sativa. L) Kultivar TR 74 dan Cisokan. Skripsi. Fakultas Pertanian. Universitas Lambung Mangkurat. Banjarbaru.

Hadi, R.M. 2009. Kajian Ekonomi Usaha Penangkaran Benih Padi Unggul di Kabupaten Banjar. Thesis. Universitas Lambung Mangkurat. Banjarbaru. Harmono dan Agus Andoko. 2005. Budidaya dan Peluang Bisnis. Agromedia

Pustaka. Jakarta

Kasim, S. A. 1997. Ekonomi Produksi Pertanian. Fakultas Pertanian Unlam. Banjar Baru.

, S. A. 2004. Petunjuk Menghitung Keuntungan dan Pendapatan Usahatani. Universitas Lambung Mangkurat. Banjarbaru.

Mubyarto. 1984. Masalah Industri Gula di Indonesia. BPFE. Yogyakarta

Mulyadi. 2004. Sistem Akuntansi. Edisi Kesembilan, Sekolah Tinggi Hukum YKPN, Yogyakarta.

Negara, S. 2000. Difusi Inovasi. FP USU. Medan.

Pambudy, R. 2-8 Oktober 2002 No 2965 Thn XXXIII. Peranan Kelembagaan dalam Pengembangan Asosiasi Produsen Penangkar Benih. Agriwacana. Sinar Tani.

Rahardi, F dan Rudi Hartono. 2003. Agribisnis. Penebar Swadaya. Jakarta.

Rahim, Aastuti dan Diah Retno Dwi Hastuti. 2007. Pengantar Teori dan Kasus Ekonomika Pertanian. Penebar Swadaya. Jakarta.

(2)

Soekartawi, 1994. Teori Ekonomi Produksi. Raja Grafindo Persada. Jakarta , 1995. Analisis Usaha Tani.UI Press. Jakarta

, 1996. Ilmu Usahatani dan Penelitian Untuk Pengembangan Pertanian Kecil. Rajawali Press. Jakarta.

, 2000. Pengantar Agroindustri. Rajagrafindo Pustaka. Jakarta

, 2006. Prinsip Dasar Ekonomi Pertanian, Teori dan Aplikasi. Rajagrafindo Pustaka. Jakarta

Suparyono dan Agus Setyono, 1993. Padi. Penebar Swadaya.Jakarta.

Suratman. 2001. Studi Kelayakan Proyek: Teknik dan Prosedur Penyusunan Laporan . J & J Learning. Yogyakarta.

Suratiyah, Ken. 2009. Ilmu Usaha Tani. Penebar Swadaya. Jakarta.

(3)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Metode Penentuan Daerah Penelitian

Daerah penelitian ditentukan secara purposive, yaitu di Kabupaten Serdang Bedagai. Penentuan lokasi penelitian dilakukan dengan pertimbangan berdasarkan data dan informasi yang diperoleh. Hal ini dikarenakan daerah tersebut merupakan salah satu daerah yang memproduksi dan mendistribusikan benih padi. Selain itu, kabupaten Serdang Bedagai merupakan salah satu daerah yang memiliki rata – rata produksi padi yang tinggi sebesar 328.344 ton dengan luas lahan 63.584 Ha sehingga memiliki potensi yang baik dalam pengembangan usahatani padi.

3.2 Metode Pengambilan Sampel

Metode yang digunakan dalam pengambilan sampel adalah metode sensus dimana terdapat 8 penangkaran benih padi di daerah penelitian. Pengambilan sampel di daerah penelitian berdasarkan informan yang berasal dari usaha perbenihan padi yaitu penangkaran swadaya yang akan memberikan berbagai informasi yang diperlukan selama proses penelitian. Adapun data penangkar benih padi di Kabupaten Serdang Bedagai dapat dilihat pada tabel di bawah ini :

Tabel 2. Data Penangkar Benih Usahatani Penangkar Benih Padi

No Nama Penangkar Kelompok Kecamatan

1. Bambang KT. Si Campur Jaya Pantai Cermin

2. H. Muliyadi KP. Mulia Bakti Pantai Cermin

3. Mujiono KP. Karya Tani Tebing Tinggi

4. Anwar KT. Bina Sari Jaya Sei Bamban

5. Samiin KP. Tani Jaya Sei Rampah

6. Supiyanto KP. Mulia Tani Jaya Perbaungan

7. Janil Purba KP. Suka Maju Perbaungan

(4)

3.3 Metode Pengumpulan Data

Jenis data yang dikumpulkan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari hasil wawancara langsung dengan responden dari pihak usaha perbenihan padi dengan daftar pertanyaan (kuisioner) yang telah dipersiapkan terlebih dahulu sesuai dengan tujuan dan kebutuhan penelitian. Sedangkan data sekunder merupakan data pelengkap yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik Kabupaten Serdang Bedagai dan kepustakaan lainnya yang digunakan sebagai data penunjang dan pelengkap.

3.4 Metode Analisis Data

Untuk identifikasi masalah (1) dianalisis menggunakan metode analisis deskriptif. Metode ini digunakan untuk mengetahui penyelenggaraan usahatani penangkaran benih padi di daerah penelitian.

Untuk identifikasi masalah (2 dan 3), metode yang digunakan untuk menganalisis data adalah menghitung biaya, penerimaan, pendapatan, keuntungan dan kelayakan usaha penangkaran benih padi unggul dengan analisis B/C dan R/C Ratio.

Menurut Kasim, 2004 untuk menghitung biaya usaha penangkaran benih padi di daerah penelitian dianalisis menggunakan rumus :

1). Biaya

Keterangan :

(5)

FC = Besarnya biaya yang berupa biaya tetap (Rp) VC = Besarnya biaya yang berupa biaya variabel (Rp) 2). Penerimaan

Penerimaan usaha penangkaran benih padi adalah hasil perkalian antara jumlah keseluruhan hasil fisik yang diperoleh dikalikan dengan harganya masing-masing.

Secara umum untuk menghitung penerimaan usaha penangkaran benih padi dengan menggunakan rumus :

Keterangan :

TR = Total penerimaan (Rp) Y = Jumlah produksi (Kg)

Py = Harga benih per satuan produksi (Rp/Kg) (Soekartawi, 1995).

3). Pendapatan

Pendapatan penangkaran benih merupakan selisih antara penerimaan dengan biaya yang dikeluarkan oleh penangkar benih padi selama satu musim tanam. Secara umum untuk menghitung pendapatan dianalisis menggunakan rumus :

Keterangan :

Pd = Pendapatan usahatani (Rp) TR = Total penerimaan (Rp) TC = Total biaya (Rp) (Soekartawi, 2001).

(6)

5). Analisis R/C Ratio

R/C (Revenue Cost Ratio) adalah pembagian antara penerimaan usaha dengan biaya dari usaha tersebut. Analisa ini digunakan untuk melihat perbandingan total penerimaan dengan total biaya usaha. Jika nilai R/C diatas satu rupiah yang dikeluarkan akan memperoleh manfaat sehingga penerimaan lebih dari satu rupiah. Secara sistematis R/C ratio dapat dirumuskan sebagai berikut :

R/C Rasio =

Analisis ini digunakan untuk melihat keuntungan dan kelayakan dari usaha tani. Usaha tersebut dikatakan menguntungkan jika nilai R/C ratio lebih besar dari satu (R/C > 1). Hal ini menunjukkan bahwa setiap nilai rupiah yang dikeluarkan dalam produksi akan memberikan manfaat sejumlah nilai penerimaan yang diperoleh (Harmono dan Andoko, 2005).

6). Analisis B/C Ratio

Analisis pendapatan dan biaya B/C ratio adalah perbandingan antara tingkat pendapatan yang diperoleh dengan total biaya yang dikeluarkan. Suatu usaha dikatakan layak dan memberikan manfaat apabila nilai B/C lebih besar dari nol. Semakin besar nilai B/C maka semakin besar nilai manfaat yang akan diperoleh dari usaha tersebut (Rahardi dan Hartono, 2003). Secara sistematis dapat dirumuskan sebagai berikut :

(7)

3.5 Definisi dan Batasan Operasional

Untuk menghindari kesalahpahaman dalam menafsirkan, maka dibuat beberapa definisi dan batasan operasional sebagai berikut :

3.5.1 Defenisi :

1. Usaha penangkaran benih padi adalah suatu usahatani yang menyediakan benih sumber bermutu dan bersertifikat yang memenuhi standar perbenihan. 2. Benih padi adalah bahan tanaman hasil perkembangbiakkan tanaman padi

secara generatif yang digunakan untuk produksi benih selanjutnya dalam satu musim tanam, dihitung dalam satuan kilogram (Kg) .

3. Input produksi adalah bahan baku produksi yang digunakan selama proses produksi benih padi dalam satu kali musim tanam seperti benih (kg), pupuk (kg), pestisida (liter) dan kemasan benih ukuran 5 kg.

4. Output produksi adalah banyaknya jumlah produksi berupa benih yang dihasilkan dalam usaha penangkaran benih padi dalam satu kali musim tanam diukur dalam kilogram (Kg).

5. Total biaya (total cost) adalah jumlah keseluruhan biaya yang dikeluarkan dalam suatu kegiatan usaha atau merupakan penjumlahan antara biaya tetap dan biaya variable dinyatakan dalam rupiah (Rp).

(8)

7. Biaya variabel adalah biaya yang besar kecilnya dipengaruhi oleh produksi yang diperoleh. Contohnya biaya sarana produksi bibit, pupuk, pestisida, kemasan, dan tenaga kerja dinyatakan dalam rupiah (Rp).

8. Penerimaan penangkaran benih padi adalah hasil perkalian antara jumlah produksi benih dikalikan dengan harganya masing-masing dinyatakan dalam rupiah (Rp).

9. Pendapatan penangkaran benih merupakan penerimaan yang berasal dari hasil penjualan benih padi unggul setelah dikurangi total biaya yang dikeluarkan oleh petani penangkar dinyatakan dalam rupiah (Rp).

10. R/C adalah perbandingan antara penerimaan penjualan dengan biaya-biaya yang dikeluarkan selama proses produksi hingga menghasilkan benih padi. 11.B/C adalah perbandingan antara pendapatan dengan biaya produksi yang

dikeluarkan selama proses produksi hingga menghasilkan benih padi.

3.5.2 Batasan Operasional :

1. Tempat penelitian adalah Penangkaran Swadaya, di Kabupaten Serdang Bedagai.

2. Sampel dalam penelitian ini adalah pemilik usaha penangkaran benih padi pada penangkaran swadaya.

(9)

BAB IV

DESKRIPSI WILAYAH PENELITIAN

4.1. Deskripsi Daerah Penelitian

4.1.1. Letak Geografis, Batas dan Luas Wilayah

Kabupaten Serdang Bedagai merupakan salah satu Kabupaten yang berada di kawasan Pantai Timur Sumatera Utara. Secara geografis Kabupaten Serdang Bedagai terletak pada posisi 20 57” Lintang Utara, 30 16” Lintang Selatan, 980 33” Bujur Timur, 990 27” Bujur Barat dengan ketinggian berkisar 0 – 500 meter di atas permukaan laut.

Kabupaten Serdang Bedagai memiliki area seluas 1.900,22 Km2 (190.022 Ha) yang terdiri dari 17 Kecamatan dan 243 Desa/Kelurahan.

Secara topografis, wilayah Kabupaten Serdang Bedagai terletak pada ketinggian 0 – 500 m dpl (dari permukaan laut) dan memiliki garis pantai sepanjang 55 Km

dan 1 (satu) pulau terluar yaitu pulau Berhala yang berbatasan langsung dengan Malaysia. Kabupaten Serdang Bedagai juga terdapat banyak sungai yang selain dapat dipergunakan untuk irigasi dan sumber energi, juga dapat dikelola untuk bahan baku industri air mineral dan air minum.

Secara administratif Kabupaten Serdang Bedagai berbatasan dengan beberapa daerah, yaitu :

Sebelah Utara : Selat Malaka

Sebelah Timur : Kabupaten Batu Bara dan Simalungun Sebelah Selatan : Kabupaten Simalungun

(10)

Ibukota Kabupaten Sedang Bedagai terletak di Kecamatan Sei Rampah yaitu Kota Sei Rampah. Bila dilihat dari luas wilayah per Kecamatan berdasarkan jumlah 17 (tujuh belas) kecamatan, maka dapat dilihat Kecamatan Dolok Masihul mempunyai proporsi terluas 237.417 Km2 (12,49 % dari luas wilayah Kabupaten Serdang Bedagai), sedangkan kecamatan yang paling kecil wilayahnya adalah Kecamatan Serba Jadi dengan luas 50.690 Km2 (2,67 % dari luas wilayah Kabupaten Serdang Bedagai). Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel dibawah ini.

Tabel 3. Luas Wilayah Kabupaten Serdang Bedagai Per Kecamatan 2013

No Kecamatan Ibu Kota

Kecamatan Kelurahan Desa

Luas /

(11)

4.1.2 Tata Guna Lahan

Kabupaten Serdang Bedagai mempunyai luas yang fungsinya dibagi menjadi areal persawahan, perkebunan, pemukiman, hutan, kolam, tambak, semak/alang – alang, rawa dan untuk keperluan lainnya. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel dibawah ini :

Tabel 4. Penggunaan Lahan di Kabupaten Serdang Bedagai 2013

No. Jenis Penggunaan Lahan Luas Lahan (Ha) Persentase (%)

1. Kampung/Pemukiman 7.064 3,49

2. Sawah 68.355 20,41

3. Tegalan/Kebun 26.341 13,04

4. Perkebunan Besar 74.697 37,0

5. Perkebunan Rakyat 40.641 20,13

6. Hutan 7.538 3,73

7. Kolam/Tambak 1.009 0,5

8. Semak/Alang-Alang 2.060 1,02

9. Rawa 978 0,48

10. Lain- lain 331 0,16

Jumlah 201.879 100

Sumber : BPS Kabupaten Serdang Bedagai Dalam Angka Tahun 2013

Tabel diatas menunjukkan jumlah penggunaan lahan di Kabupaten Serdang Bedagai adalah sebesar 201.879 Ha dengan penggunaan lahan yang paling luas adalah digunakan untuk perkebunan besar yaitu sebesar 37 % dengan luas lahan 74.697 Ha dan penggunaan lahan terluas kedua adalah untuk sawah sebesar 20,41 % dengan luas lahan 68.355 Ha.

4.1.3. Keadaan Penduduk

(12)

Tabel 5. Banyaknya Rumah Tangga dan Penduduk Menurut Kecamatan dan

Laki-Laki Perempuan Jumlah

1. Kotarih 2. 083 4 .102 4. 002 8. 104 Sumber : BPS Kabupaten Serdang Bedagai Dalam Angka Tahun 2013

(13)

Tabel 6. Jumlah Angkatan Kerja Berdasarkan Lapangan Usaha

No. Lapangan Usaha Jumlah (Jiwa) Persentase

1. Sektor Pertanian 81.962 32,07

2 Perdagangan 32.698 12,79

3. Industri 32.253 12,62

4. Jasa 30.877 12,08

5. Pertambangan dan Penggalian 403 0,16

6. Jasa Keuangan 538 1,21

7. Lain – lain 76.834 30,06

Jumlah 255.565 100

Sumber : BPS Kabupaten Serdang Bedagai Dalam Angka Tahun 2013

Tabel diatas menunjukkan jumlah angkatan kerja adalah 255.565 jiwa dengan persentase terbesar pada sektor pertanian adalah sebesar 32,07 % atau sebesar 81.962 jiwa. Sedangkan persentase terbesar kedua adalah pada sektor perdagangan sebesar 12,62 % dengan jumlah 32.698 jiwa.

Tabel 7. Jumlah Penduduk menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin

Laki Perempuan Jumlah

1. 0 - 4 34.173 32.172 66.345

Jumlah 303.039 300.987 604.026

Sumber : BPS Kabupaten Serdang Bedagai Dalam Angka Tahun 2013

(14)

4.1.3 Sarana dan Prasarana

Sarana dan prasarana merupakan infrastruktur yang sangat penting dalam suatu wilayah. Sarana dan prasarana yang baik di Kabupaten Serdang Bedagai akan mempengaruhi perkembangan dan kemajuan dari daerah dan masyarakat sekitar. Semakin baik sarana dan prasarana pendukung yang ada akan mempercepat laju perkembangan masyarakat dan memperlancar akses masuknya informasi di Kabupaten Serdang Bedagai. Berikut sarana dan prasarana di Kabupaten Serdang Bedagai dapat dilihat pada tabel dibawah ini :

Tabel 8. Sarana dan Prasarana di Kabupaten Serdang Bedagai Tahun 2013 No Jenis Sarana dan Prasarana Jumlah (unit)

(15)

Tabel diatas menunjukkan bahwa sarana dan prasarana yang terdapat di Kabupaten Serdang Bedagai sudah memadai. Adapun sarana dan prasarana yang terdapat di kabupaten tersebut meliputi sarana ibadah, kesehatan, dan pendidikan yang ketiga nya sudah memadai untuk memenuhi kebutuhan masyarakat sekitar. 4.2. Karakteristik Responden

4.2.1. Tingkat Usia

Berdasarkan usia responden pada usaha penangkaran benih padi, rata – rata usia penangkar benih adalah 50,87 tahun. Data mengenai usia penangkar responden dapat dilihat pada tabel.

Tabel 9. Tingkat Usia Penangkar Responden

No Usia (Tahun) Jumlah (Orang) Persentase (%)

1. ≤ 40 1 12,5

2. 41 – 50 4 50

3. 51 – 60 2 25

4. > 60 1 12,5

Jumlah 8 100

Sumber : Data diolah dari lampiran 1

Dari Tabel diatas dapat dilihat bahwa ada delapan penangkar sampel. Penangkar benih yang paling banyak adalah penangkar yang tergolong kisaran usia 41 – 50 tahun yaitu sebesar 50 %, sedangkan penangkar yang tergolong usia ≤ 40 tahun

dan > 60 tahun masing – masing hanya ada satu orang sebesar 12,5 %.

4.2.2. Pendidikan

Tingkat pendidikan penangkar responden rata-rata adalah SMA. Data tingkat pendidikan petani ditampilkan pada tabel .

Tabel 10. Tingkat Pendidikan Penangkar Responden

No Tingkat Pendidikan Jumlah (Orang) Persentase (%)

1. SMA 5 62,5

2. Sarjana 3 37,5

(16)

Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa jumlah penangkar sampel yang paling dominan adalah penangkar yang mempunyai tingkat pendidikan SMA yaitu sebanyak lima orang atau sebesar 62,5 % sedangkan tiga penangkar lainnya mempunyai tingkat pendidikan sarjana atau sebesar 37,5 %.

4.2.3. Pengalaman Bertani

Tingkat pengalaman bertani menggambarkan berapa lama penangkar telah menjalankan usahatani yang sekarang sedang dijalani. Data mengenai pengalaman bertani penangkar responden dapat dilihat pada tabel dibawah ini.

Tabel 11. Lama Bertani Penangkar Responden

No Kisaran Lama

Bertani (Tahun) Jumlah (Orang) Persentase

1. ≤ 5 3 37,5

2. 6 – 10 3 37,5

3. 11 – 15 - -

4 16 – 20 2 25,0

Jumlah 8 100

Sumber : Data diolah dari lampiran 1 4.2.4. Lahan Usahatani

Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa rata-rata luas lahan penangkar benih padi sawah adalah seluas ha. Data mengenai luas lahan yang dimiliki penangkar responden dapat dilihat pada tabel.

Tabel 12. Luas Lahan yang Dimiliki oleh Penangkar dan Kelompok Penangkar Responden

No Luas Lahan (Ha) Jumlah (Orang) Persentase (%) Pribadi Kelompok Pribadi Kelompok Pribadi Kelompok

1. ≤ 2 ≤ 24 1 0 12,5 0

2. 3 – 6 25 – 62 6 5 75 62,5

3. 7 - 10 63 - 100 1 3 12,5 37,5

Jumlah 8 8 100 100

Sumber : Data diolah dari lampiran 1

(17)

dengan luas lahan ≤ 2 ha dan 7 – 10 ha adalah masing – masing 1 orang atau sebesar 12,5 %. Untuk luas lahan yang dimiliki oleh kelompok penangkar 25 – 62 Ha adalah sebanyak 5 orang atau sebesar 62,5 % sedangkan untuk luas lahan 63 – 100 Ha yang dimiliki oleh kelompok penangkar adalah sebanyak 3 orang atau sebesar 37,5 %.

4.2.5. Jumlah Tanggungan

Jumlah tanggungan adalah jumlah anggota keluarga yang ditanggung oleh penangkar benih di daerah penelitian. Jumlah anggota keluarga yang ditanggung oleh penangkar benih (sebagai kepala keluarga) adalah semua anggota keluarga (selain kepala keluarga) yang ditanggung atau berada dalam anggaran belanja keluarga. Data mengenai jumlah tanggungan penangkar benih dapat dilihat pada tabel.

Tabel 13. Jumlah Tanggungan Keluarga Penangkar Benih Responden

No Jumlah Tanggungan

Sumber : Data diolah dari lampiran 1

(18)
(19)

BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Penyelenggaraan Usaha Penangkaran Benih Padi

Pada dasarnya tidak banyak perbedaan antara penanaman padi untuk penangkaran dengan penanaman padi untuk konsumsi. Perbedaan keduanya terletak pada jenis benih yang digunakan. Penanaman padi untuk penangkaran menggunakan benih penjenis (Breeder Seed), benih dasar (Foundation Seed) dan benih pokok (Stock Seeds) sebagai sumber benih, sedangkan untuk benih konsumsi menggunakan benih sebar (Extension Seeds). Teknik Penanaman keduanya pun hampir sama, yang membedakan untuk penangkaran benih padi ada badan pengawasan lembaga perbenihan yang berwenang yaitu pengawas benih (Balai Pengawasan dan Sertifikasi Benih).

(20)

1. Pemilihan Varietas dan Asal Benih

Untuk pemilihan varietas yang diperbanyak, penangkar menyesuaikan dengan kebutuhan konsumen, kesesuaian lahan, umur tanaman, dan ketahanan terhadap hama penyakit. Benih sumber yang digunakan berasal dari kelas yang lebih tinggi. Untuk menghasilkan benih dasar (FS) digunakan benih penjenis (BS), untuk menghasilkan benih pokok (SS) digunakan benih dasar, sedangkan untuk menghasilkan benih sebar (ES) digunakan benih pokok. Penangkar membeli benih yang berasal dari penangkar lain atau Balai Benih Induk Padi.

2. Pemilahan dan Perlakuan Benih

(21)

hari bibit siap untuk ditanam di persawahan. Bibit yang akan ditanam di sawah dipindahkan dengan cara mencabut sampai ke akarnya.

3. Pengolahan Lahan

Pengolahan lahan di daerah penelitian meliputi kegiatan membersihkan lahan, membajak dan meratakan tanah. Penangkar mengolah lahannya dengan menggunakan jasa jetor. Penangkar mengupah tenaga kerja untuk mengolah lahannya dikarenakan tidak membuang tenaga untuk mencangkul lagi. Apabila lahan sudah selesai untuk ditanami, maka bibit siap untuk dipindahkan ke lahan tersebut. Bibit yang akan ditanam sebaiknya memiliki kriteria diantaranya daun tidak ing, sehat dan bebas dari hama dan penyakit, umur tidak lebih dari 40 hari, daun berjumlah 5 – 7 helai, batang besar dan sehat, tinggi kurang lebih 25 – 30 cm.

4. Penanaman

(22)

5. Pemeliharaan

Kegiatan pemeliharaan pada dasarnya sama dengan budidaya padi pada umumnya. Kegiatan pemeliharaan meliputi pemupukan, penyulaman, penyiangan, pengairan serta pengendalian hama dan penyakit. Pemeliharaan benih dilakukan mulai dari umur 1 bulan.

5.1 Pemupukan

Pemupukan dilakukan sama halnya dengan penanaman padi untuk konsumsi. Penangkar di daerah penelitian menggunakan empat macam pupuk yaitu urea, TSP, phonska, ZA dan pupuk pelengkap cair. Takaran atau dosis pupuk yang digunakan untuk luas lahan 1 Ha tergantung oleh penangkar benih tergantung penangkar masing – masing. Pemupukan dilakukan rata – rata 10 hari setelah masa tanam oleh penangkar untuk menunjang pertumbuhan dan perkembangan bibit dengan baik. Pemberian pupuk pertama diberikan dengan cara disebarkan merata dan kemudian diinjak – injak.

5.2 Penyulaman

Tanaman penyulaman harus dipilih dari tanaman yang seragam dengan pertumbuhan yang sehat. Sisa bibit yang telah dicabut diletakkan di bagian pinggir petakan dan nantinya digunakan untuk menyulam. Penyulaman dilakukan pada 5 - 10 hari setelah tanam (HST) dengan ketentuan bibit dan varietas umur yang sama.

5.3 Penyiangan

(23)

Penyiangan yang dilakukan secara kimiawi dengan menggunakan herbisida untuk mengatasi rumput – rumput liar di areal persawahan. Penyemprotan herbisida dilakukaan saat tanaman berumur 15 – 20 hari setelah tanam dengan dosis sesuai dengan petunjuk pada label.

5.4 Pengairan

Pengairan sebaiknya dilakukan sesuai dengan kondisi cuaca dan fase pertumbuhan tanaman. Pengairan dilakukan secara berseling dengan cara sewaktu menanam bibit, kondisi lahan macak – macak, kemudian secara berangsur – angsur lahan diairi 2 – 5 cm sampai tanaman berumur 10 hari setelah tanam. Lahan tidak diairi atau sampai keadaaan permukaan tanah tampak retak – retak selama 2 hari, kemudian diairi kembali setinggi 5 – 10 cm. Sampai tahapan bunga

keluar sampai 10 hari sesudahnya, lahan harus terus digenangi sekitar 10 cm. Sebelum panen sampai panen terhitung sejak 10 hari sebelumnya, lahan dikeringkan dengan tujuan mempercepat kemasakan gabah dan mempermudah panen.

5.5 Pengendalian hama dan penyakit

(24)

6. Seleksi/Rouging

Benih bermutu memiliki salah satu syarat yaitu memiliki tingkat kemurnian genetik yang tinggi, oleh karena itu penangkar melakukan rouging dimulai pada tahap awal sampai akhir pertanaman. Rouging dilakukan untuk menyeleksi tanaman yang ciri – ciri fisiknya berbeda dari ciri – ciri varietasnya tanaman yang diproduksi benihnya. Selama proses produksi di lapangan tanaman diseleksi empat kali yaitu pada saat umur tanaman 30 hari, penangkar menyeleksi tanaman yang warna, bentuk batang dan tinggi nya berbeda dengan tanaman aslinya. Pada saat umur 50 – 60 hari setelah tanam, penangkar menyeleksi dan membuang tanaman yang posisi dan warna bunga yang berbeda dengan tanaman aslinya atau keseragaman pada saat berbunga. Rouging ketiga yaitu saat tanaman mulai berbunga atau sekitar 85 - 95 hari setelah tanam, tanaman yang memiliki bentuk dan posisi daun yang berbeda serta warna dan bentuk gabah yang berbeda, maka penangkar membuang tanaman tersebut. Rouging terakhir dilakukan pada saat 1 minggu sebelum panen, pada tahap ini tanaman sudah masak dengan usia 100 – 115 hari setelah tanam.

7. Panen dan Pengolahan Benih

(25)

tanaman sudah merunduk. Pemanenan pada waktu yang tepat dilakukan karena berpengaruh pada jumlah dan mutu gabah yang dihasilkan. Panen dilakukan dengan cara diarit dan sebelumnya alat – alat yang digunakan untuk panen dibersihkan oleh penangkar. Padi yang telah dipanen kemudian dirontok. Setelah itu penangkar memasukkan calon benih per varietas ke dalam karung dan diberi label untuk mengetahui nama varietas, kelas calon benih, tanggal panen serta lokasi produksi benih tersebut. Kemudian benih diangkut ke ruang pengolahan benih. Penangkar membuat laporan yang berisi tentang tanggal panen, nama varietas, kelas benih, bobot calon benih dan kadar air benih saat panen. Selanjutnya pada tahapan pengeringan, benih dijemur pada alas yang terbuat dari semen atau disebut lantai jemur. Sebelumnya lantai jemur telah dibersihkan dan mengatur jarak yang cukup antar benih yang dijemur dari varietas yang berbeda. Kemudian dilakukan pembalikan 4 jam sekali agar padi kering merata. Pada saat penjemuran, penangkar juga membersihkan sisa – sisa kotoran seperti daun – daun padi, jerami, tanah dan benih hampa.

8. Pengawasan dan Sertifikasi Benih

8.1 Permohonan Sertifikasi

(26)

8.2 Pemeriksaan Lapangan

Pemeriksaan lapangan dilakukan sebelum pengolahan atau sebelum masa tanam. Pemeriksa lapangan memastikan kebenaran nama dan alamat penangkar, letak dan situasi areal, sumber benih dan batas areal.

8.3 Pemeriksaan Alat Panen, Tempat Penyimpanan dan Tempat Pengolahan

Benih

Pemeriksaan dilakukan untuk menghindari pencampuran dengan sisa – sisa Penangkar benih mengajukan permintaan untuk pemeriksaan tersebut selambat – lambatnya satu minggu sebelum panen.

8.4 Pengambilan Contoh Benih

Pengawas benih mengambil contoh benih dari kelompok benih. Satu kelompok benih adalah satu varietas benih dari satu kelas yang telah dikemas dan disusun secara teratur oleh penangkar.

8.5 Pengujian Contoh Benih

Pengujian dilakukan di laboratorium untuk mengetahui mutu benih yang diproduksi oleh penangkar. Penangkar akan menerima dan mengetahui laporan hasil pengujian benih. Pengujian ulangan hanya dilakukan 1 kali apabila pada pengujian pertama benih belum memenuhi standar mutu benih.

8.6 Pemberian Sertifikat dan Pengawasan Benih

(27)

Pengawasan dimulai dari tahapan proses produksi benih sampai tahapan penanganan pasca panen. Pengawasan lapangan untuk penanaman produksi benih padi dari BPSB Sumatera Utara dilakukan sebanyak 4 kali yaitu pemeriksaan pendahuluan sebelum pengolahan tanah, pemeriksaan lapangan pertama fase vegetatif, 30 hari setelah tanam, pemeriksaan fase berbunga, 30 hari sebelum panen, pemeriksaan fase masak, 1 minggu sebelum panen (Badan Pengawasan dan Sertifikasi Benih Sumatera Utara).

Tujuan sertifikasi adalah menjamin kemurnian dan kebenaran varietas dan menjamin ketersediaan benih bermutu secara berkesinambungan. Sertifikasi dilakukan dalam tiga tahap, yaitu pemeriksaan lapangan, pemeriksaan laboratorium, dan pengawasan pemasangan label (Badan Pengawasan dan Sertifikasi Benih Sumatera Utara). Kegiatan pengawasan dan sertifikasi dilakukan oleh BPSB Sumatera Utara.

Uji mutu benih dilakukan di laboratorium oleh BPSB terhadap contoh benih yang mewakili.

Tabel 14. Standar Mutu Benih Padi Bersertifikat Berdasarkan Pengujian Di Laboratorium

Variabel mutu FS SS ES

Kadar air, maks (%) 13,0 13,0 13,0

Benih murni, min (%) 99,0 99,0 98,0

Kotoran, maks (%) 1,0 1,0 2,0

Varietas lain, maks (%) 0,0 0,1 0,2

Biji gulma, maks (%) 0,0 0,1 0,2

Daya berkecambah, min (%) 80,0 80,0 8,0

Sumber : Badan Pengawasan dan Sertifikasi benih, 2013

(28)

Tabel 15. Warna Label Benih Bermutu

Kelas Benih Warna Label

Benih Penjenis (BS, Breeder Seed) Kuning

Benih Dasar (BD, Foundation Seed) Putih

Benih Pokok (BP, Stock Seed) Ungu

Benih Sebar (BR, Extension Seed) Biru

Sumber : Badan Pengawasan dan Sertifikasi Benih, 2014 9. Pengemasan

Pengemasan benih dilakukan untuk mempermudah dalam penyaluran benih, selain itu untuk melindungi benih selama penyimpanan terutama dalam mempertahankan mutu benih dan menghindari serangan serangga. Untuk pemasaran benih tersebut, penangkar mengemas benih dengan menggunakan kantong plastik tebal berukuran sekitar 0,08 mm atau lebih, ukuran plastik untuk 5 kg benih dan plastik dikelim rapat. Pengemasan benih tersebut dilakukan setelah contoh benih dinyatakan lulus berdasarkan hasil uji lab oleh BPSB. Kemudian penangkar mencetak label benih dan memasukkan ke dalam kemasan sebelum kemasan dikelim rapat. Pengemasan dan pemasangan label benih disertai nama kelompok penangkar misalnya “ Si Campur Jaya” untuk menghindari adanya tindak pemalsuan.

10. Penyimpanan

(29)

proses pengeringan. Lama penyimpanan benih hendaknya memperhatikan masa berlakunya label benih. Masa berlakunya label benih padi 6 bulan sejak selesainya pengujian dan paling lama adalah 9 bulan setelah tanggal panen.

5.2 Analisis Usaha Tani dan Komponen Biaya

5.2.1 Biaya Produksi Usaha Penangkaran Benih Padi

Usaha penangkaran benih padi di Kabupaten Serdang Bedagai terdiri dari 8 (delapan) tempat penangkaran. Nama usaha penangkaran tersebut adalah sesuai dengan nama kelompok tani di masing – masing tempat penangkaran. Penangkar ini melaksanakan usaha pertanaman padi untuk memproduksi benih padi yang nantinya akan dijual sebagai benih padi berlabel. Menjalankan usaha penangkaran benih padi memiliki harapan yang cukup terjamin di daerah tersebut. Banyak petani di daerah penelitian yang berminat untuk menjalankan usaha penangkaran benih padi untuk memperoleh keuntungan lebih.

Biaya produksi merupakan biaya – biaya yang dikeluarkan oleh penangkar benih padi dalam menjalankan usaha produksi benih berlabel. Biaya yang digunakan dalam usaha produksi benih tersebut antara lain biaya sarana produksi, biaya penyusutan gudang, mesin dan alat, biaya tenaga kerja, biaya pengawasan dan sertifikasi benih. Total biaya adalah penjumlahan antara biaya tetap dan biaya variabel. Biaya yang termasuk biaya variabel adalah biaya sarana produksi dan biaya tenaga kerja. Sedangkan yang termasuk biaya tetap adalah biaya penyusutan mesin dan alat, biaya irigasi dan biaya sertifikasi.

a. Biaya Penyusutan

(30)

padi. Mesin – mesin dan peralatan yang digunakan pada penangkaran benih padi

dalam kegiatan proses produksi adalah sebagai berikut :

Tabel 16. Mesin/Media Produksi Pada Penangkaran Benih Padi

No Mesin / Media Keterangan

1 Lantai Jemur Digunakan sebagai media pengeringan benih secara alami

2 Mesin Seed Cleaner Digunakan sebagai mesin pembersihan benih 3 Mesin Pengepakan Digunakan sebagai pengepakan/pengemasan benih

padi

4 Mesin Jahit Digunakan untuk menjahit karung benih 5 Mesin Penggerak Digunakan untuk menggerakkan mesin. 6 Gudang

Penyimpanan

Digunakan untuk menyimpan benih yang telah diolah

7 Impulse Sealer Digunakan untuk menutup kemasan plastik yang sudah berisi

benih lulus

8 Mesin Perontok Digunakan untuk merontokkan padi pada saat pemanenan untuk memperoleh benih

9 Jetor Digunakan untuk mengolah lahan sebelum

menanam bibit

Sumber : Penangkaran Swadaya Kabupaten Serdang Bedagai Tabel 17. Peralatan Produksi Pada Penangkaran Benih Padi

No Peralatan Keterangan

1 Truk Digunakan untuk mengangkut benih ke kios penjualan

2 Mobil Pick Up Digunakan untuk mengangkut benih ke kios penjualan

3 Timbangan Digunakan untuk mengukur berat benih

5 Garu Besar Digunakan untuk mengatur benih pada saat di lantai jemur

6 Gerobak Sorong

Digunakan untuk mengangkut benih yang telah dikemas dari gudang penyimpanan ke dalam bak truk

Sumber : Penangkaran Swadaya Kabupaten Serdang Bedagai

Mesin dan peralatan yang digunakan dalam usaha penangkaran benih padi mengalami penyusutan dari waktu ke waktu. Menurut Suratiyah (2009), untuk menghitung nilai penyusutan dapat digunakan rumus :

(31)

Biaya penyusutan mesin dan peralatan usaha penangkaran benih padi di daerah penelitian dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 18. Biaya Penyusutan Mesin dan Peralatan Usaha Penangkaran Benih Padi (Rp/Unit)

Sampel Biaya Penyusutan (Rp) Total Biaya

(Rp) Benih Dasar Benih Pokok Benih Sebar

1 - 12.596.125 12.596.125 25.192.250

2 - 5.929.250 5.929.250 11.858.500

3 8.999.833,5 8.999.833,5 - 17.999.667

4 4.271.027,7 4.271.027,7 4.271.027,7 12.813.083

5 - 7.383.541,5 7.383.541,5 14.767.083

Sumber : Data diolah dari lampiran 13

Tabel menunjukkan bahwa total biaya penyusutan penangkar benih padi adalah sebesar Rp 118.828.300 dan biaya rata – rata penyusutan dari penangkar benih padi adalah sebesar Rp 14.853.538. Dari tabel diatas menunjukkan bahwa biaya penyusutan tertinggi adalah sebesar Rp 25.192.250 dikeluarkan oleh KP. Suka Maju sedangkan biaya penyusutan terendah adalah sebesar Rp 10.856.584 dikeluarkan oleh KP. Tani Jaya. Perhitungan biaya penyusutan dihitung selama proses produksi.

b. Biaya Sertifikasi Benih

(32)

kesehatan dimana tarif tersebut sudah ditentukan oleh Badan Pengawasan dan Sertifikasi benih. Adapun biaya yang harus dikeluarkan penangkar untuk sertifikasi dapat dilihat pada tabel di bawah ini :

Tabel 19. Biaya Sertifikasi Usaha Penangkaran Benih Padi

Sampel Biaya Sertifikasi (Rp) Biaya (Rp)

Benih Dasar Benih Pokok Benih Sebar

1 - 2.193.500 4.202.250 6.395.750

2 - 1.083.000 2.707.500 3.790.500

3 223.700 604.000 - 827.700

4 99.875 1.619.500 2.707.500 4.426.875

5 - 541.500 3.358.875 3.900.375

6 - 2.241.000 - 2.241.000

7 - 204.750 - 204.750

8 - 8.802.250 541.500 541.500

Jumlah 323.575 8.487.250 13.517.625 22.328.450

Rata – Rata 161.787,5 1.060.906 2.703.525 2.791.056 Sumber : Data diolah dari lampiran 35

Total biaya sertifikasi yang dikeluarkan untuk memperoleh label pada usaha penangkaran benih padi adalah sebesar Rp. 22.328.450 sedangkan rata – rata biaya sertifikasi adalah sebesar 2.791.056. Biaya Sertifikasi tertinggi adalah sebesar Rp 6.395.750 dikeluarkan oleh KP Suka Maju sedangkan biaya sertifikasi terendah adalah sebesar Rp 204.750 dikeluarkan oleh KP Mulia Tani Jaya. Biaya yang dikeluarkan tergantung oleh luas lahan penangkar benih, jumlah produksi benih, dan jumlah contoh benih yang diproduksi.

c. Biaya Irigasi

(33)

Tabel 20. Biaya Irigasi Usaha Penangkaran Benih Padi

Sampel Biaya Pengairan (Rp) Total (Rp)

Benih Dasar Benih Pokok Benih Sebar

1 - 5.400.000 11.400.000 16.800.000

2 - 3.000.000 7.500.000 10.500.000

3 300.000 3.000.000 - 3.300.000

4 150.000 4.200.000 7.500.000 11.850.000

5 - 1.500.000 9.750.000 11.250.000

6 - 6.000.000 - 6.000.000

7 - 600.000 - 600.000

8 - - 1.500.000 1.500.000

Jumlah 61.800.000

Rata – Rata 7.725.000

Sumber : Data diolah dari lampiran 14

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa total biaya pengairan seluruh usaha penangkaran benih padi adalah sebesar Rp 61.800.000 dan biaya rata – rata pengairan adalah sebesar Rp 7.725.000. Biaya pengairan tertinggi adalah sebesar Rp 16.800.000 yang dikeluarkan oleh KP Suka Maju dan biaya terendah adalah sebesar Rp 600.000 yang dikeluarkan oleh KP Mulia Tani Jaya. Biaya pengairan yang dikeluarkan penangkar adalah sebesar Rp 300.000/Ha.

d. Biaya Sarana Produksi

(34)

Tabel Biaya 21. Pembelian Sumber Benih Usaha Penangkaran Benih Padi

Jumlah 450.000 7.140.000 8.955.000 16.545.000

Rata – Rata

225.000 1.020.000 1.791.000 2.068.125

Sumber : Data diolah dari lampiran 15

Dari tabel diatas maka diperoleh total biaya pembelian benih sumber oleh seluruh penangkar benih padi selama satu kali musim tanam adalah sebesar Rp 16.545.000 dan rata – rata biaya yang dikeluarkan adalah sebesar Rp 2.068.125. Biaya pembelian sumber benih tertinggi adalah sebesar Rp 4.485.000 oleh KP Suka Maju dimana penangkar menggunakan dua kelas benih yaitu benih dasar dan benih pokok. Sedangkan biaya pembelian sumber benih terendah adalah sebesar Rp 120.000 oleh KP Mulia Tani Jaya dimana penangkar hanya menggunakan satu kelas benih yaitu benih dasar. Benih yang diperoleh penangkar dibeli dari penangkar lain atau dari Balai Benih Induk Padi.

(35)

Tabel 22. Biaya Pembelian Pupuk Usaha Penangkaran Benih Padi

Sampel Biaya Pupuk (Rp) Total (Rp)

Benih Penjenis Benih Dasar Benih Pokok

1 - 52.596.000 111.036.000 163.632.000

2 - 30.812.500 77.031.250 107.843.750

3 3.570.000 35.700.000 - 39.270.000

4 1.434.000 40.152.000 71.700.000 113.286.000

5 - 18.262.500 118.706.250 136.968.750

6 - 60.250.000 - 60.250.000

7 - 5.962.500 - 5.962.500

8 - - 15.525.000 15.525.000

Jumlah 5.004.000 243.735.500 393.998.500 642.738.000 Rata – Rata 2.502.000 34.819.357 78.799.700 80.342.250 Sumber : Data diolah dari lampiran 16

Dari tabel diatas maka diperoleh total biaya pembelian pupuk oleh seluruh penangkar benih padi selama 1 kali musim tanam adalah sebesar Rp 642.738.000 dan rata – rata biaya yang dikeluarkan adalah sebesar Rp 80.342.250. Biaya pembelian pupuk tertinggi adalah sebesar Rp 163.632.000 oleh KP. Suka Maju sedangkan biaya terendah adalah sebesar Rp 5.962.500 oleh KP. Mulia Tani Jaya. Pembelian pupuk oleh penangkar benih tergantung dari luas lahan produksi penangkar benih padi.

Adapun biaya bahan baku pembelian pestisida yang dikeluarkan penangkar untuk produksi benih dapat dilihat pada tabel di bawah ini :

Tabel 23. Biaya Pembelian Pestisida Usaha Penangkaran Benih Padi

Sampel Biaya Pestisida (Rp)

Total (Rp) Benih Penjenis Benih Dasar Benih Pokok

1 - 1.777.500 3.752.500 5.530.000

Jumlah 147.875 7.821.250 12.479.375 20.448.500

(36)

Dari tabel diatas maka diperoleh total biaya pembelian pestisida oleh seluruh penangkar benih padi selama 1 kali musim tanam adalah sebesar Rp 20.448.500dan rata – rata biaya yang dikeluarkan adalah sebesar Rp 2.556.062. Biaya pembelian pestisida tertinggi adalah sebesar Rp 5.530.000 oleh KP. Suka Maju sedangkan biaya terendah adalah sebesar Rp 197.500 oleh KP. Mulia Tani Jaya. Pestisida yang digunakan penangkar benih adalah herbisida, insektisida dan fungisida dan biaya yang dikeluarkan penangkar benih untuk pembelian pestisida tergantung dari luas lahan produksi benih padi.

Benih padi yang telah diolah tentunya dikemas oleh penangkar dengan dengan kemasan benih berupa plastik ukuran 5 kg dan dengan label sesuai dengan jenis varietas dan kelas benih tersebut. Jumlah plastik yang dibutuhkan tergantung dari jumlah produksi benih dalam 1 kali musim tanam dalam bentuk gabah kering panen. Tujuan pengemasan benih adalah mempermudah konsumen seperti petani dalam memperoleh benih yang akan dibelinya. Adapun biaya pembelian kemasan ukuran 5 kg untuk benih padi yang akan dijual kepada konsumen dapat dilihat pada tabel dibawah ini :

Tabel 24. Biaya Pembelian Kemasan Benih Padi

Sampel Biaya Kemasan (Rp) Biaya

(Rp) Benih Dasar Benih Pokok Benih Sebar

1 - 15.600.000 30.225.000 45.825.000

2 - 7.200.000 18.000.000 25.200.000

3 1.170.000 3.900.000 - 5.070.000

4 431.250 10.350.000 17.250.000 28.031.250

5 - 4.050.000 24.806.200 28.856.250

6 - 14.400.000 - 14.400.000

7 - 900.000 - 900.000

8 - - 3.750.000 3.750.000

(37)

Dari tabel diatas maka diperoleh total biaya pembelian plastik kemasan benih dengan ukuran 5 kg oleh seluruh penangkar benih padi selama 1 kali musim tanam adalah sebesar Rp 152.032.500 dan rata – rata biaya yang dikeluarkan adalah sebesar Rp 19.004.062. Biaya pembelian plastik kemasan tertinggi adalah sebesar Rp 45.825.000 oleh KP. Suka Maju sedangkan biaya terendah adalah sebesar Rp 900.000 oleh KP. Mulia Tani Jaya.

e. Biaya Tenaga Kerja

Tenaga kerja yang digunakan dalam usaha penangkaran benih padi berasal dari tenaga kerja luar keluarga. Biaya tenaga kerja yang dikeluarkan penangkar benih di daerah penelitian bersifat borongan meliputi biaya persemaian benih, pengolahan lahan, penanaman, pemeliharaan , pemanenan dan pengolahan benih. Biaya tenaga kerja yang dikeluarkan untuk usaha penangkaran produksi benih padi dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 25. Biaya Tenaga Kerja Usaha Penangkaran Produksi Benih Padi

Sampel Biaya Tenaga Kerja (Rp) Total (Rp)

Benih Dasar Benih Pokok Benih Sebar

1 - 85.125.000 174.425.000 259.550.000

2 - 45.880.000 114.700.000 160.580.000

3 5.530.000 39.080.000 - 44.610.000

4 2.472.500 65.630.000 114.625.000 182.727.500

5 - 22.330.000 142.675.000 165.005.000

6 - 90.900.000 - 90.900.000

7 - 7.975.000 - 7.975.000

8 - - 22.330.000 22.330.000

Jumlah 8.002.500 356.920.000 568.755.000 927.792.500 Rata – Rata 4.001.250 50.988.571,4 113.751.000 115.974.063

Sumber : Data diolah dari lampiran 21

(38)

kerja tertinggi adalah sebesar Rp 259.550.000 yang dikeluarkan oleh KP. Suka Maju sedangkan biaya terendah adalah sebesar Rp 7.975.000 yang dikeluarkan oleh KP. Mulia Tani Jaya. Biaya tenaga kerja yang dikeluarkan tergantung dari luas lahan, kebutuhan tanam benih sumber, dan produksi benih.

Maka total biaya produksi untuk usaha penangkaran benih padi adalah penjumlahan total biaya tetap (biaya penyusutan, biaya irigasi dan biaya sertifikasi) dan biaya variabel (biaya bahan baku, dan biaya tenaga kerja). Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel dibawah ini :

Tabel 26. Total Biaya Tetap dan Biaya Variabel Usaha Penangkaran Benih Padi

Sampel Total Biaya Biaya (Rp)

Benih Dasar Benih Pokok Benih Sebar

1 - 177.015.625 352.251.125 529.266.750

2 - 95.862.250 231.819.250 327.681.500

3 20.182.033,5 92.983.834 - 113.165.868

4 9.060.527,7 129.037.528 223.967.277,7 362.065.333

5 - 55.046.292 314.194.366,5 369.240.659

6 - 188.287.584 - 188.287.584

7 - 29.036.833 - 29.036.833

8 - - 48.480.750 48.480.750

Jumlah 29.242.561,2 767.269.946 1.170.712.719,2 1.967.225.276 Rata – Rata 14.621,280,6 109.609.992 234.142.543,8 245.903.160 Sumber : Data diolah dari lampiran 44

Jadi total biaya produksi yang dikeluarkan oleh penangkar benih padi di Kabupaten Serdang bedagai adalah sebesar Rp 1.967.225.276 dan total biaya rata – rata adalah sebesar Rp 245.903.160. Total biaya produksi tertinggi adalah

(39)

rata per hektar untuk produksi benih pokok adalah sebesar Rp 1.226.202,7. Sedangkan biaya produksi rata – rata per hektar untuk produksi benih sebar adalah sebesar Rp 1.867.699,3.

5.2.2 Penerimaan Usaha Penangkaran Benih Padi

Penerimaan dalam usaha penangkaran benih padi merupakan perkalian antara seluruh jumlah hasil produksi dengan harga jual produksi tersebut. Hasil produksi tersebut berupa gabah yang dihasilkan dari usaha produksi benih. Adapun total penerimaan usaha penangkaran benih padi dapat dilihat pada tabel di bawah ini. Tabel 27. Total Penerimaan Pada Usaha Penangkaran Benih Padi

Sampel Penerimaan (Rp) Penerimaan (Rp)

Benih Dasar Benih Pokok Benih Sebar

1 - 540.000.000 988.125.000 1.528.125.000

2 - 270.000.000 637.500.000 907.500.000

3 54.000.000 135.000.000 - 189.000.000

4 22.500.000 405.000.000 637.500.000 1.065.000.000

5 - 135.000.000 780.937.500 915.937.500

6 - 540.000.000 - 540.000.000

7 - 33.750.000 - 33.750.000

8 - - 127.500.000 127.500.000

Jumlah 76.500.000 2.058.750.000 3.171.562.500 5.306.812.500 Rata – Rata 38.250.000 294.107.142,8 634.312.500 663.351.563 Sumber : Data diolah dari lampiran 45

(40)

Penerimaan rata – rata untuk produksi benih dasar per hektar adalah sebesar Rp 25.500.000. Penerimaan rata – rata untuk produksi benih pokok per hektar adalah sebesar Rp 3.722.875,2. Sedangkan penerimaaan rata – rata untuk produksi benih sebar per hektar adalah sebesar Rp 5.054.282,8. Penerimaan yang diperoleh penangkar benih padi tergantung dari jumlah benih dan harga yang sesuai dengan kelas benih.

5.2.3 Pendapatan Usaha Penangkaran Benih Padi

Pendapatan merupakan selisih antara total penerimaan dikurangi total biaya usaha penangkaran benih padi. Pendapatan yang diperoleh oleh penangkar benih padi dalam satu kali musim panen atau setelah panen dapat dilihat pada tabel di bawah ini :

Tabel 28. Pendapatan Usaha Penangkaran Benih Padi

Sampel Pendapatan (Rp) Pendapatan

(Rp) Benih Dasar Benih Pokok Benih Sebar

1 - 381.880.550 647.189.050 1.029.069.600

2 - 183.243.400 410.708.400,1 593.951.800

3 42.499.900 53.783.400 - 96.283.300

4 17.277.925 285.360.550 417.118.800 719.757.275

5 - 88.465.650 473.216.075 561.681.725

6 - 370.099.350 - 370.099.350

7 - 17.826.950 - 17.826.950

8 - - 81.940.450,1 81.940.450,1

Jumlah 59.777.825 1.380.659.850 2.030.172.775 3.470.610.450 Rata – Rata 29.888.912,5 197.237.121 399.916.235 433.826.306,3 Sumber : Data diolah dari lampiran 46

(41)

dihitung pendapatan rata - rata per hektar untuk produksi benih dasar adalah sebesar Rp 19.925.941,7. Pendapatan rata – rata per hektar untuk produksi benih pokok adalah sebesar Rp 2.496.672,4. Sedangkan pendapatan rata – rata per hektar untuk produksi benih sebar adalah sebesar Rp 3. 186.583,5.

5.3 Kelayakan Usaha Penangkaran Benih Padi

Kelayakan usaha penangkaran benih padi merupakan analisis untuk mengetahui apakah usaha penangkaran benih tersebut layak atau tidak diusahakan. Untuk mengetahui tingkat kelayakan usaha penangkaran benih padi di daerah penelitian maka dianalisis dengan menggunakan rumus R/C dan B/C. Berdasarkan perhitungan diperoleh nilai R/C dan B/C untuk usaha penangkaran benih padi sebagai berikut :

5.3.1 Analisis R/C

Analisis R/C merupakan perbandingan antara total penerimaan dengan total biaya usaha penangkaran benih padi. Dari hasil perhitungan, maka dapat dilihat nilai R/C usaha penangkaran benih padi pada tabel di bawah ini :

Tabel 29. Nilai R/C Usaha Penangkaran Benih Padi

Sampel Nilai R/C R/C

Keseluruhan Benih Dasar Benih Pokok Benih Sebar

1 - 3,42 2,9 3,06

Sumber : Data diolah dari lampiran 48

(42)

Rp 1 biaya yang dikeluarkan akan memberikan penerimaan sebesar Rp 4,57. Rata – rata nilai R/C untuk kelas benih pokok adalah sebesar 3,04 yang menunjukkan

bahwa setiap Rp 1 biaya yang dikeluarkan akan memberikan penerimaan sebesar Rp 3,04. Sedangkan rata – rata nilai R/C untuk kelas benih sebar adalah sebesar 2,78 yang menunjukkan bahwa setiap Rp 1 biaya yang dikeluarkan akan memberikan penerimaan sebesar Rp 2,78. Nilai R/C > 1, sehingga usaha penangkaran benih padi dikatakan layak untuk diusahakan atau menguntungkan. 5.3.2 Analisis B/C

Analisis B/C merupakan perbandingan antara total pendapatan dengan total biaya usaha penangkaran benih padi. Dari hasil perhitungan, maka dapat dilihat nilai B/C usaha penangkaran benih padi pada tabel di bawah ini :

Tabel 30. Nilai B/C Usaha Penangkaran Benih Padi

Sampel Nilai B/C B/C

Keseluruhan Benih Dasar Benih Pokok Benih Sebar

1 - 2,42 1,9 2,06

Sumber : Data diolah dari lampiran

Berdasarkan tabel diatas maka diperoleh rata – rata nilai B/C usaha penangkaran benih padi untuk kelas benih dasar sebesar 3,57 yang menunjukkan bahwa setiap Rp 1 biaya yang dikeluarkan akan memberikan pendapatan sebesar Rp 3,57. Rata – rata nilai B/C untuk kelas benih pokok adalah sebesar 2,04 yang menunjukkan

(43)
(44)

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

1. Penyelenggaraan usahatani penangkaran benih padi sama seperti usahatani padi umumnya yang terdiri dari persemaian, pengolahan lahan, penanaman, pemeliharaan, panen dan pengolahan benih. Dalam usahatani penangkaran, diawasi oleh petugas Badan Pengawasan dan Sertifikasi Benih untuk melakukan uji lapangan, uji lab dan sertifikasi benih.

2. Total biaya produksi rata – rata yang diperlukan untuk usahatani penangkaran benih padi diklasifikasikan dalam tiga kelas yaitu benih dasar, benih pokok dan benih sebar. Biaya produksi rata – rata untuk benih dasar, benih pokok dan benih sebar berturut - turut adalah sebesar Rp 10.972.125, Rp 8.555.833 dan Rp 7.265.452 perhektar per satu kali musim tanam sedangkan total penerimaan rata – rata yang diterima oleh penangkar benih untuk benih dasar, benih pokok dan beni sebar berturut – turut adalah sebesar Rp 49.500.000, Rp

24.329.081 dan Rp 25.306.427 per hektar per satu kali musim tanam sehingga diperoleh pendapatan rata – rata usahatani penangkaran benih padi untuk benih dasar, benih pokok dan benih sebar berturut – turut adalah sebesar Rp 38.527.875, Rp 15.773.247 dan Rp 16.218.592 per hektar per satu kali musim tanam.

(45)

penangkaran benih padi layak untuk diusahakan dan memiliki prospek yang bagus untuk ke depannya. Sedangkan nilai B/C untuk benih dasar sebesar 3,57, benih pokok sebesar 2,04 dan benih sebar sebesar 1,78. Nilai B/C > 0 dimana setiap Rp 1 biaya yang dikeluarkan akan memberikan pendapatan sebesar Rp 3,57 untuk benih dasar, Rp 2,04 untuk benih pokok dan Rp 1,78 untuk benih sebar artinya usahatani penangkaran benih padi ini dan layak untuk diusahakan dan menguntungkan.

6.2 Saran

Adapun saran yang dapat peneliti berikan adalah :

1. Kepada Pemerintah

Diharapkan kepada pemerintah untuk membantu penangkar dalam bentuk permodalan, membeli kelebihan benih dari penangkar dan menetapkan kepastian harga jual benih padi bersertifikat/bermutu, supaya merangsang petani untuk menjadi penangkar benih dan kebutuhan benih di Kabupaten Serdang Bedagai dapat terpenuhi.

2. Kepada Penangkar

(46)

3. Kepada Peneliti Selanjutnya

(47)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA

PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

2.1 Tinjauan Pustaka

Padi merupakan bahan makanan yang menghasilkan beras. Bahan makanan ini merupakan makanan pokok bagi sebagian besar penduduk Indonesia. Meskipun sebagai bahan makanan pokok padi dapat digantikan /disubstitusi oleh bahan makanan lainnya, namun padi memiliki nilai tersendiri bagi orang yang biasa makan nasi dan tidak dapat dengan mudah digantikan oleh bahan makanan yang lain (Aak, 1990).

Tanaman padi termasuk golongan rumput-rumputan dengan klasifikasi sebagai berikut :

Kingdom : Plantae

Divisio : Spermathophyta Subdivisio : Monocotyledonae Ordo : Angiospermae Genus : Oryza Linn Species : Oriza sativa L (Aak, 2006 ).

(48)

dapat tumbuh baik di daerah-daerah yang berhawa panas dan udaranya banyak mengandung uap air. Di Indonesia padi ditanam dari dataran rendah sampai 1300 meter diatas permukaan laut. Tanaman padi banyak membutuhkan air, maka padi ditanam di musim hujan, baik sebagai padi lading atau padi gogo. Di musim kemarau bisa juga padi ditanam di sawah akan tetapi hanya pada sawah yang dapat drainase secara teratur (Fitriadi, 1998).

Benih padi adalah gabah yang dihasilkan dengan cara dan tujuan khusus untuk disemaikan menjadi pertanaman. Kualitas benih ditentukan oleh prosesnya, mulai dari proses perkembangan dan kemasakan benih, panen, perontokan, pembersihan, pengeringan, penyimpanan benih sampai fase pertumbuhan di persemaian (Arsanti, 1995).

Salah satu kunci budidaya padi terletak pada kualitas benih yang memiliki daya kecambah tinggi (90-100%), sehat, dan murni. Benih yang memiliki persyaratan tersebut diharapkan akan menghasilkan bibit yang kekar (vigorous), seragam, dan sehat. Berdasarkan persyaratan kualitas, benih padi yang ditanam harus yang bermutu tinggi (Suparyono dan Setyono, 1993).

Dalam hal pertanaman, benih menurut Peraturan Menteri Pertanian Republik Indonesia Nomor: 39/Permentan/OT. 140/8/2006 dibagi atas beberapa kelas,antara lain:

(49)

ataupun organ vegetative. Dimana benih selanjutnya digunakan sebagai bahan dasar untuk memproduksi benih selanjutnya.

2. Benih Dasar/BD (Foundation seeds/FS) adalah benih yang dihasilkan dari turunan benih penjenis yang dipelihara sehingga identitas dan tingkat kemurnian varietas dapat memenuhi standar mutu benih bina yang ditetapkan. Pada perbanyakan vegetatif, benih ini dapat berupa kebun sumber mata temple (Entress) dan biasanya diproduksi oleh lembaga perbenihan (pemerintah). 3. Benih Pokok/BP (Stock seeds/SS) adalah benih yang dihasilkan dari

perbanyakan benih dasar atau benih penjenis dengan tingkat kemurnian yang dipelihara untuk memenuhi standar mutu bina yang ditetapkan dan disebarkan oleh Balai-balai benih dan merupakan turunan dari benih dasar.

4. Benih Sebar/BS atau benih reproduksi/BR (Extension seeds/ES) dapat diproduksi dari benih pokok, benih dasar atau benih penjenis yang memenuhi standar mutu bina. Merupakan benih yang dihasilkan oleh kebun-kebun benih atau petani penangkar.

2.2 Landasan Teori

2.2.1 Pengertian Usahatani

Menurut Rahim dan Hastuti (2007) pengertian ilmu usahatani adalah ilmu yang mempelajari tentang cara petani mengelola input produksi (tanah, tenaga kerja, modal, teknologi, pupuk, benih dan pestisida) dengan efektif dan efisien, dan kontinyu untuk menghasilkan produksi yang tinggi sehingga pendapatan usahatani nya meningkat.

(50)

Organisasi ini ketatalaksanaannya berdiri sendiri dan sengaja diusahakan oleh seorang atau sekumpulan orang, segolongan sosial, baik yang terikat genologis, politis, maupun territorial sebagai pengelolanya. Sedangkan menurut Makeham dan Malcolm (1991), usahatani (farm management) adalah cara bagaimana mengelola kegiatan – kegiatan pertanian.

Defenisi usahatani Mubyarto (1989) adalah suatu tempat atau bagian dari permukaan bumi dimana pertanian diselenggarakan oleh seorang petani tertentu apakah ia seorang pemilik, penyakap atau manager yang digaji. Usahatani adalah himpunan dari sumber – sumber alam yang terdapat di tempat itu yang diperlukan untuk produksi pertanian seperti tubuh tanah dan air, perbaikan – perbaikan yang telah dilakukan atas tanah itu, sinar matahari, bangunan – bangunan yang didirikan diatas tanah dan sebagainya.

2.2.2 Teori Biaya Produksi

Biaya produksi merupakan salah satu faktor penting untuk dikelola dalam kegiatan produksi untuk menentukan laba usaha. Sesuai dengan prinsip – prinsip ekonomi dimana dengan pengeluaran tertentu untuk memperoleh keuntungan yang optimal maka diperlukan pengendalian biaya. Menurut Mulyadi (2004), biaya produksi adalah biaya – biaya yang terjadi untuk mengolah bahan baku menjadi produk yang siap dijual.

(51)

Biaya dapat dibedakan menjadi biaya tetap (fixed cost) dan biaya variabel (variable ,cost). Biaya tetap yaitu biaya yang besarnya tidak dipengaruhi besarnya produksi, Biaya tetap didefenisikan sebagai biaya yang relatif tetap jumlahnya yang terus dikeluarkan walaupun produksi yang diperoleh sedikit, contohnya penyusutan peralatan dan pajak. Biaya variable yaitu biaya yang besarnya dipengaruhi oleh besarnya produksi (Suratiyah, 2009).

Biaya variabel didefinisikan sebagai biaya yang besar kecilnya dipengaruhi oleh produksi yang diperoleh. Contohnya biaya sarana produksi (bibit,pupuk,bahan bakar minyak, tenaga kerja dan obat-obatan). Kalau menginginkan produksi yang tinggi, maka sarana produksi perlu ditambah ataupun dikurangi, biaya ini sifatnya berubah-ubah sesuai dengan kebutuhan produksi (Soekartawi, 1996).

2.2.4 Teori Penerimaan

Penerimaan usahatani adalah perkalian antara volume produksi yang diperoleh dengan harga jual. Harga jual adalah harga transaksi antara petani (penghasil) dan pembeli untuk setiap komoditas menurut satuan tempat. Satuan yang digunakan seperti satuan yang lazim dipakai pembeli/penjual secara partai besar, misalnya : kg, kuintal, ikat, dan sebagainya (Soekartawi, 2006).

Menurut Boediono (1992), ada beberapa konsep penerimaan yaitu :

1.Total Revenue (TR) yaitu penerimaan total produsen dari hasil penjualan outputnya. Total Revenue adalah output dikalikan harga jual output.

2.Average Revenue (AR) yaitu penerimaan produsen per unit output yang ia jual. 3.Marginal Revenue (MR) yaitu kenaikan dari TR yang disebabkan oleh

(52)

2.2.5 Teori Pendapatan

Pendapatan adalah selisih antara penerimaan dan semua biaya dalam usaha. Dimana penerimaan usaha adalah nilai produk total suatu usaha dalam jangka waktu tertentu, baik yang dijual maupun yang tidak dijual. Penerimaan ini mencakup semua produk yang dijual, dikonsumsi rumah tangga petani, yang digunakan kembali untuk bibit atau yang disimpan digudang Apabila pendapatan yang diperoleh lebih besar dari total biaya, atau diperoleh keuntungan maka usaha penangkaran benih padi dikatakan layak (Soekartawi, 1995).

2.2.6 Analisis Kelayakan Usaha

Studi kelayakan adalah studi atau penelitian dalam rangka untuk menilai layak tidaknya investasi yang akan dilakukan dengan berhasil dan menguntungkan secara ekonomis. Investasi atau penanaman modal dalam suatu perusahaan tidak lain adalah menyangkut penggunaan sumber-sumber yang diharapkan akan memberikan imbalan (pengembalian) yang menguntungkan dimasa yang akan mendatang. Apapun bentuk investasi yang akan dilakukan diperlukan studi kelayakan meskipun intensitasnya berbeda. Adapun manfaat yang diharapkan dilakukannya studi kelayakan proyek adalah memberikan masukan informasi kepada decision maker dalam rangka untuk memutuskan dan menilai alternatif proyek investasi yang akan dilakukan (Suratman, 2001).

2.2.7 R/C Ratio

(53)

usaha biasa ditentukan dengan menghitung per cost ratio yaitu imbangan antara hasil usaha dengan total biaya produksinya.Untuk mengukur efisiensi suatu usahatani digunakan analisis R/C ratio.

R/C ratio adalah perbandingan antara total penerimaan dengan total biaya. Semakin besar R/C ratio maka akan semakin besar pula keuntungan yang diperoleh petani . Jika nilai R/C >1, maka suatu usaha dikatakan layak untuk dikembangkan (Soekartawi, 2001).

Jika suatu usaha dikatakan layak untuk diusahakan, maka untuk pengembangan usaha atau memperbesar skala usaha tersebut diperlukan peningkatan jumlah produksi atau penambahan modal dalam pembelian bahan baku produksi dengan meminimalisir biaya produksi agar penerimaan yang diperoleh dapat lebih besar dan memberikan keuntungan. Penambahan biaya pada suatu usaha akan meningkatkan penambahan penerimaan sebesar nilai perbandingan penerimaan terhadap biaya tersebut.

2.2.8 B/C Ratio

Menurut Rahardi dan Hartono (2003) menyatakan bahwa analisis B/C ratio adalah perbandingan antara tingkat pendapatan yang diperoleh dengan total biaya yang dikeluarkan. Suatu usaha dikatakan layak untuk dijalankan atau memberi manfaat apabila nilai B/C lebih besar dari nol (0). Semakin besar nilai B/C maka semakin besar pula manfaat yang akan diperoleh dari usaha tersebut.

(54)

ditingkatkan dengan penambahan input produksi berupa pembelian bahan baku atau penambahan modal suatu usaha. Penambahan biaya tambahan akan memberikan penambahan pendapatan sebesar nilai perbandingan antara total pendapatan terhadap total biaya.

2.3 Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu mengenai analisis kelayakan usahatani yang menjadi rujukan adalah penelitian yang dilakukan oleh Winda Sari (2012) dengan judul Analisis Finansial Usaha Penangkaran Benih Padi Unggul di Desa Penggalaman Kecamatan Martapura Barat Kabupaten Banjar dengan hasil analisis bahwa usaha penangkaran benih padi unggul ini bisa dikatakan layak untuk diusahakan atau menguntungkan dengan nilai RCR > 1 yaitu sebesar 1,37, yang menunjukkan bahwa setiap Rp 1 biaya yang dikeluarkan akan memberikan penerimaan sebesar Rp 1,37.

(55)

2.4 Kerangka Pemikiran

Di dalam menjalankan usaha penangkaran benih padi ini harus ada ketersediaan modal dan mengeluarkan biaya-biaya yang digunakan selama proses produksi. Komponen biaya tersebut yaitu biaya tetap dan biaya variabel. Besarnya biaya produksi sangat ditentukan dengan besarnya harga yang berlaku.

Selain biaya produksi, teknik budidaya dalam pemeliharaan benih padi juga perlu diperhatikan. Teknik budidaya ini berkaitan dengan kegiatan produksi. Kegiatan produksi ini sangat menentukan besarnya output yang hasilkan yang selanjutnya akan berdampak pada pengembangan usaha tersebut.

Dalam melakukan perhitungan analisis finansial perlu di perhatikan beberapa hal seperti input dan output dimana dari input akan terdapat biaya sedangkan output akan menghasilkan penerimaan. Penerimaan merupakan perkalian antara jumlah benih yang terjual dengan harga jual yang berlaku. Pendapatan diperoleh dari selisih total penerimaan dengan total biaya.

(56)

Gambar. 1 Skema Kerangka Pemikiran Keterangan:

: Menyatakan Adanya Pengaruh : Menyatakan Adanya Hubungan 2.5 Hipotesis Penelitian

Berdasarkan identifikasi masalah dan landasan teori yang dibuat, maka hipotesis dari penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut :

1. Usaha penangkaran benih padi di daerah penelitian layak untuk dikembangkan dan dilanjutkan berdasarkan analisis R/C.

2. Usaha penangkaran penangkaran benih padi di daerah penelitian layak untuk dijalankan dan dapat memberikan manfaat berdasarkan analisis B/C.

Usaha Penangkaran Benih Padi Unggul

Proses Produksi Benih Output

Produksi

Penerimaan

Pendapatan Usaha

Kelayakan Usaha

Input Produksi

Biaya Produksi (Biaya Tetap dan Biaya

Variabel)

Layak Tidak Layak

(57)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Indonesia merupakan negara agraris, sebagian besar penduduk Indonesia tinggal di pedesaan, mata pencaharian mereka adalah usaha pertanian. Umumnya mereka berniat meningkatkan produksi padi semaksimal mungkin menuju swasembada pangan. Tetapi tantangan untuk menuju cita-cita tersebut sangat besar terutama karena faktor luas tanah pertanian yang makin sempit. Usaha meningkatkan produksi dengan menerapkan berbagai teknologi telah dilakukan, semua ini bermaksud meningkatkan produksi guna mengimbangi laju permintaan pangan (Aak, 1990).

Untuk menunjang pembangunan pertanian tidak terlepas dari kemampuan petani dalam menerapkan teknologi pertanian secara efektif dan penyuluh pertanian bertindak sebagai jembatan dan sekaligus penghantar teknologi. Teknologi disini maksudnya adalah teknologi pertanian yang berarti cara-cara bertani, yang didalamnya termasuk bagaimana cara-cara penyebaran benih, pemeliharaan tanaman, memungut hasil serta termasuk pula didalamnya benih, pupuk, obat-obatan pemberantas hama penyakit, alat-alat, sumber tenaga dan berbagai kombinasi jenis-jenis usaha oleh para petani sebagai fungsinya selaku pengelola untuk mengambil keputusan (Negara, 2000).

(58)

padi sebagai pangan utama. Oleh karena itu, kapasitas produksi padi nasional menjadi salah satu permasalahan yang menonjol.

Untuk keperluan penanaman padi tersebut, tentunya tidak terlepas dari tersedianya bibit karena bibit merupakan salah satu faktor penting yang menentukan tingkat produktivitas tanaman. Agar tanaman padi yang kita tanam itu akan berproduksi tinggi dengan mutu yang baik, tentunya bibit itu berasal dari benih (butiran gabah) yang bermutu.

Dalam budidaya tanaman, pembenihan merupakan salah satu faktor pokok yang harus diperhatikan, karena faktor tersebut ikut menentukan produksi. Benih padi adalah gabah yang dihasilkan dengan cara dan tujuan khusus untuk disemaikan menjadi pertanaman. Kualitas benih itu sendiri akan ditentukan dalam proses perkembangan dan kemasakan benih, panen dan perontokan, pembersihan, pengeringan, penyimpanan benih sampai fase pertumbuhan di persemaian (Aak, 1990).

Dalam agribisnis modern, industri perbenihan/pembibitan memegang peranan yang sangat penting. Di negara – negara yang maju agribisnisnya, antara lain dicirikan oleh pesatnya perkembangan industri perbenihan/pembibitan. Bahkan benih/bibit merupakan salah satu eksport yang penting bagi negara maju. Hampir semua benih/bibit unggul yang dewasa ini digunakan di negara- negara berkembang termasuk Indonesia berasal dari negara maju, atau yang lebih maju sistem dan usaha agribisnis (Pambudy, 2002).

(59)

produk pertanian yang bermutu tinggi dan berdaya saing tinggi. Hal ini berkaitan dengan erat dengan penguasaan teknologi pemuliaan serta pengawasan mutu benih dan bibit yang baik (Setiawan, 1999).

Dalam kegiatan budidaya tanaman, benih menjadi salah satu faktor utama yang menjadi penentu keberhasilan. Peningkatan produksi pun banyak ditunjang oleh peran benih bermutu. Menurut FAO bahwa peningkatan campuran varietas lain dan kemerosotan produksi pertanian sekitar 2,6 % tiap generasi pertanaman adalah akibat dari penggunaan benih yang kurang terkontrol mutunya. Salah satu faktor rendahnya tingkat ketersedian benih bermutu (bersertifikat) adalah tingkat kesadaran masyarakat dalam hal ini petani untuk menggunakan benih yang berkualitas tinggi masih sangat kurang. Pada umumnya petani menyisihkan sebagian hasil panennya untuk dijadikan benih pada musim tanam berikutnya. Benih ini tentu saja tidak terjamin mutunya (Wirawan danWahyuni, 2002).

Keberadaan petani penangkar benih atau usaha perbenihan padi lainnya sangat penting khususnya untuk memenuhi kebutuhan benih di Sumatera Utara (Sumut) yang masih kekurangan dalam jumlah banyak . Dibutuhkan sekitar 25.000 ton benih padi setiap tahun dengan luas lahan pertanian padi mencapai sekitar 800.000 hektare sementara produksi benih padi di sumut masih mencapai 4.000 ton pertahun. Sehingga untuk memenuhi kebutuhan benih tersebut harus dipasok dari Jawa ataupun daerah lain.

Gambar

Tabel 2. Data Penangkar Benih Usahatani Penangkar Benih Padi
Tabel 3. Luas Wilayah Kabupaten Serdang Bedagai Per Kecamatan 2013 Luas / Persen
Tabel 4. Penggunaan Lahan di Kabupaten Serdang Bedagai 2013 No. Jenis Penggunaan Lahan Luas Lahan (Ha) Persentase (%)
Tabel 5. Banyaknya Rumah Tangga dan Penduduk Menurut Kecamatan dan Jenis Kelamin 2013 No Jumlah
+7

Referensi

Dokumen terkait

ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL PENERAPAN MODIFIKASI SISTEM MICROCATCHMENT PADA'.. USAHATANI

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kelayakan usahatani padi di kabupaten Grobogan baik secara finansial maupun sosial dengan menggunakan Analisis Privat

mendapatkan benih padi sawah yang berasal dari penangkaran swadaya di daerah.. Hal tersebut dikarenakan sulitnya mendapatkan benih

Untuk penelitian ini, keragaan kelayakan finansial usaha pendederan benih kerapu sunu dimaksudkan mencakup aspek struktur biaya produksi dan keuntungan usaha pada

JUDUL SKRIPSI : Analisis Kelayakan Finansial Usaha Perbibitan Sapi Bali dengan Menerapkan Sistem Integrasi Tanaman-Ternak (Studi Kasus pada Kelompok Tani Ternak “Mekar

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul Analisis Finansial dan Kelayakan Usaha Dodol Pangi Khas Soppeng di UKM Mekar Sari Desa Gattareng Kecamatan

JUDUL SKRIPSI : Analisis Kelayakan Finansial Usaha Budidaya Pullet (Studi Kasus pada UD Prapta di Desa Pasedahan, Kecamatan Manggis, Kabupaten Karangasem) NAMA MAHASISWA

6.2 Saran Adapun saran dari hasil penelitian analisis kelayakan finansial usahatani tebu rakyat pola kemitraan di Kelurahan Parangluara Kecamatan Polombangkeng Utara Kabupaten Takalar