• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penetapan Kawasan Strategis

Kawasan strategis Kabupaten adalah wilayah yang penataan ruangnya diprioritaskan karena mempunyai pengaruh sangat penting dalam lingkungan Kabupaten terhadap ekonomi, sosial budaya, dan atau lingkungan. Berdasarkan pengertian tersebut maka kawasan strategis yang ada di Kabupaten Kaimana meliputi :

1. Kawasan Strategis Pusat Pelayanan Tingkat Kabupaten yang berlokasi di Kaimana, Kawasan ini ditentukan sebagai kawasan strategis karena kawasan ini memiliki fungsi sebagai pusat pelayanan baik untuk kegiatan ekonomi, peningkatan SDM (pendidikan dan kesehatan) maupun pelestarian nilai budaya masyarakat

2. Kawasan Strategis Pusat Wisata Bahari yang berlokasi di Teluk Arguni. Kawasan ini ditentukan sebagai kawasan strategis karena kegiatan wisata bahari diharapkan

dapat menjadi kegiatan ekonomi unggulan Kabupaten Kaimana sesuai dengan visinya.

3. Kawasan Strategis Pusat Niaga dan Industri Pengolahan pendukung sektor Perikanan dan Pertambangan. Kawasan ini terletak di Arguni dan ditetapkan sebagai kawasan strategis karena ini diharapkan dapat menjadi kegiatan ekonomi unggulan wilayah di masa yang akan datang.

4. Kawasan Strategis Lindung. Keberadaan luas hutan lindung dan hutan suaka alam yang ada di Kabupaten Kaimana hampir mendominasi seluruh kawasan. Secara ekologis, keberadaan kawasan lindung harus dilestarikan. Oleh karena itu, pemanfaatan hutan lindung perlu diatur lebih lanjut secara rinci sehingga selain dapat diperoleh manfaat ekonomi, sosial dan budaya juga kelestariannya tetap terjaga.

Dalam penataan ruang kawasan strategis Kabupaten Kaimana tersebut, perlu lebih lanjut disusun rencana yang lebih rinci berupa Rencana Tata Ruang Kawasan Strategis Kabupaten yang perangkat operasional rencana umum tata ruang ini. Penyusunan Rencana Rinci Kawasan Strategis perlu dilakukan dengan didasarkan pada :

1. Rencana Tata Ruang Kabupaten yang telah ditetapkan;

2. Pendekatan nilai strategis kawasan dan / atau kegiatan kawasan 3. Aspirasi masyarakat

3.3 Skenario Pembangunan Kabupaten Kaimana

Kecenderungan perkembangan yang ada tidak menunjukkan adanya percepatan karena masih hanya didasarkan pada sektor ekonomi primer (pertanian) dengan penekanan pada pemenuhan kebutuhan lokal. Sementara itu, karakteristik wilayah Kabupaten Kaimana yang didominasi oleh kawasan perairan dan kawasan lindung, menyebabkan adanya keterbatasan kawasan daratan yang dapat dikembangkan. Oleh karena itu, skenario pengembangan Kabupaten Kaimana adalah pengembangan yang berorientasi pada pemanfaatan potensi sumber daya laut dan pesisir. Pengembangan ke arah kawasan perairan ini diharapkan juga menjadi upaya untuk tetap melestarikan

fungsi serta keberadaan kawasan lindung daratan.

Skenario pengembangan Kabupaten Kaimana disusun berdasarkan hasil analisis daya dukung lahan, potensi sumberdaya alam, kesesuaian lahan dan potensi ekonomi dengan mempertimbangkan struktur dan pola ruang saat ini. Hal paling utama dalam penentuan skenario ini adalah bahwa skenario yang dipilih haruslah mencerminkan upaya menuju pencapaian visi pembangunan jangka panjang Kabupaten Kaimana. Oleh karena itu, skenario pengembangan yang digunakan tidak dapat hanya bertumpu pada kecenderungan perkembangan yang ada selama ini.

Berdasarkan pada pemikiran tersebut, maka disusunlah alternatif skenario pengembangan ekonomi Kabupaten Kaimana yang mampu mendorong percepatan pembangunan yaitu melalui pengembangan sektor primer, sekunder maupun tersier secara bersama-sama. Meskipun demikian, pengembangan sektor sekunder maupun tertier tetap berbasiskan pada sektor primer. Karena kekayaan alamnya, seluruh sektor primer berpotensi untuk dikembangkan baik pertanian tanaman pangan, perkebunan, kehutanan, perikanan dan pertambangan. Selanjutnya setiap sub-sektor tersebut dicoba untuk dianalisis potensi maupun hambatan pengembangannya, seperti terlihat pada Tabel berikut :

Perkembangan sub sektor pariwisata khususnya pariwisata bahari tidak dimasukkan dalam analisis di atas, karena sub sektor ini sudah merupakan keharusan untuk dikembangkan terutama dalam upaya pencapaian visi pembangunan. Sub sektor pariwisata diharapkan akan mempercepat pertumbuhan ekonomi karena memiliki multiplier effects terutama pada sektor perdagangan, hotel dan restauran serta sub sektor jasa lainnya.

Dari tabel rangkuman hasil analisis tersebu, maka terdapat 3 (tiga) alternatif skenario pengembangan yang dibedakan berdasarkan percepatan pertumbuhan pembangunan ekonominya yaitu percepatan rendah, moderat (sedang), dan tinggi. Percepatan pembangunan ekonomi yang rendah disini masih memiliki tingkat percepatan yang lebih tinggi dibandingkan percepatan pertumbuhan ekonomi saat ini. Ketiga skenario tersebut

Tabel 3.1

Potensi dan Masalah Pengembangan sektor/sub sektor ekonomi

SUB SEKTOR POTENSI MASALAH

Pertanian Tanaman Pangan

• Saat ini menjadi sektor potensial daerah.

• Masyarakat setempat bekerja di sektor pertanian

• Kondisi iklim dan tanah mendukung

• Memerlukan lahan daratan yang cukup luas, sementara ketersediaan lahan kurang.

• Hanya mampu untuk pasar provinsi (lokal) Perkebunan • Masyarakat setempat biasa

bekerja di sektor pertanian

• Kondisi iklim dan tanah mendukung

• Terdapat ketersediaan lahan sekitar 40.000 ha.

• Dalam skala besar mampu meningkatkan pertumbuhan ekonomi dengan

pengembangan ke arah sektor sekunder

• Terbatasnya lahan menye-babkan

pengembangan hanya dapat untuk skala provinsi / lokal

• Pembukaan lahan (land clearing)

menimbulkan dampak negatif

Kehutanan • Memiliki peluang berperan dalam perekonomian daerah

• Adanya ketersediaan lahan yang luas untuk hutan

produksi dan hutan produksi terbatas

• Adanya potensi

pengembangan ke sektor sekunder (pengolahan)

• Pertumbuhan ekonomi akan meningkat cepat dengan pemanfaatan hasil kayu

• Potensi hasil hutan non kayu besar • Mengurangi kualitas dan kuantitas vegetasi tutupan lahan sehingga potensi kerusakan alam tinggi

Perikanan • Memiliki peluang berperan dalam perekonomian daerah

• Potensi SDA tinggi

• Sesuai dengan kebijakan pembangunan

• Tidak memerlukan lahan yang besar

• Adanya potensi

pengembangan ke arah sektor sekunder (pengolahan)

• Orientasi

pembangunan ke arah daratan

Pertambangan • Potensi SD Mineral tinggi

• Pertumbuhan ekonomi akan meningkat cepat • Potensi kerusakan alam tinggi • Orientasi pembangunan ke arah daratan 1. SKENARIO I

Pembangunan ekonomi diarahkan dengan percepatan rendah namun berkelanjutan baik ditinjau dari pertumbuhan ekonomi maupun pelestarian alamnya. Sektor/sub sektor yang dipilih adalah :

a. Pariwisata Bahari

b. Perikanan yang diikuti dengan pengembangan sektor sekunder yaitu industri pengolahan perikanan

c. Pertanian (tanaman pangan pangan dan perkebunan) untuk pasar propinsi/lokal d. Kehutanan dengan penekanan pada pemanfaatan hasil hutan non kayu dan jasa

lingkungan

2. SKENARIO II

Pembangunan ekonomi diarahkan dengan percepatan tinggi untuk mengejar ketertinggalan. Sektor/sub sektor yang dipilih adalah :

• Pariwisata Bahari

• Perikanan yang diikuti dengan pengembangan sektor sekunder yaitu industri pengolahan perikanan

• Pertambangan pada seluruh lahan berpotensi

• Kehutanan dengan penekanan pada pemanfaatan hasil hutan kayu yang diikuti dengan pengembangan sektor sekunder (industri pengolahan kayu)

• Pertanian (tanaman pangan pangan dan perkebunan) untuk pasar propinsi/lokal

3. SKENARIO III

Pembangunan ekonomi diarahkan dengan percepatan sedang (moderat) untuk mengejar ketertinggalan tanpa harus mengalami kerusakan alam yang berarti. Sektor/sub sektor yang dipilih adalah :

a. Pariwisata Bahari

b. Perikanan yang diikuti dengan pengembangan sektor sekunder yaitu industri pengolahan perikanan

c. Pertambangan terbatas

d. Kehutanan dengan penekanan pada pemanfaatan hasil hutan kayu yang diikuti dengan pengembangan sektor sekunder (industri pengolahan kayu)

e. Pertanian (tanaman pangan pangan dan perkebunan) untuk pasar propinsi/lokal maupun yang lebih luas (regional)

Kedua skenario tersebut masing-masing memiliki kelemahan maupun kelebihan yaitu : 1. KELEBIHAN

• Skenario I :

a. Mencakup pengembangan sektor primer, sekunder dan tertier

b. Tidak memerlukan lahan yang luas dan tidak ada pembukaan hutan (tutupan vegetasi hutan tetap)

c. Memanfaatkan potensi SDA yang belum diolah khususnya di wilayah perairan

d. Potensi kerusakan alam kecil sehingga kawasan lindung dapat terjaga

• Skenario II

b. Memiliki pertumbuhan ekonomi tinggi

c. Memanfaatkan potensi SDA yang belum terolah

• Skenario III

a. Mencakup pengembangan sektor primer, sekunder dan tertier b. Memiliki pertumbuhan ekonomi moderat

c. Sumber daya pertambangan termanfaatkan meskipun dengan pemanfaatan terkendali

d. Pembangunan dilakukan baik ke wilayah daratan dan perairan 2. KELEMAHAN

• Skenario I :

a. Memiliki pertumbuhan ekonomi moderate

b. Potensi hutan dan bahan mineral / galian tidak termanfaatkan

• Skenario II :

a. Potensi kerusakan lingkungan tinggi b. Potensi pembukaan lahan hutan tinggi

c. SDA yang akan dikembangkan bukan SDA terbarukan (pertambangan)

• Skenario III:

a. Adanya potensi kerusakan lingkungan akibat penambangan b. SDA yang dikembangkan bukan SDA terbarukan (pertambangan)

Untuk menentukan skenario mana yang akan dikembangkan, maka perlu dikemukakan kembali visi pembangunan Kabupaten Kaimana. Visi pembangunan tersebut adalah

“Percepatan Peningakatan Kesejahteraan Masyarakat Menuju Kamana Sebagai Kabupaten Termaju Di Selatan Papua Pada Tahun 2010”. Prinsip-prinsip pembangunan yang tersirat dari Visi tersebut adalah 1) Pariwisata bahari akan menjadi sektor unggulan daerah; 2) Pembangunan Kabupaten Kaimana menekankan pada pelestarian lingkungan; dan 3) Pembangunan Kabupaten Kaimana menekankan pada pengembangan SDM.

Berdasarkan prinsip-prinsip tersebut dan untuk mengejar ketertinggalan pembangunan di Kabupaten Kaimana maka skenario III dapat dikembangkan untuk pembangunan 20

tahun ke depan. Skenario pengembangan ekonomi ini mencerminkan upaya peningkatan perekonomian daerah melalui pengembangan baik sektor primer (perikanan, pertanian dan pertambangan), sekunder (industri pengolahan perikanan dan industri pertambangan) maupun tertier (pariwisata bahari) secara stimultan. Pengembangan ekonomi berorientasi baik pada sumber daya laut maupun sumber daya yang ada di daratan. Pengembangan sumber daya laut tetap akan mendahulukan kepentingan pelestarian lingkungan khususnya di Teluk Triton. Sementara itu, pengembangan sumber daya di daratan khususnya sumber daya pertambangan akan tetap mendahulukan kepentingan pelestarian hutan lindung yang ada.

Potensi hutan yang ada baik hutan produksi maupun hutan lindung perlu dilestarikan dengan cara mengelola pemanfaatannya. Berdasarkan Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 6 tahun 2007 tentang Tata Hutan dan Penyusunan Rencana Pengelolaan Hutan serta Pemanfaatan Hutan, pemanfaatan hutan untuk kegiatan ekonomi tidak hanya berasal dari pemanfaatan hasil kayu melainkan juga dapat dari pemanfaatan yang tidak harus merusak hutan. PP ini mengatur bahwa pemanfaatan hutan meliputi 1) pemanfaatan kawasan hutan; 2) Pemanfaatan jasa lingkungan dan 3) Pemungutan hasil hutan. Untuk kawasan lindung, ketiga macam pemanfaatan hutan tersebut dapat dilakukan, hanya pemungutan hasil hutan yang diperbolehkan adalah hasil hutan non kayu.

Pemanfaatan kawasan hutan, baik di hutan lindung maupun produksi dapat berupa kegiatan :

• budidaya tanaman obat;

• budidaya tanaman hias;

• budidaya jamur;

• budidaya lebah;

• penangkaran satwa liar;

• rehabilitasi satwa; atau

Pemanfaatan jasa lingkungan pada Hutan Lindung dan Hutan Produksi dilakukan, antara lain, melalui kegiatan usaha :

• pemanfaatan jasa aliran air;

• pemanfaatan air;

• wisata alam;

• perlindungan keanekaragaman hayati;

• penyelamatan dan perlindungan lingkungan; atau

• penyerapan dan/atau penyimpanan karbon.

Pemungutan hasil hutan bukan kayu pada hutan lindung juga dapat dilakukan antara lain berupa rotan; madu; getah; buah; jamur; atau sarang burung walet.

Sedangkan pada hutan produksi, pemanfaatan hasil hutan bukan kayu dibedakan pada hutan alam dan hutan tanaman. Pemanfaatan hasil hutan bukan kayu dalam hutan alam pada hutan produksi antara lain berupa pemanfaatan :

a. rotan, sagu, nipah, bambu, yang meliputi kegiatan penanaman, pemanenan, pengayaan, pemeliharaan, pengamanan, dan pemasaran hasil.

b. getah, kulit kayu, daun, buah atau biji, gaharu yang meliputi kegiatan pemanenan, pengayaan, pemeliharaan, pengamanan, dan pemasaran hasil.

Melihat begitu banyaknya manfaat hutan bagi pengembangan ekonomi dengan tanpa melakukan ”land clearing”, maka pengembangan sektor kehutanan di Kabupaten Kaimana difokuskan pada pemanfaatan hasil hutan non kayu. Hanya dalam pelaksanaan pemanfaatan hutan tersebut perlu diatur agar tidak menimbulkan dampak kerusakan hutan.

Potensi sektor pertambangan di Kabupaten Kaimana hingga saat ini belum termanfaatkan. Kandungan batu bara yang terdapat di Kabupaten Kaimana secara ekonomi memiliki potensial tinggi untuk dikelola. Pemanfaatan sumber daya alam ini akan mempercepat pertumbuhan ekonomi daerah meskipun di lain pihak memiliki potensi terjadinya kerusakan alam. Oleh karena itu, pemanfaatan sumber daya alam khususnya batu bara dapat dikembangkan secara terbatas untuk lokasi yang tidak

mengganggu keberadaan dan fungsi hutan lindung. Selain itu diperlukan pengaturan yang ketat terhadap pemanfaatan maupun pengelolaan pertambangannya.

3.3.1 Rencana Induk Sistem (RIS)/Master Plan Infrastruktur

Masterplan infrastruktur belum dibuat (masih dalam proses pengusulan)

3.3.2 Identifikasi Kebutuhan Investasi Pembangunan Infrastruktur

A. Sistem Transportasi

Dokumen terkait