3.1
Petunjuk Umum
3.1.1 Umum
Kebijakan pembangunan Kabupaten Kaimana yang tertuang dalam Rencana Tata Ruang
Wilayah (RTRW 2007 - 20017) yang dijadikan sebagai dasar Pembangunan Kabupaten
Kaimana khususnya, dan umumnya Provinsi Papua Barat. Kebijakan Perencanaan
pembangunan di Kabupaten Kaimana didasari pada potensi yang dimiliki, baik potensi
sumber daya alam maupun potensi sosial budaya dan dapat tumbuh serta berkembang
dan pertumbuhan daerahnya agar dapat mengejar ketertinggalan daerahnya dengan
daerah di Wilayah Indonesia Barat.
3.1.2 Fenomena Perkembangan
Prioritas utama dari pengembangan wilayah di Kabupaten Kaimana adalah
menggunakan pendekatan pengembangan Growth Pole (Kutub Pertumbuhan), yaitu
pengembangan pusat kegiatan dan perkembangan yang ada di wilayah inti yang
dikembangkan lebih dulu dari wilayah lainnya untuk tujuan apabila telah berkembang
dapat mempengaruhi perkembangan kegiatan wilayah lebih lanjut (hinterland-nya).
Sehingga dengan adanya pendekatan growth pole diharapkan terjadi penyebaran
wilayah yang dilakukan dengan mengembangkan pusat-pusat pertumbuhan yang
diharapkan jika sudah berkembang dapat memberikan efek penetasan ke bawah
(trickling down effect) pada wilayah sekitarnya (wilayah hinterland-nya). Pusat
Pertumbuhan (Growth Pole) ini biasanya terdapat di daerah perkotaan. Misalnya
Distrik Kaimana sebagai pusat kegiatan inti di Kabupaten Kaimana dikembangkan lebih
dari distrik lainnya yang ditujukan untuk perencanaan wilayah yang pada akhirnya
akan menyebarkan tumbuhnya pusat-pusat kegiatan baru di wilayah sekitarnya.
Setelah pusat pertumbuhan cukup berkembang dan mampu memberikan efek
penetasan ke wilayah lainnya (trickling down effect). Melalui pendekatan
desentralisasi perkembangan wilayah yang perlu ditingkatkan terutama pada
pengembangan pusat-pusat kegiatan kedua agar pusat kegiatan utama tidak menjadi
terlalu “primat” karena ada pusat - pusat perkembangan lain dalam skala yang lebih
rendah yang mengimbangi daya tarik terhadap pusat-pusat pertama. Pusat kedua ini
dapat disebut sebagai counter magnet bagi trend privatisasi pusat pertama. Pada
pelaksanaannya pendekatan growth pole ini dapat mengakibatkan backwash effect
bagi wilayah sekitar. Untuk memperjelas dapat dilihat pada Gambar 3.1berikut.
Gambar 3.1 Backwash Effect
3.1.3 Kebijakan dan Sasaran Pembangunan Kabupaten Kaimana A. Pegembangan Wilayah Kabupaten Kaimana
Kabupaten Kaimana belum memiliki Rencana Tata Ruang. Untuk sementara, cara yang
ditempuh Pemerintah Kabupaten Kaimana untuk mempercepat pertumbuhan dan proses
pembangunan di wilayah ini adalah dengan membaginya kedalam lima Wilayah
Pembangunan (WP). Pembagian WP serta pola dan kegiatan pengembangan pada
masing-masing WP didasarkan pada karakteristik, potensi dan kondisi umum wilayah.
Pembagian wilayah ini juga untuk mewujudkan keterkaitan antar kegiatan yang
memanfaatkan ruang dengan kebijakan dan peraturan yang berlaku, antara lain
mengenai kawasan khusus/perlindungan, budidaya, permukiman, sarana dan prasarana
umum. Selain itu juga untuk memberi arah mengenai wilayah-wilayah prioritas
pengembangan 15 – 25 tahun ke depan, serta mengantisipasi perkembangan wilayah
regional terutama Kawasan Kepala Burung,
Ke lima Wilayah Pembangunan (WP) tersebut adalah sebagai berikut :
1. Wilayah Pengembangan Kaimana dengan pusat pengembangannya adalah Kota
Kaimana yang melayani Tanggaromi sampai dengan Lobo. WP ini didominasi oleh
kegiatan :
pertanian tanaman pangan lahan kering yang diarahkan kepada pemenuhan kebutuhan masyarakat lokal dan juga untuk dipasarkan ke wilayah kabupaten
lain;
peternakan yang diarahkan pada pemenuhan kebutuhan masyarakat dan masyarakat di wilayah kabupaten lain;
industri kecil dan kerajinan;
pariwisata baik berupa wisata pantai pasir putih, wisata laut (terumbu karang, habitat ikan lumba-lumba dan ikan paus, wisata budaya yaitu hasil
peninggalan sejarah berupa kerajaan);
Pusat pemerintahan kabupaten;
Simpul jasa dan distribusi dengan skala regional.
Pusat Kegiatan Ekonomi Skala Regional
Bandara Pusat Pelayanan Primer
Pelabuhan Laut Utama Primer
2. Wilayah Pengembangan Teluk Etna yang melayani wilayah Distrik Teluk Etna
dengan pusat wilayah pengembangan adalah Weripi. WP ini didominasi oleh
kegiatan :
pertanian tanaman pangan lahan kering dan lahan basah yang diarahkan kepada pemenuhan kebutuhan masyarakat Kabupaten Kaimana maupun untuk
kebutuhan masyarakat kabupaten lain;
peternakan yang diarahkan pada pemenuhan kebutuhan masyarakat Kabupaten Kaimana;
industri kecil dan kerajinan;
Industri Produk Hasil Hutan yang merupakan relokasi dari wilayah Jawa Timur
Pelabuhan Laut Pengumpan Regional;
Bandara Bukan Pusat Penyebaran
Perdagangan lokal
Kegiatan Kehutanan yang merupakan bahan baku untuk kegiatan industri hasil hutan (Pabrik Plywood);
Pusat Kegiatan Ekonomi Skala Lokal (untuk melayani beberapa wilayah hinterlandnya) yang ditandai dengan adanya Kantor Cabang Pembantu untuk
lembaga keuangan;
Pusat Infrastruktur Wilayah dengan Skala Lokal yang ditandai dengan adanya Kantor Cabang Pembantu PLN, Telkom, Pos, PDAM.
3. Wilayah Pengembangan Teluk Arguni yang melayani wilayah Distrik Teluk Arguni
dengan pusat wilayah pengembangan adalah Bofuwer. WP ini didominasi oleh
kegiatan :
pertanian tanaman pangan lahan kering dan lahan basah yang diarahkan kepada pemenuhan kebutuhan masyarakat Kabupaten Kaimana;
perikanan laut untuk menunjang kebutuhan masyarakat Kabupaten Kaimana, kabupaten lainnya dan ekspor;
pariwisata dengan obyek wisata danau air manis, hutan yang kaya dengan spesies kupu-kupu, dan pusaran air yang keras untuk kegiatan wisata air.
peternakan yang diarahkan pada pemenuhan kebutuhan masyarakat Kabupaten Kaimana;
Pelabuhan Laut Pengumpan Regional;
Perdagangan lokal untuk memenuhi kebutuhan masyarakat yang dilayani maupun sebagai pusat pemasaran produk wilayah sekitarnya;
Kegiatan Kehutanan yang merupakan bahan baku untuk kegiatan industri hasil
Pusat Kegiatan Ekonomi Skala Lokal (untuk melayani beberapa wilayah hinterlandnya) yang ditandai dengan adanya Kantor Cabang Pembantu untuk
lembaga keuangan;
Pusat Infrastruktur Wilayah dengan Skala Lokal yang ditandai dengan adanya Kantor Cabang Pembantu PLN, Telkom, Pos, PDAM.
4. Wilayah Pengembangan Buruway yang melayani wilayah Distrik Buruway dengan
pusat wilayah pengembangan adalah Kambala. WP ini didominasi oleh kegiatan :
pertanian tanaman pangan lahan kering dan lahan basah yang diarahkan kepada pemenuhan kebutuhan masyarakat Kabupaten Kaimana maupun untuk
kebutuhan masyarakat kabupaten lain;
perikanan laut dan budidaya laut untuk menunjang kebutuhan masyarakat Kabupaten Kaimana, kabupaten lainnya dan ekspor;
Pariwisata dengan obyek wisata pantai pasir putih, hutan suaka alam, dan pulau penyu.
peternakan yang diarahkan pada pemenuhan kebutuhan masyarakat Kaimana;
industri kecil dan kerajinan;
Pelabuhan Laut Pengumpan Regional;
Perdagangan lokal
Kegiatan Kehutanan yang merupakan bahan baku untuk kegiatan industri hasil hutan (Pabrik Plywood);
Pusat Kegiatan Ekonomi Skala Lokal (untuk melayani beberapa wilayah hinterlandnya) yang ditandai dengan adanya Kantor Cabang Pembantu untuk
lembaga keuangan;
Pusat Infrastruktur Wilayah dengan Skala Lokal yang ditandai dengan adanya Kantor Cabang Pembantu PLN, Telkom, Pos, PDAM.
5. Wilayah Pengembangan Pulau Adi yang melayani wilayah Pulau Adi dengan pusat
wilayah pengembangan adalah Adijaya. WP ini didominasi oleh kegiatan :
masyarakat kabupaten lain;
Pariwisata dengan obyek wisata pulau penyu.
Pelabuhan Laut Pengumpan Regional;
Bandara Bukan Pusat Penyebaran
Perdagangan lokal
Pusat Infrastruktur Wilayah dengan Skala Lokal yang ditandai dengan adanya Kantor Cabang Pembantu PLN, Telkom, Pos, PDAM.
Berdasarkan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Kabupaten Kaimana
tahun 2006 – 2025, visi pembangunan jangka panjang adalah: “Percepatan
Peningakatan Kesejahteraan Masyarakat Menuju Kaimana Sebagai Kabupaten
Termaju Di Selatan Papua Pada Tahun 2010”.
Dalam mewujudkan visi tersebut di atas, maka misi dari pemerintah Kabupaten Kaimana
adalah :
1. Peningkatan Kualitas dan Produktivitas Sumber Daya Manusia yang akan diraih
terutama melalui upaya peningkatan pendidikan, kualitas kesehatan dan
peningkatan produktivitas masyarakat Kaimana;
2. Pengembangan struktur perekonomian yang tangguh, hal ini diperlukan untuk
peningkatan dan pemerataan kesehateraan ekonomi masyarakat Kaimana agar
memiliki kemandirian, kemampuan dan daya saing dalam menghadapi persaingan
antar daerah serta dalam rangka pengentasan kemiskinan;
3. Pemantapan kinerja pemerintah daerah, termasuk didalamnya pengelolaan aspek
politik, hukum dan HAM. Melalui peningkatan kinerja ini diharapkan Pemerintah
Daerah dapat menjadi pendorong bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat;
4. Peningkatan implementasi pembangunan berkelanjutan, terutama berkaitan dengan
isu daya dukung lingkungan, keseimbangan ekosistem, jumlah dan persebaran
penduduk, serta mitigasi bencana alam;
5. Peningkatan kualitas kehidupan sosial yang berlandaskan agama dan budaya daerah.
B. Tujuan dan Sasaran Pembangunan Daerah
Dengan merujuk pada visi dan misi daerah, maka tujuan dan sasaran pembangunan
Kabupaten Kaimana diarahkan pada terwujudnya ”Termaju di Selatan Papua”, yang
ditandai oleh :
1. Meningkatkan mutu dan pemerataan pelayanan pendidikan, kesehatan dan
produktivitas untuk peningkatan daya saing SDM Kaimana. Sasaran yang ingin
dicapai adalah :
• Terkendalinya rata-rata lama sekolah
• Meningkatnya melek huruf;
• Tercapainya angka partisipasi murni SLTP minimal 70%;
• Tercapainya angka harapan hidup 65 tahun;
• Meningkatnya serapan tenaga kerja per sektor
2. Meningkatkan pemerataan dan pertumbuhan ekonomi, dengan sasaran :
• Meningkatnya laju pertumbuhan ekonomi,
• Jumlah orang miskin berkurang;
• Mengurangi pengangguran;
• Tumbuh minat dan realisasi investasi baru di Kaimana;
• Meningkatnya peran koperasi, usaha kecil dan menengah terhadap PDRB;
• Meningkatnya kualitas infrastruktur wilayah.
3. Meningkatnya sinergitas, produktifitas dan akuntabilitas managemen pemerintah
daerah. Sasaran yang ingin dicapai adalah :
• Meningkatnya penegakan hukum dan HAM;
• Meningkatnya efektivitas dan efisiensi pemanfaatan APBD;
• Meningkatnya akuntabilitas kinerja pelayanan publik perangkat daerah;
• Meningkatnya kompetensi aparatur;
• Meningkatnya sinergitas antara tingkat pemerintah;
• Meningkatnya peran dan partisipasi masyarakat dalam pembangunan daerah;
4. Meningkatnya daya dukung dan daya tampung lingkungan dengan sasaran yang ingin
dicapai :
• Terkendalinya laju pertumbuhan penduduk di bawah 2%;
• Tercapainya kawasan lindung sebesar 60%;
• Terwujudnya struktur tata ruang Kaimana, terdiri dari pengembangan PKN dan PKW serta pengembangan infrastruktur wilayah dalam rangka pengembangan
kawasan andalan;
• Terlaksananya pengelolaan lingkungan dengan pendekatan DAS (Daerah Aliran Sungai) dan Ecoregion;
• Meningkatnya pelaksanaan kualitas managemen pencegahan dan penanggulangan (Migitasi) bencana alam.
5. Meningkatnya pengalaman ajaran agama, keharmonisan sosial dan apresiasi
terhadap budaya. Sasaran yang diharapkan :
• Terwujudnya pemberdayaan peran lembaga kemasyarakatan dan pemimpin informal;
• Terpeliharanya kerukunan umat beragama;
• Tumbuhnya kondisi yang kondusif bagi perkembangan aktivitas keagamaan, sosial, politik dan kebudayaan ditengah masyarakat;
• Tegaknya kehidupan berdemokrasi yang taat hukum dan menjunjung tinggi HAM;
• Terpelihara ketentraman dan ketertiban sosial.
3.2 Strategi/Skenario Pengembangan Wilayah Kabupaten Kaimana Berdasarkan Rencana Penataan Ruang (RTRW)
Kabupaten Kaimana yang berada di bawah kepala burung Pulau Papua, memiliki luas
wilayah sebesar 1.850.000 Ha, Kabupaten Kaimana terdiri dari 7 distrik. Masing-masing
distrik, terutama pada saat musim penghujan, tidak terjangkau oleh angkutan jalan
raya, dan itu pula sebabnya peranan angkutan laut sangat penting dalam kaitan
hubungan dengan wilayah lainnya. Sebagai suatu wilayah kabupaten yang baru
dimekarkan, struktur organisasi pemerintah daerah maupun sumber daya manusia yang
ada di pemerintahan, masih sangat sederhana dan terbatas. Demikian pula halnya
dengan potensi pendapatan asli daerah, yang masih mengandalkan pada pendapatan
dari sub sektor perikanan dan kehutanan, dan itu pun belum dapat dikatakan
maksimal mengingat bahwa usaha di kedua sub sektor tersebut masih belum maksimal
yang antara lain disebabkan karena faktor infrastruktur pendukung yang masih sangat
terbatas.
Sebagai suatu kabupaten yang baru dimekarkan dari Kabupaten Fakfak,
pengembangan tata ruang wilayah kabupaten Kaimana tentunya tidak luput pula dari
sejumlah hambatan-hambatan yang antara lain, yaitu :
1. Keterbatasan SDM Pemerintah Daerah
Sebagai suatu kabupaten yang baru dimekarkan, kebutuhan SDM untuk mengisi
struktur pemerintahan yang dibutuhkan, tentunya akan sangat besar. Disatu
pihak, untuk mengisi struktur yang dibutuhkan, ada sejumlah persyaratan yang
dibutuhkan seperti kepangkatan (golongan. Dan itu pula sebabnya menjadi tidak
mudah bagi pemerintahan yang baru terbentuk untuk segera mengisi struktur
sesuai dengan tingkat kebutuhan. Permasalahan SDM akan semakin bertambah bila
dikaitkan dengan kualitas teknis yang dibutuhkan untuk menyusun
program-program pembangunan sebagai penjabaran visi dan misi Kabupaten Kaimana,
apalagi bila hal ini dikaitkan pula dengan isu putra daerah dalam sistem
perekrutan kepegawaian.
Keterbatasan kuantitas dan kualitas SDM berdampak pula pada sistem
pendelegasian tugas. Acapkali yang terjadi adalah tidak ada pendelegasian
wewenang dari pimpinan ke bawahan untuk melaksanakan tugas-tugas pimpinan
yang berakibat pada pelaksanaan kegiatan kantor menjadi tidak efektif.
2. Keterbatasan Data
Sebagai suatu wilayah yang baru dimekarkan, keberadaan data wilayah tentunya
masih menyatu dengan data wilayah kabupaten induk, dan itu berarti bahwa
ketersediaan data akan sangat tergantung pada ketersediaan data di kabupaten
induk. Permasalahan lainnya berkaitan dengan data adalah bila pada tingkatan
beberapa wilayah di Kabupaten Kaimana, sehingga terjadi hambatan untuk
mendapatkan data yang lengkap pada suatu seri waktu, sementara ketepatan
prediksi di masa mendatang sangat tergantung pada datatime series .
3. Jumlah Penduduk yang Rendah
Jumlah penduduk yang sangat rendah, juga merupakan hambatan dalam menyusun
rencana tata ruang wilayah, terutama dalam hal proyeksi kebutuhan prasarana
dasar dan infrastruktur wilayah yang dibutuhkan. Diperlukan justifikasi yang
tentunya memerlukan argumentasi yang kuat untuk meyakinkan berbagai pihak
bahwa penentuan kebutuhan prasarana dasar dan infrastruktur wilayah, terutama
dikaitkan dengan keterbatasan sumber pendanaan pemerintah. Sebagai contoh,
berdasarkan standar yang disusun oleh Dirjen Cipta Karya, untuk jumlah penduduk
500 jiwa akan memerlukan 1 SD. Lantas, pertanyaannya adalah, bagaimana untuk
suatu kawasan permukiman dengan penduduk kurang dari 100 jiwa, namun memiliki
beberapa anak usia sekolah SD, sedangkan jarak dari kawasan permukiman tersebut
dengan kawasan terdekat yang memiliki fasilitas SD, sangat tidak mungkin untuk
dicapai? Apakah lantas orang tersebut tidak perlu sekolah, sementara pemerintah
telah menetapkan program wajib belajar untuk SD s/d SLTP.
4. Minimnya Infrastruktur perhubungan
Minimnya infrastruktur perhubungan seperti prasarana transportasi darat, prasarana
transportasi maupun prasarana transportasi udara, menuntut kerjakeras dari pihak
pemerintah daerah sebagai pengguna produk rencana tata ruang wilayah, dalam hal
menyiapkan sejumlah program-program pembangunan infrastruktur yang
dibutuhkan. Hal ini tentunya sangat terkait dengan kemampuan pemerintah daerah
dalam hal menyediakan sumber-sumber pembiayaan pembangunan yang jumlahnya
sangatlah besar. Dengan adanya keterbatasan sumber pembiayaan pembangunan
tentunya membuat pemerintah daerah harus berpikir keras dalam menentukan skala
prioritas, karena kesalahan dalam menentukan skala prioritas dapat berdampak
pada timbulnya permasalahan tata ruang wilayah.
5. Minimnya infrastruktur telekomunikasi
Telekomunikasi mempunyai peranan yang penting terutama dalam kaitan untuk
mendukung kegiatan usaha masyarakat. Ketiadaan infrastruktur telekomunikasi
dapat menjadi penghambat majunya kegiatan perekonomian suatu wilayah,
namun untuk membangun infrastruktur telekomunikasi akan memerlukan dana
yang tidak sedikit. Sehingga kalau dikaitkan dengan potensi pasar pengguna
telekomunikasi, untuk distrik di luar wilayah kota kabupaten, tentunya
pembangunan infrastruktur telekomunikasi belum tentu akan terwujud dalam
beberapa tahun yang akan datang. Memang butuh suatu langkah kerja keras dari
pihak yang bertanggung jawab di bidang telekomunikasi (pihak telkom dan pos)
untuk meyakinkan pihak terkait untuk mewujudkan pembangunan infrastruktur
telekomunikasi guna mendorong pertumbuhan perekonomian wilayah.
6. Minimnya Prasarana Dasar Wilayah
Prasarana dasar wilayah tidak terkait langsung dengan pertumbuhan
perekonomian wilayah, sehingga ada pemikiran bahwa pembangunan prasarana
wilayah adalah merupakan suatu kegiatan yang cost centre. Oleh karenanya,
dalam suatu situasi dimana sumber pendanaan pemerintah daerah terbatas,
pembangunan prasarana dasar wilayah mungkin bukan suatu prioritas utama.
7. Keterbatasan Sumber Pembiayaan
Bagaimana pun, pembangunan berbagai infrastruktur yang dibutuhkan dalam
suatu wilayah, tidak akan terlepas dari aspek pendanaan, sementara bagi suatu
pemerintah daerah, untuk membiayai kebutuhan rutin seperti membayar gaji
pegawai, pemeliharaan aset-aset daerah serta kelengkapan lainnya juga
memerlukan biaya yang tidak kalah kecilnya. Apalagi bagi suatu daerah seperti
Kabupaten Kaimana yang potensi Sumber Pendapatan Asli Daerahnya kecil,
sehingga menjadi sangat tergantung pada Dana Alokasi Umum dan Dana Alokasi
Khusus, tentunya akan sangat “sempit” ruang geraknya dalam menganggarkan
8. Minat Investasi yang masih rendah
Bagi calon investor, pertimbangan biaya, baik biaya investasi maupun biaya
operasional, menjadi sangat penting. Sedangkan biaya investasi dan biaya
operasional akan sangat tergantung dari infrastruktur yang tersedia dalam suatu
wilayah. Biaya operasional akan berbanding terbalik dengan ketersediaan
infrastruktur, dimana semakin baik infrastruktur dalam suatu wilayah, akan semakin
rendah pula biaya operasional suatu usaha, sebaliknya apabila infrastruktur sangat
minim, akan semakin tinggi pula biaya operasional. Biaya operasional maupun biaya
investasi yang tinggi tentunya akan menurunkan minat calon investor untuk
melakukan investasi di suatu wilayah.
Kabupaten Kaimana memiliki potensi di sub-sektor kehutanan, perkebunan dan
perikanan. Tentunya hal ini menjadi salah satu daya tarik untuk memikat investor di
bidang industri kehutanan, perikanan maupun perkebunan. Untuk mendorong
percepatan investasi ke wilayah kabupaten Kaimana, tentunya harus pula diikuti oleh
langkah-langkah konkret dari pemerintah daerah dalam penyediaan infrastruktur seperti
air bersih, listrik, telekomunkasi, jaringan jalan raya, pelabuhan dan bandara udara.
Pembangunan infrastruktur tentunya akan berdampak pada penyediaan kesempatan
kerja yang akan mendorong masuknya sejumlah orang yang membutuhkan pekerjaan ke
suatu wilayah. Akan terjadi mobilisasi penduduk dalam jumlah besar yang bukan saja
penduduk lokal namun juga bisa terjadi migrasi penduduk dari luar wilayah yang sedang
membangun. Dan akibatnya akan terjadi peningkatan kebutuhan akan barang-barang
kebutuhan pokok, dan sebagainya, yang pada akhirnya akan mendorong pertumbuhan
kegiatan perdagangan yang akan bermuara pada peningkatan sumber pendapatan
daerah.
Pembangunan infrastruktur wilayah juga akan mendorong gairah perekonomian wilayah
seperti munculnya para pengusaha di bidang kontraktor, perdagangan mesin dan
alat-alat, persewaan alat-alat berat dan sebagainya. Dengan infrastruktur yang telah
tersedia, tentunya akan berdampak pada kemudahan aksesibilitas dari satu distrik ke
distrik lain. Dan ini akan berdampak pada semakin besarnya pergerakan dari dan ke luar
wilayah Kabupaten Kaimana. Kegiatan hotel dan restauran tentunya juga akan
semakin bergairah.
Berdasarkan permasalahan dan potensi yang ada di wilayah Kabupaten Kaimana, ada 3
alternatif (Skenario) pengembangan wilayah yaitu :
• Skenario 1 : Pertumbuhan dan Perkembangan Wilayah yang Dikendalikan
• Skenario 2 : Pertumbuhan dan Perkembangan Wilayah Mengikuti Kecenderungan
• Skenario 3 : Pertumbuhan dan Perkembangan Wilayah Dipercepat
Skenario 1 : Pertumbuhan dan Perkembangan Wilayah yang Dikendalikan
Asumsi
1. Keterbatasan daya dukung wilayah, terutama faktor lereng dan kawasan rawan
bencana
2. Keterbatasan SDM Pemerintah Kabupaten Kaimana
3. Keterbatasan Sumber Daya Finansial Pemerintah Kabupaten Kaimana
4. Luas wilayah dan kesulitan medan untuk membangun infrastruktur
5. Kualitas SDM yang merupakan penduduk lokal, dimana 68.4% hanya tamatan SD
dan 16,7% tamatan SLTP.
Skenario
Bila asumsi di atas terpenuhi, maka akan terjadi skenario berikut :
1. Deliniasi secara tegas terhadap kawasan lindung dan rawan bencana, artinya tidak
hanya melakukan penetapan terhadap kawasan-kawasan yang akan menjadi
kawasan lindung dan rawan bencana, namun juga diikuti dengan pembuatan
peraturan perundang-undangan (Perda) yang disertai dengan penerapan sanksi
yang tegas terhadap adanya kegiatan pembangunan di kawasan yang telah
ditetapkan sebagai kawasan lindung serta melakukan pengendalian terhadap
kegiatan pembangunan pada kawasan rawan bencana.
2. Pemerintah Daerah dalam 5 tahun pertama hanya mempersiapkan :
pemerintahan, pembentukan dinas-dinas, struktur serta pengisian personil);
Peningkatan kemampuan personil aparatur pemerintah;
Pembangunan Prasarana Transportasi yang meliputi peningkatan pelabuhan laut di kabupaten Kaimana, pelabuhan-pelabuhan lokal pada beberapa wilayah
distrik; pembangunan jaringan jalan di pusat kabupaten, serta peningkatan
jalan yang ada, terutama yang menghubungkan Kota Kaimana dengan
Kabupaten Teluk Bintuni dan pembukaan jalan yang menghubungkan Kaimana
dengan Avonna; pengembangan bandara udara Utarum dan bandara udara
perintis di Teluk Etna dan Adijaya;
Pembangunan Prasarana dan Sarana Sub Sektor Perikanan yang meliputi pembangunan Tempat Pelelangan Ikan (TPI) di distrik Teluk Etna dan Kaimana
dan Buruway; Mendorong investor untuk masuk di industri pengolahan hasil
perikanan laut.
Prasarana dan Sarana Pendidikan terutama untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan masyarakat Kabupaten Kaimana di sektor pertanian terutama
bidang perikanan budidaya, perikanan tangkap (seperti teknik penyimpanan ikan
sehingga kualitas ikan tangkapan masih tetap berkualitas untuk di ekspor atau di
pasar regional), pertanian tanaman pangan lahan kering (seperti bagaimana
agar produk hasil pertanian setelah di panen masih segar sampai di pasar).
3. Pembangunan infrastruktur wilayah terutama difokuskan untuk meningkatkan
aksesibilitas kawasan permukiman pesisir dengan Pusat Permukiman Hirarki (Ibukota
Kabupaten), Hirarki II (diantaranya Ibukota Distrik) dan Hirarki III.
4. Seluruh stakeholder berperan aktif dalam kegiatan membangun wilayah kabupaten
Kaimana.
5. Pemerintah KabupatenKaimana mengembangkan kawasan permukiman baru pada
beberapa wilayah pedalaman yang potensial untuk kawasan pertanian tanaman
pangan lahan kering dan peternakan.
6. Pada periode 5 tahun ke-2, wilayah kabupaten Kaimana akan menjadi suatu wilayah
tujuan investasi di Papua.
7. Ada peningkatan pengetahuan dan keterampilan masyarakat Kabupaten Kaimana
sehingga memiliki kemampuan berkompetisi dengan masyarakat luar. Hal ini
menjadikan masyarakat Kaimana lebih siap menjadi “tuan di negeri sendiri.”
Skenario 2 : Pertumbuhan dan Perkembangan Wilayah Mengikuti Kecenderungan
Asumsi
1. Ada harapan besar dari masyarakat akan terjadi perkembangan yang pesat di
Kaimana sebagai akibat perubahan status dari distrik menjadi kabupaten.
2. Dalam kurun waktu 10 tahun ini akan banyak penduduk yang mencoba mengadu
nasib di kota Kaimana, baik penduduk yang berasal dari distrik lain dalam wilayah
kabupaten, maupun penduduk dari luar kabupaten Kaimana.
3. Selama 5 tahun pertama, Pemerintah Kabupaten Kaimana hanya mampu
menganggarkan untuk pembangunan infrastruktur dasar dan pembangunan
perkantoran di wilayah pusat kabupaten.
4. Ada sebagian masyarakat yang memiliki modal yang mencoba berspekulasi
mencari keuntungan dari harga lahan di wilayah perkotaan.
Skenario
1. Penduduk tumbuh dengan laju pertumbuhan di atas 5% terutama di distrik
Kaimana. Pertumbuhan penduduk didominasi oleh masuknya penduduk non-skill
dari luar Kabupaten Kaimana yang bekerja sebagai buruh bangunan, pengemudi
ojek, penarik becak di wilayah pusat kabupaten.
2. Kawasan terbangun tumbuh secara cepat terutama pada kawasan perkotaan
dengan bentuk yang tidak teratur, sebagian menempati lahan-lahan yang sempit
di kawasan kaki gunung, bantaran sungai, pinggiran pantai.
3. Terjadi perubahan guna lahan yang pesat terutama di kiri dan kanan jalan, dan
sebagian tidak mengikuti tata ruang yang telah disepakati.
4. Pemerintah daerah mengalami beberapa kendala dalam kaitan dengan biaya
pembebasan lahan yang tinggi.
5. Pemerintah daerah mengalami kesulitan dalam pengendalian dan penertiban
disebabkan karena disamping personil pemerintah yang masih terbatas juga
kurangnya kemampuan teknis untuk menterjemahkan visi dan misi kabupaten
Kaimana dalam operasional di lapangan.
6. Akan timbul sektor-sektor informal pada kawasan pusat kota yang akan mengganggu
aspek keindahan kawasan dan sulit untuk ditertibkan.
7. Program-program pemerintah daerah menjadi tidak fokus pada pengembangan
infrastruktur yang akan mendorong pertumbuhan sektor unggulan sebagai akibat
banyaknya persoalan sosial dan biaya tinggi untuk kegiatan pembangunan.
8. Wilayah akan tumbuh dan berkembang tidak sesuai dengan tata ruang yang telah
disepakati. Benturan peruntukan ruang terutama disebabkan oleh para pemilik
modal/investor yang membangun sesuai keinginan masing-masing.
Skenario3 : Pertumbuhan dan Perkembangan Wilayah Dipercepat
Asumsi
1. Pemerintah Kabupaten Kaimana mampu mendapatkan pendanaan untuk membiayai
program pembangunan infrastruktur.
2. Pemerintah daerah mampu meningkatkan kemampuan SDM yang duduk dalam
birokrasi pemerintahan.
3. Berbagai kendala yang berkaitan dengan pertanahan dapat diatasi oleh pemerintah
kabupaten Kaimana
4. Pemerintah daerah mampu mendapatkan akses pasar terhadap produk sektor
pertanian kabupaten Kaimana
5. Pemerintah kabupaten Kaimana mampu meningkatkan kemampuan dan
keterampilan masyarakatnya di sektor pertanian sebagai sektor unggulan,
6. Pemerintah kabupaten Kaimana mampu meningkatkan kemampuan dan
keterampilan masyarakatnya untuk berkompetisi di sektor bangunan
Skenario
Bila asumsi di atas terpenuhi, maka akan terjadi skenario berikut :
1. Kaimana menjadi salah satu wilayah pemasok kebutuhan akan sayur mayur,
buah-buahan, daging ternak dan ikan ke wilayah kabupaten sekitarnya, terutama untuk
Kabupaten Bintuni (LNG Tangguh) dan Kabupaten Mimika (PT. Freeport).
2. Kaimana menjadi salah satu wilayah pengekspor hasil perikanan laut yang
terbesar.
3. Terjadi pertumbuhan dan perkembangan wilayah secara merata di kabupaten
Kaimana.
4. Wilayah kabupaten Kaimana menjadi salah satu daerah tujuan bagi para investor.
5. Sektor bangunan dan sektor perdagangan, hotel dan restoran tumbuh secara
menakjubkan.
Bila salah satu saja dari asumsi di atas tidak terpenuhi, maka akan terjadi skenario
berikut:
1. Hasil produk sektor pertanian berlimpah, sementara harga pasar turun yang akan
berdampak pada kekecewaan pada petani/nelayan. Secara psikologi, hal ini akan
berdampak pada berkurangnya kepercayaan masyarakat kepada pemerintah.
2. Penduduk dari luar wilayah Kabupaten Kaimana yang datang mengadu nasib di
wilayah Kaimana pada akhirnya mengalami perkembangan yang sangat pesat dan
pada akhirnya menimbulkan kesenjangan yang cukup besar dengan penduduk
lokal. Kondisi ini akan menimbulkan akumulasi kekecewaan kepada masyarakat
lokal dan sangat rawan sekali terhadap isu-isu berbau sara di masa mendatang
yang bisa saja mungkin akan dimanfaatkan oleh beberapa pihak tertentu.
Strategi dan Kebijakan Tata Ruang Kabupaten
1. Strategi Umum Pengembangan Wilayah
Upaya untuk mewujudkan visi dan misi kabupaten dari aspek penataan ruang,
memerlukan suatu strategi yang mampu mengatur dan mengendalikan ruang
secara terpadu dalam memanfaatkan sumber daya alam dan sumber daya
manusianya secara optimal, melalui :
Penegasan fungsi kawasan, baik yang bersifat lindung maupun budidaya dalam suatu pola pemanfaatan ruang.
meningkatkan perekonomian wilayah.
Menciptakan peluang bagi pusat-pusat pertumbuhan baru agar dapat berperan sebagai pembangkit pertumbuhan bagi wilayah-wilayah belakangnya.
Menyerasikan laju perkembangan antar wilayah melalui penyediaan sarana dan prasarana pelayanan serta memperluas keterkaitan ekonomi dan ruang antar dan
intra wilayah.
Meningkatkan pengelolaan sumber daya alam secara arif dengan orientasi pada perbaikan dan peningkatan kualitas lingkungan hidup.
Meningkatkan peran serta masyarakat dalam kegiatan pembangunan melalui pelibatan masyarakat secara aktif, baik perorangan maupun kelompok
masyarakat (community based development).
Strategi yang ada selanjutnya dirumuskan dalam program-program pembangunan
yang dilaksanakan secara bertahap, dengan tahapan-tahapan sebagai berikut :
A. Rencana Jangka Pendek (2005 - 2010)
Rencana jangka pendek akan berisikan program-program pembangunan prioritas
dan bersifat mendesak melalui pengembangan potensi pada sektor-sektor
tertentu yang mempunyai dampak luas bagi kehidupan dan penghidupan
masyarakat (sektor unggulan), serta penanganan terhadap kendala yang
diperkirakan akan mempengaruhi laju perkembangan kegiatan Iainnya.
B. Rencana Jangka Panjang (2010 - 2015)
Rencana jangka panjang berisikan program-program pembangunan prioritas
berikutnya dan penyempurnaan atau peningkatan pelaksanaan program
pembangunan prioritas utama. Pelaksanaan dari rencana jangka panjang ini
diharapkan sudah dapat mengatasi persoalan utama yang terdapat di daerah.
2. Strategi Umum Pengembangan Perekonomian Wilayah
Strategi umum pengembangan kegiatan perekonomian wilayah diarahkan untuk :
1) Pengembangan iklim usaha yang menjamin terciptanya persaingan yang sehat
antara usaha kecil, menengah dan besar.
2) Pemasyarakatan dan penyederhanaan mekanisme perencanaan, pemantauan
dan evaluasi kegiatan antar sektor ekonomi.
3) Pengembangan informasi pasar untuk menjamin pemasaran hasil produksi.
4) Perumusan dan pelaksanaan regulasi yang memungkinkan terciptanya iklim
yang kondusif bagi investasi, yang secara langsung berpengaruh pada
perkembangan kegiatan Usaha Kecil Menengah (UKM).
5) Penyederhanaan dan peningkatan efisiensi di bidang penyelenggaraan usaha,
untuk memberi kesempatan yang lebih besar kepada UKM memasuki pasar dan
berkembang secara wajar.
6) Peningkatan ekonomi masyarakat melalui penciptaan lapangan kerja,
penciptaan iklim usaha yang baik dan kondusif.
7) Pemberdayaan ekonomi rakyat dan sikap keberpihakan terhadap ekonomi
Iemah dan sektor informal melalui pembinaan teknis, permodalan dan
pemasaran.
8) Menciptakan dan meningkatkan peluang pasar dalam pemasaran hasil-hasil
produksi perikanan dari wilayah sekitarnya sebagai salah satu lokomotif
penggerak perekonomian wilayah.
9) Pengembangan sektor unggulan sebagai basis dalam meningkatkan pendapatan
daerah.
3. Strategi Pengembangan Struktur Ruang
A. Kawasan Perkotaan dan Pedesaan
Adapun strategi untuk pengembangan kawasan perkotaan adalah : -Mendorong
agar kawasan perkotaan dapat tumbuh dan berkembang menjadi kawasan
dengan fungsi perdagangan, simpul jasa distribusi, perkantoran dengan
ciri-ciri kawasan yang sudah tertata secara serasi dan harmonis, Adapun strategi
untuk pengembangan kawasan pedesaan adalah : -Mendorong agar kawasan
pedesaan tumbuh dan berkembang sebagai pusat permukiman, pelayanan
pemerintahan dan fungsi sosial yang sudah tertata secara serasi dan harmonis
dengan lingkungan sekitarnya.
B. Sistem Pusat Permukiman
Adapun strategi untuk pengembangan sistem pusat permukiman adalah
- Ibukota kabupaten dapat berperan sebagai Pusat Kegiatan Wilayah (PKW)
yang melayani distrik-distrik yang menjadi daerah hinterlandnya,
- Masing-masing Ibukota distrik dapat berperan sebagai Pusat Kegiatan Lokal
yang akan melayani desa-desa yang menjadi daerahhinterlandnya.
- Mendorong terbentuknya Sub Pusat Kegiatan Lokal/Desa Pusat Pertumbuhan
yang akan melayani beberapa desa di sekitarnya.
4. Strategi Pemanfaatan Ruang
A. Strategi Pemanfaatan Kawasan Lindung
Strategi pemanfaatan kawasan lindung meliputi langkah-langkah pengelolaan
kawasan lindung yang bertujuan untuk mencegah timbulnya dampak negatif
pada lingkungan hidup dan melestarikan fungsi lindung kawasan yang
memberikan perlindungan kawasan bawahnya, kawasan perlindungan setempat,
kawasan suaka alam, kawasan pelestarian alam, kawasan pelestarian budaya,
dan kawasan lindung lainnya.
Untuk kawasan lindung inl, strategi pengelolaan yang dilakukan adalah berupa
pengkajian terhadap fungsi lindung yang ada serta pengendalian kawasan
lindung inti yang masih berfungsi. Sehubungan dengan kondisi di atas, maka
kebijaksanaan yang berkaitan dengan kawasan lindung ini, mencakup :
1) Mempertahankan (melestarikan) kawasan yang memiliki fungsi lindung yang
masih ada dan belum terintervensi oleh kegiatan lainnya.
2) Kawasan hutan yang telah ditetapkan sebagai hutan lindung agar
dipertahankan keberadaannya dan perlu dilakukan upaya-upaya untuk
mengembalikan fungsi hutan dengan vegetasi yang sesuai dalam bentuk
reboisasi dan rehabilitasi.
3) Perlu diidentifikasi dan dilakukan penelitian lokasi secara pasti bagi
kawasankawasan yang berfungsi lindung yang meliputi :
• Kawasan Sumberdaya Pengembangan Air (KSPA),
• Kawasan Perlindungan Setempat seperti sempadan pantai, sempadan sungai, kawasan sekitar danau dan mata air serta kawasan hutan bakau.
• Kawasan Suaka dan Cagar Alam.
4) Guna mendukung fungsi hidrologis wilayah, maka keberadaan
danau/danau buatan perlu dipertahankan dengan melakukan rehabilitasi
kawasan.
5) Penetapan kawasan lindung intl yang tidak boleh terganggu oleh kegiatan
budidaya, serta kawasan lindung cadangan (boleh dimanfaatkan untuk
kegiatan budidaya dengan persyaratan teknis tertentu).
6) Pembatasan kegiatan budidaya yang telah ada, sehingga tidak
mengganggu fungsi kawasan lindung.
7) Penetapan kawasan penyangga (buffer zone) bagi masing-masing kawasan
lindung.
Pemanfaatan kawasan yang berfungsi lindung meliputi kawasan-kawasan
sebagai berikut :
1) Kawasan Hutan Lindung
Guna mencegah kerusakan fungsi hutan lindung, maka strategi
pengelolaan yang diperlukan yaitu dengan mempertahankan hutan lindung
untuk menegakkan fungsi hidrologis yaitu tidak boleh dikonversi (diubah)
untuk kepentingan yang lain.
2) Kawasan Resapan Air
Pengelolaan kawasan resapan air diprioritaskan pada kawasan resapan
utama sebagai kontribusi terbesar dalam me-recharge air tanah. Tujuan
dari pengelolaan kawasan resapan air ini diarahkan pada kegiatan yang
dapat memperbesar koefisien infiltrasi air.
Selain itu ditetapkan pula upaya konservasi air tanah untuk memenuhi
kebutuhan baik dari segi peraturan maupun kelembagaan. Untuk
meningkatkan resapan air ke dalam tanah, maka dilakukan berbagai cara,
yaitu :
a) Pola Vegetatif, meliputi
• Penghijauan , yaitu upaya penanaman pohon pada lahan-lahan kosong, pinggir jalan, halaman dan lain-lain. Hal ini paling tidak
langsung dimanfaatkan oleh masyarakat setempat;
• Reboisasi, yaitu upaya penghutanan kembali dengan vegetasi yang tepat, terutama pada daerah yang merupakan daerah tangkapan air
(catchment area).
b) Pola tanam(crop pattern),
Pola tanam (crop pattern), adalah cara bertanam yang selain mengikuti
aturan bertanam juga memperhatikan konservasi air dan tanah. Yang
termasuk dalam cara-cara ini antara lain adalah : contour cropping(urut
kontur), multiple cropping (tumpang sari), strip cropping (berlajur) dan
crop rotation(tumpang gilir).
c) Teknis Mekanis
• Parit jebakan
Usaha ini dimaksudkan untuk menahan air diparit untuk mempertinggi
kelembaban tanah di sebelah hilirnya, sehingga tanaman mempunyai
kesempatan untuk tumbuh lebih besar
• Terrasering
Terrasering adalah suatu usaha untuk menciptakan fungsi datar pada
kawasan yang mempunyai kelerengan cukup tajam sehingga
mengurangi jumlah impasan air hujan
• Bangunanpengendali
Bangunan pengendali adalah bangunan dengan fungsi manahan bahan
sedimen serta melandaikan kemiringan dasar sungai. Bangunan ini
banyak dipakai terutama untuk konservasi tanah yang tentu saja
berkaitan erat dengan konservasi air.
3) Kawasan Konservasi Laut
Pengelolaan kawasan konservasi laut diprioritaskan pada perlindungan
ekosistem laut. Tujuan dari pengelolaan kawasan konservasi laut adalah
untuk perlindungan suaka alam laut (marga satwa laut), taman wisata laut,
dan daerah perlindungan plasma nutfah.
Untuk menunjang fungsinya dilakukan upaya sebagai berikut :
• Memberikan pengamanan di kawasan suaka alam laut dengan perlindungan ekosistemnya.
• Dapat dikembangkan sebagai daerah wisata dengan batas-batas tidak mengganggu fungsi kawasan tersebut.
4) Kawasan Perlindungan Setempat
Kawasan perlindungan setempat, meliputi beberapa jenis kawasan sebagai
berikut :
a) Sempadan Pantai
Untuk melindungi wilayah pantai dari usikan kegiatan yang
mengganggu kelestarian fungsi pantai, maka strategi pengelolaan yang
dilakukan adalah sebagai berikut :
• Memberikan jalur pengaman sepanjang pantai melalui penutupan vegetasi tetap di sepanjang dari titik tertinggi ke arah darat.
• Tidak diperkenankan adanya bangunan termasuk mendirikan bangunan kecuali yang diperlukan untuk menunjang fungsi
kawasan.
b) Sempadan Sungai
Untuk melindungi terjadinya pencemaran, erosi dan Iongsor, strategi
pengelolaan yang dilakukan adalah sebagai berikut :
• Memberikan jalur pengaman aliran sungal melalui penutupan vegetasi tetap di sepanjang jalur kanan-kiri sungai
• Tidak diperkenankan adanya bangunan termasuk mendirikan bangunan kecuali yang diperlukan untuk menunjang fungsi
kawasan tersebut dan atau bangunan yang merupakan bagian dari
suatu jaringan listrik atau transmisi .
• Dilarang melakukan penebangan pohon di sepanjang sempadan sungai.
c) Kawasan Sekitar Danau/Waduk
Dalam mempertahankan kelestarian fungsinya, maka strategi
danau/waduk yaitu dengan cara :
• Tidak diperkenankan bila dikonversi atau diubah penggunaannya
• Memberikan pengamanan di sekitarnya (50 meter) dengan cara penutupan vegetasi tetap di sekeliling mata airnya
• Tidak diperkenankan mendirikan bangunan kecuali bangunan yang diperlukan untuk menunjang fungsi kawasan dan atau bangunan
yang merupakan bagian dari suatu jaringan atau transmisi bagi
kepentingan umum
• Dilarang melakukan penebangan pohon dalam radius tertentu ( 50 meter) di kawasan danau/waduk tersebut.
d) Kawasan Sekitar Mata Air
Strategi yang dapat dilakukan untuk pemanfaatan dan pengelolaan
kawasan sekitar mata air adalah :
• Mata air di dalam dan di luar kawasan hutan harus diamankan dengan memperhatikan areal perlindungannya,
• Penutupan vegetasi tetap pada ruas-ruas tertentu di sekeliling mata air,
• Dalam kawasan hutan dengan radius tertentu di kawasan mata air tidak diperkenankan adanya budidaya termasuk mendirikan
bangunan, kecuali bangunan penunjang.
• Dilarang melakukan penebangan pohon dalam radius tertentu dari kawasan sekitar mata air.
e) Kawasan Berhutan Bakau
Strategi pemanfaatan dan pengelolaan kawasan berhutan bakau
termasuk di dalamnya melalui :
• Melestarikan keberadaan hutan bakau sebagai pembentuk ekosistem hutan bakau dan tempat berkembangbiaknya biota laut.
• Sebagai pelindung pantai dari pengikisan air laut.
• Perlindungan usaha budidaya di belakangnya.
f) Kawasan Terumbu Karang dan Padang Lamun
Kawasan terumbu karang dan padang lamun merupakan kawasan yang
memiliki multi fungsi, baik sebagai penyangga ekosistem laut, ataupun
penahan gelombang. Guna mempertahankan dan meningkatkan fungsi
ekologisnya, maka strategi pengelolaannya dilakukan melalui :
• Pembatasan kegiatan eksploitasi potensi kelautan yang dapat mengganggu ekosistem terumbu karang dan padang lamun.
• Pelibatan masyarakat dalam pengendalian ekosistem terumbu karang.
• Penetapan zonasi-zonasi terumbu karang yang berfungsi lindung.
• Pengembangan potensi yang ada sebagai daerah wisata maritim, selama tidak mengganggu fungsi kawasan tersebut.
g) Kawasan Suaka Alam
Kawasan suaka alam adalah berupa kawasan yang memiliki fungsi
sebagai tempat hidup satwa-satwa langka dan yang dilindungi. Dalam
menunjang fungsinya, maka diperlukan adanya strategi pengelolaan
yang efektif dengan daerah penyangga melalui upaya konservasi yaitu
berupa :
• Kegiatan pengamanan di kawasan suaka alam tersebut.
• Pembatasan kegiatan eksploitasi yang dapat mengganggu keberadaan habitat satwa langka yang dilindungi.
• Dapat dikembangkan sebagai daerah wisata selama tidak mengganggu fungsi kawasan tersebut.
h) Kawasan Cagar Budaya
Kawasan cagar budaya adalah kawasan yang memiliki nilai sejarah,
yang wajib dipelihara kelestariannya. Adapun strategi pemanfaatan
kawasan cagar budaya adalah, sebagai berikut :
• Melakukan upaya konservasi melalui kegiatan pengendalian kawasan cagar budaya.
bersejarah.
• Diperkenankan untuk mendirikan bangunan di kawasan-kawasan penunjang dengan model bangunan yang bercirikan
bangunan-bangunan lama.
• Dapat dikembangkan sebagai daerah wisata selama tidak mengganggu fungsi kawasan tersebut.
B. Strategi Pemanfaatan Kawasan Budidaya
Strategi pemanfaatan kawasan budidaya meliputi strategi pengelolaan kawasan
perdesaan dan strategi pengelolaan kawasan perkotaan.
1. Strategi Pengelolaan Kawasan Perdesaan
Strategi pengelolaan kawasan perdesaan diarahkan untuk :
• Meningkatkan daya guna dan hasil guna pemanfaatan ruang yang ada, sumber daya alam dan sumber daya buatan dengan tetap memperhatikan
kelestarian fungsi lingkungan hidup.
• Untuk kepentingan masyarakat melalui kegiatan budidaya dengan mempertimbangkan aspek-aspek teknis seperti daya dukung dan
kesesuaian lahan.
a) Kawasan Pertanian Lahan Basah
Strategi pengelolaan kawasan pertanian lahan basah dilakukan melalui
peningkatan produktifitas hasil pertanian yang ada, dengan
mempertimbangkan :
• Memperhatikan azas konservasi tanah dan air,
• Pemeliharaan sumber air dan saluran irigasi untuk menjaga kelangsungan sumber air yang mengairi lahan pertanian.
• Tidak diperkenankan adanya konversi kegiatan pertanian pada lahan-lahan yang memiliki irigasi teknis.
b) Kawasan pertanian Lahan Kering
Strategi pengelolaan kawasan budidaya pertanian lahan kering dilakukan
melalui program intensifikasi dan rehabilitasi dan diarahkan untuk :
• Mempertahankan tanaman tahunan atau budidaya lain yang telah ada
dan tidak merusak lingkungan.
• Semakin besar kemiringan lahan, luas budidaya tanaman semusim dipersempit, dan pengolahan tanaman ringan dan tanaman tahunan
diperbanyak.
c) Kawasan Tanaman Tahunan
Strategi pengelolaan terhadap kawasan budidaya tanaman
tahunan/perkebunan dilakukan melalui program-program
ekstensifikasi, diversifikasi, dan rehabilitasi, serta diarahkan dengan
mempertimbangkan :
• Segala aktifitas harus memperhatikan azas konservasi tanah dan air.
• Pemilihan jenis tanaman harus disesuaikan dengan kemampuan dan kesesuaian lahan.
• Diperkenankan adanya budidaya peternakan, serta permukiman perdesaan.
d) Kawasan Peternakan
Strategi pengelolaan kawasan budidaya peternakan dilakukan melalui
pemanfaatan potensi sumber daya lahan yang potensial untuk lahan
pakan ternak, areal penggembalaan, dan membuat areal kawasan
budidaya ternak yang ada dengan tetap memperhatikan kebersihan
Iingkungan, adat istiadat dan estetika.
e) Kawasan Perikanan
Strategi pengelolaan terhadap kawasan budidaya perikanan adalah
memanfaatkan potensi sumber daya lahan yang potensial (lahan darat)
dan pengembangan potensi sumber daya laut. Strategi pengelolaan
kawasan perikanan dilakukan dengan mengembangkan potensi
kelautan bagi kesejahteraan masyarakat.
f) Kawasan Hutan Produksi
Strategi pengelolaan terhadap kawasan hutan produksi, dilakukan
• Terwujudnya penggunaan lahan yang optimal, serasi dan seimbang.
• Pengembangan fungsi tata guna air dalam penyediaan air yang cukup, bersih dan berkesinambungan.
• Kelestarian Iingkungan alam, pencegahan banjir dan kekeringan.
• Pencegahan kemerosotan mutu air dan kelestarian air dalam satuan-satuan wilayah sungai.
g) Kawasan Permukiman Perdesaan
Strategi pengelolaan kawasan permukiman prdesaan diarahkan melalui :
• Pengendalian permukiman pedesaan agar tidak terjadi perubahan penggunaan lahan pada lahan-lahan yang produktif bagi kegiatan
pertanian menjadi lahan untuk kegiatan non-pertanian, dengan
tujuan agar lahan tanah pertanian produktif tetap dapat
dipertahankan serta konservasi tanah dan air dapat terjaga dengan
baik.
• Perkembangan dibatasi bagi petani atau penduduk setempat.
• Dapat dikembangkan agro industri keluarga.
• Diperkenankan intensifikasi pekarangan bagi penghijauan.
2. Strategi Pengelolaan Kawasan Perkotaaan
Strategi pengelolaan kawasan perkotaan, diarahkan untuk :
• Meningkatkan daya guna dan hasil guna dengan menyesuaikan pemanfaatan ruang yang ada dan tetap menjaga kelestarian fungsi
lingkungan hidup.
• Terwujudnya pemanfaatan ruang perkotaan secara optimal, serasi dan seimbang.
a) Kawasan Permukiman Perkotaan
Strategi pengelolaan kawasan permukiman perkotaan diarahkan untuk:
• Mewujudkan sistem kota-kota sesuai dengan fungsinya.
• Penataan ruang perkotaan sebagai pusat pelayanan sosial ekonomi masyarakat dan jasa pelayanan.
• Pemanfaatan lahan-lahan tidak produktif.
• Pengaturan kerapatan bangunan dan ketinggian bangunan melalui perencanaan yang lebih detail.
• Menyesuaikan pada penataan sistem prasarana dasar. Untuk konsep dan strategi pengembangan sistem permukiman dilakukan melalui
pengembangan pusat-pusat permukiman sebagai pusat pelayanan
ekonomi, pusat pelayanan pemerintahan dan pusat pelayanan jasa
baik bagi kawasan permukiman dan daerah sekitarnya.
b) Kawasan Pariwisata
Strategi pengelolaan terhadap kawasan pariwisata adalah sebagai
berikut :
• Penataan fasilitas dan utilitas pada setiap obyek wisata yang ada agar dapat menarik wisatawan.
• Peningkatan prasarana dan sarana transportasi untuk mencapai
setiap obyek wisata dan penyediaan fasilitas akomodasi -di
sekitarnya.
• Operasional kegiatan pariwisata tidak mengganggu kelestarian Iingkungan hidup.
• Memperkenalkan kesenian daerah.
c) Kawasan Pertambangan
Strategi pengelolaan terhadap kawasan pariwisata adalah sebagai
berikut :
• Proses eksploitasinya dengan memperhatikan aspek kelestarian Iingkungan
• Pihak pengelola berkewajiban merehabilitasi lokasi bekas eksploitasi pertambangan.
• Operasionalisasinya memberikan kontribusi bagi penduduk dan pendapatan daerah secara memadai. Pengelolaan lingkungan bagi
kawasan pertambangan harus memperhatikan aturan-aturan
Lokasi kawasan pertambangan sebaiknya terletak jauh dari kawasan permukiman penduduk guna menghindari polusi suara
ataupun udara yang berpengaruh terhadap penduduk.
Lokasi kawasan pertambangan bukan merupakan daerah resapan air sehingga tidak mengganggu kelestarian air tanah.
Lokasi kawasan pertambangan sedapat mungkin tidak dekat dengan mata air. Hal ini untuk menjaga kualitas air dan
kelestarian mata air.
Lokasi kawasan pertambangan tidak terletak pada daerah-daerah yang sudah ditetapkan sebagai kawasan lindung.
Lokasi pertambangan tidak terletak di sekitar hulu sungai.
d) Kawasan Industri
Strategi pengelolaan terhadap kawasan industri sebagai berikut :
• Lahan yang akan dijadikan kawasan industri adalah lahan-lahan yang tidak produktif, sehingga tidak akan mengganggu produksi pertanian.
• Dalam operasionalnya maka disarankan untuk menggunakan semaksimal mungkin bahan baku lokal dan tenaga kerja setempat.
• Menghilangkan atau mengurangi terjadinya polusi lingkungan dan melengkapi unit pengolahan limbah yang memadai.
• Pengembangan kegiatan industri hendaknya turut memberikan kontribusi bagi pembangunan daerah.
• Mengembangkan kegiatan usaha industri kecil dan menengah yang mampu mengolah hasil-hasil perikanan sebagai potensi utama serta
bersifat non polutan.
• Perlunya memperhatikan batas ambang pencemaran air dan udara.
• Perlu mengadakan treatment Iimbah cair maupun padat sehingga tidak menimbulkan dampak Iingkungan.
• Jaringan jalan memenuhi kebutuhan secara teknis.
• Tidak banyak memerlukan air baku.
5. Strategi Pengembangan Kependudukan
Strategi pengembangan kependudukan diarahkan untuk :
a. Pengendalian laju penduduk dengan batasan jumlah penduduk di setiap
wilayah.
b. Meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) yang trampil dan berdaya
saing. Meningkatkan dan memperluas kesempatan kerja yang diimbangi
dengan peningkatan produktivitas tenaga kerja.
c. Pengaturan kepadatan penduduk, untuk mengantisipasi terkonsetrasinya
jumlah penduduk di suatu wilayah.
6. Strategi Pengembangan Fasilitas Sosial
Strategi pengembangan fasilitas sosial diarahkan untuk :
a. Memenuhi kebutuhan hidup orang banyak dengan lebih meningkatkan
pelayanan kepada masyarakat.
b. Penyediaan dan pengembangan fasilitas sosial melalui penyebaran pelayanan
di setiap pusat-pusat pelayanan, baik pada lingkungan permukiman maupun
pusatpusat kegiatan Iainnya.
c. Penyebaran setiap jenis fasilitas pelayanan sosial sesuai dengan standar
kebutuhan penduduk dan tingkat pelayanannya.
d. Memfungsikan dan mengoptimalkan penggunaan setiap jenis fasilitas sosial
yang sudah ada untuk lebih dapat meningkatkan pelayanan kepada
masyarakat.
e. Memprioritaskan penyediaan lahan untuk pengembangan fasilitas sosial bagi
daerah-daerah yang jauh dari jangkauan pelayanan fasilitas yang ada.
Secara rinci, strategi pengembangan fasilitas sosial, adalah sebagai berikut :
A. Fasilitas Pendidikan
• Menampung murid usia sekolah di lembaga-lembaga pendidikan.
• Meningkatkan penyelenggaraan pendidikan informal dan keterampilan di kalangan masyarakat.
• Meningkatkan mutu pendidikan dan optimalisasi pelayanan, melalui program penggabungan sekolah (regrouping).
B. Fasilitas Kesehatan
• Meningkatkan pelayanan kesehatan masyarakat mulai dari tingkat desa/kelurahan hingga tingkat kabupaten, baik secara kualitas maupun
kuantitas.
• Meningkatkan pemulihan kesehatan masyarakat, melalui peningkatan terhadap penyediaan tenaga medis.
• Meningkatkan kualitas pelayanan dan mengembangkan fasilitas kesehatan sesuai dengan kebutuhan masyarakat.
C. Fasilitas Peribadatan
• Meningkatkan penyediaan fasilitas peribadatan yang sesuai dengan kebutuhan penduduk, berdasarkan rasio penduduk pemeluk agama.
• Meningkatkan kualitas dan kuantitas serta pengembangan fasilitas peribadatan dengan rnelibatkan masyarakat.
D. Fasilitas Perdagangan
• Penempatan dan penyediaan fasilitas perdagangan diatur berdasarkan skala kegiatan perdagangan lokal hingga regional dengan melakukan penyebaran
pada sentra-sentra ekonomi di setiap wilayah sesuai dengan potensi dan
karakteristik daerahnya.
• Pengaturan tata ruangnya dalam suatu kelompok kegiatan, sesuai dengan skala pelayanannya.
• Pemanfaatan pasar-pasar tradisional secara optimal sebagai salah satu sentra ekonomi pada tingkat distrik.
7. Strategi Pengembangan Utilitas
Strategi pengembangan - utilitas pelayanan didasarkan pada antisipasi pemenuhan
kebutuhan masyarakat di masa mendatang. Berdasarkan kriteria pelayanan yang
ada, maka pengembangan utilitas disesuaikan dengan kebutuhan masyarakat pada
umumnya, seperti : air bersih, listrik, telekomunikasi dan sistem persampahan.
A. Air Bersih
• Peningkatan jangkauan pelayanan air bersih ke seluruh bagian wilayah kota/desa yang belum terlayani dengan memanfaatkan secara maksimal
sumber-sumber air yang ada (air permukaan dan air bawah tanah).
• Meningkatkan cadangan volume air tanah melalui pembuatan sumur-sumur resapan.
• Pengendalian penggunaan sumber-sumber air bawah tanah dengan membatasi kedalaman sumur pompa pada wilayah-wilayah tertentu.
• Pengembangan pemanfaatan sumber-sumber mata air bagi wilayah yang secara teknis sulit terjangkau oleh pelayanan air bersih, melalui
pengembangan Tempat Air Hidrant Umum (TAHU).
• Pengendalian lingkungan sekitar sumber-sumber mata air dari pencemaran dengan menetapkannya sebagai area konservasi.
B. Listrik
• Peningkatan pelayanan jaringan Iistrik ke seluruh bagian wilayah yang belum terlayani.
• Pengembangan sistem pengamanan untuk mengurangi jumlah kehilangan energi listrik akibat kebocoran dan pencurian.
• Peningkatan jumlah cadangan penyediaan energi listrik antara interkoneksi dengan daerah sumber tenaga listrik.
• Peningkatan jumlah GI (Gardu Induk) khusus jangkauan pelayanan guna peningkatan pelayanan.
• Peningkatan pengembangan listrik pedesaan dengan menggunakan tenaga diesel.
• Pemasangan sistem meterisasi bagi penerangan jalan umum per blok penggunaan.
C. Telepon
• Peningkatan pengembangan jaringan telepon guna pemerataan pelayanan di setiap bagian wilayah kota/desa.
• Peningkatan pengembangan sentra telepon otomat dan telepon biasa guna menunjang kelancaran aktivitas penduduk.
• Peningkatan pengembangan satuan sambungan telepon maupun telepon umum pada setiap bagian wilayah kota/desa yang belum terlayani.
• Pengembangan jaringan kabel bawah tanah yang terintegrasi dengan jaringan utilitas wilayah lainnya.
D. Persampahan
• Peningkatan pelayanan pengangkutan sampah di mulai dari unit Iingkungan terkecil ke kawasan perkotaan melalui pola pengelolaan sampah terpadu.
• Peningkatan kesadaran masyarakat dalam upaya menanggulangi sampah untuk menjaga kebersihan Iingkungan sekitar.
• Pembangunan Tempat Pembuangan Akhir sampah, baik untuk dikelola sendiri atau kerjasama dengan wilayah Iainnya dengan tetap memperhatikan
kelestarian lingkungan sekitarnya.
• Peningkatan penggunaan sarana pengangkutan sampah melalui pola angkutan sampah reguler dengan memperhatikan waktu dan jalur pengangkutan
sampah ke TPA.
• Mengembangkan pola kerjasama dengan swasta baik dalam kegiatan pengumpulan dan pengangkutan ataupun dalam pengelolaan sampah di
Tempat Pembuangan Akhir (TPA).
8. Strategi Pengembangan Sistem Transportasi
Transportasi sebagai salah satu motor penggerak dalam mendukung perekonomian
wilayah, harus terus ditingkatkan kinerjanya, seirama dengan perkembangan
tuntutan jaman dan kemajuan teknologi.
Berdasarkan kondisi wilayah, potensi dan kepentingan wilayah, maka sistem
transportasi yang dikembangkan adalah sistem transportasi terpadu antara sistem
transportasi laut, jalan raya, dan udara. Adapun strategi untuk pengembangan
sistem transportasi adalah sebagai berikut :
1. Meningkatkan aksesibiltas wilayah antar distrik dengan mengembangkan
sistem transportasi terpadu antara sistem transportasi laut, udara dan jalan
raya. Dalam hal ini perlu ada intervensi dari pemerintah khusus dengan
pemberian subsidi untuk peningkatan sarana perhubungan laut untuk
kepentingan penduduk dan lebih meningkatkan akses antar distrik, sehingga
lebih meningkatkan perekonomian wilayah.
2. Mengembangkan sistem prasarana utama wilayah yang terdiri atas jaringan
jalan kolektor primer untuk meningkatkan aksesibilitas antara kota-kota
sebagai pusat pertumbuhan dengan daerah belakangnya serta antar kota
sesuai dengan fungsinya, melalui :
• Pengembangan jaringan jalan dengan fungsi kolektor primer maupun lokal primer dalam menunjang pergerakan kegiatan masyarakat.
• Peningkatan dan perluasan jalan terutama yang akan berfungsi sebagai arteri primer dan kolektor primer.
• Meningkatkan kondisi jalan lokal di tiap distrik yang dapat memberikan kemudahan aksesibilitas masyarakat di masing-masing distrik.
• Pembangunan terminal wilayah yang merupakan simpul moda angkutan darat (penumpang) dengan penumpang transportasi laut.
3. Meningkatkan sistem prasarana perhubungan udara. Peningkatan sistem
perhubungan udara diarahkan untuk mengembangkan sistem angkutan
penumpang dalam kaitannya dengan peningkatan aksesibiitas bagi kegiatan
pemerintahan, perekonomian dan kegiatan keparawisataan dari dan ke luar
wilayah Kabupaten Kaimana.
3.2.1 Arahan Pengembangan Struktur Kabupaten Kaimana
Pembagian wilayah pengembangan didasarkan pada jangkauan wilayah pelayanan dari
suatu pusat pelayanan fasilitas terhadap penduduk yang akan dilayani. Adapun
fasilitas yang dimaksudkan adalah :
Fasilitas Kesehatan yang difokuskan pada layanan kesehatan masyarakat sampai dengan tingkatan rawat inap dengan klasifikasi penyakit ringan dan atau bersalin
(Puskesmas Perawatan);
Fasilitas Perdagangan yang difokuskan sebagai pusat pemasaran hasil produk lokal (beberapa daerah sekitarnya) maupun untuk memenuhi kebutuhan masyarakat lokal
(beberapa daerah sekitarnya),
Fasilitas utilitas wilayah (listrik, air bersih dan telekomunikasi) yang dilayani oleh jaringan primer,
Fasilitas ekonomi wilayah yang ditandai dengan adanya perwakilan lembaga keuangan (perbankan) seperti Kantor Cabang Pembantu suatu lembaga perbankan,
Fasilitas pelayanan sistem transportasi seperti adanya Pelabuhan Pengumpan Lokal, adanya jaringan jalan kolektor primer yang menghubungkan dengan ibukota
kabupaten.
Untuk penetapan Pusat Wilayah Pengembangan dilakukan dengan berdasarkan
pertimbangan :
a. Merupakan kawasan yang sesuai untuk permukiman,
b. Potensial untuk pengembangan Pelabuhan Pengumpan Lokal,
c. Merupakan titik sentral dari wilayah yang akan dilayani
Wilayah Pengembangan Kabupaten Kaimana adalah sebagai berikut :
1. Wilayah Pengembangan Kaimana dengan pusat pengembangannya adalah Kota
Kaimana yang melayani Tanggaromi sampai dengan Lobo. WP ini didominasi oleh
kegiatan:
pertanian tanaman pangan lahan kering yang diarahkan kepada pemenuhan kebutuhan masyarakat lokal dan juga untuk dipasarkan ke wilayah kabupaten
lain;
peternakan yang diarahkan pada pemenuhan kebutuhan masyarakat dan masyarakat di wilayah kabupaten lain;
industri kecil dan kerajinan;
pariwisata baik berupa wisata pantai pasir putih, wisata laut (terumbu karang, habitat ikan lumba-lumba dan ikan paus, wisata budaya yaitu hasil peninggalan
sejarah berupa kerajaan);
pusat emerintahan kabupaten;
Simpul jasa dan distribusi dengan skala regional.
Pusat Kegiatan Ekonomi Skala Regional
Bandara Pusat Pelayanan Primer
Pelabuhan Laut Utama Primer
2. Wilayah Pengembangan Teluk Etna yang melayani wilayah Distrik Teluk Etna
dengan pusat wilayah pengembangan adalah Weripi. WP ini didominasi oleh
kegiatan:
pertanian tanaman pangan lahan kering dan lahan basah yang diarahkan kepada pemenuhan kebutuhan masyarakat Kabupaten Kaimana maupun untuk
kebutuhan masyarakat kabupaten lain;
perikanan laut dan budidaya laut untuk menunjang kebutuhan masyarakat Kabupaten Kaimana, kabupaten lainnya dan ekspor.;
peternakan yang diarahkan pada pemenuhan kebutuhan masyarakat Kabupaten Kaimana;
industri kecil dan kerajinan;
Industri Produk Hasil Hutan yang merupakan relokasi dari wilayah Jawa Timur
Pelabuhan Laut Pengumpan Regional;
Bandara Bukan Pusat Penyebaran
Perdagangan lokal
Kegiatan Kehutanan yang merupakan bahan baku untuk kegiatan industri hasil hutan (Pabrik Plywood);
Pusat Kegiatan Ekonomi Skala Lokal (untuk melayani beberapa wilayah hinterlandnya) yang ditandai dengan adanya Kantor Cabang Pembantu untuk
lembaga keuangan;
3. Wilayah Pengembangan Teluk Arguni yang melayani wilayah Distrik Teluk Arguni
dengan pusat wilayah pengembangan adalah Bofuwer. WP ini didominasi oleh
kegiatan:
pertanian tanaman pangan lahan kering dan lahan basah yang diarahkan kepada pemenuhan kebutuhan masyarakat Kabupaten Kaimana;
perikanan laut untuk menunjang kebutuhan masyarakat Kabupaten Kaimana, kabupaten lainnya dan ekspor;
pariwisata dengan obyek wisata danau air manis, hutan yang kaya dengan spesies kupu-kupu, dan pusaran air yang keras untuk kegiatan wisata air.
peternakan yang diarahkan pada pemenuhan kebutuhan masyarakat Kabupaten Kaimana;
Pelabuhan Laut Pengumpan Regional;
Perdagangan lokal untuk memenuhi kebutuhan masyarakat yang dilayani maupun sebagai pusat pemasaran produk wilayah sekitarnya;
Kegiatan Kehutanan yang merupakan bahan baku untuk kegiatan industri hasil hutan (Pabrik Plywood);
Pusat Kegiatan Ekonomi Skala Lokal (untuk melayani beberapa wilayah hinterlandnya) yang ditandai dengan adanya Kantor Cabang Pembantu untuk
lembaga keuangan;
Pusat Infrastruktur Wilayah dengan Skala Lokal yang ditandai dengan adanya Kantor Cabang Pembantu PLN, Telkom, Pos, PDAM.
4. Wilayah Pengembangan Buruway yang melayani wilayah Distrik Buruway dengan
pusat wilayah pengembangan adalah Kambala. WP ini didominasi oleh kegiatan:
pertanian tanaman pangan lahan kering dan lahan basah yang diarahkan kepada pemenuhan kebutuhan masyarakat Kabupaten Kaimana maupun untuk kebutuhan
masyarakat kabupaten lain;
perikanan laut dan budidaya laut untuk menunjang kebutuhan masyarakat Kabupaten Kaimana, kabupaten lainnya dan ekspor;
Pariwisata dengan obyek wisata pantai pasir putih, hutan suaka alam, dan pulau penyu.
peternakan yang diarahkan pada pemenuhan kebutuhan masyarakat Kaimana;
industri kecil dan kerajinan;
Pelabuhan Laut Pengumpan Regional;
Perdagangan lokal
Kegiatan Kehutanan yang merupakan bahan baku untuk kegiatan industri hasil hutan (Pabrik Plywood);
Pusat Kegiatan Ekonomi Skala Lokal (untuk melayani beberapa wilayah hinterlandnya) yang ditandai dengan adanya Kantor Cabang Pembantu untuk
lembaga keuangan;
Pusat Infrastruktur Wilayah dengan Skala Lokal yang ditandai dengan adanya Kantor Cabang Pembantu PLN, Telkom, Pos, PDAM.
5. Wilayah Pengembangan Pulau Adi yang melayani wilayah Pulau Adi dengan pusat
wilayah pengembangan adalah Adijaya. WP ini didominasi oleh kegiatan:
pertanian tanaman pangan lahan kering dan tanaman tahunan yang diarahkan kepada pemenuhan kebutuhan masyarakat Kaimana maupun untuk kebutuhan
masyarakat kabupaten lain;
Pariwisata dengan obyek wisata pulau penyu.
Pelabuhan Laut Pengumpan Regional;
Bandara Bukan Pusat Penyebaran
Perdagangan lokal
Pusat Infrastruktur Wilayah dengan Skala Lokal yang ditandai dengan adanya Kantor Cabang Pembantu PLN, Telkom, Pos, PDAM.
3.2.2 Identifikasi Wilayah Yang Dikendalikan
Identifikasi wilayah yang dikendalikan di Kabupaten
Kaimana dalam penyusunan RPIJM ini adalah kawasan Kota
Kaimana yang merupakan Ibukota Kabupaten Kaimana
yang mengalami perkembangan yang cepat dibandingkan
wilayah lainnya di Kabupaten Kaimana.
A. Kawasan Lindung
Penetapan Kawasan Lindung ditujukan untuk menjamin kelestarian lingkungan dan
keseimbangan pemanfaatan sumber daya alam di Kabupaten Kaimana sesuai dengan
konsep pengembangan yang berasaskan prinsip pembangunan berkelanjutan.
Kawasan lindung Kabupaten Kaimana meliputi :
1. Kawasan yang memberikan perlindungan bagi kawasan bawahannya meliputi
kawasan hutan Lindung, Kawasan Resapan Air dan Kawasan Perlindungan Laut.
a. Kawasan Hutan Lindung
Kawasan hutan lindung merupakan kawasan yang diharapkan mampu
mencegah timbulnya kerusakan fungsi lingkungan hidup dan melestarikan
fungsi lindung kawasan yang memberikan perlindungan kawasan
bawahannya (kawasan hutan lindung).
Penetapan kawasan hutan lindung di wilayah Kabupaten Kaimana meliputi
areal seluas 540.234 Ha, dengan rincian sebagai berikut :
Distrik Buruway seluas 23.103 Ha,
Distrik Teluk Arguni seluas 236.083 Ha,
Distrik Kaimana seluas 168.417 Ha,
Distrik Teluk Teluk Etna seluas 112.640 Ha.
b. Kawasan Resapan Air
Kawasan resapan air merupakan kawasan yang diharapkan mampu
mencegah timbulnya kerusakan fungsi lingkungan hidup dan melestarikan
fungsi lindung kawasan yang memberikan perlindungan kawasan
bawahannya (kawasan resapan air).
Adapun penetapan dilakukan dengan mengidentifikasi kawasan yang
bercurah hujan tinggi, bertekstur tanah yang mudah meresapkan air dan
mempunyai geomorfologi yang mampu meresapkan air hujan secara
besar-besaran.
Kawasan ini umumnya mempunyai kemampuan tinggi untuk meresapkan
air hujan, sehingga merupakan tempat pengisian air bumi (aquifer).
Faktor yang mempengaruhi wilayah dijadikan kawasan resapan air
diantaranya adalah kemiringan tanah > 40 % dan ketinggiannya lebih dari
2.000 meter dpl.
Penetapan kawasan resapan air di wilayah Kabupaten Kaimana meliputi
areal seluas 537.734 Ha, dengan rincian di masing-masing distrik adalah
sebagai berikut:
Distrik Buruway seluas 114.053 Ha,
Dsitrik Teluk Arguni seluas 94.049 Ha,
Distrik Kaimana seluas 76.192 Ha,
Distrik Teluk Teluk Etna seluas 235.440 Ha.
c. Kawasan Bergambut
Kawasan bergambut adalah kawasan yang unsur pembentuk tanahnya
sebagian besar berupa sisa-sisa bahan organik yang tertimbun dalam
waktu yang lama. Kawasan bergambut dapat dikategorikan sebagai
kawasan lindung bila kedalaman gambut mencapai 3 m atau lebih. Tujuan
dari perlindungan kawasan ini adalah untuk melindungi habitat berbagai
species flora dan fauna yang khas hidup pada areal rawa.