• Tidak ada hasil yang ditemukan

Rencana Program Investasi Jangka Menengah Kabupaten Kaimana

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Rencana Program Investasi Jangka Menengah Kabupaten Kaimana"

Copied!
58
0
0

Teks penuh

(1)

3.1

Petunjuk Umum

3.1.1 Umum

Kebijakan pembangunan Kabupaten Kaimana yang tertuang dalam Rencana Tata Ruang

Wilayah (RTRW 2007 - 20017) yang dijadikan sebagai dasar Pembangunan Kabupaten

Kaimana khususnya, dan umumnya Provinsi Papua Barat. Kebijakan Perencanaan

pembangunan di Kabupaten Kaimana didasari pada potensi yang dimiliki, baik potensi

sumber daya alam maupun potensi sosial budaya dan dapat tumbuh serta berkembang

dan pertumbuhan daerahnya agar dapat mengejar ketertinggalan daerahnya dengan

daerah di Wilayah Indonesia Barat.

3.1.2 Fenomena Perkembangan

Prioritas utama dari pengembangan wilayah di Kabupaten Kaimana adalah

menggunakan pendekatan pengembangan Growth Pole (Kutub Pertumbuhan), yaitu

pengembangan pusat kegiatan dan perkembangan yang ada di wilayah inti yang

dikembangkan lebih dulu dari wilayah lainnya untuk tujuan apabila telah berkembang

dapat mempengaruhi perkembangan kegiatan wilayah lebih lanjut (hinterland-nya).

Sehingga dengan adanya pendekatan growth pole diharapkan terjadi penyebaran

wilayah yang dilakukan dengan mengembangkan pusat-pusat pertumbuhan yang

diharapkan jika sudah berkembang dapat memberikan efek penetasan ke bawah

(trickling down effect) pada wilayah sekitarnya (wilayah hinterland-nya). Pusat

Pertumbuhan (Growth Pole) ini biasanya terdapat di daerah perkotaan. Misalnya

Distrik Kaimana sebagai pusat kegiatan inti di Kabupaten Kaimana dikembangkan lebih

dari distrik lainnya yang ditujukan untuk perencanaan wilayah yang pada akhirnya

akan menyebarkan tumbuhnya pusat-pusat kegiatan baru di wilayah sekitarnya.

Setelah pusat pertumbuhan cukup berkembang dan mampu memberikan efek

penetasan ke wilayah lainnya (trickling down effect). Melalui pendekatan

desentralisasi perkembangan wilayah yang perlu ditingkatkan terutama pada

pengembangan pusat-pusat kegiatan kedua agar pusat kegiatan utama tidak menjadi

terlalu “primat” karena ada pusat - pusat perkembangan lain dalam skala yang lebih

rendah yang mengimbangi daya tarik terhadap pusat-pusat pertama. Pusat kedua ini

dapat disebut sebagai counter magnet bagi trend privatisasi pusat pertama. Pada

pelaksanaannya pendekatan growth pole ini dapat mengakibatkan backwash effect

(2)

bagi wilayah sekitar. Untuk memperjelas dapat dilihat pada Gambar 3.1berikut.

Gambar 3.1 Backwash Effect

3.1.3 Kebijakan dan Sasaran Pembangunan Kabupaten Kaimana A. Pegembangan Wilayah Kabupaten Kaimana

Kabupaten Kaimana belum memiliki Rencana Tata Ruang. Untuk sementara, cara yang

ditempuh Pemerintah Kabupaten Kaimana untuk mempercepat pertumbuhan dan proses

pembangunan di wilayah ini adalah dengan membaginya kedalam lima Wilayah

Pembangunan (WP). Pembagian WP serta pola dan kegiatan pengembangan pada

masing-masing WP didasarkan pada karakteristik, potensi dan kondisi umum wilayah.

Pembagian wilayah ini juga untuk mewujudkan keterkaitan antar kegiatan yang

memanfaatkan ruang dengan kebijakan dan peraturan yang berlaku, antara lain

mengenai kawasan khusus/perlindungan, budidaya, permukiman, sarana dan prasarana

umum. Selain itu juga untuk memberi arah mengenai wilayah-wilayah prioritas

pengembangan 15 – 25 tahun ke depan, serta mengantisipasi perkembangan wilayah

regional terutama Kawasan Kepala Burung,

Ke lima Wilayah Pembangunan (WP) tersebut adalah sebagai berikut :

1. Wilayah Pengembangan Kaimana dengan pusat pengembangannya adalah Kota

Kaimana yang melayani Tanggaromi sampai dengan Lobo. WP ini didominasi oleh

kegiatan :

 pertanian tanaman pangan lahan kering yang diarahkan kepada pemenuhan kebutuhan masyarakat lokal dan juga untuk dipasarkan ke wilayah kabupaten

lain;

 peternakan yang diarahkan pada pemenuhan kebutuhan masyarakat dan masyarakat di wilayah kabupaten lain;

 industri kecil dan kerajinan;

 pariwisata baik berupa wisata pantai pasir putih, wisata laut (terumbu karang, habitat ikan lumba-lumba dan ikan paus, wisata budaya yaitu hasil

peninggalan sejarah berupa kerajaan);

 Pusat pemerintahan kabupaten;

 Simpul jasa dan distribusi dengan skala regional.

 Pusat Kegiatan Ekonomi Skala Regional

 Bandara Pusat Pelayanan Primer

 Pelabuhan Laut Utama Primer

2. Wilayah Pengembangan Teluk Etna yang melayani wilayah Distrik Teluk Etna

dengan pusat wilayah pengembangan adalah Weripi. WP ini didominasi oleh

kegiatan :

 pertanian tanaman pangan lahan kering dan lahan basah yang diarahkan kepada pemenuhan kebutuhan masyarakat Kabupaten Kaimana maupun untuk

kebutuhan masyarakat kabupaten lain;

(3)

 peternakan yang diarahkan pada pemenuhan kebutuhan masyarakat Kabupaten Kaimana;

 industri kecil dan kerajinan;

 Industri Produk Hasil Hutan yang merupakan relokasi dari wilayah Jawa Timur

 Pelabuhan Laut Pengumpan Regional;

 Bandara Bukan Pusat Penyebaran

 Perdagangan lokal

 Kegiatan Kehutanan yang merupakan bahan baku untuk kegiatan industri hasil hutan (Pabrik Plywood);

 Pusat Kegiatan Ekonomi Skala Lokal (untuk melayani beberapa wilayah hinterlandnya) yang ditandai dengan adanya Kantor Cabang Pembantu untuk

lembaga keuangan;

 Pusat Infrastruktur Wilayah dengan Skala Lokal yang ditandai dengan adanya Kantor Cabang Pembantu PLN, Telkom, Pos, PDAM.

3. Wilayah Pengembangan Teluk Arguni yang melayani wilayah Distrik Teluk Arguni

dengan pusat wilayah pengembangan adalah Bofuwer. WP ini didominasi oleh

kegiatan :

 pertanian tanaman pangan lahan kering dan lahan basah yang diarahkan kepada pemenuhan kebutuhan masyarakat Kabupaten Kaimana;

 perikanan laut untuk menunjang kebutuhan masyarakat Kabupaten Kaimana, kabupaten lainnya dan ekspor;

 pariwisata dengan obyek wisata danau air manis, hutan yang kaya dengan spesies kupu-kupu, dan pusaran air yang keras untuk kegiatan wisata air.

 peternakan yang diarahkan pada pemenuhan kebutuhan masyarakat Kabupaten Kaimana;

 Pelabuhan Laut Pengumpan Regional;

 Perdagangan lokal untuk memenuhi kebutuhan masyarakat yang dilayani maupun sebagai pusat pemasaran produk wilayah sekitarnya;

 Kegiatan Kehutanan yang merupakan bahan baku untuk kegiatan industri hasil

 Pusat Kegiatan Ekonomi Skala Lokal (untuk melayani beberapa wilayah hinterlandnya) yang ditandai dengan adanya Kantor Cabang Pembantu untuk

lembaga keuangan;

 Pusat Infrastruktur Wilayah dengan Skala Lokal yang ditandai dengan adanya Kantor Cabang Pembantu PLN, Telkom, Pos, PDAM.

4. Wilayah Pengembangan Buruway yang melayani wilayah Distrik Buruway dengan

pusat wilayah pengembangan adalah Kambala. WP ini didominasi oleh kegiatan :

 pertanian tanaman pangan lahan kering dan lahan basah yang diarahkan kepada pemenuhan kebutuhan masyarakat Kabupaten Kaimana maupun untuk

kebutuhan masyarakat kabupaten lain;

 perikanan laut dan budidaya laut untuk menunjang kebutuhan masyarakat Kabupaten Kaimana, kabupaten lainnya dan ekspor;

 Pariwisata dengan obyek wisata pantai pasir putih, hutan suaka alam, dan pulau penyu.

 peternakan yang diarahkan pada pemenuhan kebutuhan masyarakat Kaimana;

 industri kecil dan kerajinan;

 Pelabuhan Laut Pengumpan Regional;

 Perdagangan lokal

 Kegiatan Kehutanan yang merupakan bahan baku untuk kegiatan industri hasil hutan (Pabrik Plywood);

 Pusat Kegiatan Ekonomi Skala Lokal (untuk melayani beberapa wilayah hinterlandnya) yang ditandai dengan adanya Kantor Cabang Pembantu untuk

lembaga keuangan;

 Pusat Infrastruktur Wilayah dengan Skala Lokal yang ditandai dengan adanya Kantor Cabang Pembantu PLN, Telkom, Pos, PDAM.

5. Wilayah Pengembangan Pulau Adi yang melayani wilayah Pulau Adi dengan pusat

wilayah pengembangan adalah Adijaya. WP ini didominasi oleh kegiatan :

(4)

masyarakat kabupaten lain;

 Pariwisata dengan obyek wisata pulau penyu.

 Pelabuhan Laut Pengumpan Regional;

 Bandara Bukan Pusat Penyebaran

 Perdagangan lokal

 Pusat Infrastruktur Wilayah dengan Skala Lokal yang ditandai dengan adanya Kantor Cabang Pembantu PLN, Telkom, Pos, PDAM.

Berdasarkan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Kabupaten Kaimana

tahun 2006 – 2025, visi pembangunan jangka panjang adalah: “Percepatan

Peningakatan Kesejahteraan Masyarakat Menuju Kaimana Sebagai Kabupaten

Termaju Di Selatan Papua Pada Tahun 2010”.

Dalam mewujudkan visi tersebut di atas, maka misi dari pemerintah Kabupaten Kaimana

adalah :

1. Peningkatan Kualitas dan Produktivitas Sumber Daya Manusia yang akan diraih

terutama melalui upaya peningkatan pendidikan, kualitas kesehatan dan

peningkatan produktivitas masyarakat Kaimana;

2. Pengembangan struktur perekonomian yang tangguh, hal ini diperlukan untuk

peningkatan dan pemerataan kesehateraan ekonomi masyarakat Kaimana agar

memiliki kemandirian, kemampuan dan daya saing dalam menghadapi persaingan

antar daerah serta dalam rangka pengentasan kemiskinan;

3. Pemantapan kinerja pemerintah daerah, termasuk didalamnya pengelolaan aspek

politik, hukum dan HAM. Melalui peningkatan kinerja ini diharapkan Pemerintah

Daerah dapat menjadi pendorong bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat;

4. Peningkatan implementasi pembangunan berkelanjutan, terutama berkaitan dengan

isu daya dukung lingkungan, keseimbangan ekosistem, jumlah dan persebaran

penduduk, serta mitigasi bencana alam;

5. Peningkatan kualitas kehidupan sosial yang berlandaskan agama dan budaya daerah.

B. Tujuan dan Sasaran Pembangunan Daerah

Dengan merujuk pada visi dan misi daerah, maka tujuan dan sasaran pembangunan

Kabupaten Kaimana diarahkan pada terwujudnya ”Termaju di Selatan Papua”, yang

ditandai oleh :

1. Meningkatkan mutu dan pemerataan pelayanan pendidikan, kesehatan dan

produktivitas untuk peningkatan daya saing SDM Kaimana. Sasaran yang ingin

dicapai adalah :

• Terkendalinya rata-rata lama sekolah

• Meningkatnya melek huruf;

• Tercapainya angka partisipasi murni SLTP minimal 70%;

• Tercapainya angka harapan hidup 65 tahun;

• Meningkatnya serapan tenaga kerja per sektor

2. Meningkatkan pemerataan dan pertumbuhan ekonomi, dengan sasaran :

• Meningkatnya laju pertumbuhan ekonomi,

• Jumlah orang miskin berkurang;

• Mengurangi pengangguran;

• Tumbuh minat dan realisasi investasi baru di Kaimana;

• Meningkatnya peran koperasi, usaha kecil dan menengah terhadap PDRB;

• Meningkatnya kualitas infrastruktur wilayah.

3. Meningkatnya sinergitas, produktifitas dan akuntabilitas managemen pemerintah

daerah. Sasaran yang ingin dicapai adalah :

• Meningkatnya penegakan hukum dan HAM;

• Meningkatnya efektivitas dan efisiensi pemanfaatan APBD;

• Meningkatnya akuntabilitas kinerja pelayanan publik perangkat daerah;

• Meningkatnya kompetensi aparatur;

• Meningkatnya sinergitas antara tingkat pemerintah;

• Meningkatnya peran dan partisipasi masyarakat dalam pembangunan daerah;

(5)

4. Meningkatnya daya dukung dan daya tampung lingkungan dengan sasaran yang ingin

dicapai :

• Terkendalinya laju pertumbuhan penduduk di bawah 2%;

• Tercapainya kawasan lindung sebesar 60%;

• Terwujudnya struktur tata ruang Kaimana, terdiri dari pengembangan PKN dan PKW serta pengembangan infrastruktur wilayah dalam rangka pengembangan

kawasan andalan;

• Terlaksananya pengelolaan lingkungan dengan pendekatan DAS (Daerah Aliran Sungai) dan Ecoregion;

• Meningkatnya pelaksanaan kualitas managemen pencegahan dan penanggulangan (Migitasi) bencana alam.

5. Meningkatnya pengalaman ajaran agama, keharmonisan sosial dan apresiasi

terhadap budaya. Sasaran yang diharapkan :

• Terwujudnya pemberdayaan peran lembaga kemasyarakatan dan pemimpin informal;

• Terpeliharanya kerukunan umat beragama;

• Tumbuhnya kondisi yang kondusif bagi perkembangan aktivitas keagamaan, sosial, politik dan kebudayaan ditengah masyarakat;

• Tegaknya kehidupan berdemokrasi yang taat hukum dan menjunjung tinggi HAM;

• Terpelihara ketentraman dan ketertiban sosial.

3.2 Strategi/Skenario Pengembangan Wilayah Kabupaten Kaimana Berdasarkan Rencana Penataan Ruang (RTRW)

Kabupaten Kaimana yang berada di bawah kepala burung Pulau Papua, memiliki luas

wilayah sebesar 1.850.000 Ha, Kabupaten Kaimana terdiri dari 7 distrik. Masing-masing

distrik, terutama pada saat musim penghujan, tidak terjangkau oleh angkutan jalan

raya, dan itu pula sebabnya peranan angkutan laut sangat penting dalam kaitan

hubungan dengan wilayah lainnya. Sebagai suatu wilayah kabupaten yang baru

dimekarkan, struktur organisasi pemerintah daerah maupun sumber daya manusia yang

ada di pemerintahan, masih sangat sederhana dan terbatas. Demikian pula halnya

dengan potensi pendapatan asli daerah, yang masih mengandalkan pada pendapatan

dari sub sektor perikanan dan kehutanan, dan itu pun belum dapat dikatakan

maksimal mengingat bahwa usaha di kedua sub sektor tersebut masih belum maksimal

yang antara lain disebabkan karena faktor infrastruktur pendukung yang masih sangat

terbatas.

Sebagai suatu kabupaten yang baru dimekarkan dari Kabupaten Fakfak,

pengembangan tata ruang wilayah kabupaten Kaimana tentunya tidak luput pula dari

sejumlah hambatan-hambatan yang antara lain, yaitu :

1. Keterbatasan SDM Pemerintah Daerah

Sebagai suatu kabupaten yang baru dimekarkan, kebutuhan SDM untuk mengisi

struktur pemerintahan yang dibutuhkan, tentunya akan sangat besar. Disatu

pihak, untuk mengisi struktur yang dibutuhkan, ada sejumlah persyaratan yang

dibutuhkan seperti kepangkatan (golongan. Dan itu pula sebabnya menjadi tidak

mudah bagi pemerintahan yang baru terbentuk untuk segera mengisi struktur

sesuai dengan tingkat kebutuhan. Permasalahan SDM akan semakin bertambah bila

dikaitkan dengan kualitas teknis yang dibutuhkan untuk menyusun

program-program pembangunan sebagai penjabaran visi dan misi Kabupaten Kaimana,

apalagi bila hal ini dikaitkan pula dengan isu putra daerah dalam sistem

perekrutan kepegawaian.

Keterbatasan kuantitas dan kualitas SDM berdampak pula pada sistem

pendelegasian tugas. Acapkali yang terjadi adalah tidak ada pendelegasian

wewenang dari pimpinan ke bawahan untuk melaksanakan tugas-tugas pimpinan

yang berakibat pada pelaksanaan kegiatan kantor menjadi tidak efektif.

2. Keterbatasan Data

Sebagai suatu wilayah yang baru dimekarkan, keberadaan data wilayah tentunya

masih menyatu dengan data wilayah kabupaten induk, dan itu berarti bahwa

ketersediaan data akan sangat tergantung pada ketersediaan data di kabupaten

induk. Permasalahan lainnya berkaitan dengan data adalah bila pada tingkatan

(6)

beberapa wilayah di Kabupaten Kaimana, sehingga terjadi hambatan untuk

mendapatkan data yang lengkap pada suatu seri waktu, sementara ketepatan

prediksi di masa mendatang sangat tergantung pada datatime series .

3. Jumlah Penduduk yang Rendah

Jumlah penduduk yang sangat rendah, juga merupakan hambatan dalam menyusun

rencana tata ruang wilayah, terutama dalam hal proyeksi kebutuhan prasarana

dasar dan infrastruktur wilayah yang dibutuhkan. Diperlukan justifikasi yang

tentunya memerlukan argumentasi yang kuat untuk meyakinkan berbagai pihak

bahwa penentuan kebutuhan prasarana dasar dan infrastruktur wilayah, terutama

dikaitkan dengan keterbatasan sumber pendanaan pemerintah. Sebagai contoh,

berdasarkan standar yang disusun oleh Dirjen Cipta Karya, untuk jumlah penduduk

500 jiwa akan memerlukan 1 SD. Lantas, pertanyaannya adalah, bagaimana untuk

suatu kawasan permukiman dengan penduduk kurang dari 100 jiwa, namun memiliki

beberapa anak usia sekolah SD, sedangkan jarak dari kawasan permukiman tersebut

dengan kawasan terdekat yang memiliki fasilitas SD, sangat tidak mungkin untuk

dicapai? Apakah lantas orang tersebut tidak perlu sekolah, sementara pemerintah

telah menetapkan program wajib belajar untuk SD s/d SLTP.

4. Minimnya Infrastruktur perhubungan

Minimnya infrastruktur perhubungan seperti prasarana transportasi darat, prasarana

transportasi maupun prasarana transportasi udara, menuntut kerjakeras dari pihak

pemerintah daerah sebagai pengguna produk rencana tata ruang wilayah, dalam hal

menyiapkan sejumlah program-program pembangunan infrastruktur yang

dibutuhkan. Hal ini tentunya sangat terkait dengan kemampuan pemerintah daerah

dalam hal menyediakan sumber-sumber pembiayaan pembangunan yang jumlahnya

sangatlah besar. Dengan adanya keterbatasan sumber pembiayaan pembangunan

tentunya membuat pemerintah daerah harus berpikir keras dalam menentukan skala

prioritas, karena kesalahan dalam menentukan skala prioritas dapat berdampak

pada timbulnya permasalahan tata ruang wilayah.

5. Minimnya infrastruktur telekomunikasi

Telekomunikasi mempunyai peranan yang penting terutama dalam kaitan untuk

mendukung kegiatan usaha masyarakat. Ketiadaan infrastruktur telekomunikasi

dapat menjadi penghambat majunya kegiatan perekonomian suatu wilayah,

namun untuk membangun infrastruktur telekomunikasi akan memerlukan dana

yang tidak sedikit. Sehingga kalau dikaitkan dengan potensi pasar pengguna

telekomunikasi, untuk distrik di luar wilayah kota kabupaten, tentunya

pembangunan infrastruktur telekomunikasi belum tentu akan terwujud dalam

beberapa tahun yang akan datang. Memang butuh suatu langkah kerja keras dari

pihak yang bertanggung jawab di bidang telekomunikasi (pihak telkom dan pos)

untuk meyakinkan pihak terkait untuk mewujudkan pembangunan infrastruktur

telekomunikasi guna mendorong pertumbuhan perekonomian wilayah.

6. Minimnya Prasarana Dasar Wilayah

Prasarana dasar wilayah tidak terkait langsung dengan pertumbuhan

perekonomian wilayah, sehingga ada pemikiran bahwa pembangunan prasarana

wilayah adalah merupakan suatu kegiatan yang cost centre. Oleh karenanya,

dalam suatu situasi dimana sumber pendanaan pemerintah daerah terbatas,

pembangunan prasarana dasar wilayah mungkin bukan suatu prioritas utama.

7. Keterbatasan Sumber Pembiayaan

Bagaimana pun, pembangunan berbagai infrastruktur yang dibutuhkan dalam

suatu wilayah, tidak akan terlepas dari aspek pendanaan, sementara bagi suatu

pemerintah daerah, untuk membiayai kebutuhan rutin seperti membayar gaji

pegawai, pemeliharaan aset-aset daerah serta kelengkapan lainnya juga

memerlukan biaya yang tidak kalah kecilnya. Apalagi bagi suatu daerah seperti

Kabupaten Kaimana yang potensi Sumber Pendapatan Asli Daerahnya kecil,

sehingga menjadi sangat tergantung pada Dana Alokasi Umum dan Dana Alokasi

Khusus, tentunya akan sangat “sempit” ruang geraknya dalam menganggarkan

(7)

8. Minat Investasi yang masih rendah

Bagi calon investor, pertimbangan biaya, baik biaya investasi maupun biaya

operasional, menjadi sangat penting. Sedangkan biaya investasi dan biaya

operasional akan sangat tergantung dari infrastruktur yang tersedia dalam suatu

wilayah. Biaya operasional akan berbanding terbalik dengan ketersediaan

infrastruktur, dimana semakin baik infrastruktur dalam suatu wilayah, akan semakin

rendah pula biaya operasional suatu usaha, sebaliknya apabila infrastruktur sangat

minim, akan semakin tinggi pula biaya operasional. Biaya operasional maupun biaya

investasi yang tinggi tentunya akan menurunkan minat calon investor untuk

melakukan investasi di suatu wilayah.

Kabupaten Kaimana memiliki potensi di sub-sektor kehutanan, perkebunan dan

perikanan. Tentunya hal ini menjadi salah satu daya tarik untuk memikat investor di

bidang industri kehutanan, perikanan maupun perkebunan. Untuk mendorong

percepatan investasi ke wilayah kabupaten Kaimana, tentunya harus pula diikuti oleh

langkah-langkah konkret dari pemerintah daerah dalam penyediaan infrastruktur seperti

air bersih, listrik, telekomunkasi, jaringan jalan raya, pelabuhan dan bandara udara.

Pembangunan infrastruktur tentunya akan berdampak pada penyediaan kesempatan

kerja yang akan mendorong masuknya sejumlah orang yang membutuhkan pekerjaan ke

suatu wilayah. Akan terjadi mobilisasi penduduk dalam jumlah besar yang bukan saja

penduduk lokal namun juga bisa terjadi migrasi penduduk dari luar wilayah yang sedang

membangun. Dan akibatnya akan terjadi peningkatan kebutuhan akan barang-barang

kebutuhan pokok, dan sebagainya, yang pada akhirnya akan mendorong pertumbuhan

kegiatan perdagangan yang akan bermuara pada peningkatan sumber pendapatan

daerah.

Pembangunan infrastruktur wilayah juga akan mendorong gairah perekonomian wilayah

seperti munculnya para pengusaha di bidang kontraktor, perdagangan mesin dan

alat-alat, persewaan alat-alat berat dan sebagainya. Dengan infrastruktur yang telah

tersedia, tentunya akan berdampak pada kemudahan aksesibilitas dari satu distrik ke

distrik lain. Dan ini akan berdampak pada semakin besarnya pergerakan dari dan ke luar

wilayah Kabupaten Kaimana. Kegiatan hotel dan restauran tentunya juga akan

semakin bergairah.

Berdasarkan permasalahan dan potensi yang ada di wilayah Kabupaten Kaimana, ada 3

alternatif (Skenario) pengembangan wilayah yaitu :

• Skenario 1 : Pertumbuhan dan Perkembangan Wilayah yang Dikendalikan

• Skenario 2 : Pertumbuhan dan Perkembangan Wilayah Mengikuti Kecenderungan

• Skenario 3 : Pertumbuhan dan Perkembangan Wilayah Dipercepat

Skenario 1 : Pertumbuhan dan Perkembangan Wilayah yang Dikendalikan

Asumsi

1. Keterbatasan daya dukung wilayah, terutama faktor lereng dan kawasan rawan

bencana

2. Keterbatasan SDM Pemerintah Kabupaten Kaimana

3. Keterbatasan Sumber Daya Finansial Pemerintah Kabupaten Kaimana

4. Luas wilayah dan kesulitan medan untuk membangun infrastruktur

5. Kualitas SDM yang merupakan penduduk lokal, dimana 68.4% hanya tamatan SD

dan 16,7% tamatan SLTP.

Skenario

Bila asumsi di atas terpenuhi, maka akan terjadi skenario berikut :

1. Deliniasi secara tegas terhadap kawasan lindung dan rawan bencana, artinya tidak

hanya melakukan penetapan terhadap kawasan-kawasan yang akan menjadi

kawasan lindung dan rawan bencana, namun juga diikuti dengan pembuatan

peraturan perundang-undangan (Perda) yang disertai dengan penerapan sanksi

yang tegas terhadap adanya kegiatan pembangunan di kawasan yang telah

ditetapkan sebagai kawasan lindung serta melakukan pengendalian terhadap

kegiatan pembangunan pada kawasan rawan bencana.

2. Pemerintah Daerah dalam 5 tahun pertama hanya mempersiapkan :

(8)

pemerintahan, pembentukan dinas-dinas, struktur serta pengisian personil);

 Peningkatan kemampuan personil aparatur pemerintah;

 Pembangunan Prasarana Transportasi yang meliputi peningkatan pelabuhan laut di kabupaten Kaimana, pelabuhan-pelabuhan lokal pada beberapa wilayah

distrik; pembangunan jaringan jalan di pusat kabupaten, serta peningkatan

jalan yang ada, terutama yang menghubungkan Kota Kaimana dengan

Kabupaten Teluk Bintuni dan pembukaan jalan yang menghubungkan Kaimana

dengan Avonna; pengembangan bandara udara Utarum dan bandara udara

perintis di Teluk Etna dan Adijaya;

 Pembangunan Prasarana dan Sarana Sub Sektor Perikanan yang meliputi pembangunan Tempat Pelelangan Ikan (TPI) di distrik Teluk Etna dan Kaimana

dan Buruway; Mendorong investor untuk masuk di industri pengolahan hasil

perikanan laut.

 Prasarana dan Sarana Pendidikan terutama untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan masyarakat Kabupaten Kaimana di sektor pertanian terutama

bidang perikanan budidaya, perikanan tangkap (seperti teknik penyimpanan ikan

sehingga kualitas ikan tangkapan masih tetap berkualitas untuk di ekspor atau di

pasar regional), pertanian tanaman pangan lahan kering (seperti bagaimana

agar produk hasil pertanian setelah di panen masih segar sampai di pasar).

3. Pembangunan infrastruktur wilayah terutama difokuskan untuk meningkatkan

aksesibilitas kawasan permukiman pesisir dengan Pusat Permukiman Hirarki (Ibukota

Kabupaten), Hirarki II (diantaranya Ibukota Distrik) dan Hirarki III.

4. Seluruh stakeholder berperan aktif dalam kegiatan membangun wilayah kabupaten

Kaimana.

5. Pemerintah KabupatenKaimana mengembangkan kawasan permukiman baru pada

beberapa wilayah pedalaman yang potensial untuk kawasan pertanian tanaman

pangan lahan kering dan peternakan.

6. Pada periode 5 tahun ke-2, wilayah kabupaten Kaimana akan menjadi suatu wilayah

tujuan investasi di Papua.

7. Ada peningkatan pengetahuan dan keterampilan masyarakat Kabupaten Kaimana

sehingga memiliki kemampuan berkompetisi dengan masyarakat luar. Hal ini

menjadikan masyarakat Kaimana lebih siap menjadi “tuan di negeri sendiri.”

Skenario 2 : Pertumbuhan dan Perkembangan Wilayah Mengikuti Kecenderungan

Asumsi

1. Ada harapan besar dari masyarakat akan terjadi perkembangan yang pesat di

Kaimana sebagai akibat perubahan status dari distrik menjadi kabupaten.

2. Dalam kurun waktu 10 tahun ini akan banyak penduduk yang mencoba mengadu

nasib di kota Kaimana, baik penduduk yang berasal dari distrik lain dalam wilayah

kabupaten, maupun penduduk dari luar kabupaten Kaimana.

3. Selama 5 tahun pertama, Pemerintah Kabupaten Kaimana hanya mampu

menganggarkan untuk pembangunan infrastruktur dasar dan pembangunan

perkantoran di wilayah pusat kabupaten.

4. Ada sebagian masyarakat yang memiliki modal yang mencoba berspekulasi

mencari keuntungan dari harga lahan di wilayah perkotaan.

Skenario

1. Penduduk tumbuh dengan laju pertumbuhan di atas 5% terutama di distrik

Kaimana. Pertumbuhan penduduk didominasi oleh masuknya penduduk non-skill

dari luar Kabupaten Kaimana yang bekerja sebagai buruh bangunan, pengemudi

ojek, penarik becak di wilayah pusat kabupaten.

2. Kawasan terbangun tumbuh secara cepat terutama pada kawasan perkotaan

dengan bentuk yang tidak teratur, sebagian menempati lahan-lahan yang sempit

di kawasan kaki gunung, bantaran sungai, pinggiran pantai.

3. Terjadi perubahan guna lahan yang pesat terutama di kiri dan kanan jalan, dan

sebagian tidak mengikuti tata ruang yang telah disepakati.

4. Pemerintah daerah mengalami beberapa kendala dalam kaitan dengan biaya

pembebasan lahan yang tinggi.

5. Pemerintah daerah mengalami kesulitan dalam pengendalian dan penertiban

(9)

disebabkan karena disamping personil pemerintah yang masih terbatas juga

kurangnya kemampuan teknis untuk menterjemahkan visi dan misi kabupaten

Kaimana dalam operasional di lapangan.

6. Akan timbul sektor-sektor informal pada kawasan pusat kota yang akan mengganggu

aspek keindahan kawasan dan sulit untuk ditertibkan.

7. Program-program pemerintah daerah menjadi tidak fokus pada pengembangan

infrastruktur yang akan mendorong pertumbuhan sektor unggulan sebagai akibat

banyaknya persoalan sosial dan biaya tinggi untuk kegiatan pembangunan.

8. Wilayah akan tumbuh dan berkembang tidak sesuai dengan tata ruang yang telah

disepakati. Benturan peruntukan ruang terutama disebabkan oleh para pemilik

modal/investor yang membangun sesuai keinginan masing-masing.

Skenario3 : Pertumbuhan dan Perkembangan Wilayah Dipercepat

Asumsi

1. Pemerintah Kabupaten Kaimana mampu mendapatkan pendanaan untuk membiayai

program pembangunan infrastruktur.

2. Pemerintah daerah mampu meningkatkan kemampuan SDM yang duduk dalam

birokrasi pemerintahan.

3. Berbagai kendala yang berkaitan dengan pertanahan dapat diatasi oleh pemerintah

kabupaten Kaimana

4. Pemerintah daerah mampu mendapatkan akses pasar terhadap produk sektor

pertanian kabupaten Kaimana

5. Pemerintah kabupaten Kaimana mampu meningkatkan kemampuan dan

keterampilan masyarakatnya di sektor pertanian sebagai sektor unggulan,

6. Pemerintah kabupaten Kaimana mampu meningkatkan kemampuan dan

keterampilan masyarakatnya untuk berkompetisi di sektor bangunan

Skenario

Bila asumsi di atas terpenuhi, maka akan terjadi skenario berikut :

1. Kaimana menjadi salah satu wilayah pemasok kebutuhan akan sayur mayur,

buah-buahan, daging ternak dan ikan ke wilayah kabupaten sekitarnya, terutama untuk

Kabupaten Bintuni (LNG Tangguh) dan Kabupaten Mimika (PT. Freeport).

2. Kaimana menjadi salah satu wilayah pengekspor hasil perikanan laut yang

terbesar.

3. Terjadi pertumbuhan dan perkembangan wilayah secara merata di kabupaten

Kaimana.

4. Wilayah kabupaten Kaimana menjadi salah satu daerah tujuan bagi para investor.

5. Sektor bangunan dan sektor perdagangan, hotel dan restoran tumbuh secara

menakjubkan.

Bila salah satu saja dari asumsi di atas tidak terpenuhi, maka akan terjadi skenario

berikut:

1. Hasil produk sektor pertanian berlimpah, sementara harga pasar turun yang akan

berdampak pada kekecewaan pada petani/nelayan. Secara psikologi, hal ini akan

berdampak pada berkurangnya kepercayaan masyarakat kepada pemerintah.

2. Penduduk dari luar wilayah Kabupaten Kaimana yang datang mengadu nasib di

wilayah Kaimana pada akhirnya mengalami perkembangan yang sangat pesat dan

pada akhirnya menimbulkan kesenjangan yang cukup besar dengan penduduk

lokal. Kondisi ini akan menimbulkan akumulasi kekecewaan kepada masyarakat

lokal dan sangat rawan sekali terhadap isu-isu berbau sara di masa mendatang

yang bisa saja mungkin akan dimanfaatkan oleh beberapa pihak tertentu.

Strategi dan Kebijakan Tata Ruang Kabupaten

1. Strategi Umum Pengembangan Wilayah

Upaya untuk mewujudkan visi dan misi kabupaten dari aspek penataan ruang,

memerlukan suatu strategi yang mampu mengatur dan mengendalikan ruang

secara terpadu dalam memanfaatkan sumber daya alam dan sumber daya

manusianya secara optimal, melalui :

 Penegasan fungsi kawasan, baik yang bersifat lindung maupun budidaya dalam suatu pola pemanfaatan ruang.

(10)

meningkatkan perekonomian wilayah.

 Menciptakan peluang bagi pusat-pusat pertumbuhan baru agar dapat berperan sebagai pembangkit pertumbuhan bagi wilayah-wilayah belakangnya.

 Menyerasikan laju perkembangan antar wilayah melalui penyediaan sarana dan prasarana pelayanan serta memperluas keterkaitan ekonomi dan ruang antar dan

intra wilayah.

 Meningkatkan pengelolaan sumber daya alam secara arif dengan orientasi pada perbaikan dan peningkatan kualitas lingkungan hidup.

 Meningkatkan peran serta masyarakat dalam kegiatan pembangunan melalui pelibatan masyarakat secara aktif, baik perorangan maupun kelompok

masyarakat (community based development).

Strategi yang ada selanjutnya dirumuskan dalam program-program pembangunan

yang dilaksanakan secara bertahap, dengan tahapan-tahapan sebagai berikut :

A. Rencana Jangka Pendek (2005 - 2010)

Rencana jangka pendek akan berisikan program-program pembangunan prioritas

dan bersifat mendesak melalui pengembangan potensi pada sektor-sektor

tertentu yang mempunyai dampak luas bagi kehidupan dan penghidupan

masyarakat (sektor unggulan), serta penanganan terhadap kendala yang

diperkirakan akan mempengaruhi laju perkembangan kegiatan Iainnya.

B. Rencana Jangka Panjang (2010 - 2015)

Rencana jangka panjang berisikan program-program pembangunan prioritas

berikutnya dan penyempurnaan atau peningkatan pelaksanaan program

pembangunan prioritas utama. Pelaksanaan dari rencana jangka panjang ini

diharapkan sudah dapat mengatasi persoalan utama yang terdapat di daerah.

2. Strategi Umum Pengembangan Perekonomian Wilayah

Strategi umum pengembangan kegiatan perekonomian wilayah diarahkan untuk :

1) Pengembangan iklim usaha yang menjamin terciptanya persaingan yang sehat

antara usaha kecil, menengah dan besar.

2) Pemasyarakatan dan penyederhanaan mekanisme perencanaan, pemantauan

dan evaluasi kegiatan antar sektor ekonomi.

3) Pengembangan informasi pasar untuk menjamin pemasaran hasil produksi.

4) Perumusan dan pelaksanaan regulasi yang memungkinkan terciptanya iklim

yang kondusif bagi investasi, yang secara langsung berpengaruh pada

perkembangan kegiatan Usaha Kecil Menengah (UKM).

5) Penyederhanaan dan peningkatan efisiensi di bidang penyelenggaraan usaha,

untuk memberi kesempatan yang lebih besar kepada UKM memasuki pasar dan

berkembang secara wajar.

6) Peningkatan ekonomi masyarakat melalui penciptaan lapangan kerja,

penciptaan iklim usaha yang baik dan kondusif.

7) Pemberdayaan ekonomi rakyat dan sikap keberpihakan terhadap ekonomi

Iemah dan sektor informal melalui pembinaan teknis, permodalan dan

pemasaran.

8) Menciptakan dan meningkatkan peluang pasar dalam pemasaran hasil-hasil

produksi perikanan dari wilayah sekitarnya sebagai salah satu lokomotif

penggerak perekonomian wilayah.

9) Pengembangan sektor unggulan sebagai basis dalam meningkatkan pendapatan

daerah.

3. Strategi Pengembangan Struktur Ruang

A. Kawasan Perkotaan dan Pedesaan

Adapun strategi untuk pengembangan kawasan perkotaan adalah : -Mendorong

agar kawasan perkotaan dapat tumbuh dan berkembang menjadi kawasan

dengan fungsi perdagangan, simpul jasa distribusi, perkantoran dengan

ciri-ciri kawasan yang sudah tertata secara serasi dan harmonis, Adapun strategi

untuk pengembangan kawasan pedesaan adalah : -Mendorong agar kawasan

pedesaan tumbuh dan berkembang sebagai pusat permukiman, pelayanan

pemerintahan dan fungsi sosial yang sudah tertata secara serasi dan harmonis

dengan lingkungan sekitarnya.

B. Sistem Pusat Permukiman

Adapun strategi untuk pengembangan sistem pusat permukiman adalah

(11)

- Ibukota kabupaten dapat berperan sebagai Pusat Kegiatan Wilayah (PKW)

yang melayani distrik-distrik yang menjadi daerah hinterlandnya,

- Masing-masing Ibukota distrik dapat berperan sebagai Pusat Kegiatan Lokal

yang akan melayani desa-desa yang menjadi daerahhinterlandnya.

- Mendorong terbentuknya Sub Pusat Kegiatan Lokal/Desa Pusat Pertumbuhan

yang akan melayani beberapa desa di sekitarnya.

4. Strategi Pemanfaatan Ruang

A. Strategi Pemanfaatan Kawasan Lindung

Strategi pemanfaatan kawasan lindung meliputi langkah-langkah pengelolaan

kawasan lindung yang bertujuan untuk mencegah timbulnya dampak negatif

pada lingkungan hidup dan melestarikan fungsi lindung kawasan yang

memberikan perlindungan kawasan bawahnya, kawasan perlindungan setempat,

kawasan suaka alam, kawasan pelestarian alam, kawasan pelestarian budaya,

dan kawasan lindung lainnya.

Untuk kawasan lindung inl, strategi pengelolaan yang dilakukan adalah berupa

pengkajian terhadap fungsi lindung yang ada serta pengendalian kawasan

lindung inti yang masih berfungsi. Sehubungan dengan kondisi di atas, maka

kebijaksanaan yang berkaitan dengan kawasan lindung ini, mencakup :

1) Mempertahankan (melestarikan) kawasan yang memiliki fungsi lindung yang

masih ada dan belum terintervensi oleh kegiatan lainnya.

2) Kawasan hutan yang telah ditetapkan sebagai hutan lindung agar

dipertahankan keberadaannya dan perlu dilakukan upaya-upaya untuk

mengembalikan fungsi hutan dengan vegetasi yang sesuai dalam bentuk

reboisasi dan rehabilitasi.

3) Perlu diidentifikasi dan dilakukan penelitian lokasi secara pasti bagi

kawasankawasan yang berfungsi lindung yang meliputi :

• Kawasan Sumberdaya Pengembangan Air (KSPA),

• Kawasan Perlindungan Setempat seperti sempadan pantai, sempadan sungai, kawasan sekitar danau dan mata air serta kawasan hutan bakau.

• Kawasan Suaka dan Cagar Alam.

4) Guna mendukung fungsi hidrologis wilayah, maka keberadaan

danau/danau buatan perlu dipertahankan dengan melakukan rehabilitasi

kawasan.

5) Penetapan kawasan lindung intl yang tidak boleh terganggu oleh kegiatan

budidaya, serta kawasan lindung cadangan (boleh dimanfaatkan untuk

kegiatan budidaya dengan persyaratan teknis tertentu).

6) Pembatasan kegiatan budidaya yang telah ada, sehingga tidak

mengganggu fungsi kawasan lindung.

7) Penetapan kawasan penyangga (buffer zone) bagi masing-masing kawasan

lindung.

Pemanfaatan kawasan yang berfungsi lindung meliputi kawasan-kawasan

sebagai berikut :

1) Kawasan Hutan Lindung

Guna mencegah kerusakan fungsi hutan lindung, maka strategi

pengelolaan yang diperlukan yaitu dengan mempertahankan hutan lindung

untuk menegakkan fungsi hidrologis yaitu tidak boleh dikonversi (diubah)

untuk kepentingan yang lain.

2) Kawasan Resapan Air

Pengelolaan kawasan resapan air diprioritaskan pada kawasan resapan

utama sebagai kontribusi terbesar dalam me-recharge air tanah. Tujuan

dari pengelolaan kawasan resapan air ini diarahkan pada kegiatan yang

dapat memperbesar koefisien infiltrasi air.

Selain itu ditetapkan pula upaya konservasi air tanah untuk memenuhi

kebutuhan baik dari segi peraturan maupun kelembagaan. Untuk

meningkatkan resapan air ke dalam tanah, maka dilakukan berbagai cara,

yaitu :

a) Pola Vegetatif, meliputi

• Penghijauan , yaitu upaya penanaman pohon pada lahan-lahan kosong, pinggir jalan, halaman dan lain-lain. Hal ini paling tidak

(12)

langsung dimanfaatkan oleh masyarakat setempat;

• Reboisasi, yaitu upaya penghutanan kembali dengan vegetasi yang tepat, terutama pada daerah yang merupakan daerah tangkapan air

(catchment area).

b) Pola tanam(crop pattern),

Pola tanam (crop pattern), adalah cara bertanam yang selain mengikuti

aturan bertanam juga memperhatikan konservasi air dan tanah. Yang

termasuk dalam cara-cara ini antara lain adalah : contour cropping(urut

kontur), multiple cropping (tumpang sari), strip cropping (berlajur) dan

crop rotation(tumpang gilir).

c) Teknis Mekanis

• Parit jebakan

Usaha ini dimaksudkan untuk menahan air diparit untuk mempertinggi

kelembaban tanah di sebelah hilirnya, sehingga tanaman mempunyai

kesempatan untuk tumbuh lebih besar

Terrasering

Terrasering adalah suatu usaha untuk menciptakan fungsi datar pada

kawasan yang mempunyai kelerengan cukup tajam sehingga

mengurangi jumlah impasan air hujan

Bangunanpengendali

Bangunan pengendali adalah bangunan dengan fungsi manahan bahan

sedimen serta melandaikan kemiringan dasar sungai. Bangunan ini

banyak dipakai terutama untuk konservasi tanah yang tentu saja

berkaitan erat dengan konservasi air.

3) Kawasan Konservasi Laut

Pengelolaan kawasan konservasi laut diprioritaskan pada perlindungan

ekosistem laut. Tujuan dari pengelolaan kawasan konservasi laut adalah

untuk perlindungan suaka alam laut (marga satwa laut), taman wisata laut,

dan daerah perlindungan plasma nutfah.

Untuk menunjang fungsinya dilakukan upaya sebagai berikut :

• Memberikan pengamanan di kawasan suaka alam laut dengan perlindungan ekosistemnya.

• Dapat dikembangkan sebagai daerah wisata dengan batas-batas tidak mengganggu fungsi kawasan tersebut.

4) Kawasan Perlindungan Setempat

Kawasan perlindungan setempat, meliputi beberapa jenis kawasan sebagai

berikut :

a) Sempadan Pantai

Untuk melindungi wilayah pantai dari usikan kegiatan yang

mengganggu kelestarian fungsi pantai, maka strategi pengelolaan yang

dilakukan adalah sebagai berikut :

• Memberikan jalur pengaman sepanjang pantai melalui penutupan vegetasi tetap di sepanjang dari titik tertinggi ke arah darat.

• Tidak diperkenankan adanya bangunan termasuk mendirikan bangunan kecuali yang diperlukan untuk menunjang fungsi

kawasan.

b) Sempadan Sungai

Untuk melindungi terjadinya pencemaran, erosi dan Iongsor, strategi

pengelolaan yang dilakukan adalah sebagai berikut :

• Memberikan jalur pengaman aliran sungal melalui penutupan vegetasi tetap di sepanjang jalur kanan-kiri sungai

• Tidak diperkenankan adanya bangunan termasuk mendirikan bangunan kecuali yang diperlukan untuk menunjang fungsi

kawasan tersebut dan atau bangunan yang merupakan bagian dari

suatu jaringan listrik atau transmisi .

• Dilarang melakukan penebangan pohon di sepanjang sempadan sungai.

c) Kawasan Sekitar Danau/Waduk

Dalam mempertahankan kelestarian fungsinya, maka strategi

(13)

danau/waduk yaitu dengan cara :

• Tidak diperkenankan bila dikonversi atau diubah penggunaannya

• Memberikan pengamanan di sekitarnya (50 meter) dengan cara penutupan vegetasi tetap di sekeliling mata airnya

• Tidak diperkenankan mendirikan bangunan kecuali bangunan yang diperlukan untuk menunjang fungsi kawasan dan atau bangunan

yang merupakan bagian dari suatu jaringan atau transmisi bagi

kepentingan umum

• Dilarang melakukan penebangan pohon dalam radius tertentu ( 50 meter) di kawasan danau/waduk tersebut.

d) Kawasan Sekitar Mata Air

Strategi yang dapat dilakukan untuk pemanfaatan dan pengelolaan

kawasan sekitar mata air adalah :

• Mata air di dalam dan di luar kawasan hutan harus diamankan dengan memperhatikan areal perlindungannya,

• Penutupan vegetasi tetap pada ruas-ruas tertentu di sekeliling mata air,

• Dalam kawasan hutan dengan radius tertentu di kawasan mata air tidak diperkenankan adanya budidaya termasuk mendirikan

bangunan, kecuali bangunan penunjang.

• Dilarang melakukan penebangan pohon dalam radius tertentu dari kawasan sekitar mata air.

e) Kawasan Berhutan Bakau

Strategi pemanfaatan dan pengelolaan kawasan berhutan bakau

termasuk di dalamnya melalui :

• Melestarikan keberadaan hutan bakau sebagai pembentuk ekosistem hutan bakau dan tempat berkembangbiaknya biota laut.

• Sebagai pelindung pantai dari pengikisan air laut.

• Perlindungan usaha budidaya di belakangnya.

f) Kawasan Terumbu Karang dan Padang Lamun

Kawasan terumbu karang dan padang lamun merupakan kawasan yang

memiliki multi fungsi, baik sebagai penyangga ekosistem laut, ataupun

penahan gelombang. Guna mempertahankan dan meningkatkan fungsi

ekologisnya, maka strategi pengelolaannya dilakukan melalui :

• Pembatasan kegiatan eksploitasi potensi kelautan yang dapat mengganggu ekosistem terumbu karang dan padang lamun.

• Pelibatan masyarakat dalam pengendalian ekosistem terumbu karang.

• Penetapan zonasi-zonasi terumbu karang yang berfungsi lindung.

• Pengembangan potensi yang ada sebagai daerah wisata maritim, selama tidak mengganggu fungsi kawasan tersebut.

g) Kawasan Suaka Alam

Kawasan suaka alam adalah berupa kawasan yang memiliki fungsi

sebagai tempat hidup satwa-satwa langka dan yang dilindungi. Dalam

menunjang fungsinya, maka diperlukan adanya strategi pengelolaan

yang efektif dengan daerah penyangga melalui upaya konservasi yaitu

berupa :

• Kegiatan pengamanan di kawasan suaka alam tersebut.

• Pembatasan kegiatan eksploitasi yang dapat mengganggu keberadaan habitat satwa langka yang dilindungi.

• Dapat dikembangkan sebagai daerah wisata selama tidak mengganggu fungsi kawasan tersebut.

h) Kawasan Cagar Budaya

Kawasan cagar budaya adalah kawasan yang memiliki nilai sejarah,

yang wajib dipelihara kelestariannya. Adapun strategi pemanfaatan

kawasan cagar budaya adalah, sebagai berikut :

• Melakukan upaya konservasi melalui kegiatan pengendalian kawasan cagar budaya.

(14)

bersejarah.

• Diperkenankan untuk mendirikan bangunan di kawasan-kawasan penunjang dengan model bangunan yang bercirikan

bangunan-bangunan lama.

• Dapat dikembangkan sebagai daerah wisata selama tidak mengganggu fungsi kawasan tersebut.

B. Strategi Pemanfaatan Kawasan Budidaya

Strategi pemanfaatan kawasan budidaya meliputi strategi pengelolaan kawasan

perdesaan dan strategi pengelolaan kawasan perkotaan.

1. Strategi Pengelolaan Kawasan Perdesaan

Strategi pengelolaan kawasan perdesaan diarahkan untuk :

• Meningkatkan daya guna dan hasil guna pemanfaatan ruang yang ada, sumber daya alam dan sumber daya buatan dengan tetap memperhatikan

kelestarian fungsi lingkungan hidup.

• Untuk kepentingan masyarakat melalui kegiatan budidaya dengan mempertimbangkan aspek-aspek teknis seperti daya dukung dan

kesesuaian lahan.

a) Kawasan Pertanian Lahan Basah

Strategi pengelolaan kawasan pertanian lahan basah dilakukan melalui

peningkatan produktifitas hasil pertanian yang ada, dengan

mempertimbangkan :

• Memperhatikan azas konservasi tanah dan air,

• Pemeliharaan sumber air dan saluran irigasi untuk menjaga kelangsungan sumber air yang mengairi lahan pertanian.

• Tidak diperkenankan adanya konversi kegiatan pertanian pada lahan-lahan yang memiliki irigasi teknis.

b) Kawasan pertanian Lahan Kering

Strategi pengelolaan kawasan budidaya pertanian lahan kering dilakukan

melalui program intensifikasi dan rehabilitasi dan diarahkan untuk :

• Mempertahankan tanaman tahunan atau budidaya lain yang telah ada

dan tidak merusak lingkungan.

• Semakin besar kemiringan lahan, luas budidaya tanaman semusim dipersempit, dan pengolahan tanaman ringan dan tanaman tahunan

diperbanyak.

c) Kawasan Tanaman Tahunan

Strategi pengelolaan terhadap kawasan budidaya tanaman

tahunan/perkebunan dilakukan melalui program-program

ekstensifikasi, diversifikasi, dan rehabilitasi, serta diarahkan dengan

mempertimbangkan :

• Segala aktifitas harus memperhatikan azas konservasi tanah dan air.

• Pemilihan jenis tanaman harus disesuaikan dengan kemampuan dan kesesuaian lahan.

• Diperkenankan adanya budidaya peternakan, serta permukiman perdesaan.

d) Kawasan Peternakan

Strategi pengelolaan kawasan budidaya peternakan dilakukan melalui

pemanfaatan potensi sumber daya lahan yang potensial untuk lahan

pakan ternak, areal penggembalaan, dan membuat areal kawasan

budidaya ternak yang ada dengan tetap memperhatikan kebersihan

Iingkungan, adat istiadat dan estetika.

e) Kawasan Perikanan

Strategi pengelolaan terhadap kawasan budidaya perikanan adalah

memanfaatkan potensi sumber daya lahan yang potensial (lahan darat)

dan pengembangan potensi sumber daya laut. Strategi pengelolaan

kawasan perikanan dilakukan dengan mengembangkan potensi

kelautan bagi kesejahteraan masyarakat.

f) Kawasan Hutan Produksi

Strategi pengelolaan terhadap kawasan hutan produksi, dilakukan

(15)

• Terwujudnya penggunaan lahan yang optimal, serasi dan seimbang.

• Pengembangan fungsi tata guna air dalam penyediaan air yang cukup, bersih dan berkesinambungan.

• Kelestarian Iingkungan alam, pencegahan banjir dan kekeringan.

• Pencegahan kemerosotan mutu air dan kelestarian air dalam satuan-satuan wilayah sungai.

g) Kawasan Permukiman Perdesaan

Strategi pengelolaan kawasan permukiman prdesaan diarahkan melalui :

• Pengendalian permukiman pedesaan agar tidak terjadi perubahan penggunaan lahan pada lahan-lahan yang produktif bagi kegiatan

pertanian menjadi lahan untuk kegiatan non-pertanian, dengan

tujuan agar lahan tanah pertanian produktif tetap dapat

dipertahankan serta konservasi tanah dan air dapat terjaga dengan

baik.

• Perkembangan dibatasi bagi petani atau penduduk setempat.

• Dapat dikembangkan agro industri keluarga.

• Diperkenankan intensifikasi pekarangan bagi penghijauan.

2. Strategi Pengelolaan Kawasan Perkotaaan

Strategi pengelolaan kawasan perkotaan, diarahkan untuk :

• Meningkatkan daya guna dan hasil guna dengan menyesuaikan pemanfaatan ruang yang ada dan tetap menjaga kelestarian fungsi

lingkungan hidup.

• Terwujudnya pemanfaatan ruang perkotaan secara optimal, serasi dan seimbang.

a) Kawasan Permukiman Perkotaan

Strategi pengelolaan kawasan permukiman perkotaan diarahkan untuk:

• Mewujudkan sistem kota-kota sesuai dengan fungsinya.

• Penataan ruang perkotaan sebagai pusat pelayanan sosial ekonomi masyarakat dan jasa pelayanan.

• Pemanfaatan lahan-lahan tidak produktif.

• Pengaturan kerapatan bangunan dan ketinggian bangunan melalui perencanaan yang lebih detail.

• Menyesuaikan pada penataan sistem prasarana dasar. Untuk konsep dan strategi pengembangan sistem permukiman dilakukan melalui

pengembangan pusat-pusat permukiman sebagai pusat pelayanan

ekonomi, pusat pelayanan pemerintahan dan pusat pelayanan jasa

baik bagi kawasan permukiman dan daerah sekitarnya.

b) Kawasan Pariwisata

Strategi pengelolaan terhadap kawasan pariwisata adalah sebagai

berikut :

• Penataan fasilitas dan utilitas pada setiap obyek wisata yang ada agar dapat menarik wisatawan.

• Peningkatan prasarana dan sarana transportasi untuk mencapai

setiap obyek wisata dan penyediaan fasilitas akomodasi -di

sekitarnya.

• Operasional kegiatan pariwisata tidak mengganggu kelestarian Iingkungan hidup.

• Memperkenalkan kesenian daerah.

c) Kawasan Pertambangan

Strategi pengelolaan terhadap kawasan pariwisata adalah sebagai

berikut :

• Proses eksploitasinya dengan memperhatikan aspek kelestarian Iingkungan

• Pihak pengelola berkewajiban merehabilitasi lokasi bekas eksploitasi pertambangan.

• Operasionalisasinya memberikan kontribusi bagi penduduk dan pendapatan daerah secara memadai. Pengelolaan lingkungan bagi

kawasan pertambangan harus memperhatikan aturan-aturan

(16)

 Lokasi kawasan pertambangan sebaiknya terletak jauh dari kawasan permukiman penduduk guna menghindari polusi suara

ataupun udara yang berpengaruh terhadap penduduk.

 Lokasi kawasan pertambangan bukan merupakan daerah resapan air sehingga tidak mengganggu kelestarian air tanah.

 Lokasi kawasan pertambangan sedapat mungkin tidak dekat dengan mata air. Hal ini untuk menjaga kualitas air dan

kelestarian mata air.

 Lokasi kawasan pertambangan tidak terletak pada daerah-daerah yang sudah ditetapkan sebagai kawasan lindung.

 Lokasi pertambangan tidak terletak di sekitar hulu sungai.

d) Kawasan Industri

Strategi pengelolaan terhadap kawasan industri sebagai berikut :

• Lahan yang akan dijadikan kawasan industri adalah lahan-lahan yang tidak produktif, sehingga tidak akan mengganggu produksi pertanian.

• Dalam operasionalnya maka disarankan untuk menggunakan semaksimal mungkin bahan baku lokal dan tenaga kerja setempat.

• Menghilangkan atau mengurangi terjadinya polusi lingkungan dan melengkapi unit pengolahan limbah yang memadai.

• Pengembangan kegiatan industri hendaknya turut memberikan kontribusi bagi pembangunan daerah.

• Mengembangkan kegiatan usaha industri kecil dan menengah yang mampu mengolah hasil-hasil perikanan sebagai potensi utama serta

bersifat non polutan.

• Perlunya memperhatikan batas ambang pencemaran air dan udara.

• Perlu mengadakan treatment Iimbah cair maupun padat sehingga tidak menimbulkan dampak Iingkungan.

• Jaringan jalan memenuhi kebutuhan secara teknis.

• Tidak banyak memerlukan air baku.

5. Strategi Pengembangan Kependudukan

Strategi pengembangan kependudukan diarahkan untuk :

a. Pengendalian laju penduduk dengan batasan jumlah penduduk di setiap

wilayah.

b. Meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) yang trampil dan berdaya

saing. Meningkatkan dan memperluas kesempatan kerja yang diimbangi

dengan peningkatan produktivitas tenaga kerja.

c. Pengaturan kepadatan penduduk, untuk mengantisipasi terkonsetrasinya

jumlah penduduk di suatu wilayah.

6. Strategi Pengembangan Fasilitas Sosial

Strategi pengembangan fasilitas sosial diarahkan untuk :

a. Memenuhi kebutuhan hidup orang banyak dengan lebih meningkatkan

pelayanan kepada masyarakat.

b. Penyediaan dan pengembangan fasilitas sosial melalui penyebaran pelayanan

di setiap pusat-pusat pelayanan, baik pada lingkungan permukiman maupun

pusatpusat kegiatan Iainnya.

c. Penyebaran setiap jenis fasilitas pelayanan sosial sesuai dengan standar

kebutuhan penduduk dan tingkat pelayanannya.

d. Memfungsikan dan mengoptimalkan penggunaan setiap jenis fasilitas sosial

yang sudah ada untuk lebih dapat meningkatkan pelayanan kepada

masyarakat.

e. Memprioritaskan penyediaan lahan untuk pengembangan fasilitas sosial bagi

daerah-daerah yang jauh dari jangkauan pelayanan fasilitas yang ada.

Secara rinci, strategi pengembangan fasilitas sosial, adalah sebagai berikut :

A. Fasilitas Pendidikan

• Menampung murid usia sekolah di lembaga-lembaga pendidikan.

• Meningkatkan penyelenggaraan pendidikan informal dan keterampilan di kalangan masyarakat.

(17)

• Meningkatkan mutu pendidikan dan optimalisasi pelayanan, melalui program penggabungan sekolah (regrouping).

B. Fasilitas Kesehatan

• Meningkatkan pelayanan kesehatan masyarakat mulai dari tingkat desa/kelurahan hingga tingkat kabupaten, baik secara kualitas maupun

kuantitas.

• Meningkatkan pemulihan kesehatan masyarakat, melalui peningkatan terhadap penyediaan tenaga medis.

• Meningkatkan kualitas pelayanan dan mengembangkan fasilitas kesehatan sesuai dengan kebutuhan masyarakat.

C. Fasilitas Peribadatan

• Meningkatkan penyediaan fasilitas peribadatan yang sesuai dengan kebutuhan penduduk, berdasarkan rasio penduduk pemeluk agama.

• Meningkatkan kualitas dan kuantitas serta pengembangan fasilitas peribadatan dengan rnelibatkan masyarakat.

D. Fasilitas Perdagangan

• Penempatan dan penyediaan fasilitas perdagangan diatur berdasarkan skala kegiatan perdagangan lokal hingga regional dengan melakukan penyebaran

pada sentra-sentra ekonomi di setiap wilayah sesuai dengan potensi dan

karakteristik daerahnya.

• Pengaturan tata ruangnya dalam suatu kelompok kegiatan, sesuai dengan skala pelayanannya.

• Pemanfaatan pasar-pasar tradisional secara optimal sebagai salah satu sentra ekonomi pada tingkat distrik.

7. Strategi Pengembangan Utilitas

Strategi pengembangan - utilitas pelayanan didasarkan pada antisipasi pemenuhan

kebutuhan masyarakat di masa mendatang. Berdasarkan kriteria pelayanan yang

ada, maka pengembangan utilitas disesuaikan dengan kebutuhan masyarakat pada

umumnya, seperti : air bersih, listrik, telekomunikasi dan sistem persampahan.

A. Air Bersih

• Peningkatan jangkauan pelayanan air bersih ke seluruh bagian wilayah kota/desa yang belum terlayani dengan memanfaatkan secara maksimal

sumber-sumber air yang ada (air permukaan dan air bawah tanah).

• Meningkatkan cadangan volume air tanah melalui pembuatan sumur-sumur resapan.

• Pengendalian penggunaan sumber-sumber air bawah tanah dengan membatasi kedalaman sumur pompa pada wilayah-wilayah tertentu.

• Pengembangan pemanfaatan sumber-sumber mata air bagi wilayah yang secara teknis sulit terjangkau oleh pelayanan air bersih, melalui

pengembangan Tempat Air Hidrant Umum (TAHU).

• Pengendalian lingkungan sekitar sumber-sumber mata air dari pencemaran dengan menetapkannya sebagai area konservasi.

B. Listrik

• Peningkatan pelayanan jaringan Iistrik ke seluruh bagian wilayah yang belum terlayani.

• Pengembangan sistem pengamanan untuk mengurangi jumlah kehilangan energi listrik akibat kebocoran dan pencurian.

• Peningkatan jumlah cadangan penyediaan energi listrik antara interkoneksi dengan daerah sumber tenaga listrik.

• Peningkatan jumlah GI (Gardu Induk) khusus jangkauan pelayanan guna peningkatan pelayanan.

• Peningkatan pengembangan listrik pedesaan dengan menggunakan tenaga diesel.

• Pemasangan sistem meterisasi bagi penerangan jalan umum per blok penggunaan.

(18)

C. Telepon

• Peningkatan pengembangan jaringan telepon guna pemerataan pelayanan di setiap bagian wilayah kota/desa.

• Peningkatan pengembangan sentra telepon otomat dan telepon biasa guna menunjang kelancaran aktivitas penduduk.

• Peningkatan pengembangan satuan sambungan telepon maupun telepon umum pada setiap bagian wilayah kota/desa yang belum terlayani.

• Pengembangan jaringan kabel bawah tanah yang terintegrasi dengan jaringan utilitas wilayah lainnya.

D. Persampahan

• Peningkatan pelayanan pengangkutan sampah di mulai dari unit Iingkungan terkecil ke kawasan perkotaan melalui pola pengelolaan sampah terpadu.

• Peningkatan kesadaran masyarakat dalam upaya menanggulangi sampah untuk menjaga kebersihan Iingkungan sekitar.

• Pembangunan Tempat Pembuangan Akhir sampah, baik untuk dikelola sendiri atau kerjasama dengan wilayah Iainnya dengan tetap memperhatikan

kelestarian lingkungan sekitarnya.

• Peningkatan penggunaan sarana pengangkutan sampah melalui pola angkutan sampah reguler dengan memperhatikan waktu dan jalur pengangkutan

sampah ke TPA.

• Mengembangkan pola kerjasama dengan swasta baik dalam kegiatan pengumpulan dan pengangkutan ataupun dalam pengelolaan sampah di

Tempat Pembuangan Akhir (TPA).

8. Strategi Pengembangan Sistem Transportasi

Transportasi sebagai salah satu motor penggerak dalam mendukung perekonomian

wilayah, harus terus ditingkatkan kinerjanya, seirama dengan perkembangan

tuntutan jaman dan kemajuan teknologi.

Berdasarkan kondisi wilayah, potensi dan kepentingan wilayah, maka sistem

transportasi yang dikembangkan adalah sistem transportasi terpadu antara sistem

transportasi laut, jalan raya, dan udara. Adapun strategi untuk pengembangan

sistem transportasi adalah sebagai berikut :

1. Meningkatkan aksesibiltas wilayah antar distrik dengan mengembangkan

sistem transportasi terpadu antara sistem transportasi laut, udara dan jalan

raya. Dalam hal ini perlu ada intervensi dari pemerintah khusus dengan

pemberian subsidi untuk peningkatan sarana perhubungan laut untuk

kepentingan penduduk dan lebih meningkatkan akses antar distrik, sehingga

lebih meningkatkan perekonomian wilayah.

2. Mengembangkan sistem prasarana utama wilayah yang terdiri atas jaringan

jalan kolektor primer untuk meningkatkan aksesibilitas antara kota-kota

sebagai pusat pertumbuhan dengan daerah belakangnya serta antar kota

sesuai dengan fungsinya, melalui :

• Pengembangan jaringan jalan dengan fungsi kolektor primer maupun lokal primer dalam menunjang pergerakan kegiatan masyarakat.

• Peningkatan dan perluasan jalan terutama yang akan berfungsi sebagai arteri primer dan kolektor primer.

• Meningkatkan kondisi jalan lokal di tiap distrik yang dapat memberikan kemudahan aksesibilitas masyarakat di masing-masing distrik.

• Pembangunan terminal wilayah yang merupakan simpul moda angkutan darat (penumpang) dengan penumpang transportasi laut.

3. Meningkatkan sistem prasarana perhubungan udara. Peningkatan sistem

perhubungan udara diarahkan untuk mengembangkan sistem angkutan

penumpang dalam kaitannya dengan peningkatan aksesibiitas bagi kegiatan

pemerintahan, perekonomian dan kegiatan keparawisataan dari dan ke luar

wilayah Kabupaten Kaimana.

3.2.1 Arahan Pengembangan Struktur Kabupaten Kaimana

Pembagian wilayah pengembangan didasarkan pada jangkauan wilayah pelayanan dari

suatu pusat pelayanan fasilitas terhadap penduduk yang akan dilayani. Adapun

fasilitas yang dimaksudkan adalah :

(19)

 Fasilitas Kesehatan yang difokuskan pada layanan kesehatan masyarakat sampai dengan tingkatan rawat inap dengan klasifikasi penyakit ringan dan atau bersalin

(Puskesmas Perawatan);

 Fasilitas Perdagangan yang difokuskan sebagai pusat pemasaran hasil produk lokal (beberapa daerah sekitarnya) maupun untuk memenuhi kebutuhan masyarakat lokal

(beberapa daerah sekitarnya),

 Fasilitas utilitas wilayah (listrik, air bersih dan telekomunikasi) yang dilayani oleh jaringan primer,

 Fasilitas ekonomi wilayah yang ditandai dengan adanya perwakilan lembaga keuangan (perbankan) seperti Kantor Cabang Pembantu suatu lembaga perbankan,

 Fasilitas pelayanan sistem transportasi seperti adanya Pelabuhan Pengumpan Lokal, adanya jaringan jalan kolektor primer yang menghubungkan dengan ibukota

kabupaten.

Untuk penetapan Pusat Wilayah Pengembangan dilakukan dengan berdasarkan

pertimbangan :

a. Merupakan kawasan yang sesuai untuk permukiman,

b. Potensial untuk pengembangan Pelabuhan Pengumpan Lokal,

c. Merupakan titik sentral dari wilayah yang akan dilayani

Wilayah Pengembangan Kabupaten Kaimana adalah sebagai berikut :

1. Wilayah Pengembangan Kaimana dengan pusat pengembangannya adalah Kota

Kaimana yang melayani Tanggaromi sampai dengan Lobo. WP ini didominasi oleh

kegiatan:

 pertanian tanaman pangan lahan kering yang diarahkan kepada pemenuhan kebutuhan masyarakat lokal dan juga untuk dipasarkan ke wilayah kabupaten

lain;

 peternakan yang diarahkan pada pemenuhan kebutuhan masyarakat dan masyarakat di wilayah kabupaten lain;

 industri kecil dan kerajinan;

 pariwisata baik berupa wisata pantai pasir putih, wisata laut (terumbu karang, habitat ikan lumba-lumba dan ikan paus, wisata budaya yaitu hasil peninggalan

sejarah berupa kerajaan);

 pusat emerintahan kabupaten;

 Simpul jasa dan distribusi dengan skala regional.

 Pusat Kegiatan Ekonomi Skala Regional

 Bandara Pusat Pelayanan Primer

 Pelabuhan Laut Utama Primer

2. Wilayah Pengembangan Teluk Etna yang melayani wilayah Distrik Teluk Etna

dengan pusat wilayah pengembangan adalah Weripi. WP ini didominasi oleh

kegiatan:

 pertanian tanaman pangan lahan kering dan lahan basah yang diarahkan kepada pemenuhan kebutuhan masyarakat Kabupaten Kaimana maupun untuk

kebutuhan masyarakat kabupaten lain;

 perikanan laut dan budidaya laut untuk menunjang kebutuhan masyarakat Kabupaten Kaimana, kabupaten lainnya dan ekspor.;

 peternakan yang diarahkan pada pemenuhan kebutuhan masyarakat Kabupaten Kaimana;

 industri kecil dan kerajinan;

 Industri Produk Hasil Hutan yang merupakan relokasi dari wilayah Jawa Timur

 Pelabuhan Laut Pengumpan Regional;

 Bandara Bukan Pusat Penyebaran

 Perdagangan lokal

 Kegiatan Kehutanan yang merupakan bahan baku untuk kegiatan industri hasil hutan (Pabrik Plywood);

 Pusat Kegiatan Ekonomi Skala Lokal (untuk melayani beberapa wilayah hinterlandnya) yang ditandai dengan adanya Kantor Cabang Pembantu untuk

lembaga keuangan;

(20)

3. Wilayah Pengembangan Teluk Arguni yang melayani wilayah Distrik Teluk Arguni

dengan pusat wilayah pengembangan adalah Bofuwer. WP ini didominasi oleh

kegiatan:

 pertanian tanaman pangan lahan kering dan lahan basah yang diarahkan kepada pemenuhan kebutuhan masyarakat Kabupaten Kaimana;

 perikanan laut untuk menunjang kebutuhan masyarakat Kabupaten Kaimana, kabupaten lainnya dan ekspor;

 pariwisata dengan obyek wisata danau air manis, hutan yang kaya dengan spesies kupu-kupu, dan pusaran air yang keras untuk kegiatan wisata air.

 peternakan yang diarahkan pada pemenuhan kebutuhan masyarakat Kabupaten Kaimana;

 Pelabuhan Laut Pengumpan Regional;

 Perdagangan lokal untuk memenuhi kebutuhan masyarakat yang dilayani maupun sebagai pusat pemasaran produk wilayah sekitarnya;

 Kegiatan Kehutanan yang merupakan bahan baku untuk kegiatan industri hasil hutan (Pabrik Plywood);

 Pusat Kegiatan Ekonomi Skala Lokal (untuk melayani beberapa wilayah hinterlandnya) yang ditandai dengan adanya Kantor Cabang Pembantu untuk

lembaga keuangan;

 Pusat Infrastruktur Wilayah dengan Skala Lokal yang ditandai dengan adanya Kantor Cabang Pembantu PLN, Telkom, Pos, PDAM.

4. Wilayah Pengembangan Buruway yang melayani wilayah Distrik Buruway dengan

pusat wilayah pengembangan adalah Kambala. WP ini didominasi oleh kegiatan:

 pertanian tanaman pangan lahan kering dan lahan basah yang diarahkan kepada pemenuhan kebutuhan masyarakat Kabupaten Kaimana maupun untuk kebutuhan

masyarakat kabupaten lain;

 perikanan laut dan budidaya laut untuk menunjang kebutuhan masyarakat Kabupaten Kaimana, kabupaten lainnya dan ekspor;

 Pariwisata dengan obyek wisata pantai pasir putih, hutan suaka alam, dan pulau penyu.

 peternakan yang diarahkan pada pemenuhan kebutuhan masyarakat Kaimana;

 industri kecil dan kerajinan;

 Pelabuhan Laut Pengumpan Regional;

 Perdagangan lokal

 Kegiatan Kehutanan yang merupakan bahan baku untuk kegiatan industri hasil hutan (Pabrik Plywood);

 Pusat Kegiatan Ekonomi Skala Lokal (untuk melayani beberapa wilayah hinterlandnya) yang ditandai dengan adanya Kantor Cabang Pembantu untuk

lembaga keuangan;

 Pusat Infrastruktur Wilayah dengan Skala Lokal yang ditandai dengan adanya Kantor Cabang Pembantu PLN, Telkom, Pos, PDAM.

5. Wilayah Pengembangan Pulau Adi yang melayani wilayah Pulau Adi dengan pusat

wilayah pengembangan adalah Adijaya. WP ini didominasi oleh kegiatan:

 pertanian tanaman pangan lahan kering dan tanaman tahunan yang diarahkan kepada pemenuhan kebutuhan masyarakat Kaimana maupun untuk kebutuhan

masyarakat kabupaten lain;

 Pariwisata dengan obyek wisata pulau penyu.

 Pelabuhan Laut Pengumpan Regional;

 Bandara Bukan Pusat Penyebaran

 Perdagangan lokal

 Pusat Infrastruktur Wilayah dengan Skala Lokal yang ditandai dengan adanya Kantor Cabang Pembantu PLN, Telkom, Pos, PDAM.

3.2.2 Identifikasi Wilayah Yang Dikendalikan

Identifikasi wilayah yang dikendalikan di Kabupaten

Kaimana dalam penyusunan RPIJM ini adalah kawasan Kota

Kaimana yang merupakan Ibukota Kabupaten Kaimana

yang mengalami perkembangan yang cepat dibandingkan

wilayah lainnya di Kabupaten Kaimana.

(21)

A. Kawasan Lindung

Penetapan Kawasan Lindung ditujukan untuk menjamin kelestarian lingkungan dan

keseimbangan pemanfaatan sumber daya alam di Kabupaten Kaimana sesuai dengan

konsep pengembangan yang berasaskan prinsip pembangunan berkelanjutan.

Kawasan lindung Kabupaten Kaimana meliputi :

1. Kawasan yang memberikan perlindungan bagi kawasan bawahannya meliputi

kawasan hutan Lindung, Kawasan Resapan Air dan Kawasan Perlindungan Laut.

a. Kawasan Hutan Lindung

Kawasan hutan lindung merupakan kawasan yang diharapkan mampu

mencegah timbulnya kerusakan fungsi lingkungan hidup dan melestarikan

fungsi lindung kawasan yang memberikan perlindungan kawasan

bawahannya (kawasan hutan lindung).

Penetapan kawasan hutan lindung di wilayah Kabupaten Kaimana meliputi

areal seluas 540.234 Ha, dengan rincian sebagai berikut :

 Distrik Buruway seluas 23.103 Ha,

 Distrik Teluk Arguni seluas 236.083 Ha,

 Distrik Kaimana seluas 168.417 Ha,

 Distrik Teluk Teluk Etna seluas 112.640 Ha.

b. Kawasan Resapan Air

Kawasan resapan air merupakan kawasan yang diharapkan mampu

mencegah timbulnya kerusakan fungsi lingkungan hidup dan melestarikan

fungsi lindung kawasan yang memberikan perlindungan kawasan

bawahannya (kawasan resapan air).

Adapun penetapan dilakukan dengan mengidentifikasi kawasan yang

bercurah hujan tinggi, bertekstur tanah yang mudah meresapkan air dan

mempunyai geomorfologi yang mampu meresapkan air hujan secara

besar-besaran.

Kawasan ini umumnya mempunyai kemampuan tinggi untuk meresapkan

air hujan, sehingga merupakan tempat pengisian air bumi (aquifer).

Faktor yang mempengaruhi wilayah dijadikan kawasan resapan air

diantaranya adalah kemiringan tanah > 40 % dan ketinggiannya lebih dari

2.000 meter dpl.

Penetapan kawasan resapan air di wilayah Kabupaten Kaimana meliputi

areal seluas 537.734 Ha, dengan rincian di masing-masing distrik adalah

sebagai berikut:

 Distrik Buruway seluas 114.053 Ha,

 Dsitrik Teluk Arguni seluas 94.049 Ha,

 Distrik Kaimana seluas 76.192 Ha,

 Distrik Teluk Teluk Etna seluas 235.440 Ha.

c. Kawasan Bergambut

Kawasan bergambut adalah kawasan yang unsur pembentuk tanahnya

sebagian besar berupa sisa-sisa bahan organik yang tertimbun dalam

waktu yang lama. Kawasan bergambut dapat dikategorikan sebagai

kawasan lindung bila kedalaman gambut mencapai 3 m atau lebih. Tujuan

dari perlindungan kawasan ini adalah untuk melindungi habitat berbagai

species flora dan fauna yang khas hidup pada areal rawa.

Gambar

Gambar 3.1Backwash Effect
puskesmas, 1 buah pasar tradisional, 1 buah sarana peribadatan sesuai dengandengan SMP untuk mendukung kebijakan wajib belajar 9 tahun, minimal 1Gambar 3.2Bagan Alir Proses Penyusunan Skenario Pengembangan Kota
Tabel 3.1Potensi dan Masalah Pengembangan sektor/sub sektor ekonomi
Tabel 3.2
+4

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan dari pada suatu sistem proteksi pada Saluran Udara Tegangan Menengah (SUTM) adalah mengurangi sejauh mungkin pengaruh gangguan pada penyaluran tenaga

Dari berbagai definisi di atas, dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa pembelajaran ramah anak berbasis Child Rights Convention (CRC) adalah suatu proses yang dilakukan oleh

Terus emm itu alat permainan edukatif itu kaya yang buat ngrangsang perkembangan fisik sama ya buat daya pikir anak supaya terangsang gitu kan ya sama ya biar

Alhamdulillah puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayahNya, sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Peningkatan Aktivitas

Bahwa mengenai pertimbangan Majelis Hakim Syariah Aceh yang menyatakan : “Bahwa meskipun tergugat mengakui obyek gugatan merupakan harta yang diperoleh selama dalam perkawinan

Alhamdulillahirrobil’alamin, puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan hidayah-Nya kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan penulisan skripsi yang berjudul

Akhirnya, Akhirnya, langkah langkah kelima kelima adalah adalah evaluasi evaluasi dari dari pasien, pasien, dalam dalam rangka untuk mengevaluasi pasien dalam

Bagi perkhidmatan yang diserah urus, seperti pemeriksa luar, pensyarah sambilan, pembuangan sisa terjadual dan lain-lain, UPM telah memastikan kawalan yang bersesuaian untuk