• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penetapan Status Bank Sistemik Berdasarkan Undang-undang No.9 Tahun 2016 Tentang Pencegahan Dan Penanganan Krisis Sistem Keuangan.

KRISIS SISTEM KEUANGAN

D. Penetapan Status Bank Sistemik Berdasarkan Undang-undang No.9 Tahun 2016 Tentang Pencegahan Dan Penanganan Krisis Sistem Keuangan.

Dalam rangka mewujudkan stabilitas sistem keuangan yang kokoh untuk menghadapi ancaman baik dari dalam maupun luar negeri diperlukan upaya pencegahan dan penanganan krisis sistem keuangan, maka dari itu pemerintah menerbitkan Undang- Undang Nomor 9 Tahun 2016 tentang Pencegahan dan Penanganan Krisis Sistem Keuangan. Undang-Undang ini terdiri dari 8 Bab dan 55 Pasal. Fokus dari Undang- Undang ini adalah pencegahan dan penanganan permasalahan bank sistemik sebagai bagian penting dari sistem keuangan. Pertama, permasalahan bank sistemik dapat menyebabkan gagalnya sistem pembayaran yang berujung tidak berfungsinya sistem keuangan secara efektif. Bahkan berdampak langsung pada perekonomian nasional. Kedua, sebagian besar dana masyarakat dikelola oleh sektor perbankan , khususnya bank sistemik. Oleh sebab itu, dibutuhkan penjagaan keberlangsungan fungsi dan layanan utama bank dari kemungkinan kegagalan. 119

119

Pencegahan Dan Penanganan Krisis Sistem Keuangan (UU PPKSK), http://deje74hukum.blogspot.co.id/2016/04/pencegahan-dan-penanganan-krisisi-sistem.html?m, diakses 12 Juni 2017 Pukul 13:45.

Dalam Rancangan Undang-Undang Penanganan dan Pencegahan Krisis Sistem Keuangan disepakati oleh Pemerintah dan DPR yaitu :

1. Penguatan peran dan fungsi, serta koordinasi antar empat lembaga yang bergabung dalam Komite stabilitas Sistem keuangan yaitu Kementerian Keuangan, Bank Indonesia, Otoritas Jasa Keuangan, dan Lembaga Penjamin Simpanan dalam rangka pencegahan dan penanganan krisis sitem keuangan

2. Mendorong upaya pencegahan krisis melalui penguatan fungsi pengawasan perbankan, khususnya bank yang ditetapkan sebagai bank sistemik

3. Penanganan permasalahan bank dengan mengedepankan konsep bail-in yaitu penanganan permasalahan lukiditas dan solvabilitas bank menggunakan sumber daya bank itu sendiri yang berasal dari pemegang saham dan kreditur bank, hasil pengelolaan aset dan kewajiban bank serta kontribusi industri perbankan.

4. Metode penanganan permasalahan lukiditas dan solvabilitas bank diatur secraa lengkap dan komprehensip melalui rencana aksi penyehatan bank. 5. Presiden selaku kepala egara dari kepala pemerintahan memegang

kendali penuh dalam penanganan krisis sistem keuangan, berdasarkan rekomendasi Komite Stabilitas sistem Keuangan.120

Dalam Undnag-Undang ini tidak terlepas dari bank berdampak sistemik, sebelumnya tidak ada kriteria atau indikator dalam penentuan bank berdampak sistemik.

120

Kementerian Keuangan Republik Indonesia, Pencegahan dan Penanganan Krisis sistem Keuangan Disetujui Untuk Disahkan Menjadi Undang-Undang, https://kemenkeu.go.id/SP/ruu- pencegahan-dan-penanganan-krisis-sistem-keuanagan-disetujui-untuk-disahkan-menjadi-undang, diakses 12 Juni 2017 Pukul 14:06 WIB.

Pasal 1 angka5 UU Nomor 9 Tahun 2016 Bank Sistemik adalah bank yang karena ukuran aset, modal, dan kewajiban, luas jaringan atau kompleksitas transaksi atas jasa perbankan, serta keterkaitan dengan sektor keuangan lain dapat mengakibatkan gagalnya sebagian atau keseluruhan bank lain atau sektor jasa keuangan, baik secara operasional maupun secara finansial, jika bank tersebut mengalami gangguan atau gagal.

Sedangkan menurut Bank Intrnational Settlement (BIS) , defenisi bank sistemik adlah bank yang memiliki jumlah aset besar dan kompleksitas produk yang beragam dengan konglomerasi keuangan. Tidak hanya itu keterkaitan dengan bank lain cukup besar dan posisi bank tersebut tidak tergantikan jika terjadi penutupan. Penetapan bank yang masuk kategori berdampak sistemik ini secara berkala akan dievaluasi. Artinya bank yang masuk kategori ini bisa berubah-ubah secara berkala, status bank berdampak sistemik tidak permanen, tergantung apakah bank pada periode tertentu sesuai dengan kriteria yang ditetapkan oleh Otoritas Jasa Keuangan. Dalam Pasal 17 dijelaskan bahwa:

(1) Untuk mencegah Krisis sistem Keuangan di bidang perbankan, Otoritas Jasa Keuangan berkoordinasi dengan Bank Indonesia menetapkan bank sistemik.

(2) penetapan Bank Sistemik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) pertama kali dilakukan pada kondisi stabilitas sistem keuangan normal.

(3) Otoritas Jasa Keuangan berkoordinasi dengan Bank Indonesia melakukan pemutakhiran daftar Bank Sistemik secara berkala 1 (satu) kali dalam 6 (enam) bulan.

(4) Otoritas Jasa Keuangan menyampaikan hasil penetapan dan pemutakhiran daftar Bank Sistemik sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan ayat (3) kepada Komite Stabilitas Sistem Keuangan.

Dalam pasal tersebut dapat dilahat bahwa dalam penetapan bank sistemik adalah Otoritas Jasa Keuangan dengan berkoordinasi dengan Bank Indonesia dalam keadaan stabilitas sistem keuangan normal dan diajukan kepada Komite Stabiltas Sistem keuangan. Hal ini juga terdapat dalam POJK Nomor 46/POJK.03/2015 dimana dalam pasal 2 disebutkan ayat (1) Otoritas Jasa Keuangan menetapkan SIB dan Capital Surcharge untuk SIB. Ayat (2) dalam menetapkan SIB dan Capital surcharge untuk SIB sebagaimna dimaksud pada ayat (1) Otoritas Jasa Keuangan berkoordinasi dengan Bank Indonesia. Hal ini jauh sebelum terbentuk serta merta dalam hal pencegahan dan penanganan krisis sistem keuangan oleh OJK.121

Dalam hal kewajiban dalam bank sistemik dimana Pasal 18 Undang-Undang Pencegahan dan Penanganan Krisis Sistem Keuangan mewajibkan Bank Sistemik untuk memenuhi ketentuan mengenai rasio kecukupan lukiditas serta wajib menyusun rencana aksi yang paling sedikit memuat kewajiban pemegang saham pengendali atau pihak lain untuk menambah modal bank dan mengubah jenis utang tertentu menjadi modal bank yang sebelumnya mesti disetujui oleh Otoritas Jasa Keuangan. sedangkan terkait dengan rencana aksi dan langkah penyehatan Bank Sistemik Pasal 19 Undang-Undang Pencegahan dan Penanganan Krisis Sistem Keuangan mengatur bahwa Otoritas Jasa Keuangan memastikan dilaksanakanya rencana aksi atau langkah penyehatan oleh bank dengan menerbitkan perintah tertulis, menempatkan pengelola statute, atau melalui

Dalam hal ini Otoritas Jasa Keuangan menetapkan SIB berdasarkan skor sistemik (systemic importance score) dalam pasal 10 POJK Nomor 46/POJK.03/2015. Peraturan ini bukanlah merupakan aturan tururan dari Undang-undang Nomor 9 tahun 2016.

121

mekanisme lain berdasarkan Undang-Undang Nomor 21 tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan, Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2016 mengamanatka kepada OJK untuk membentuk satu POJK.122 Maka dari itu penetapan sistemik atau tidaknya suatu bank tidak boleh pada saat bank mengalami permasalahan. Dalam hal terjadi permasalahan lukiditas terkait dengan rencana aksi penyehatan bank (recovery plan), diatur mekanisme yang lebih detail denga mekanisme pemberian pinjaman likuiditas jangka pendek atau pembiayaan lukiditas jangka pendek berdasekan prinsip syariah. Sementara apabila bank mengalami permasalahan solvabilitas, ada dua metode baru yang diatur yaitu pengalihan sebagian atau seluruh aset dan atau kewajiban bank kepada bank lain sebagai bank penerima (purchase and assumption) atau pengalihan kepada bank baru yang didirikan sebagai bank perantara (bridge bank).123

Otoritas Jasa Keuangan menyatakan setidaknya ada 3 kriteria bank sistemik yaitu berdasarkan ukuran bank ( dapat dilihat dari ukuran aset dan jumlah deposito), berdasarkan kompleksitasnya ( misalnya bank tersebut mempunyai produk-produk yang tidak terlalu standar, kompleks), berdasarkan interkonektivitas dengan industri jasa keuangan lainnya. Penetapan bank berdampak sistemik dilakukan berdasarkan Undang- Undang Nomor 9 tahun 2016 tentang Pencegahan dan Penanganan Krisis sistem Keuangan. Titik berat Undang-Undang ini terletak pada pencegahan dan penanganan bank sistemik sebagai bagian penting dari sistem keuangan. selain itu Undang-Undang ini mengedepankan konsep bail-in. Dan Undang-Undang ini juga menjamin adanya

122

Lihat Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2016 tentang Pencegahan dan Penanganan Krisisi Sistem Keuangan Pasal 18-19.

123

Soal Bank Sistemik, OJK Klaim Telah Antisipasi lebih Dulu, http://m.hukumonline.com/index.php/berita/baca/lt570271fe2be13/soal-bank-sistemik-OJk-klaim-telah- antisipasi-lebih-dulu, diakses 12 Juni 2017 Pukul 15:57.

penanganan masalah likuiditas dan solvabilitas bank yang lebih lengkap, dengan mekanisme pemberian pinjaman jangka pendek kepada LPS hingga pengalihan sebagian atau seluruh aset bank( bermasalah) kepada bank lain atau kepda bank baru.Dengan hadirnya Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2016 tentang Pencegahan dan penanganan Krisis Sistem Keuangan memberikaan landasam yang kuat dalam upaya menjaga dan memelihara stabilitas sistem keuangan.