• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penetapan waktu pencuplikan darah

Dalam dokumen PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI (Halaman 77-84)

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

B. Hasil Penimbangan Bobot Pengeringan tetap dan rendemen

3. Penetapan waktu pencuplikan darah

Penetapan waktu pencuplikan darah bertujuan untuk mengetahui waktu dimana hepatotoksin CCl4 dengan dosis 2 ml/kgBB mencapai efek atau respon yang maksimum dalam merusak organ hepar. Sebelum hepatotoksin diberikan secara i.p kepada tikus, serum darah tikus diambil terlebih dahulu sebagai jam ke-0 atau sebagai kontrol yang bertujuan untuk membandingkan kadar serum ALT dan AST sebelum dan sesudah perlakuan. Pada penelitian ini dilakukan penentuan waktu pencuplikan darah pada jam ke-24 dan 48. Dari pengujian ini kemudian didapatkan waktu terjadinya peningkatan ALT dan AST yang paling besar. Waktu inilah yang kemudian dijadikan pedoman pengambilan darah tikus dalam

melakukan penelitian lebih lanjut. Apabila ketoksikan CCl4 sampai pada hepar, maka serum aminotransferase yaitu ALT dan AST yang merupakan enzim utama dalam hati akan terlebih dahulu keluar ke dalam darah dan mengalami peningkatan. ALT berperan dalam membentuk glutamat ke piruvat. Piruvat yang terbentuk bereaksi dengan 2,4-dimitro phenylhidrasin dalam suasana alkalis. Piruvat kemudian diubah menjadi laktat dikatalisis oleh LDH yang membutuhkan NADH (Campbell, Mitchell, Reece, Taylor, and Simon, 2006). Oleh karena itu, apabila terjadi peningkatan ALT maka piruvat yang terbentuk juga semakin banyak dan LDH yang dibutuhkan untuk mengkatalisis juga semakin banyak, maka laktat yang terbentuk juga semakin banyak, sedangkan hepar juga mengalami penurunan fungsi untuk membersihkan laktat akibat ketoksikan dari CCl4 sehingga terjadilah kenaikan aktivitas serum LDH. Berdasarkan hasil penelitian Ohta, Kaida, Chiba, Tada, Teruya, Imai, et al., (2009) menyatakan bahwa terjadi peningkatan aktivitas serum ALT, AST, LDH, kreatin kinase, urea nitrogen dan kreatinin pada tikus yang mengalami stres oksidatif. Hal ini dapat dikaitkan dengan stres oksidatif yang terjadi pada tikus akibat radikal bebas yang ditimbulkan oleh CCl4 sehingga setelah pemberian hepatotoksin CCl4 terjadi peningkatan aktivitas serum ALT dan AST kemudian LDH. Pada penelitian Ho, Lai, Lin, Liu, Huang, Chiu, et al., (2009) terjadi peningkatan yang signifikan antara serum AST, ALT dan LDH setelah pemberian 8-24 jam pada tikus yang terinduksi hepatotoksin acetaminophen. Peningkatan LDH terkait dengan steatosis sebesar 1-2 kali dari normal (Gupta, 2014), namun pada penelitan ini merupakan penelitian payung dimana terdapat parameter-parameter kerusakan hati lain

seperti albumin, bilirubin, dan ALP yang belum diketahui besarnya peningkatan yang berhubungan dengan kerusakan hati steatosis oleh induksi hepatotoksin CCl4. Oleh karena itu, ALT dan AST digunakan sebagai patokan waktu pencuplikan darah pada penelitian ini.

Hasil pengujian aktivitas serum ALT dapat dilihat pada tabel I dan gambar 15.

Tabel I. Nilai purata ± SE aktivitas serum ALT darah tikus setelah pemberian CCl4 dengan dosis 2 ml/kgBB pada selang waktu 0, 24, dan 48 jam

Selang waktu (jam) Purata Aktivitas serum ALT ± SE (U/L)

0 66,8 ± 0,8

24 184,0 ± 16,5

48 62,3 ± 15,6

Keterangan : SE = Standard Error

Gambar 15. Diagram batang rata-rata aktivitas serum ALT tikus setelah pemberian 2 ml/kgBB CCl4 pada waktu pencuplikan 0, 24, dan 48

Pada tabel I dan gambar 15 dapat dilihat bahwa aktivitas serum ALT yang paling besar terjadi pada jam ke -24 (184,0 ± 16,5 U/L) jika dibandingkan dengan jam ke-0 (66,8 ± 0,8 U/L). Aktivitas serum ALT mengalami kenaikan sebesar 3 kali dari keadaan normal pada jam ke-24, kemudian pada saat jam ke-48 (62,3 ± 15,6 U/L) aktivitas serum ALT mulai mengalami penurunan. Hasil uji statistik aktivitas serum ALT menyatakan bahwa terdapat perbedaan yang bermakna antara aktivitas serum ALT pada jam ke-24 dengan jam ke-0, namun terdapat perbedaan yang tidak bermakna antara aktivitas ALT pada jam ke-0 dengan jam ke-48. Hal ini berarti bahwa pada jam ke-48, aktivitas serum ALT sudah kembali normal (mendekati jam ke-0). Dari hasil yang didapatkan dapat dikatakan bahwa CCl4 dengan dosis 2 ml/kgBB menyebabkan kerusakan hepar yang paling parah pada jam ke-24.

Hepar mempunyai kemampuan untuk mengeluarkan toksikan dengan kapasitasnya yang lebih tinggi dalam proses biotransformasi toksikan, sehingga CCl4 perlahan-lahan mulai dikeluarkan dan hepar mempunyai fungsi fisiologis dalam menetralkan racun atau obat yang masuk dalam tubuh kita apabila tidak diberikan dalam jumlah berlebihan dan waktu yang lama sehingga kedua hal inilah yang menyebabkan pada saat jam ke-48 terjadi penurunan aktivitas serum ALT (Chandrasoma and Taylor, 1995). Hasil pengujian statistik aktivitas serum ALT dapat dilihat pada tabel II.

Tabel II. Perbedaan kenaikan aktivitas serum ALT setelah pemberian 2 ml/kgBB CCl4 pada waktu pencuplikan darah jam ke-0, 24, dan 48 jam

Jam 0 Jam 24 Jam 48

Jam 0 BB BTB

Jam 24 BB BB

Jam 48 BTB BB

BB= Berbeda bermakna (p<0,05); BTB= Berbeda tidak bermakna (p>0,05) Selain ALT, dilakukan juga analisis uji statistik aktivitas serum AST. Pengukuran aktivitas serum AST juga dilakukan karena kedua enzim ini merupakan indikator spesifik kerusakan hepar. Jika sel hepar mengalami kerusakan maka kedua enzim utama ini yang ada dalam sel hepar akan keluar dan masuk kedalam peredaran darah sehingga jumlah ALT dan AST dalam darah meningkat.

Aktivitas serum AST juga diukur pada waktu pencuplikan 0, 24, dan 48 jam. Pengukuran waktu pencuplikan ini dilakukan untuk mengetahui kenaikan aktivitas serum AST yang paling besar.

Hasil pengujian aktivitas serum AST dapat dilihat pada tabel III dan gambar 16.

Tabel III. Nilai purata ± SE aktivitas serum AST darah tikus setelah pemberian CCl4 dengan dosis 2 ml/kgBB pada selang waktu 0, 24, dan 48 jam

Selang waktu (jam) Purata Aktivitas serum AST ± SE (U/L)

0 154,2 ± 2,1

24 669,6 ± 8,4

48 197,7 ± 9,6

Gambar 16. Diagram batang rata-rata aktivitas serum AST tikus setelah pemberian 2 ml/kgBB CCl4 pada waktu pencuplikan 0, 24, dan 48 jam

Dari gambar 16 dan tabel III menunjukkan bahwa kenaikan aktivitas serum yang paling besar terjadi pada jam ke-24 (669,6 ± 8,4 U/l). Berdasarkan hasil uji yang juga telah dilakukan pada ALT, kenaikan aktivitas serum yang paling besar terjadi pada jam ke-24, sehingga dapat dikatakan bahwa kerusakan hepar yang paling parah terjadi pada jam ke-24. Kenaikan aktivitas serum AST pada jam ke-24 sebesar 4-5 kali lipat dari keadaan normal. Pada jam ke-48 (197,7 ± 9,6 U/l) sudah mulai terjadi penurunan aktivitas serum AST. Secara statistik pada pencuplikan jam ke-0, 24, dan 48 memiliki perbedaan yang bermakna satu sama lain yang berarti bahwa terdapat perbedaan aktivitas serum AST secara signifikan setelah penginduksian CCl4. Perlu diperhatikan bahwa antara jam ke-0 dan 48 terjadi perbedaan yang bermakna, artinya bahwa aktivitas serum AST belum berada pada keadaan normal atau belum mendekati jam ke-0. Hal ini dikarenakan bahwa serum AST tidak hanya terdapat di hepar namun juga terdapat

dalam sel jantung, ginjal, pankreas dan eritrosit (Thapa dan Walia, 2007) sehingga apabila terjadi kerusakan pada salah satu organ dapat mempengaruhi konsentrasi AST dalam tubuh yang menyebabkan pada jam ke-48 belum mendekati normal atau jam ke-0. Meskipun ketoksikan CCl4 yang utama terlihat pada hepar, namun senyawa ini mudah larut dalam komponen lemak, yang mengakibatkan senyawa ini terdistribusi ke seluruh tubuh melalui aliran sistemik, sehingga kerusakan tidak hanya terjadi pada hepar namun juga dapat terjadi pada sel-sel jantung, ginjal dan pankreas (Timbrell, 2008).

CCl4 sebagai pelarut lipid memudahkan senyawa tersebut dalam menyeberangi membran sel dan dapat menimbulkan efek pada berbagai organ tubuh termasuk susunan saraf pusat, hepar, ginjal dan peredaran darah (Gene, 1999). Apabila kerusakan terjadi di luar hepar, maka kemampuan untuk regenerasinya lebih lambat daripada sel hepar sehingga pada jam ke-48 belum mendekati normal atau jam ke-0.

Hasil pengujian statistik aktivitas serum AST dapat dilihat pada tabel IV.

Tabel IV. Perbedaan kenaikan aktivitas serum AST setelah pemberian 2 ml/kgBB CCl4 pada waktu pencuplikan darah jam ke-0, 24, dan 48 jam

Jam 0 Jam 24 Jam 48

Jam 0 BB BB

Jam 24 BB BB

Jam 48 BB BB

Berdasarkan pengujian pencuplikan waktu terhadap kadar ALT dan AST, maka penelitian tentang efek hepatoprotektif pemberian jangka panjang FHEMM dipilih waktu pencuplikan darah yaitu pada jam ke-24 setelah pemberian 2 ml/kgBB CCl4.

Dalam dokumen PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI (Halaman 77-84)

Dokumen terkait