• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN TEORETIS

B. Pengamalan Ibadah Peserta Didik

1. Pengertian Pengamalan Ibadah

Pengamalan berasal dari kata amal yang mengandung makna perbuatan atau pekerjaan, dan mendapatkan imbuhan awalan pe- dan akhiran -an yang berarti hal perbuatan yang diamalkan. Pengamalan adalah suatu proses perbuatan atau pelaksaan sesuatu hal yang menjadi tugas atau kewajiban.8

Kata ibadah berasal dari bahasa Arab yang berarti َدْبَع- ُدُبْعَي- ْةَداَبِع yang menurut bahasa diartikan sebagai tunduk, patuh, merendahkan diri dan hina.

Pengamalan ibadah adalah suatu perbuatan atau segala sesuatu dalam bentuk pelaksanaan kegiatan dalam bentuk penyembahan kepada Allah swt. yang menjadi tugas atau kewajiban seorang mukmin dalam menjalani kehidupannya di dunia. 9

8Kementria pendidikan dan kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia Online.

http://kbbi.Kemendikbud.go.id/entri/pengamalan (23 Maret 2022).

9Khoirul Abror, Fiqh Ibadah (Yogyakarta: Phoenix Publisher, 2019), h. 1.

Ibadah pada hakikatnya merupakan proses penghambaan diri kepada Allah swt. yang dilakukan secara terus menerus tanpa batas waktu yang ditentukan hingga kita mendapatkan keridaan Allah swt. Ibadah bukan hanya dilakukan dengan fisik tetapi diamalkan dengan hati dan diucapkan dengan lisan. Ibadah juga termasuk salah satu tujuan diciptakannya manusia dimuka bumi selain sebagai khalifah atau pemimpin. Orang yang beriman akan menjadikan ibadah sebagai tujuan utamanya hidup di dunia, karena mereka sadar tujuan utama hidup di dunia mengikuti apa yang diperintahkan oleh Rabb-Nya, salah satunya ibadah.

Ibadah bukan hanya melaksanakan salat, tetapi ibadah juga dapat berupa membaca al-Qur‟an, berpuasa, dan menunaikan zakat.

Kaitan ibadah dan ilmu Fikih bahwa untuk melaksanakan ibadah, seseorang harus memahami materi Fikih termasuk didalamnya tatacara ibadah, bersuci, yang mesti dipahami oleh pendidik agar pada saat pembelajaran pendidik dapat mengajarkannya kepada peserta didik.

2. Dasar Hukum Ibadah

Ibadah dilaksanakan sebagai bentuk rasa syukur dan sekaligus melaksanakan perintah dari Allah swt. Adapun ayat yang menyatakan perintah untuk melaksanakan ibadah, yaitu: QS al-Zariyat/51:56, QS al-Fatihah/1:5 dan QS Al-Nahl/16:36.

a. (QS al-Zariyat/51:56)

اذِنعْ سُ سُ عْ أَيُّيذِٱا نَّلْذِ اأَسعْنذِعْلْ أَ انَّيذِعْلْ اسُتعْ أَ أَ ا أَ أَ

٥٦ ا

Terjemahnya:

dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan agar mereka beribadah kepada-Ku.10

10Kementrian Agama Republik Indonesia, Al-Qur’an dan Terjemahny, h. 523.

22

b. (QS al-Fatihah/1:5)

اسُعْ ذِ أَ عْ أَناأَك نَّ ذِ أَ اسُ سُ عْ أَيُّناأَك نَّ ذِ

)ا ۗ ٥ (ا

Terjemahnya:

Hanya kepada Engkaulah kami menyembah dan hanya kepada Engkaulah kami mohon pertolongan.11

Dari ayat di atas dijelaskan bahwa ibadah menempati posisi yang tinggi di atas segalanya yang merupakan tujuan utama, dan memohon pertolongan sebagai jalan untuk melakukan ibadah. Melakukan ibadah hendaknya senantiasa ikhlas dan berserah diri, maka akan memiliki kedudukan yang tinggi, dan menjadi orang yang mulia. Ibadah adalah kedudukan yang besar, sehingga menjadikan seseorang terhormat ketika melakukan ibadah.

c. QS al-Nahl/16:36

اأَ عْ سُا نَّلٱ ا سُ ذِلأَ عْا أَ اأَ يٰۤلّٰ ٱ ا سُ سُ عْٱ اذِنأَ ا لًالْعْ سُ نَّ اةٍ نَّ سُ الِّ سُ اعْذِ ا أَلعْيُّ أَ أَيُّ اعْ أَ أَٱأَ

اعْينَّ اعْ سُ عْيُّلذِ أَ اسُ يٰۤلّٰ ٱ ا أَ أَهاعْينَّ اعْ سُ عْيُّلذِمأَفا ۚ

اسُ أَ يٰۤ نَّضٱ اذِ عْيأَ أَٱاعْتنَّ أَح اأَعْ ذِ لِّ أَ سُمعْٱ اسُ أَ ذِ أَٱاأَن أَ اأَفعْيأَ ا عْ سُرسُظعْن أَفاذِضعْ أَعْلْ ا ذِفِا عْ سُرعْيُّيذِ أَفا ۗ

٣٦ ااا

Terjemahnya:

"dan sungguh, Kami telah mengutus seorang Rasul untuk setiap umat (untuk menyerukan), "Sembahlah Allah, dan jauhilah Tagut", kemudian di antara mereka ada yang diberi petunjuk oleh Allah dan ada pula yang tetap dalam kesesatan. Maka berjalanlah kamu di bumi dan perhatikanlah bagaimana kesudahan orang yang mendustakan (rasul-rasul)"12

Ayat tersebut menejelaskan bahwa, Allah swt. telah mengutus rasul agar menyampaikan kepada umatnya untuk beribadah kepada Allah swt. dengan menyembah dan melaksanakan perintahnya, serta janganlah diantara umatnya melaksanakan apa yang dilarang oleh Allah swt.

11Kementrian Agama Republik Indonesia, Al-Qur’an dan Terjemahny, h. 1.

12Kementrian Agama Republik Indonesia, Al-Qur’an dan Terjemahny, h.377.

Dari beberapa ayat tersebut, dapat dipahami bahwa Allah swt.

menciptakan manusia tidak lain hanyalah untuk menyembah kepada-Nya. Salah satu hal yang dilakukan dengan kita melaksanakan perintah Allah swt., diantaranya dengan beribadah kepada-Nya. Allah swt. mewajibkan kepada hambanya untuk melaksanakan ibadah yang bertujuan agar semua hambanya tidak terbelenggu oleh sikap yang menghambakan diri kepada sesama manusia.

Beribadah kepada Allah swt., seperti melaksanakan salat, berpuasa, mengeluarkan zakat, berbuat ihsan kepada orang lain, dan selain itu dengan kita menjauhi larangan-Nya. Beberapa ayat tersebut menggambarkan pentingya kita menyembah Allah swt. dengan tidak mempersekutukannya dengan sesuatu apapun. Begitu pentinya sehingga tujuan akhir kita hidup di dunia tidak lain hanya kembali kepada Allah swt. Adapun hadis Rasulullah saw dari Muaz bin Jabal ra. tentang ibadah, diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim:

ا ذِرعْمأَٱاعْيأَٱا،أَق أَحعْ ذِإا ذِبِأَأاعْيأَٱا،ذِصأَ عْحأَلأ ا سُ أَأا أَلأَيُّثنَّ أَحا،أَمأَدآاأَيعْ ا أَيَعْأَيَاأَعذِأَسَا،أَ يذِه أَرعْيُّ ذِإاسُيعْ اسُق أَحعْ ذِإا ذِنِأَثنَّ أَح اأَل أَ ا،سُ عْلأَٱاسُ نَّ ٱ اأَ ذِ أَ اةٍا أَ سُ اعْيأَٱا،ةٍن سُمعْيأَ اذِيعْ

اسُل أَ سُيُّ اةٍ أَذِحِاىأَ أَٱاأَ نَّ أَ أَ اذِ عْيأَ أَٱاسُلله اىنَّ أَصالِّذِبِنَّلٱ اأَفعْدذِ اسُتعْلسُ ا:

اأَل أَ أَيُّفا،رٌرعْيُّيأَ سُٱاسُ أَٱ ا:

؟ذِ نَّ ٱ اىأَ أَٱاذِد أَ ذِ ٱ ا قأَحا أَ أَ ا،ذِهذِد أَ ذِٱاىأَ أَٱاذِ نَّ ٱ انَّقأَحايذِ عْ أَ اعْ أَها،سُا أَ سُ ا أَ « اسُتعْ سُيُّ ا، »

اسُ نَّ ٱ ا:

اأَل أَ ا،سُ أَ عْٱأَأاسُ سُٱ سُ أَ أَ

ا:

اذِ نَّ ٱ اىأَ أَٱاذِد أَ ذِ ٱ انَّقأَحأَ ا، لًائعْيأَشاذِ ذِ ا سُ ذِرعْشسُ اأَلْأَ اسُه سُ سُ عْ أَيُّ اعْنأَأاذِد أَ ذِ ٱ اىأَ أَٱاذِ نَّ ٱ انَّقأَحانَّنذِإأَف «

لًائعْيأَشاذِ ذِ اسُكذِرعْشسُ اأَلْاعْيأَ اأَبلِّ أَ سُيُّ اأَلْاعْنأَأ اسُتعْ سُ أَيُّفا، »

اأَل أَ ا؟أَا نَّلٱ اذِ ذِ اسُرلِّشأَ سُأاأَ أَفأَأاذِ نَّ ٱ اأَل سُ أَ ا أَ ا:

ا،عْ سُهعْرلِّشأَ سُيُّ اأَلْ اا:

سُ ذِ نَّ أَيأَيُّف

ا 13

Artinya:

Ishak bin Ibrahim menceritakan kepadaku, Yahya bin Adam telah mendengarkan Abu al-Ahwas menceritakan kepada kami, dari Abu Ishak, dari Amr bin Maimun, dari Muaz ra. Berkata: “Saya pernah mengikuti Nabi saw naik keledai bersama beliau, beliau mengatakan kepada saya, “wahai Muaz! Tahukah kamu apa yang menjadi tugas dan kewajiban hamba terhadap Allah swt., dan apa janji Allah swt. terhadap hamba?” saya menjawab,” Allah swt. dan Rasul-Nya lebih mengetahui. Beliau menjawab,

“tugas dan kewajiban hamba terhadap Allah swt. adalah agar beribadah kepada-Nya dan tidak menyekutukan-Nya dengan sesuatu apapun. dan janji

13Ahmad bin „Ali bin Hajar abu al-Fadl al-„Asqalani al-Syafi‟i, Fath al-Bari Syarh Sahih al-Bukhari, Juz 4 (Bairut: Dar al-Ma‟rifah, 1379) h. 29.

24 Allah swt. kepada hamba ialah bahwasanya Allah swt. tidak menyiksa orang yang tidak menyekutukan-Nya dengan sesuatu apapun.” Saya bertanya, “ Ya Rasulullah bolehkah saya menyampaikan kabar gembira ini kepada orang-orang?” Rasulullah saw menjawab, “janganlah kamu menyampaikan kabar gembira ini kepada mereka agar mereka tidak bersikap apatis. (HR.

Bukhari dan Muslim).

Hadis di atas menjelaskan tentang kewajiban manusia terhadap sang pencipta, yakni Allah swt. Adapun kewajiban manusia yaitu dengan beribadah kepada Allah swt. dengan kita beribadah kepada Allah swt. kita melaksanakan salah satu perintah-Nya, dan tidak menyekutukan-Nya dengan sesuatu apapun dan balasan dari itu sebagaimana hadis di atas, maka Allah swt. tidak akan menyiksa umat-Nya selama senantiasa beribadah kepada-Nya.

3. Ruang Lingkup Ibadah

Ruang lingkup ibadah mencakup segala bentuk kecintaan dan kerelaan kepada Allah swt., baik dalam bentuk perkataan maupun perbuatan, seperti: salat, puasa, zakat, berbuat baik, silaturahmi, mengerjakan amal ma‟ruf nahi mungkar, dan lain sebagainya. Adapun ruang lingkup ibadah dibedakan menjadi dua, yakni:

a. Ibadah Umum

Ibadah umum adalah ibadah yang mencakup segala aspek kehidupan guna mencari ke ridaan Allah swt. yang menjadi unsur terpenting dalam melaksanakan segala sesuatu di dunia ini agar benar-benar bernilai ibadah dengan mengerjakan yang diperitahkan oleh Allah swt. dan menjauhi larangan-Nya. Adapun yang termasuk dalam ibadah umum, seperti: pengamalan salat sunah, dan puasa sunah.

1) Pengamalan salat sunah

Pengamalan adalah proses, perbuatan, cara melaksanakan, pelaksanaan, penerapan, menunaikan, menyampaikan, menyumbangkan atau mendarmakan.

Sedangkan salat sunah disebut juga salat an-nawāfil atau at-tatawwu’ (semua

perbuatan yang tidak termasuk kedalam kategori amalan yang diwajibkan karena amalan tersebut hanya sebatas tambahan saja).

Pembagian kategori salat sunah menurut hukumnya ada dua, yaitu sebagai berikut:

a) Muakadah termasuk salat sunah yang sangat dianjurkan dengan penekanan untuk dilaksanakan. Adapun yang termasuk salat sunah muakadah adalah salat dua hari raya, salat sunah witir, dan salat sunah tawaf.

b) Ghairu muakadh termasuk salat sunah yang dianjurkan tanpa penekanan yang kuat, seperti salat sunah yang sifatnya bergantung pada waktu dan keadaan (salat khusuf atau dikenal juga salat gerhana) dan salat sunah rawatib.

Adapun pembagian kategori salat sunah menurut pelaksanaannya juga ada dua, yaitu sebagai berikut:

a) Salat sunah yang dilakukan secara munfarid (sendiri-sendiri), seperti: (1) salat wudu/syukrul wudhu (salat yang dikerjakan setelah berwudu), (2) salat tahiyatul masjid (salat yang dilakukan sebagai penghormatan terhadap masjid yang dapat dilakukan sebelum duduk ketika baru masuk kedalam masjid sebanyak dua rakaat), (3) salat taubat (salat sunah yang dilakukan sebagai bentuk keseriusan untuk bertaubat dari kesalahan yang diperbuatnya), (4) salat duha (salat sunah yang dilakukan ketika matahari terbit setinggi kurang lebih tujuh hasta atau sekitar jam 07:00 hingga sebelum masuk waktu salat zuhur, (5) salat sunah tahajud yang dilakukan dimalam hari mulai setelah isya sampai menjelang subuh, (6) salat rawatib (salat sunah yang menyertai salat fardu), (7) salat istikharah (salat sunah yang dikerjakan ketika dihadapkan dengan adanya beberapa pilihan untuk menghapus keraguan dalam hati ketika memilih agar tidak menyesal, (8) salat mutlak (salat yang dikerjakan sewaktu-waktu kecuali pada sewaktu-waktu yang dilarang, seperti setelah asar dan sesudah

26

zuhur), dan (9) salat safar (salat yang dikerjakan ketika hendak bepergian yang dilakukan sebanyak dua rakaat sebelum dan setelah kembali kerumah).

b) Salat sunah yang dilakukan secara berjemaah, seperti: (1) salat tarawih (salat sunah yang dilakukan khusus pada bulan ramadan setelah salat isya), (2) salat dua hari raya (salat yang dilakukan pada kedua hari raya, yaitu hari raya idul fitri dan hari raya idul adha, (3) salat dua gerhana (salat yang dikerjakan ketika gerhana, baik gerhana bulan maupun matahari), (4) salat istiska (salat yang dikerjakan untuk memohon diturunannya hujan), dan (5) salat witir (salat yang dilakukan dengan bilangan ganjil).14

2) Pengamalan puasa sunah

Puasa sunah adalah puasa yang tidak termasuk kategori wajib untuk dilakukan namun namun dianjurkan karena dapat menambah amalan dan pahala yang diperoleh. Adapun yang termasuk kategori puasa sunah, yaitu:

a) Puasa senin kami adalah puasa yang hampir bisa dilakukan setiap bulan terkhusus pada hari senin dan kamis saja.

b) Puasa daud (puasa yang dilakukan satu hari secara berselingan)

c) Puasa syawal (puasa yang dikerjakan selama 6 hari setelah hari raya idul fitri yang bertepatan pada bulan syawal),

d) Puasa ayyamul bidh adalah puasa yang dilakukan setiap pertengahan bulan hijriah atau tanggal 13, 14, 15 hijriah kecuali di hari tasyrik dan ramadhan.

e) Puasa sunah 1-7 zulhijah dikerjakan di 10 hari pertama bulan Zulhijah.

f) Puasa tarwiyah yang dilaksanakan pada hari tarwiyah atau 8 Zulhijah g) Puasa arafah dilaksankan pada 9 Zulhijah.

h) Puasa tasu‟a dikerjakan pada 9 Muharam.

i) Puasa asyura dikerjakan pada 10 Muharam.

14Komala, Shalat Wajib dan Shalat Sunnah (Banten: Universitas Islam Negeri Sultan Maulana Hasanuddin, t.th), h. 4-9.

j) Puasa sya‟ban dikerjakan pada bulan sebelum ramadan yang diapit antara bulan rajab dan bulan ramadan.

b. Ibadah Khusus

Ibadah khusus merupakan ibadah yang jenis dan tata cara pelaksanaannya ditentukan oleh syara‟ (ditentukan oleh Allah swt. dan Nabi Muhammad saw).

Ibadah ini bersifat tetap atau mutlak, manusia hanya melakukannya sesuai dengan aturan yang sudah ditetapkan dan tidak boleh mengurangi, mengubah ataupun menambah dari ketentuan yang sudah ditetapkan. Ibadah khusus ini berupa tuntutan bersuci/taharah, salat fardu, puasa ramadan (puasa wajib), dan ketentuan nisab zakat.15

Dari keempat bentuk ibadah khusus yang telah disebutkan di atas, penulis hanya akan menjelaskan mengenai salat fardu dan puasa ramadan saja, yakni sebagai berikut:

1) Salat Fardu

Salat fardu adalah salat dengan status wajib untuk dilaksanakan yang terdiri atas dua golongan, yaitu:

a) Fardu „ain khusus diwajibkan untuk individu melaksankannya, seperti salat lima waktu (zuhur, asar, magrib, isya dan subuh), dan salat jumat untuk pria.

Hal ini dijelaskan dalam hadis di bawah ini:

اأَلعْ سُ أَ انَّنأَأأَ أَرعْيُّ أَرسُها ذِبِأَ اعْيأَٱ ذِلله

ىنَّ أَص سُلله انَّيسُ أَيُّلعْيُّيأَيُّ أَمذِٱرٌ أَ نَّ أَ اذِ أَ عْمسُعْلْ ا أَلَذِإاسُ أَ عْمسُعْلْ أَ اسُسعْمأَعْلْ اسُ أَ نَّصٱ اأَل أَ اأَ نَّ أَ أَ اذِ عْيأَ أَٱ

أَ أَ عْٱأَ اأَشعْغسُيُّ اعْأَلَ أَ

ذِئاسُ . ا أَ أَ عْٱ اأَبأَلأَيُّ عْا أَاذِإانَّيسُ أَيُّلعْيُّيأَيُّ أَ ارٌ أَرلِّ أَ سُ اأَن أَضأَ أَ ا أَلَذِإاسُن أَضأَ أَ أَ :«

ذِئاأَ

»

Artinya:

Dari Abu Hurairah ra bahwasanya Rasulullah saw telah bersabda, “salat lima waktu dn salat jumat keslat jumat berikutnya menjadi pelebur dosa diantara salat-salat itu selama tidak melakukan dosa besar. Puasa ramadan hingga puasa ramadan berikutnya menjadi pelebur dosa antara keduanya apabila meninggalkan dosa besar. (HR Muslim 1/144).

15Zaenal Abidin, Fiqh Ibadah (Yogyakarta: Deepublish CV Budi Utama, 2020), h. 14.

28

b) Fardu kifayah khusus diwajibkan untuk umat muslim dan kewajiban tersebut bisa gugur setelah ada yang melaksanakannya, seperti salat jenasah.

Suatu salat dikatakan sah apabila telah memenuh syarat dan rukun sah salat, serta terhindar dari hal yang membatalkannya. Adapun syarat sah salat adalah Islam, berakal, baligh, suci dari haid dan nifas, serta najis yang berada pada pakaian, tempat salat, dan tubuh dengan cara berwudu/tayamum, masuk waktu salat, menutup aurat, menghadap kiblat, serta berniat. Sedangkan rukun salat adalah niat, takbiratul ihram, berdiri kecuali ada halangan, membaca al-Fatihah, ruku, sujud, duduk antara dua sujud, duduk pada tasyahud akhir, salawat kepada Nabi saw setelah tasyahud akhir, memberi salam, dan tertib.16

2) Puasa Ramadan

Puasa ramadan adalah menahan diri dari makan, minum, berjimak, dan segala yang dapat membatalkan puasa mulai dari terbitnya fajar hingga terbenamnya matahari dengan niat puasa pada bulan Ramadan bukan atas dasar riya, ingin didengar, dan mengikuti orang lain, tetapi sebagai bentuk ibadah kepada Allah swt. Hukum melaksanakan puasa di bulan Ramadan adalah wajib bagi setiap muslim maupun muslimah yang sudah baligh, sehat, berakal,bukan musafir serta suci dari haid dan nifas bagi muslimah setelah hilal (awal bulan ramadan) telah dilihat oleh seorang muslim/muslimah yang dapat dipercaya. Ada beberapa hal terkait puasa yang perlu diketahui, diantaranya:

a) Hukum melihat hilal ramadan

Jika hilal Ramadan belum dilihat pada malam ke-30 Sya‟ban dengan kondisi cerah, maka pada siang harinya belum berpuasa. Hal tersebut senada dengan kondisi apabila hilal tidak terlihat karena langit mendung dan berdebu.

Pelaksanaan awal puasa seringkali berbeda-beda pada setiap negara karena

16Silvana Liz Handayani, Macam-Macam dan Pelaksanaan Salat (Banten: Fakultas Ushuluddin dan Adab Universitas Islam Negeri Sultan Maulana Hasanuddin, t.th), h. 1-5.

perbedaan dalam melihat hilal, sehingga diperlukan sebuah sumber ru‟yah (melihat hilal) untuk setiap umat muslim sebagai dasar pedoman, bentuk persatuan, persaudaraan dan kebersamaan.

Orang yang melihat hilal bulan Ramadan disunahkan untuk membaca do‟a sebagai berikut:

عْرأَ عْﮐأَﺃسُ يٰۤلّٰ ٱأَﺍ أَلعْيُّيأَ أَٱاسُ نَّ ذِهأَأانَّ سُ نَّ ٱ ،

ذِيعْ أَلأ ذِ

اسُلله اأَ أَ أَ ا لِّبِأَ ،ذِم أَ عْ ذِعْا أَ ذِ أَ أَ نَّ ٱ أَ ا،ذِن أَعْ ذِعْا أَ ا

»(

ا ار أ ي ترٱ حِأ

) »

Artinya:

Ya Allah, tampakkan hilal kepada kami dengan membawa berkah, iman, keselamatan dan Islam. Rabbku dan Rabbmu Allah. (Hadis sahih, Ahmad No. 1397).

Apabila hilal benar-benar sudah dapat dilihat dari sejumlah daerah sesuai syari‟at, maka pemimpin umat Islam wajib mengumumkan awal dan akhir Ramadan melalui media yang disyariatkan dan mubah.

b) Niat puasa

Dalam berpuasa disyariatkan untuk mengucapkan niat puasa dimalam hari sebelum masuk waktu subuh. Adapun niat puasa ramadhan, yaitu sebagai berikut:

اأَلَ أَ أَيُّ ا ذِٱاذِ أَلنَّ ٱ اذِهذِ أَهان أَضأَ أَ ذِرعْ أَشٱ اذِضعْرأَيُّفاذِا أَدأَأاعْيأَٱةٍ أَااأَمعْ أَصاسُتعْ أَ أَيُّن

Artinya:

Saya berniat puasa esok hari untuk menunaikan kewajiban dibulan ramadan tahun ini karena Allah ta‟ala.

c) Cara berpuasa orang sakit dan tua renta

Pada bulan ramadan orang tua lanjut usia atau yang sedang sakit tidak diwajibkan berpuasa akan tetapi berkewajiban memberi makan satu orang miskin setiap hari untuk mengganti kewajiban puasanya. Adapun kadar makanan yang dibagikan untuk satu hari adalah setengah dari kadar zakat fitrah. Sedangkan

30

wanita yang sedang haid, hamil, nifas, dan menyusui mereka dibolehkan untuk tidak berpuasa dan wajib mengqada puasa yang ditinggalkan.

d) Hukum puasa dalam perjalanan

Bagi sorang musafir yang mengalami kelelahan selama perjalanannya dalam keadaan berpuasa, maka diperbolehkan baginya untuk berbuka dengan kata lain tidak diwajibkan berpuasa dan menqada puasa yang ditinggalkannya.

e) Cara berpuasa di negara yang matahari tidak terbenam

Orang yang tinggal di negara yang matahari tidak terbenam pada musim panas atau tidak terbit saat musim dingin, atau memiliki siang atau malam lebih singkat atau lebih panjang, maka mereka wajib melaksanakan salat dan puasa berdasarkan waktu negara terdekat dari mereka yang memiliki siang dan malam 24 jam. Adapun ketika berpuasa dalam perjalanan menggunakan pesawat terbang yang tinggal landas beberapa saat sebelum matahari terbenam, lalu mengudara maka tidak diperbolehkan bagianya untuk berbuka puasa sampai matahari terlihat terbenam dari tempat ia berada.

f) yang membatalkan puasa

Ada beberapa hal yang dapat membatalkan puasa, yaitu makan dan minum, berjimak, keluar mani dalam keadaan sadar, menggunakan suntikan yang mengandung zat makanan, haid atau nifas, muntah dan murtad.

g) Hukum orang mendengar azan saat sahur

Apabila kita sedang makan sahur kemudian mendengar azan, dalam kondisi tersebut kita dianjurkan untuk tidak meninggalkan makan sahur hingga habis puasanya tetap sah dan tidak menqadanya.

h) Yang tidak membatalkan puasa

Hal-hal yang tidak membatalkan puasa, yaitu menggunakan celak, suntik, mengobati luka, memakai wewangian, menggunakan tetes mata, tetes telinga,

mimisan, mengeluarkan darah, berdarah karena luka, mencabut gigi, keluar mazi, keluar wadi, dan menggunakan obat hisap untuk penyakit asma.

i) Kaffarat berjimak di siang Ramadan

Orang yang berjimak saat puasa ramadan harus membayar kaffarat atau denda dengan cara memerdekakan budak, jika tidak mampu maka dianjurrkan untuk berpuasa 2 bulan secara berturut-turut, dan jika tidak mampu maka dia dianjurkan memberi makanan sejumlah setengah dari zakat fitrah untuk fakir-miskin sebanyak 60 orang. Tidak hanya itu, terdapat pula keutamaan berpuasa Ramadan, seperti perbuatan dibalas 10-700 kali lipat, mendapatkan pengampunan dosa, pintu-pintu langit dibuka, setiap malam Ramadan ada penduduk neraka yang dibebaskan dan terdapat malam yang diyakini sebagai malam yang lebih baik dari seribu bulan. Adapun hikmah melaksanakan puasa, yaitu sebagai berikut:

a) Meningkatkan ketakwaan kepada Allah swt. dengan melakukan apa yang telah diwajibkan dan meninggalkan apa yang dilarang.

b) Dapat membelenggu hawa nafsu, melatih bertanggung jawab, dan sabar dalam menghadapi ujian.

c) Dapat mengajarkan seorang muslim merasakan penderitaan orang kelaparan d) Dapat menyucikan jiwa dan hati dari akhlak tercela.

4. Tujuan dan Fungsi Ibadah

Tujuan ibadah dalam Islam untuk mewujudkan hubungan antara manusia dengan Tuhannya, serta mewujudkan hubungan manusia dengan manusia.

Adapun fungsi ibadah, yakni: a) Ibadah sebagai amal saleh yang menjadi bekal bagi manusia di akhirat nanti; b) Ibadah sebagai ajang untuk mendekatkan diri kepada Allah swt; c) Ibadah sebagai bentuk syukur manusia kepada Allah swt;

dan d) Ibadah sebagai sarana untuk mencari keridaan Allah swt.17

17Khoirul Abrar, Fiqh Ibadah, h. 10-11.

32

Dokumen terkait