• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Pembelajaran Fikih terhadap Pengamalan Ibadah Peserta Didik di MTs Negeri 2 Biringkanaya Kota Makassar

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "Pengaruh Pembelajaran Fikih terhadap Pengamalan Ibadah Peserta Didik di MTs Negeri 2 Biringkanaya Kota Makassar"

Copied!
87
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH PEMBELAJARAN FIKIH TERHADAP PENGAMALAN IBADAH PESERTA DIDIK

DI MTs NEGERI 2 BIRINGKANAYA KOTA MAKASSAR

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Jurusan Pendidikan Agama Islam

pada Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Alauddin Makassar

Oleh:

KASMAWATI NIM: 20100118035

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN UIN ALAUDDIN MAKASSAR

2022

(2)

ii

PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI Mahasiswa yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Kasmawati

Nim : 20100118035

Tempat, Tanggal Lahir : Pajekko, 29 Maret 2000 Jurusan : Pendidikan Agama Islam Fakultas : Tarbiyah dan Keguruan

Alamat : Jl. Dg Ramang, Gelora Baddoka Indah Blok G3/7. Kec.

Biringkanaya

Judul : Pengaruh Pembelajaran Fikih terhadap Pengamalan Ibadah Peserta Didik di MTs Negeri 2 Biringkanaya Kota Makassar

Menyatakan dengan sesungguhnya dan penuh kesadaran bahwa skripsi ini benar hasil karya sendiri. Jika di kemudian hari terbukti bahwa ia merupakan duplikat, tiruan, plagiat, atau dibuat oleh orang lain, sebagian atau seluruhnya, maka skripsi dan gelar yang diperoleh karenanya batal demi hukum.

Samata-Gowa, 17 November 2022

Penulis,

Kasmawati

NIM. 20100118035

(3)

iii

PENGESAHAN SKRIPSI

Skripsi berjudul, “Pengaruh Pembelajaran Fikih terhadap Pengamalan Ibadah Peserta Didik di MTs Negeri 2 Biringkanaya Kota Makassar”, yang disusun oleh Kasmawati, NIM: 20100118035, mahasiswa Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Alauddin Makassar, telah diuji dan dipertahankan dalam sidang Munaqasyah Skripsi yang diselenggarakan pada hari Rabu, tanggal 07 Desember 2022 M, bertepatan dengan 13 Jumadil Awal 1444 H, dinyatakan telah dapat diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan dalam Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Jurusan Pendidikan Agama Islam dengan beberapa perbaikan.

07 Desember 2022 M.

13 Jumadil Awal 1444 H.

DEWAN PENGUJI:

Nomor SK 3917 Tahun 2022

Ketua : Dr. H. Syamsuri, S.S., M.A. (………...)

Sekretaris : Dr. Muhammad Rusmin B., M.Pd.I. (………...)

Munaqisy I : Prof. Dr. H. Syahruddin., M.Pd. (………...)

Munaqisy II : Dr. H. Syamsuri, S.S., M.A. (………...)

Pembimbing I : Dr. M. Sabir U., M.Ag. (………...)

Pembimbing II : Dr. Andi Achruh., M.Pd.I. (………...)

Diketahui oleh:

Dekan Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Alauddin Makassar,

Dr. H. Marjuni, M.Pd.I.

NIP 197810112005011006 Samata-Gowa,

(4)

iv

KATA PENGANTAR

Puji syukur senantiasa penulis haturkan ke hadirat Allah swt. atas rahmat, taufik, dan hidayah-Nya, sehingga skripsi ini dapat tersusun dengan tepat waktu.

Salawat dan salam semoga tercurah kepada Nabi Muhammad saw beserta keluarga, sahabat,dan umat-Nya hingga akhir zaman.

Karya ilmiah ini membahas tentang “Pengaruh Pembelajaran Fikih terhadap Pengamalan Ibadah Peserta Didik di MTs Negeri 2 Biringkanaya Kota Makassar”. Penulis menyadari bahwa pada proses penulisan karya ilmiah ini dari awal hingga akhir tidak luput dari adanya kekurangan, dan hambatan atau rintangan yang dialami oleh penulis. Namun, hal tersebut dapat teratasi berhak bantuan dari beberapa pihak yang dengan senang hati membantu penulis dalam proses penulisan ini. Penulis ucapkan terima kasih kepada seluruh pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan karya ilmiah ini.

Ucapan terima kasih kepada seluruh keluarga besar, terkhusus untuk kedua orang tua tercinta Ayahanda Alm. Muh. Tang dan Ibunda St. Aisyah yang telah ikhlas mengasuh, membesarkan, membimbing, mendidik, dan selalu mendoakan demi kesuksesan penulis dalam meraih cita-cita, serta telah bersusah payah banting tulang untuk membiayai penulis selama menempuh pendidikan sampai selesainya skripsi ini. Penulis menyadari bahwa tanpa dukungan dan pengorbanan dari kedua orang tua, penulis tidak akan sampai ketahap ini. Semoga beliau mendapatkan balasan, dan rida Allah swt., serta selalu berada dalam perlindungan, pertolongan dan diampuni segala dosa-dosanya oleh Allah swt. Aamiin.

Penyusun menyadari betapa banyaknya bantuan dan partisipasi yang penulis terima, sehingga penulis menyampaikan ucapan rasa terima kasih yang sebasar-besarnya kepada:

(5)

v

1. Prof. H. Hamdan Juhannis, M. A., Ph.D., Rektor UIN Alauddin Makassar, beserta Prof. Dr. H. Mardan, M.Ag., Wakil Rektor I, Dr. H. Wahyuddin, M.Hum., Wakil Rektor II, Prof. Dr. H. Darussalam M.Ag., Wakil Rektor III, dan Dr. H. Kamaluddin M.Ag., Wakil Rektor IV UIN Alauddin Makassar yang telah memberikan bantuan secara fisik maupun material, serta menyediakan fasilitas pendukung dalam perkuliahan.

2. Dr. H. Marjuni, M.Pd.I., Dekan Fakultas Tarbiyah dan Keguruan, beserta Dr. M. Shabir U., M.Ag., Wakil Dekan I, Dr. M. Rusdi, M.Ag., Wakil Dekan II, Dr. H. Ilyas, M.Pd., M.Si., Wakil Dekan III Fakultas Tarbiyah dan keguruan UIN Alauddin Makassar, dan para staf yang memberikan bantuan yang sangar berarti bagi penulis dalam penulisan skripsi ini.

3. Dr. H. Syamsuri, S.S., M.A., dan Dr. Muhammad Rusmin B., M.Pd.I., Ketua dan Sekretaris Jurusan Pendidikan Agama Islam UIN Alauddin Makassar, serta staf jurusan atas pelayanan, kesempatan, petunjuk, dan arahannya selama penyelesaian studi kuliah.

4. Dr. M. Shabir U., M.Ag., dan Dr. H. Andi Achruh, M.Pd.I., Pembimbing I dan II, yang telah memberikan bimbingan dan arahan guna penyempurnaan penulisan skripsi ini.

5. Prof. Dr. H. Syahruddin, M.Pd., dan Dr. H. Syamsuri, S.S., M.A., Penguji I dan II, yang telah memberikan masukan dan arahan sehingga skripsi ini diselesaikan dengan baik dan benar sesuai prosedur penyusunan Karya Tulis Ilmiah yang berlaku di UIN Alauddin Makassar.

6. Kamaluddin, S.Ag., Kepala Sekolah MTs Negeri 2 Biringkanaya Kota Makassar, beserta jajarannya yang telah memberikan izin dan kesempatan kepada penulis untuk meneliti tentang Pengaruh Pembelajaran Fikih terhadap Pengamalan Ibadah Peserta Didik di MTs Negeri 2 Biringkanaya

(6)

vi

Kota Makassar, beserta para guru agama, dan peserta didik MTs Negeri 2 Biringkanaya Kota Makassar yang telah bersedia menjadi responden dan informan dalam penelitian ini.

7. Saudara kandung Susi Susanti, Mardiana dan Muh. Ashar yang senantiasa memotivasi dan selalui mendoakan yang terbaik untuk penulis.

8. Teman seperjuanganku Hikmawati mahasiswa Jurusan Pendidikan Agama Islam kelas 1-2 angkatan 2018 yang telah mendoakan, membantu, serta memberikan semangat sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

Samata-Gowa, 17 November 2022 Penulis,

Kasmawati

NIM. 20100118035

(7)

vii

DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL ... i

PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ... ii

PENGESAHAN SKRIPSI ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GAMBAR ...x

ABSTRAK ... xi

BAB I PENDAHULUAN ...1

A. Latar Belakang Masalah ...1

B. Rumusan Masalah ...4

C. Hipotesis Penelitian ...5

D. Definisi Operasional Variabel dan Ruang Lingkup Penelitian ...5

E. Kajian Pustaka ...8

F. Tujuan dan Kegunaan Penelitian ...11

BAB II TINJAUAN TEORETIS ...12

A. Pembelajaran Fikih...12

B. Pengamalan Ibadah Peserta Didik ...21

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ...33

A. Jenis dan Lokasi Penelitian ...33

B. Pendekatan Penelitian ...34

C. Populasi dan Sampel ...34

D. Metode Pengumpulan Data ...36

E. Instrumen Penelitian ...37

F. Validitas dan Reliabilitas Instrumen ...39

G. Teknik Pengolahan dan Analisis Data ...41

(8)

viii

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ...44

A. Deskripsi dan Hasil Penelitian ...44

B. Pembahasan ...59

BAB V PENUTUP ...66

A. Kesimpulan ...66

B. Implikasi Penelitian ...67

DAFTAR PUSTAKA ...68

LAMPIRAN ...70

RIWAYAT HIDUP ...101

(9)

ix

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1: Populasi peserta didik pada kelas VIII di MTs Negeri 2 Biringkanaya

Kota Makassar ... 35

Tebel 3.2: Keadaan populasi dan sampel ... 36

Tabel 3.3: Alternatif jawaban ... 37

Tabel 3.4: Kisi-kisi instrumen penelitian angket ... 38

Tabel 3.5: Kisi-Kisi Instrumen wawancara responden ... 38

Tabel 3.6: Pedoman untuk memberikan interpretasi koefisien korelasi ... 40

Tabel 3.7: Koefisien reliabilitas alpha cronbach ... 41

Tabel 4.1: Hasil indikator pelaksanaan pembelajaran Fikih ... 45

Tabel 4.2: Hasil indikator pemahaman peseerta didik terkait Fikih ... 45

Tabel 4.3: Hasil indikator urgensi mempelajari Fikih ... 45

Tabel 4.4: Hasil angket pembelajaran Fikih ... 46

Tabel 4.5: Tabel distribusi frekuensi ... 47

Tabel 4.6: Tabel bantuan untuk mencari nilai standar deviasi ... 47

Tabel 4.7: persentase skor angket pembelajaran Fikih ... 48

Tabel 4.8: Hasil indikator pengamalan ibadah salat fardu dan salat sunah berjemaah di sekolah ... 50

Tabel 4.9: Hasil indikator pengamalan ibadah salat wajib dan sunah di luar sekolah ... 50

Tabel 4.10: Hasil indikator melakukan puasa sunah dan wajib ... 51

Tabel 4.11: Hasil angket pembelajaran Fikih ... 51

Tbel 4.12: Tabel distribusi frekuensi ... 52

Tabel 4.13: Tabel bantuan untuk mencari nilai standar deviasi ... 53

Tabel 4.14: Persentase skor angket pengamalan ibadah peserta didik... 54

Tabel 4.15: Hasil uji normalitas ... 55

Tabel 4.16: Akumulasi anava uji linearitas variabel X dan Y ... 56

Tabel 4.17: Akumulasi angka indeks korelasi variabel X dan Y ... 57

(10)

x

DAFTAR GAMBAR

Gambar 4.1: Hasil analisis pembelajaran Fikih ... 49 Gambar 4.2: Hasil analisis pengamalan ibadah peserta didik ... 54

(11)

xi

ABSTRAK

Nama : Kasmawati NIM : 20100118035

Judul : Pengaruh Pembelajaran Fikih terhadap Pengamalan Ibadah Peserta Didik di MTs Negeri 2 Biringkanaya Kota Makassar Skripsi ini membahas tentang “pengaruh pembelajaran Fikih terhadap pengamalan ibadah peserta didik di MTs Negeri 2 Biringkanaya Kota Makassar”

yang bertujuan untuk (1) mendeskripsikan pelaksanaan pembelajaran Fikih di MTs Negeri 2 Biringkanaya Kota Makassar, (2) mengetahui pengamalan ibadah peserta didik di MTs Negeri 2 Biringkanaya Kota Makassar, (3) menganalisis pembelajaran Fikih terhadap pengamalan ibadah peserta didik di MTs Negeri 2 Biringkanaya Kota Makassar.

Penelitian ini berbentuk penelitian kuantitatif yang bersifat ex post facto dengan menggunakan regresi linear sederhana untuk menguji tingkat kebenaran hipotesa yang telah dibuat. Pengambilan data penelitian dilakukan di MTs Negeri 2 Biringkanaya Kota Makassar dengan populasi sebanyak 380 peserta didik dan sampel penelitian sebanyak 10% dari populasi sebanyak 42 peserta didik dengan menggunakan teknik proportionate random sampling. Adapun instrumen yang digunakan dalam mengumpulkan data penelitian ini adalah angket (kuesioner), wawancara, dan format dokumentasi yang dianalisis menggunakan teknik analisis deskriptif dan analisis inferensial.

Berdasarkan hasil analisis statistik deskriptif, diperoleh hasil penelitian pembelajaran Fikih di MTs Negeri 2 Biringkanaya Kota Makassar berada pada kategori tinggi, yaitu sebesar 59,52%. Sedangkan Pengamalan Ibadah Peserta Didik di MTs Negeri 2 Biringkanaya Kota Makassar berada pada kategori sedang, yaitu sebesar 52,38%. Adapun hasil analisis menggunakan korelasi product moment pada taraf signifikan 0,05% diperoleh thitung(9,14612) ≥ ttabel(2,01808) yang dapat diartikan bahwa terdapat pengaruh pembelajaran Fikih terhadap pengamalan ibadah peserta didik di MTs Negeri 2 Biringkanaya Kota Makassar secara signifikan.

Implikasi penelitian ini adalah diharapkan bagi peserta didik di MTs Negeri 2 Biringkanaya Kota Makassar untuk meningkatkan cakrawala berpikir mengenai pembelajaran Fikih dan menumbuhkan kesadaran peserta didik dalam beribadah, bagi sekolah dengan memberikan informasi kepada kepala sekolah MTs Negeri 2 Biringkanaya Kota Makassar mengenai pengamalan ibadah peserta didik di lingkungan sekolah, dan bagi peneliti agar dapat meningkatkan cakrawala berpikir dan penelitian ini dapat dijadikan pijakan untuk mengembangkan penelitian ini dengan ruang lingkup yang lebih luas.

(12)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Perkembangan zaman pada era globalisasi memengaruhi dunia di berbagai bidang, baik di bidang teknologi, ekonomi, sosial, dan budaya maupun di bidang pendidikan. Seleksi alam terus berjalan dan yang mampu bertahan hidup adalah orang-orang yang mampu bersaing dan memiliki ketahanan untuk tetap hidup dengan memanfaatkan situasi yang ada. Pendidikan merupakan salah satu bekal untuk bertahan, sebab seseorang dengan pendidikan akan mampu bersaing dan memiliki bekal dalam menjalani hidup.

Pendidikan merupakan proses atau alternatif yang bersifat mencegah, karena dengan melewati jalur pendidikan, maka generasi muda akan lebih terbentuk karakter yang baik. Pendidikan merupakan proses mempersiapkan peserta didik agar dapat berkembang dan mampu beradaptasi secara baik dalam menjalani kehidupan. Kemajuan suatu negara ditandai dengan berkualitasnya sumber daya manusia yang telah dibentuk di dunia pendidikan. 1

Undang-undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 Pasal 1 Ayat 1 tentang Sistem Pendidikan Nasional menegaskan bahwa:

Pendidikan merupakan suatu proses yang dilakukan secara sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif dan mampu mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, nusa dan bangsa.2

Dari rumusan di atas, dapat disimpulkan bahwa pendidikan diharapkan dapat membina karakter manusia yang bermartabat, mengembangkan potensi diri

1Aisya M.Ali, Pendidikan Karakter (Jakarta: Kencana, 2018), h. 9.

2Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Pasal 1 Ayat 1 tentang Sistem Pendidikan Nasional.

(13)

2

peserta didik agar menjadi manusia yang patuh, dan taat menjalankan perintah agama, bermoral, memiliki akhlak mulia, kreatif, mandiri, peduli pada masyarakat, bangsa dan negara, berjiwa demokratis, serta memiliki rasa tanggung jawab.

Kualitas manusia bukan hanya diukur dari tingkat kecerdasan intelektual, namun juga diukur dari akidah dan akhlaknya, adab tingkah laku juga menjadi poin penting dalam kehidupan, dan hal tersebut dapat diperoleh dalam dunia pendidikan terutama dalam Pendidikan Agama Islam. Pendidikan sebagai faktor yang mendukung kemajuan, dan peradaban suatu bangsa, karena semakin baik dan berkualitas suatu pendidikan, maka semakin baik pula sumber daya manusia yang dihasilkan. Melalui pendidikan, peserta didik akan melalui proses pembelajaran secara aktif untuk mengembangkan potensi diri, kepribadian, kecerdasan, dan akhlak mulia.3

Dasar Pendidikan Agama Islam harus ditanamkan kepada peserta didik sejak dini agar jiwa-jiwa ketuhanan, dan ilmu agama dapat menjadi bekal dalam proses pendewasaan, serta dalam menjalani hidup yang baik. Ilmu agama sebagai bekal hidup di dunia, dan akhirat dapat diperoleh melalui jalur pendidikan, karena pendidikan merupakan suatu proses untuk memperoleh ilmu. Pendidikan Islam sangat penting, karena dapat menumbuhkan kesadaran sebagai manusia beragama dan sebagai makhluk Allah swt., sehingga pendidikan Islam manusia dapat tumbuh, dan berkembang menjadi manusia yang berkahlak mulia, serta paham ilmu untuk beribadah kepada Allah swt. Hal tersebut menjadi tujuan yang dapat dicapai melalui jenjang pendidikan non-formal maupun formal.

3Siti Fatimah Hasibuah, “Pengaruh Pemahaman Agama dan Keteladanan Orang Tua terhadap Pengamalam Ibadah Salat Peserta di SMK Erna Dumai” Jurnal Wibawa 1. No 1 (September, 2021), h.3.

(14)

Ibadah merupakan bentuk dari memperhambakan diri pada Allah swt.

dengan jalan melaksanakan perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya.

Allah swt. berfirman dalam QS al-Baqarah/2:21

اأَن سُ نَّيُّ أَيُّ اعْ سُ نَّ أَ أَٱاعْ سُ ذِ عْ أَيُّ ايذِ اأَي ذِ نَّٱ أَ اعْ سُ أَ أَ أَ ا ذِ نَّٱ اسُ سُ نَّ أَ ا عْ سُ سُ عْٱ اسُا نَّلٱ ا أَ يُّ أَ يٰۤ

( ۲۱ )

Terjemahnya:

Hai manusia, sembahlah Tuhanmu yang telah menciptakanmu dan orang- orang yang sebelum kamu, agar kamu bertakwa.4

Ayat tersebut menjelaskan bahwa manusia dituntut untuk beribadah dengan hanya menyembah kepada Alah swt. Beribadah merupakan satu ungkapan rasa syukur atas karunia yang telah diberikan oleh-Nya kepada manusia, sehingga memperoleh predikat takwa.

Ibadah erat kaitannya dengan pembelajaran Fikih karena memiliki kedudukan yang sangat penting, dan mendasar yang berhubungan dengan syariat Islam, yaitu aturan-aturan tata cara beribadah dan beramal dalam Islam.5

Berdasarkan hasil penelusuran awal di lokasi penelitian pada tanggal 02 Februari 2022 di MTs Negeri 2 Biringkanaya Kota Makassar, dapat diketahui bahwa pengamalan ibadah peserta didik di MTs Negeri 2 Biringkanaya Kota Makassar sebagian telah mengamalkan ibadah secara konsisten dan masih ada yang belum konsisten. Adapun ibadah yang sering dilakukan di sekolah tersebut, yaitu salat sunah Duha dan salat Zuhur.

Ibadah salat Duha dan Zuhur termasuk dalam kajian Fikih. Oleh karena itu, mata pelajaran Fikih diajarkan di Madrasah Tsanawiyah, seperti di Madrasah Tsanawiyah Negeri 2 Biringkanaya Kota Makassar. Pembelajaran Fikih senantiasa diberikan kepada peserta didik agar peserta didik dapat lebih

4Kementrian Agama Republik Indonesia, Al-Qur’an dan Terjemahnya (Jakarta: Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Quran, 2019), h.4.

5Hafsa, Pembelajaran Fiqih ( Medan: Citapustaka Media Perintis, 2016), h. 3.

(15)

4

memahami tata cara melaksanakan ibadah, baik yang berhubungan dengan Allah swt. maupun yang berhubungan dengan manusia. Pengoptimalan proses pembelajaran Fikih di Madrasah Tsanawiyah Negeri 2 Biringkanaya Kota Makassar sangat penting dalam proses mendidik, karena proses pembelajaran Fikih yang tidak optimal dapat menyebabkan kurangnya kesadaran siswa untuk memahami, mengamalkan, atau menerapkan pembelajaran Fikih dalam kehidupan sehari-hari. Hal tersebut merupakan permasalahan yang cukup serius karena kurangnya pemahaman Fikih dapat mempengaruhi penerapan ibadah sehingga berdampak pada kualitas ibadah yang dilakukan peserta didik.

Pemahaman mengenai pembelajaran Fikih di Madrasah Tsanawiyah menjadi sangat penting dan sangat mendasar dalam beribadah kepada Allah swt.

Berdasarkan hal tersebut, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian yang dituangkan dalam sebuah skripsi yang berjudul: “Pengaruh Pembelajaran Fikih terhadap Pengamalan Ibadah Peserta Didik di MTs Negeri 2 Biringkanaya Kota Makassar”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas, maka yang menjadi rumusan atau batasan-batasan masalah yang akan diteliti oleh peneliti adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana pelaksanaan pembelajaran Fikih di MTs Negeri 2 Biringkanaya Kota Makassar ?

2. Bagaimana pengamalan ibadah peserta didik di MTs Negeri 2 Biringkanaya Kota Makassar ?

3. Apakah ada pengaruh pelaksanaan pembelajaran Fikih terhadap pengamalan ibadah peserta didik di MTs Negeri 2 Biringkanaya Kota Makassar ?

(16)

C. Hipotesis

Dalam penelitian kuantitatif, pengujian hipotesis sangat penting dilakukan oleh seorang peneliti. Hipotesis merupakan jawaban sementara atau dugaan sementara mengenai suatu masalah dan harus dibuktikan kebenaran datanya secara ilmiah. Menurut Sandu Siyoto dan Ali Soldik, proses pembentukan hipotesis merupakan sebuah proses penalaranyang melalui tahapan-tahapan tersentu yang dilakukan secara sadar, teliti, dan terarah.6

Hipotesis berfungsi untuk menguji kebenaran, dan mengembangkan suatu teori, serta memperluas wawasan peneliti mengenai suatu permasalahan yang sedang dipelajari dan diteliti. Hipotesis harus dirumuskan terlebih dahulu sebelum melakukan pengumpulan data, agar hipotesis yang dibuat memiliki gambaran yang jelas terkait hubungan antar variabel, dan memberikan petunjuk pelaksanaan uji hipotesis mengenai masalah yang sedang diteliti.

Pengujian hipotesis dilakukan agar memperoleh gambaran terkait kondisi populasi dari sampel yang dibuat. Data yang diperoleh peneliti dari sampel dapat digunakan untuk menarik suatu kesimpulan. Kesimpulannya dapat berupa penolakan atau penerimaan yang diasumsikan dalam hipotesis. Oleh karena itu, hipotesis pada penelitian ini adalah “pembelajaran Fikih dapat memberikan pengaruh terhadap kualitas pengamalan ibadah peserta didik di MTs Negeri 2 Biringkanaya Kota Makassar”.

D. Definisi Operasional Variabel dan Ruang Lingkup Penelitian

Untuk menghindari terjadinya tumpang tindih dalam penulisan, dan kekeliruan penafsiran pembaca terhadap variabel-variabel dalam judul, maka penulis menegaskan definisi operasional variabel pada penelitian ini, yaitu sebagai berikut:

6Sandu Siyoto dan Ali Sodik, Dasar Metodologi Penelitian (Yogyakarta: Literasi Media Publishing, 2015), h. 56.

(17)

6

1. Pembelajaran Fikih (Variabel Independen)

Pada penelitian ini, pembelajaran Fikih dilambangkan sebagai variabel independen (bebas) atau dikenal juga dengan variabel x. Pembelajaran Fikih dapat dipahami sebagai suatu kegiatan atau interaksi antara pendidik dan peserta didik dalam mempelajari hukum-hukum Islam yang berkaitan dengan perbuatan manusia.

Secara umum, pembahasan Fikih mencakup dua bidang, yaitu a) Fikih ibadah yang mengatur hubungan manusia dengan Tuhannya, seperti salat, zakat, dan haji; dan b) Fikih muamalah yang mengatur hubungan manusia dengan manusia lainnya. Oleh karena itu, Fikih sangat penting untuk dipelajari. Namun, dalam penelitian ini peneliti hanya akan meneliti terkait pembelajaran Fikih ibadah terkhusus mengenai salat, dan puasa saja.

Pembelajaran fikih memiliki tiga aspek yang harus dicapai, yakni aspek pengetahuan (kognitif), aspek keterampilan (psikomotorik) dan aspek perubahan sikap atau pengamalan (afektif). Ketiga aspek tersebut dapat dicapai melalui pelaksanaan pembelajaran Fikih di dalam kelas. Namun, dalam penelitian ini peneliti hanya berfokus pada aspek pengetahuan atau pemahaman peserta didik terkait Fikih dan aspek perubahan sikap peserta didik dalam mengamalkan materi Fikih yang telah dipelajari di sekolah.

Berdasarkan beberapa uraian diatas, maka peneliti merumuskan indikator pembelajaran Fikih pada penelitian ini, yaitu sebagai berikut:

a. Pelaksanaan pembelajaran Fikih di dalam kelas.

b. Pemahaman peserta didik terkait Fikih ibadah.

c. Urgensi mempelajari Fikih.

(18)

2. Pengamalan Ibadah Peserta Didik (Variabel Dependen)

Pengamalan adalah proses, perbuatan, cara melaksanakan, pelaksanaan, penerapan, menunaikan, menyampaikan, proses menyumbangkan atau mendarmakan. Sedangkan ibadah mencakup segala hal yang dilakukan oleh seorang mukmin, baik berupa tingkah laku atau tutur kata yang semata-mata bertujuan untuk mencari rida Allah swt.

Pengamalan ibadah pada penelitian ini dilambangkan dengan variabel dependen (terikat) yang juga dikenal sebagai variabel Y. Bentuk pengamalan ibadah yang dimaksud pada penelitian ini adalah hanya sebatas pengamalan ibadah salat dan puasa saja, baik sunah maupun wajib dikarenakan pengamalannya dapat dilakukan secara langsung oleh peserta didik. Sedangkan pengamalan yang lainnya belum mampu dilaksanakan secara pribadi oleh peserta didik, seperti mengeluarkan zakat dan berhaji secara pribadi.

Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti merumuskan indikator pengamalan ibadah peserta didik pada penelitian ini, yaitu sebagai berikut:

a. Pengamalan ibadah salat fardu dan salat sunah berjemaah di sekolah b. Pengamalan ibadah salat wajib dan sunah di luar sekolah

c. Melakukan puasa sunnah maupun wajib

Sedangkan ruang lingkup penelitian dalam proposal skripsi ini hanya menggambarkan pelaksanaan pembelajaran Fikih oleh pendidik terhadap peserta didik sesuai dengan kurikulum yang diterapkan pada kelas (7,8 dan 9), pengaruh hasil pembelajaran Fikih terhadap kualitas ibadah peserta didik, dan korelasi antara hasil pembelajaran Fikih dengan kualitas ibadah peserta didik di MTs Negeri 2 Biringkanaya Kota Makassar.

(19)

8

E. Kajian Pustaka

Kajian pustaka adalah seluruh bahan bacaan yang telah dianalisis dan dapat dijadikan landasan teori sesuai dengan objek atau permasalahan yang akan diteliti. Oleh karena itu, peneliti akan menguraikan beberapa literatur yang berhubungan dengan penelitian yang akan dilakukan, yaitu:

Pertama, Marhot Halomoan Siregar melakukan penelitian dengan judul

“Pengaruh Pengetahuan Fikih terhadap Pengamalan Ibadah Salat Santri Kelas II Madrasah Tsanawiyah Pondok Pesantren Taman Perguruan Islam (TPI) Purba Sinomba Kecamatan Padang Bolak.” Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara pengetahuan Fikih dengan pengamalan ibadah salat santri kelas II Madrasah Tsanawiyah Pondok Pesantren Taman Perguruan Islam (TPI) Purba Sinomba Kecamatan Bolak, yaitu ditemukan angka korelasi sebesar 0,832, . rhitung = 0,832 > rtabel = 0,284. thitung = 10, 389> ttabel = 1,677. Persamaan rekresi Ŷ = a + bX = 19,57 + 2,98 Fhitung = 107,3 > Ftabel = 7,095.7

Persamaan penelitian ini dengan penelitian tersebut adalah sama-sama meneliti tentang pengaruh pembelajaran Fikih terhadap pengamalan ibadah peserta didik. Sedangkan perbedaannya, yaitu penelitian di atas khusus meneliti tentang pengaruh pengetahuan Fikih terhadap pengamalan ibadah salat, sedangkan penelitian ini meneliti tentang pengaruh pembelajaran Fikih terhadap pengamalan ibadah peserta didik secara umum.

Kedua, Mustafa melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Pemahaman Fikih terhadap Pengamalan Ibadah Peserta Didik di Madrasah Aliyah

7Marhot Halomoan Siregar, “Pengaruh Pengetahuan Fiqih terhadap Pengamalan ibadah Salat santri kelas II Madrasah Tsanawiyah Pondok Pesantren Taman Perguruan Islam (TPI) Purba Sinomba Kecamatan Padang Bolak,” Skripsi (Padangsidimpuan: Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Tarbiyah, STAIN Padang Sidimpuan, 2011), h. 84.

(20)

Muhammadiyah Kalosi Kabupaten Enrekang." Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara pemahaman Fikih dengan pengamalan ibadah peserta didik. Hal ini dibuktikan setelah melakukan perhitungan, sehingga diperoleh nilai ttabel = 1,70 dan thitung = 37. Berdasarkan hasil tersebut, maka thitung ≥ ttabel. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh positif antara tingkat pemahaman Fikih dengan pengamalan ibadah peserta didik di Madrasah Aliyah Muhammadiyah Kalosi Kabupaten Engrekang.

Persamaan dalam penelitian ini adalah sama-sama meneliti tentang pengaruh pemahaman Fikih terhadap pengamalan ibadah peserta didik.

Sedangkan perbedaannya, pada penelitian di atas adalah variabel x, yakni pengaruh pemahaman Fikih terhadap pengamalan ibadah peserta didik di Madrasah Aliyah Muhammadiyah Kalosi Kabupaten Enrekang, sedangkan variabel Y pada penelitian ini tentang pengaruh pembelajaran Fikih terhadap pengamalan ibadah peserta didik di MTs Negeri 2 Biringkanaya Kota Makassar.

Ketiga, Qadriah Rahman melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Pembelajaran Fikih terhadap Pelaksanaan Salat Lima Waktu Peserta Didik di MTs Negeri Pare-Pare” dengan hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan pada mata pelajaran Fikih terhadap pelaksanaan salat 5 waktu peserta didik di Madrasah Tsanawiyah Negeri (MTsN) Pare-Pare. Berdasarkan hasil uji pengaruh yang dilakukan, maka besarnya pengaruh mata pelajaran Fikih terhadap pelaksanaan salat peserta didik adalah 98,40% dalam arti bahwa 1,60%

lainnya dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak diamati dalam penelitian.8

8Qadriah Rahman, “Pengaruh Pembelajaran Fikih terhadap Pelaksanaan Salat Lima Waktu Peserta Didik di MTs Negeri Pare-Pare”, Skripsi (Pare-Pare: Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Tarbiyah dan Adab, IAIN Pare-Pare, 2018), h. 56.

(21)

10

Persamaan penelitian ini dengan penelitian tersebut adalah sama-sama meneliti tentang pengaruh pembelajaran Fikih terhadap pengamalan ibadah, sedangkan perbedaannya adalah pada penelitian di atas meneliti tentang pengaruh pelajaran Fikih terhadap pelaksanaan salat 5 waktu hal ini lebih spesifik dibanding dengan penelitian yang dilakukan oleh peneliti karena meneliti tentang pengamalan ibadah salat dan puasa saja.

Keempat, Suqma Wati Uluhin melakukan penelitian dengan judul

“Pengaruh Prestasi Belajar Mata Pelajaran Fiqih terhadap Pengamalan Ibadah Peserta Didik Kelas VIII di MTsN 6 Tulungagung” dengan hasil penelitian meunjukkan bahwa 1.) Ada pengaruh positif dan signifikan antara prestasi belajar mata pelajaran Fikih terhadap pemgamalan ibadah taharah peserta didik kelas VIII di MTs Negeri 6 Tulungagung, 2.) Ada pengaruh yang positif dan signifikan antara prestasi belajar mata pelajaran Fikih terhadap pengamalan ibadah salat sunah peserta didik kelas VIII di MTs Negeri 6 Tulungagung, 3.) Ada pengaruh yang positif dan signifikan antara prestasi belajar mata pelajaran Fikih terhadap pengamalan ibadah peserta didik kelas VIII di MTsN 6 Tulungagung.9

Persamaan penelitian ini dengan penelitian tersebut adalah sama-sama meneliti tentang pengaruh pelajaran Fikih terhadap pengamalan ibadah, sedangkan perbedaannya terkait pengaruh prestasi siswa pada pelajaran Fikih terhadap pengamalan ibadah salat, sementara pada penelitian ini akan diteliti tentang pengaruh pembelajaran Fikih terhadap pengamalan ibadah salat dan puasa peserta didik.

9Sukma Wati Uluhin, “Pengaruh Prestasi Belajar Mata Pelajaran Fiqih terhadap Pengamalan Ibadah Peserta Didik Kelas VIII Di MTs Negeri 6 Tulungagung,” Skripsi (Tulungagung, Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan (FTK), IAIN Tulungagung, 2018), h. 7.

(22)

F. Tujuan dan Kegunaan Penelitian

1. Tujuan Penelitian

a. Untuk mendeskripsikan pelaksanaan pembelajaran Fikih di MTs Negeri 2 Biringkanaya Kota Makassar.

b. Untuk mengetahui pengamalan ibadah peserta didik di MTs Negeri 2 Biringkanaya Kota Makassar.

c. Untuk menganalisis pembelajaran Fikih terhadap pengamalan ibadah peserta didik di MTs Negeri 2 Biringkanaya Kota Makassar.

2. Kegunaan Penelitian a. Kegunaan teoretis

1) Dari hasil penelitian ini dapat memberikan manfaat dalam perkembangan ilmu pengetahuan terkhusus di bidang pembelajaran Fikih terhadap pengamalan ibadah peserta didik.

2) Dapat menjadi referensi pemerintah, masyarakat terhadap suatu permasalahan terutama dalam pembelajaran Fikih, dan pengamalan ibadah.

3) Dapat menjadi bahan bacaan mahasiswa, pelajar, maupun masyarakat yang memiliki kepedulian terhadap kualitas ibadah peserta didik sebagai hasil dari pembelajaran Fikih.

b. Kegunaan praktis

Secara praktis dapat memberikan masukan bagi pendidik dan peserta didik mengenai pentingnya pembelajaran Fikih sebagai bekal dalam kehidupan, dan dalam melaksanakan atau mengamalkan ibadah, dijadikan rujukan penelitian berikutnya, serta sebagai bahan perbandingan bagi penelitian lain yang akan melakukan penelitian yang sama.

(23)

12 BAB II PEMBAHASAN A. Tinjauan Umum Tentang Pembelajaran Fikih

1. Pengertian Pembelajaran Fikih

Fikih menurut bahasa berarti al-fahm (pemahaman), yang pada hakikatnya adalah pemahaman terhadap ayat-ayat ahkam yang terdapat di dalam al-Qur‟an dan hadis-hadis ahkam. Fikih dalam pengertian sederhana adalah ketentuan- ketentuan hukum syara‟ mengenai perbuatan manusia mengatur hubungan manusia dengan Allah swt., manusia dengan manusia, dan alam, serta digali dari dalil-dalil terperinci.1

Fikih menurut terminologi memiliki definisi yang bervariasi, antara lain:

Ibnu al-Hajib mendefiniskan Fikih sebagai pengetahuan tentang hukum-hukum syara‟ yang berkaitan dengan perbuatan manusia yang bersifat parsial, yang berasal dari dalil-dalil yang spesifik melalui cara penelitian terhadap dalil.

Sedangkan Ibnu as-Subki mendefiniskan Fikih sebagai pengetahuan tentang hukum-hukum syara‟ yang berkaitan dengan perbuatan manusia yang diusahakan dari dalil-dalil syara‟yang spesifik.2

Dari beberapa definisi di atas, penulis menyimpulkan bahwa Fikih dapat diartikan sebagai ilmu pengetahuan, karena Fikih memang sebuah ilmu atau pengetahuan. Oleh karena itu, Fikih bukanlah agama, namun Fikih terkait dengan agama. Dapat juga dikatakan bahwa Fikih adalah salah satu ilmu agama selain dari ilmu tauhid dan ilmu tasawuf.3

1Hafsah, Pembelajaran Fiqih (Bandung: Citapustaka Media Perintis, 2013), h. 3.

2 Abd. Rahman Dahlan, Ushul Fiqh (Jakarta: Amzah, 2018), h. 5-6.

3Muhammad Rahmatullah, Pembelajaran Fikih (Pontianak: IAIN Pontianak Press, 2014), h. 1.

(24)

Adapun pembelajaran merupakan bantuan yang diberikan pendidik agar dapat terjadi proses penerimaan ilmu dan pengetahuan, penguasaan, kemahiran, dan perilaku, serta pembentukan kepribadian dan kepercayaan peserta didik.

Pembelajaran dapat pula diartikan sebagai proses untuk membantu peserta didik agar dapat belajar dengan baik.

Pembelajaran Fikih adalah proses pembelajaran terhadap mata pelajaran bidang ilmu agama yakni Fikih yang membahas mengenai sumber hukum Islam, dan ketentuan-ketentuannya terhadap Allah swt., manusia, serta lingkungan dimana mereka hidup sehingga peserta didik mampu menerapkan dalam kehidupan sehari-harinya.4

2. Metode Pembelajaran Fikih

Metode secara etimologi berasal dari dua kata, yaitu Meta dan Hados.

Meta artinya “melalui” dan hados yang berarti “jalan atau cara”. Jadi metode berarti suatu jalan yang dilalui untuk mencapai tujuan.5

Metode pembelajaran Fikih merupakan usaha yang dilakukan oleh pendidik agama Islam agar peserta didik mudah memahami materi yang disampaikan oleh pendidik, terutama materi yang berkaitan dengan mata pelajaran Fikih.

Pelaksanaan kegiatan pembelajaran dilakukan setelah memilih satu metode atau menggabungkan dari beberapa metode pengajaran yang sudah ada. Hanya saja, hal yang perlu diperhatikan adalah metode yang digunakan sesuai dengan materi yang akan diajarkan. Adapun metode yang dapat digunakan menurut Lubis dan Asry dalam bukunya “Ilmu Pendidikan Islam”, yaitu sebagai berikut:

4Ahdar, Jamaluddin. Belajar dan Pembelajaran 4 Pilar Peningkatan Kompetensi Pedagogis, (Pare-Pare: CV. Kaafah Learning Center, 2019) h. 13.

5Lahmuddin Lubis dan Wina Asry, Ilmu Pendidikan Islam (Medan: Perdana Publishing, 2020), h. 250.

(25)

14

a. Metode Ceramah

Metode ceramah adalah suatu cara mengajar materi melalui penuturan oleh pendidik kepada peserta didik (sebagai komunikator) dengan mentransfer ilmu yang dimilikinya kepada peserta didik, sedangkan peserta didik berperan sebagai pendengar, dan penerima ilmu yang diberikan oleh pendidik.

b. Metode Tanya Jawab

Metode tanya jawab adalah cara menyampaikan materi dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang dilakukan pendidik kepada peserta didik secara langsung. Metode ini diharapkan dapat mengembangkan daya pikir peserta didik dalam memahami pelajaran yang diberikan oleh pendidik.

c. Metode Diskusi

Metode diskusi merupakan cara belajar mengajar yang dilakukan oleh pendidik kepada peserta didik dengan membentuk peserta didik menjadi beberapa kelompok, kemudian pendidik memberikan sejumlah masalah kepada peserta didik untuk berdiskusi mencari jawaban guna memecahkan masalah tersebut.

d. Metode Pemberian Tugas

Metode pemberian tugas adalah cara mengajar yang dilakukan oleh pendidik melalui pemberian penugasan kepada peserta didik.

e. Metode Karya Wisata

Metode ini digunakan pada waktu-waktu khusus dan membutuhkan waktu yang cukup lama, misalnya saat liburan.

f. Metode Bermain Peran

Peran dilakukan oleh peserta didik dalam rangka menghayati materi yang sedang dipelajari. Bermain peran dapat mengembangkan imajinasi, dan penghayatan atas peran tokoh yang sedang diperankan peserta didik. Ada

(26)

beberapa tantangan dalam menerapkan metode bermain peran, seperti: peserta didik cenderung melakukan aktivitas diluar pembelajaran, membutuhkan pemahaman dalam bermain peran, serta konsep permainan dibuat dengan jangka waktu yang lama.

g. Metode Sosiodrama

Metode ini mirip dengan bermain peran, hanya saja waktu yang diperlukan relatif lebih panjang, dan temanya juga lebih luas, serta memberikan pemahaman dan penghayatan terhadap permasalahan sosial yang dapat dipecahkan berdasarkan kemampuan yang dimiliki peserta didik.

h. Metode Demonstrasi/Peragaan

Metode demonstrasi adalah metode yang dilakukan menggunakan alat peraga untuk menunjang pembelajaran yang aktif. Penerapan metode demonstrasi memiliki tantangan tersendiri, seperti: memerlukan banyak waktu, dan menyiapkan fasilitas-fasilitas yang dibutuhkan dalam peragaan.

i. Metode Proyek

Metode proyek adalah metode yang memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mengembangkan pengetahuan yang telah diperoleh dari pelajaran, yang dimana metode ini membahas suatu tema ditinjau dari berbagai aspek mata pelajaran.

j. Metode Latihan

Metode latihan adalah metode yang digunakan oleh pendidik kepada peserta didik dengan cara berlatih melakukan suatu keterampilan berdasarkan penjelasan yang diberikan oleh pendidik. Metode ini digunakan untuk melatih peserta didik secara mandiri, mengembangkan kreativitas, dan disiplin.

(27)

16

k. Metode Pameran

Metode ini digunakan oleh peserta didik untuk menyajikan dan menjelaskan dari materi yang telah dipelajarinya dengan melakukan suatu pameran di kelas.

l. Metode Widya Wisata

Metode widya wisata adalah metode dengan cara memberikan penugasan dengan membawa peserta didik langsung ke objek yang akan dipelajarinya, baik itu di kelas atau lingkungan kehidupan nyata.6

3. Ruang Lingkup Pembelajaran Fikih

Ruang lingkup pembelajaran Fikih merupakan segala ketentuan hukum Islam yang berbentuk perbuatan untuk diamalkan oleh setiap muslim. Adapun ruang lingkup pembelajaran Fikih, antara lain:

a. Fikih Ibadah

Fikih ibadah berkaitan tentang masalah hubungan manusia dengan Tuhan, dan memuat pengenalan, serta pemahaman tentang tata cara pelaksanaan rukun Islam yang baik dan benar, seperti tata cara bersuci, salat, zakat, dan puasa, serta ibadah haji.

b. Fikih Muamalah

Fikih muamalah memiliki keterkaitan terhadap masalah hubungan manusia dengan manusia, seperti pemahaman ketentuan makan dan minum, jual beli, warisan, pernikahan, dan lain-lain.

4. Tujuan Pembelajaran Fikih

Tujuan pembelajaran Fikih paling utama adalah untuk menerapkan aturan atau ketentuan hukum syar‟i sesuai dengan agama Islam dalam kehidupan sehari-

6Lahmuddin Lubis dan Wina Asry, Ilmu Pendidikan Islam , h. 262-279.

(28)

hari, dimana penerapan aturan-aturan tersebut agar mendidik manusia sehingga memiliki karakter dan sikap yang dalam kehidupannya menjadikan manusia tersebut bertakwa.

Pembelajaran Fikih di madrasah bertujuan untuk mengajarkan dan membekali peserta didik agar memahami materi-materi tentang sumber hukum Islam dan ketentuan hukumnya, sehingga diharapkan bagi peserta didik menjadikan pedoman dalam menjalankan kehidupannya di dunia. Pembelajaran Fikih di madrasah diarahkan peserta didik sekiranya dapat mengetahui pokok- pokok ajaran hukum Islam beserta tata cara pelaksanaannya, dan dapat menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. Memberikan pelajaran tersebut diharapkan mampu membentuk pribadi peserta didik yang selalu taat menjalankan ajaran Islam, baik di lingkungan keluarga terlebih lagi di lingkungan masyarakat.

5. Aspek-aspek Pembelajaran Fikih

Menurut Hafsah, terdapat tiga aspek yang harus dicapai dalam pembelajaran fikih, yakni aspek pengetahuan (kognitif), aspek keterampilan (psikomotorik) dan aspek perubahan sikap atau pengamalan (afektif).

a. Aspek pengetahuan (kognitif)

Aspek kognitif adalah aspek yang berkaitan dengan kemampuan berfikir peserta didik. Pada aspek kognitif ini terdiri dari enam tingkat yang tersusun seperti anak tangga, dalam arti bahwa tingkatan pertama adalah tingkat berfikir paling rendah.

1) Pengetahuan (knowledge), ialah pengetahuan yang sifatnya faktual.

2) Pemahaman, ialah kemampuan menangkap makna yang dimana peserta didik dapat membedakan, menjelaskan, meramalkan, menafsirkan, dan memberi contoh.

3) Penerapan, ialah kemampuan untuk menerapkan suatu metode pada suatu problem yang baru.

(29)

18

4) Analisis, ialah kemampuan peserta didik dalam memecahkan, menguraikan suatu integrasi menjadi unsur-unsur yang memiliki arti.

5) Evaluasi, ialah kegiatan yang bertujuan untuk mengetahui kemampuan peserta didik dalam menerapkan pengetahuan yang dimiliki dalam suatu kasus yang diajukan oleh soal.

Dari penjelasan di atas, maka peneliti dapat menarik kesimpulan bahwa aspek kognitif (pengetahuan) harus bersifat faktual. Kemudian aspek pemahaman peserta didik sudah mampu membedakan, menjelaskan, menafsirkan dan juga dapat memberikan contoh dalam materi pembelajaran. Pada tahapan penerapan peserta didik sudah bisa menerapkan metode terhadap masalah baru. Pada tahapan analisis, biasanya peserta didik sudah mampu mengimplementasikan teori yang diperolehnya dengan menyelesaikan suatu masalah yang dihadapinya. Kemudian yang terakhir pada tahapan evaluasi di sini pendidik bisa melihat kemampuan peserta didik dalam menjawab soal yang telah diberikan.

b. Aspek keterampilan (psikomotorik)

Aspek psikomotorik (psychomotor domain) menunjuk pada gerakan- gerakan fisik. Walaupun belajar keterampilan motorik mengutamakan gerakan- gerakan persendian dalam tubuh, namun juga memerlukan pengamatan melalui alat indera dan secara kognitif melibatkan pengetahuan dan pengalaman. Meliputi keterampilan motorik, manipulasi benda-benda, koordinasi neuromuskuler (menghubungkan dan mengamati). Aspek psikomotorik merupakan suatu bentuk keterampilan atau skill, kesadaran diri seseorang dalam bertindak denan tingkatan-tingkatan keterampilan sebagai berikut:

1) Gerakan refleks (keterampilan pada gerakan yang tidak sadar) keterampilan pada gerakan-gerakan sadar.

2) Kemampuan kontekstual yang di dalamnya dapat membedakan visual, auditif motorik, dan lain-lain.

(30)

3) Kemampuan pada bidang fisik.

4) Suatu gerakan skill materi dari keterampilan sederhana sampai kepada keterampilan yang kompleks.

5) Keterampilan yang menyangkut dengan non decursive hubungan tanpa komunikasi.

Dari penjelasan di atas, maka peneliti dapat menarik kesimpulan bahwa aspek psikomotorik ini membahas tentang keterampilan atau skill yang dimiliki oleh peserta didik yang tidak langsung terbentuk akan tetapi secara bertahap, seperti: gerak refleks, kemampuan kontekstual, kemampuan pada bidang fisik, yang biasa berawal dari keterampilan sederhana lambat laun akan menjadi keterampilan yang kompleks. Kemudian yang terakhir adalah keterampilan yang menyangkut keterampilan tanpa berbahasa.

c. Aspek sikap (afektif)

Aspek afektif adalah hal yang berkaitan dengan internalisasi sikap yang menunjukkan ke arah pertumbuhan batiniah di mana peserta didik menjadi sadar tentang nilai yang diterima, kemudian mengambil sikap sehingga menjadi bagian dari diri peserta didik dalam membentuk nilai serta menentukan tingkah lakunya.7 Aspek afektif meliputi lima tingkatan kemampuan yaitu: menerima, menjawab, menilai, organisasi, karakteristik dengan suatu nilai atau kompleks nilai.

1) Receiving merupakan kepekaan ketika menerima stimulus yang datang dari luar diri peserta didik baik itu dalam bentuk masalah ataupun gejala.

2) Responding (jawaban) merupakan reaksi yang diberikan seseorang terhadap rangsangan (stimulus) yang datang dari luar diri peserta didik.

3) Valuing (penilaian) merupakan nilai serta kepercayaan terhadap suatu gejala ataupun masalah.

7Syamsudduha, Penilaian Kelas (Makassar: Alauddin Universty Pers, 2012), h .21-40.

(31)

20

4) Organisasi merupakan pengembangan suatu nilai terhadap sistem organisasi, termasuk menentukan hubungan/nilai ke dalam nilai yang lain.

5) Karakteristik nilai atau internalisasi nilai keterpaduan dari seluruh sistem nilai yang telah dimiliki peserta didik yang dapat mempengaruhi pola kepribadian maupun tingkah lakunya.

Dari penjelasan di atas, maka peneliti dapat menarik kesimpulan bahwa hasil belajar pada aspek afektif memiliki jenjang keilmuan yang diawali dari pemberian stimulus kepada peserta didik kemudian dilanjutkan dengan respon peserta didik yang pada tujuan akhir mengarah kepada pola perilaku peserta didik dalam masyarakat.

B. Pengamalan Ibadah

1. Pengertian Pengamalan Ibadah

Pengamalan berasal dari kata amal yang mengandung makna perbuatan atau pekerjaan, dan mendapatkan imbuhan awalan pe- dan akhiran -an yang berarti hal perbuatan yang diamalkan. Pengamalan adalah suatu proses perbuatan atau pelaksaan sesuatu hal yang menjadi tugas atau kewajiban.8

Kata ibadah berasal dari bahasa Arab yang berarti َدْبَع- ُدُبْعَي- ْةَداَبِع yang menurut bahasa diartikan sebagai tunduk, patuh, merendahkan diri dan hina.

Pengamalan ibadah adalah suatu perbuatan atau segala sesuatu dalam bentuk pelaksanaan kegiatan dalam bentuk penyembahan kepada Allah swt. yang menjadi tugas atau kewajiban seorang mukmin dalam menjalani kehidupannya di dunia. 9

8Kementria pendidikan dan kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia Online.

http://kbbi.Kemendikbud.go.id/entri/pengamalan (23 Maret 2022).

9Khoirul Abror, Fiqh Ibadah (Yogyakarta: Phoenix Publisher, 2019), h. 1.

(32)

Ibadah pada hakikatnya merupakan proses penghambaan diri kepada Allah swt. yang dilakukan secara terus menerus tanpa batas waktu yang ditentukan hingga kita mendapatkan keridaan Allah swt. Ibadah bukan hanya dilakukan dengan fisik tetapi diamalkan dengan hati dan diucapkan dengan lisan. Ibadah juga termasuk salah satu tujuan diciptakannya manusia dimuka bumi selain sebagai khalifah atau pemimpin. Orang yang beriman akan menjadikan ibadah sebagai tujuan utamanya hidup di dunia, karena mereka sadar tujuan utama hidup di dunia mengikuti apa yang diperintahkan oleh Rabb-Nya, salah satunya ibadah.

Ibadah bukan hanya melaksanakan salat, tetapi ibadah juga dapat berupa membaca al-Qur‟an, berpuasa, dan menunaikan zakat.

Kaitan ibadah dan ilmu Fikih bahwa untuk melaksanakan ibadah, seseorang harus memahami materi Fikih termasuk didalamnya tatacara ibadah, bersuci, yang mesti dipahami oleh pendidik agar pada saat pembelajaran pendidik dapat mengajarkannya kepada peserta didik.

2. Dasar Hukum Ibadah

Ibadah dilaksanakan sebagai bentuk rasa syukur dan sekaligus melaksanakan perintah dari Allah swt. Adapun ayat yang menyatakan perintah untuk melaksanakan ibadah, yaitu: QS al-Zariyat/51:56, QS al-Fatihah/1:5 dan QS Al-Nahl/16:36.

a. (QS al-Zariyat/51:56)

اذِنعْ سُ سُ عْ أَيُّيذِٱا نَّلْذِ اأَسعْنذِعْلْ أَ انَّيذِعْلْ اسُتعْ أَ أَ ا أَ أَ

٥٦ ا

Terjemahnya:

dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan agar mereka beribadah kepada-Ku.10

10Kementrian Agama Republik Indonesia, Al-Qur’an dan Terjemahny, h. 523.

(33)

22

b. (QS al-Fatihah/1:5)

اسُعْ ذِ أَ عْ أَناأَك نَّ ذِ أَ اسُ سُ عْ أَيُّناأَك نَّ ذِ

)ا ۗ ٥ (ا

Terjemahnya:

Hanya kepada Engkaulah kami menyembah dan hanya kepada Engkaulah kami mohon pertolongan.11

Dari ayat di atas dijelaskan bahwa ibadah menempati posisi yang tinggi di atas segalanya yang merupakan tujuan utama, dan memohon pertolongan sebagai jalan untuk melakukan ibadah. Melakukan ibadah hendaknya senantiasa ikhlas dan berserah diri, maka akan memiliki kedudukan yang tinggi, dan menjadi orang yang mulia. Ibadah adalah kedudukan yang besar, sehingga menjadikan seseorang terhormat ketika melakukan ibadah.

c. QS al-Nahl/16:36

اأَ عْ سُا نَّلٱ ا سُ ذِلأَ عْا أَ اأَ يٰۤلّٰ ٱ ا سُ سُ عْٱ اذِنأَ ا لًالْعْ سُ نَّ اةٍ نَّ سُ الِّ سُ اعْذِ ا أَلعْيُّ أَ أَيُّ اعْ أَ أَٱأَ

اعْينَّ اعْ سُ عْيُّلذِ أَ اسُ يٰۤلّٰ ٱ ا أَ أَهاعْينَّ اعْ سُ عْيُّلذِمأَفا ۚ

اسُ أَ يٰۤ نَّضٱ اذِ عْيأَ أَٱاعْتنَّ أَح اأَعْ ذِ لِّ أَ سُمعْٱ اسُ أَ ذِ أَٱاأَن أَ اأَفعْيأَ ا عْ سُرسُظعْن أَفاذِضعْ أَعْلْ ا ذِفِا عْ سُرعْيُّيذِ أَفا ۗ

٣٦ ااا

Terjemahnya:

"dan sungguh, Kami telah mengutus seorang Rasul untuk setiap umat (untuk menyerukan), "Sembahlah Allah, dan jauhilah Tagut", kemudian di antara mereka ada yang diberi petunjuk oleh Allah dan ada pula yang tetap dalam kesesatan. Maka berjalanlah kamu di bumi dan perhatikanlah bagaimana kesudahan orang yang mendustakan (rasul-rasul)"12

Ayat tersebut menejelaskan bahwa, Allah swt. telah mengutus rasul agar menyampaikan kepada umatnya untuk beribadah kepada Allah swt. dengan menyembah dan melaksanakan perintahnya, serta janganlah diantara umatnya melaksanakan apa yang dilarang oleh Allah swt.

11Kementrian Agama Republik Indonesia, Al-Qur’an dan Terjemahny, h. 1.

12Kementrian Agama Republik Indonesia, Al-Qur’an dan Terjemahny, h.377.

(34)

Dari beberapa ayat tersebut, dapat dipahami bahwa Allah swt.

menciptakan manusia tidak lain hanyalah untuk menyembah kepada-Nya. Salah satu hal yang dilakukan dengan kita melaksanakan perintah Allah swt., diantaranya dengan beribadah kepada-Nya. Allah swt. mewajibkan kepada hambanya untuk melaksanakan ibadah yang bertujuan agar semua hambanya tidak terbelenggu oleh sikap yang menghambakan diri kepada sesama manusia.

Beribadah kepada Allah swt., seperti melaksanakan salat, berpuasa, mengeluarkan zakat, berbuat ihsan kepada orang lain, dan selain itu dengan kita menjauhi larangan-Nya. Beberapa ayat tersebut menggambarkan pentingya kita menyembah Allah swt. dengan tidak mempersekutukannya dengan sesuatu apapun. Begitu pentinya sehingga tujuan akhir kita hidup di dunia tidak lain hanya kembali kepada Allah swt. Adapun hadis Rasulullah saw dari Muaz bin Jabal ra. tentang ibadah, diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim:

ا ذِرعْمأَٱاعْيأَٱا،أَق أَحعْ ذِإا ذِبِأَأاعْيأَٱا،ذِصأَ عْحأَلأ ا سُ أَأا أَلأَيُّثنَّ أَحا،أَمأَدآاأَيعْ ا أَيَعْأَيَاأَعذِأَسَا،أَ يذِه أَرعْيُّ ذِإاسُيعْ اسُق أَحعْ ذِإا ذِنِأَثنَّ أَح اأَل أَ ا،سُ عْلأَٱاسُ نَّ ٱ اأَ ذِ أَ اةٍا أَ سُ اعْيأَٱا،ةٍن سُمعْيأَ اذِيعْ

اسُل أَ سُيُّ اةٍ أَذِحِاىأَ أَٱاأَ نَّ أَ أَ اذِ عْيأَ أَٱاسُلله اىنَّ أَصالِّذِبِنَّلٱ اأَفعْدذِ اسُتعْلسُ ا:

اأَل أَ أَيُّفا،رٌرعْيُّيأَ سُٱاسُ أَٱ ا:

؟ذِ نَّ ٱ اىأَ أَٱاذِد أَ ذِ ٱ ا قأَحا أَ أَ ا،ذِهذِد أَ ذِٱاىأَ أَٱاذِ نَّ ٱ انَّقأَحايذِ عْ أَ اعْ أَها،سُا أَ سُ ا أَ « اسُتعْ سُيُّ ا، »

اسُ نَّ ٱ ا:

اأَل أَ ا،سُ أَ عْٱأَأاسُ سُٱ سُ أَ أَ

ا:

اذِ نَّ ٱ اىأَ أَٱاذِد أَ ذِ ٱ انَّقأَحأَ ا، لًائعْيأَشاذِ ذِ ا سُ ذِرعْشسُ اأَلْأَ اسُه سُ سُ عْ أَيُّ اعْنأَأاذِد أَ ذِ ٱ اىأَ أَٱاذِ نَّ ٱ انَّقأَحانَّنذِإأَف «

لًائعْيأَشاذِ ذِ اسُكذِرعْشسُ اأَلْاعْيأَ اأَبلِّ أَ سُيُّ اأَلْاعْنأَأ اسُتعْ سُ أَيُّفا، »

اأَل أَ ا؟أَا نَّلٱ اذِ ذِ اسُرلِّشأَ سُأاأَ أَفأَأاذِ نَّ ٱ اأَل سُ أَ ا أَ ا:

ا،عْ سُهعْرلِّشأَ سُيُّ اأَلْ اا:

سُ ذِ نَّ أَيأَيُّف

ا 13

Artinya:

Ishak bin Ibrahim menceritakan kepadaku, Yahya bin Adam telah mendengarkan Abu al-Ahwas menceritakan kepada kami, dari Abu Ishak, dari Amr bin Maimun, dari Muaz ra. Berkata: “Saya pernah mengikuti Nabi saw naik keledai bersama beliau, beliau mengatakan kepada saya, “wahai Muaz! Tahukah kamu apa yang menjadi tugas dan kewajiban hamba terhadap Allah swt., dan apa janji Allah swt. terhadap hamba?” saya menjawab,” Allah swt. dan Rasul-Nya lebih mengetahui. Beliau menjawab,

“tugas dan kewajiban hamba terhadap Allah swt. adalah agar beribadah kepada-Nya dan tidak menyekutukan-Nya dengan sesuatu apapun. dan janji

13Ahmad bin „Ali bin Hajar abu al-Fadl al-„Asqalani al-Syafi‟i, Fath al-Bari Syarh Sahih al-Bukhari, Juz 4 (Bairut: Dar al-Ma‟rifah, 1379) h. 29.

(35)

24 Allah swt. kepada hamba ialah bahwasanya Allah swt. tidak menyiksa orang yang tidak menyekutukan-Nya dengan sesuatu apapun.” Saya bertanya, “ Ya Rasulullah bolehkah saya menyampaikan kabar gembira ini kepada orang-orang?” Rasulullah saw menjawab, “janganlah kamu menyampaikan kabar gembira ini kepada mereka agar mereka tidak bersikap apatis. (HR.

Bukhari dan Muslim).

Hadis di atas menjelaskan tentang kewajiban manusia terhadap sang pencipta, yakni Allah swt. Adapun kewajiban manusia yaitu dengan beribadah kepada Allah swt. dengan kita beribadah kepada Allah swt. kita melaksanakan salah satu perintah-Nya, dan tidak menyekutukan-Nya dengan sesuatu apapun dan balasan dari itu sebagaimana hadis di atas, maka Allah swt. tidak akan menyiksa umat-Nya selama senantiasa beribadah kepada-Nya.

3. Ruang Lingkup Ibadah

Ruang lingkup ibadah mencakup segala bentuk kecintaan dan kerelaan kepada Allah swt., baik dalam bentuk perkataan maupun perbuatan, seperti: salat, puasa, zakat, berbuat baik, silaturahmi, mengerjakan amal ma‟ruf nahi mungkar, dan lain sebagainya. Adapun ruang lingkup ibadah dibedakan menjadi dua, yakni:

a. Ibadah Umum

Ibadah umum adalah ibadah yang mencakup segala aspek kehidupan guna mencari ke ridaan Allah swt. yang menjadi unsur terpenting dalam melaksanakan segala sesuatu di dunia ini agar benar-benar bernilai ibadah dengan mengerjakan yang diperitahkan oleh Allah swt. dan menjauhi larangan-Nya. Adapun yang termasuk dalam ibadah umum, seperti: pengamalan salat sunah, dan puasa sunah.

1) Pengamalan salat sunah

Pengamalan adalah proses, perbuatan, cara melaksanakan, pelaksanaan, penerapan, menunaikan, menyampaikan, menyumbangkan atau mendarmakan.

Sedangkan salat sunah disebut juga salat an-nawāfil atau at-tatawwu’ (semua

(36)

perbuatan yang tidak termasuk kedalam kategori amalan yang diwajibkan karena amalan tersebut hanya sebatas tambahan saja).

Pembagian kategori salat sunah menurut hukumnya ada dua, yaitu sebagai berikut:

a) Muakadah termasuk salat sunah yang sangat dianjurkan dengan penekanan untuk dilaksanakan. Adapun yang termasuk salat sunah muakadah adalah salat dua hari raya, salat sunah witir, dan salat sunah tawaf.

b) Ghairu muakadh termasuk salat sunah yang dianjurkan tanpa penekanan yang kuat, seperti salat sunah yang sifatnya bergantung pada waktu dan keadaan (salat khusuf atau dikenal juga salat gerhana) dan salat sunah rawatib.

Adapun pembagian kategori salat sunah menurut pelaksanaannya juga ada dua, yaitu sebagai berikut:

a) Salat sunah yang dilakukan secara munfarid (sendiri-sendiri), seperti: (1) salat wudu/syukrul wudhu (salat yang dikerjakan setelah berwudu), (2) salat tahiyatul masjid (salat yang dilakukan sebagai penghormatan terhadap masjid yang dapat dilakukan sebelum duduk ketika baru masuk kedalam masjid sebanyak dua rakaat), (3) salat taubat (salat sunah yang dilakukan sebagai bentuk keseriusan untuk bertaubat dari kesalahan yang diperbuatnya), (4) salat duha (salat sunah yang dilakukan ketika matahari terbit setinggi kurang lebih tujuh hasta atau sekitar jam 07:00 hingga sebelum masuk waktu salat zuhur, (5) salat sunah tahajud yang dilakukan dimalam hari mulai setelah isya sampai menjelang subuh, (6) salat rawatib (salat sunah yang menyertai salat fardu), (7) salat istikharah (salat sunah yang dikerjakan ketika dihadapkan dengan adanya beberapa pilihan untuk menghapus keraguan dalam hati ketika memilih agar tidak menyesal, (8) salat mutlak (salat yang dikerjakan sewaktu- waktu kecuali pada waktu yang dilarang, seperti setelah asar dan sesudah

(37)

26

zuhur), dan (9) salat safar (salat yang dikerjakan ketika hendak bepergian yang dilakukan sebanyak dua rakaat sebelum dan setelah kembali kerumah).

b) Salat sunah yang dilakukan secara berjemaah, seperti: (1) salat tarawih (salat sunah yang dilakukan khusus pada bulan ramadan setelah salat isya), (2) salat dua hari raya (salat yang dilakukan pada kedua hari raya, yaitu hari raya idul fitri dan hari raya idul adha, (3) salat dua gerhana (salat yang dikerjakan ketika gerhana, baik gerhana bulan maupun matahari), (4) salat istiska (salat yang dikerjakan untuk memohon diturunannya hujan), dan (5) salat witir (salat yang dilakukan dengan bilangan ganjil).14

2) Pengamalan puasa sunah

Puasa sunah adalah puasa yang tidak termasuk kategori wajib untuk dilakukan namun namun dianjurkan karena dapat menambah amalan dan pahala yang diperoleh. Adapun yang termasuk kategori puasa sunah, yaitu:

a) Puasa senin kami adalah puasa yang hampir bisa dilakukan setiap bulan terkhusus pada hari senin dan kamis saja.

b) Puasa daud (puasa yang dilakukan satu hari secara berselingan)

c) Puasa syawal (puasa yang dikerjakan selama 6 hari setelah hari raya idul fitri yang bertepatan pada bulan syawal),

d) Puasa ayyamul bidh adalah puasa yang dilakukan setiap pertengahan bulan hijriah atau tanggal 13, 14, 15 hijriah kecuali di hari tasyrik dan ramadhan.

e) Puasa sunah 1-7 zulhijah dikerjakan di 10 hari pertama bulan Zulhijah.

f) Puasa tarwiyah yang dilaksanakan pada hari tarwiyah atau 8 Zulhijah g) Puasa arafah dilaksankan pada 9 Zulhijah.

h) Puasa tasu‟a dikerjakan pada 9 Muharam.

i) Puasa asyura dikerjakan pada 10 Muharam.

14Komala, Shalat Wajib dan Shalat Sunnah (Banten: Universitas Islam Negeri Sultan Maulana Hasanuddin, t.th), h. 4-9.

(38)

j) Puasa sya‟ban dikerjakan pada bulan sebelum ramadan yang diapit antara bulan rajab dan bulan ramadan.

b. Ibadah Khusus

Ibadah khusus merupakan ibadah yang jenis dan tata cara pelaksanaannya ditentukan oleh syara‟ (ditentukan oleh Allah swt. dan Nabi Muhammad saw).

Ibadah ini bersifat tetap atau mutlak, manusia hanya melakukannya sesuai dengan aturan yang sudah ditetapkan dan tidak boleh mengurangi, mengubah ataupun menambah dari ketentuan yang sudah ditetapkan. Ibadah khusus ini berupa tuntutan bersuci/taharah, salat fardu, puasa ramadan (puasa wajib), dan ketentuan nisab zakat.15

Dari keempat bentuk ibadah khusus yang telah disebutkan di atas, penulis hanya akan menjelaskan mengenai salat fardu dan puasa ramadan saja, yakni sebagai berikut:

1) Salat Fardu

Salat fardu adalah salat dengan status wajib untuk dilaksanakan yang terdiri atas dua golongan, yaitu:

a) Fardu „ain khusus diwajibkan untuk individu melaksankannya, seperti salat lima waktu (zuhur, asar, magrib, isya dan subuh), dan salat jumat untuk pria.

Hal ini dijelaskan dalam hadis di bawah ini:

اأَلعْ سُ أَ انَّنأَأأَ أَرعْيُّ أَرسُها ذِبِأَ اعْيأَٱ ذِلله

ىنَّ أَص سُلله انَّيسُ أَيُّلعْيُّيأَيُّ أَمذِٱرٌ أَ نَّ أَ اذِ أَ عْمسُعْلْ ا أَلَذِإاسُ أَ عْمسُعْلْ أَ اسُسعْمأَعْلْ اسُ أَ نَّصٱ اأَل أَ اأَ نَّ أَ أَ اذِ عْيأَ أَٱ

أَ أَ عْٱأَ اأَشعْغسُيُّ اعْأَلَ أَ

ذِئاسُ . ا أَ أَ عْٱ اأَبأَلأَيُّ عْا أَاذِإانَّيسُ أَيُّلعْيُّيأَيُّ أَ ارٌ أَرلِّ أَ سُ اأَن أَضأَ أَ ا أَلَذِإاسُن أَضأَ أَ أَ :«

ذِئاأَ

»

Artinya:

Dari Abu Hurairah ra bahwasanya Rasulullah saw telah bersabda, “salat lima waktu dn salat jumat keslat jumat berikutnya menjadi pelebur dosa diantara salat-salat itu selama tidak melakukan dosa besar. Puasa ramadan hingga puasa ramadan berikutnya menjadi pelebur dosa antara keduanya apabila meninggalkan dosa besar. (HR Muslim 1/144).

15Zaenal Abidin, Fiqh Ibadah (Yogyakarta: Deepublish CV Budi Utama, 2020), h. 14.

(39)

28

b) Fardu kifayah khusus diwajibkan untuk umat muslim dan kewajiban tersebut bisa gugur setelah ada yang melaksanakannya, seperti salat jenasah.

Suatu salat dikatakan sah apabila telah memenuh syarat dan rukun sah salat, serta terhindar dari hal yang membatalkannya. Adapun syarat sah salat adalah Islam, berakal, baligh, suci dari haid dan nifas, serta najis yang berada pada pakaian, tempat salat, dan tubuh dengan cara berwudu/tayamum, masuk waktu salat, menutup aurat, menghadap kiblat, serta berniat. Sedangkan rukun salat adalah niat, takbiratul ihram, berdiri kecuali ada halangan, membaca al-Fatihah, ruku, sujud, duduk antara dua sujud, duduk pada tasyahud akhir, salawat kepada Nabi saw setelah tasyahud akhir, memberi salam, dan tertib.16

2) Puasa Ramadan

Puasa ramadan adalah menahan diri dari makan, minum, berjimak, dan segala yang dapat membatalkan puasa mulai dari terbitnya fajar hingga terbenamnya matahari dengan niat puasa pada bulan Ramadan bukan atas dasar riya, ingin didengar, dan mengikuti orang lain, tetapi sebagai bentuk ibadah kepada Allah swt. Hukum melaksanakan puasa di bulan Ramadan adalah wajib bagi setiap muslim maupun muslimah yang sudah baligh, sehat, berakal,bukan musafir serta suci dari haid dan nifas bagi muslimah setelah hilal (awal bulan ramadan) telah dilihat oleh seorang muslim/muslimah yang dapat dipercaya. Ada beberapa hal terkait puasa yang perlu diketahui, diantaranya:

a) Hukum melihat hilal ramadan

Jika hilal Ramadan belum dilihat pada malam ke-30 Sya‟ban dengan kondisi cerah, maka pada siang harinya belum berpuasa. Hal tersebut senada dengan kondisi apabila hilal tidak terlihat karena langit mendung dan berdebu.

Pelaksanaan awal puasa seringkali berbeda-beda pada setiap negara karena

16Silvana Liz Handayani, Macam-Macam dan Pelaksanaan Salat (Banten: Fakultas Ushuluddin dan Adab Universitas Islam Negeri Sultan Maulana Hasanuddin, t.th), h. 1-5.

Referensi

Dokumen terkait

Mencermati latar belakang serangan suku Sulu ke Sabah-Malaysia serta eksaminasi konsep dan aturan yang berkaitan dengan status pasukan Kesultanan Sulu dan jenis konlik bersenjata

Islam sangat menekankan terciptanya pasar bebas dan kompetitif dalam transaksi jual beli, tetapi semua bentuk kegiatan jual beli itu harus berjalan di bawah

Sampel dalam penelitian ini adalah dan wisatawan domestik sebanyak 32 orang yang berkunjung dan 12 orang dari pengelola ( owner ) dan anggota masyarakat yang terlibat

Artikel ini merupakan bagian dari Penelitian Tindakan Kelas. Penulisan artikel ini dilatarbelakangi oleh kurangnya kemampuan guru dalam mengenalkan kosakata bahasa Inggris

Langkah yang diperlukan terkait penataan kapasitas kelembagaan adalah perbaikan manajemen kelembagaan diantaranya struktur kelembagaan, pola kepemimpinan, dan

Selama administrasi perpajakan tidak mengoreksi jumlah pajak terutang yang telah ditetapkan dan dibayar sendiri oleh wajib pajak (dalam SPT) dengan menerbitkan

yang diam eaktor kartini 2001-20010 dirasa cukup EMBAHASA utput program angkum dalam ebut kemudian m gambar 1 s/ k Pemanfaatan grafik 1 dia atan reaktor m ada tahun 200 mpa yang