• Tidak ada hasil yang ditemukan

IMAJI JAN 2015 NARATAMA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "IMAJI JAN 2015 NARATAMA"

Copied!
3
0
0

Teks penuh

(1)

Jurnal IMAJI | 41 Edisi 6 No. 1 Juli 2013

Suatu hari seorang teman, dosen di sebuah perguruan swasta, mengirimkan pesan lewat Whatsapp,

Bro, info donk. Bagaimanakah pendidikan ilm dan televisi di perguruan tinggi di Amerika? Apakah

studi ini menjadi bagian dari Departemen Komunikasi (Communication Department)? Atau Media

( Jurnalistik)? atau Departemen Seni (Arts)?”. Mendengar pertanyaan ini saya sempat terdiam. What’s going on? Saya jawab, “Di Amerika, jurusan Film dan Televisi umumnya berada di bawah Arts Department, not under Communication Department”, jawab saya singkat. Lalu saya terdiam. Bukankah di Indonesia hanya ada satu kampus yang mempunyai Fakultas Film & Televisi? Yaitu FFTV, Institut Kesenian Jakarta (IKJ). Lalu bagaimana dengan kampus-kampus lain? Apakah mereka mengajarkan

Film Studies? Atau hanya mengajarkan Film Production dan Video Production?

“The Dream Factory”

Sebuah Kajian Program Studi Film dan Televisi

Naratama Rukmananda

naratamatv@gmail.com

Saya jadi ingat, hampir setahun lalu saya sempat

berkunjung ke kampus New York Film Academy

(NYFA), Union Square, New York. Sekilas kampus ini hampir serupa namun tak sama dengan FFTV IKJ. Gedung yang terletak di tengah kota, hanya beberapa blok dari toko buku seni, Strand Book Store, tampak biasa-biasa saja dari luar. Tapi ketika kita masuk, nuansa dan aura

Production sangat terasa. Tidak terlalu kotor tapi tidak terlalu bersih. Ruangan kelas yang non-formal, gedung pertunjukan ilm yang kuno dan artistik, serta kesibukan mahasiswa lalu-lalang sambil membawa kamera video digital, DSLR

hingga Red Camera. Inilah dunia nuansa kreatif

yang dibangun dikampus NYFA, agar mahasiswa terus bereksplorasi menciptakan karya seni ilm dan video. Dengan motto “Hands-on Acting & Film School”, NYFA mempunyai 16 program studi untuk S1 dan S2 yang sesuai dengan minat mahasiswa, mulai dari Film School, Photography School, Acting School, Producing School, Musical heatre School, Documentary Film Making, Cinematography School hingga ke Broadcast Journalism School. Kalau kita kaji lagi, ada hal yang sangat unik. NYFA sebagai Akademi khusus Acting & Film, justru mempunyai jurusan

Broadcasting Journalism School yang biasanya

berada di ranah ilmu komunikasi (Communication

Science) bukan Film dan Cinematography.

Keunikan ini menjadikan pendidikan Journalism

ala NYFA menjadi khas dan cukup kuat karena programnya didesain bukan dengan pendekatan

ilmu Jurnalistik saja tetapi dengan pendekatan Ilmu Film Dokumenter. Hal ini dituliskan oleh

NYFA dalam informasi tentang program: “As

journalism continues to evolve in the 21st century, students enrolling in a short workshop or one-year program study the changing role of investigative journalists and digital reporters and learn how to research, write, shoot, produce, edit, and appear on camera in the creation of original reports and segments”. And yes, inilah yang dibutuhkan dunia saat ini. Lulusan jurnalistik bukan hanya

mempunyai skill untuk riset, menulis dan

menjadi reporter saja. Tapi harus mampu untuk

shoot, appear and edit! Hasilnya, mereka siap untuk menjadi Video Journalist, sebuah profesi jurnalistik independen yang sedang mewabah di seluruh dunia.

Sementara itu, di kampus-kampus universitas lain, khusus untuk Program Studi Televisi atau

Video Production, telah berkembang sebuah

jurusan baru yaitu Communication Media dan

Media Arts. Kedua jurusan ini berdiri sendiri dan tidak berada di bawah Departemen Ilmu Komunikasi yang membawahi Major Jurnalistik,

Public Relation, Advertising dan Komunikasi politik. Di kampus Montgomery College (MC) misalnya, sebuah akademi komunitas di kota Rockville negara bagian Maryland, Program

Studi atau Jurusan Video Production berada di

(2)

Jurnal IMAJI | 42 Jurnal IMAJI | 43

Edisi 6 No. 1 Juli 2013 Edisi 6 No. 1 Juli 2013

bukan di bawah Department of Communication

Studies. Mongomery College (MC) yang hanya menyelenggarakan program Diploma D1 dan D2 ini mempunyai kelas untuk animasi, web, desain grais, fotograi dan broadcast media. Lulusan dari MC dapat mentransfer kredit ke universitas yang lebih besar di wilayah Maryland seperti University of Maryland di College Parkdan Townson University di kota kecil Townson dekat pelabuhan Baltimore.

Selanjutnya kalau mahasiswa lulus dari MC dan ingin melanjutkan ke jenjang S1 atau B.A (Bachelor of Arts) / B.S (Bachelor of Science) di

Townson University, mereka mempunyai 2

pilihan program studi yaitu Communication

Studies dan Electronic Media & Film. Keduanya mempunyai perbedaan baik dari sisi pengajaran

maupun output kelulusannya. Perbedaannya

adalah sebagai berikut:

Communication Studies

Degree : B.A, B.S

Major : Communication Studies

Combined Major : Communication Studies

and Political Science

Electronic Media and Film

Degree : B.A, B.S

Major : Electronic Media and Film

Concentration :

Film and Media Studies

Film/Video/Digital Media Radio/Audio

Bagi para calon mahasiswa, pilihan Program Studi ini memberikan kesempatan bagi mereka untuk menentukan arah pendidikan, karir serta profesi dibidang komunikasi, sehingga mereka tidak terjebak memilih Program Studi yang tidak sesuai dengan minatnya.

Dari perbandingan antara New York Film Academy, Montgomery College dan Townson University di atas, maka kita dapat melihat bahwa terminologi “Program Studi” untuk Film dan Televisi tidaklah baku, tidak kaku dan bersifat dinamis. Televisi yang biasanya berdiri sendiri, telah berasimilasi

dan berubah menjadi Program Studi Media Arts

atau Digital Media atau Video Arts. Ini sesuai dengan perkembangan industri digital dimana penyiaran televisi bukan lagi menjadi monopoli media sentral tapi menjadi milik publik dan

personal. Sementara itu untuk Program Studi Film, juga telah berkembang denganbegitu pesat,

menjadi Program Studi Film, Film Production

dan Digital Cinematography.

Perbedaannya adalah

• Program Studi Film lebih fokus pada kajian

ilm dan penyutradaraan.

• Program Studi Film Production mempunyai

ruang pendidikan untuk membangun

kemampuan teknis atau skill di bidang

produksi seperti kamera, penulisan skenario dan editing.

Digital Cinematography, fokus kepada pendidikan ilm digital yang self production dan bisa menghasilkan karya-karya independen.

Salah satu universitas yang membedakan Program Studi Film, Film Production dan Digital Cinematography adalah Full Sail University di kota Orlando, negara bagian Florida. Full Sail adalah salah satu universitas di Amerika yang mendesain Program Studi dengan beradaptasi pada perkembangan media industri digital.

Kampus seni yang baru saja mengakuisisi LA

Film School di Los Angeles ini, dikenal sebagai sekolah kreatif yang mempunyai Program Studi sangat spesiik, khas dan tidak dipunyai oleh kampus lain. Beberapa program studi yang menarik selain Film, Film Production dan Digital Cinematography adalah Event Production, Show Production, Music Business, Music Production, Recording Arts, Sport & Marketing Media, Media Design dan Animation. Menurut Santita Dwi Putri, MA., lulusan Program Studi New

Media Journalism dari Full Sail University,

“Kampus ini mendidik setiap mahasiswa untuk mengeksplorasi dunia digital streaming, sehingga mereka dapat lebih siap memasuki pasar kerja di industri kreatif ”. Saat ini Santi merasakan

manfaat dari ilmu yang didapat di Full Sail

University dengan bekerja sebagai Multimedia Specialist dengan spesialisasi di bidang video production, social media, management dan web content. Padahal Santi bukan seorang ilmmaker

atau videomaker dan mempunyai latar belakang

sarjana dalam bidang psikologi. Tapi kini justru menjadi profesional di bidang media digital.

Lalu, apakah Full Sail ini mempunyai status yang diakui oleh pemerintah Amerika? Lalu bagaimana dengan status akreditasi dari

universitas-universitas yang lain? Di Amerika ada banyak bentuk dan lembaga akreditasi untuk pendidikan tinggi. Setiap lembaga mempunyai kualiikasi dan aturan yang berbeda antara satu dengan yang lainnya. Bagi universitas yang diakreditasi oleh lembaga tertentu, belum tentu akreditasinya akan diterima oleh lembaga lain. Artinya, setiap universitas mempunyai kebijakan masing-masing untuk menerima atau menolak mahasiswa yang mentransfer kredit dari berbagai universitas. Montgomery College misalnya, adalah

State Owned University, atau universitas negeri

yang statusnya diakui oleh Federal Education

dan Maryland Higher Education Commission, sebuah komisi pendidikan di negara bagian Maryland. Mahasiswa dari kampus ini bisa saling mentransfer kredit mata kuliah. Bahkan mereka bisa mentransfer kredit ke seluruh State Owned di seluruh Amerika. Namun hal ini berbeda dengan

New York Film Academy dan Full Sail University. Kedua universitas ini adalah universitas swasta yang akreditasinya seharusnya dilakukan oleh dua

lembaga yaitu Accrediting Commission of Career

Schools and Colleges (ACCSC - lembaga akreditasi untuk pendidikan karir), dan U.S. Department of Education (Departemen Pendidikan Pemerintah

Amerika). Namun hanya Full Sail University

yang terdaftar dan diakreditasi oleh ACCSC,

sedangkan New York Film Academy justru

diakreditasi oleh lembaga lain, yaitu National

Association of Schools of Art and Design (NASAD).

Dan bukan hanya New York Film Academy saja,

banyak sekali kampus-kampus lain dalam bidang seni yang mengajarkan Film dan Televisi, juga Radio, mendapatkan akreditasi dari lembaga seni sesuai dengan bidangnya dan tidak harus dari lembaga komisi nasional. Beberapa contoh adalah LA Film School, California Institute of the Arts, University of Southern California dan he Arts Insititute yang diakreditasi oleh lembaga di negara bagian masing-masing. Ini juga terjadi

pada kampus he Arts Insitute di beberapa kota

di Amerika. Akreditasi kampus ini disesuaikan

dengan lembaga dari negara bagian

masing-masing, misalnya he Arts Institute di Houston,

Texas diakreditasi oleh Texas Higher Education

Coordinating Board, dan ini berbeda dengan he Arts Institute di Washington DC yang mengikuti aturan di Washington DC.

Lalu kembali ke Full Sail University, apakah

lulusan Full Sail bisa mentransfer kredit ke New York Film School? Atau ke Townson University dan

Montgomery College? Bisa saja, karena seluruh kebijakan menerima mahasiswa adalah otoritas dari kampus masing-masing, bukan menjadi urusan Departemen Pendidikan. Pada akhirnya, kualitas lulusan sangat ditentukan oleh kualitas pendidikan di kampus masing-masing, bukan urusan pemerintah atau urusan akreditasi. Jadi, siapapun, dari kampus manapun yang lulus di Amerika bisa mendafar masuk ke universitas lain asalkan bisa memenuhi persyaratan khusus

seperti Graduate Record Examination (GRE)

Test atau Port Folio Karya dan diterima oleh universitas tersebut.

Kembali ke pertanyaan, apakah Program Studi Film dan Televisi masuk di bawah Fakultas Komunikasi? Dengan melihat studi perbandingan di kampus-kampus Komunikasi, Film, Media

dan Arts di Amerika, maka kita bisa memahami

bahwa desain pendidikan Ilmu Komunikasi sangat berbeda dengan desain pendidikan untuk Film dan Televisi. Kalau Ilmu Komunikasi secara akademis dapat dirumuskan sebagai ilmu yang berhubungan dengan komunikasi antar manusia (Human Communication) dalam memahami bentuk-bentuk simbol yang disampaikan melalui media, maka Film dan Televisi adalah Media yang menyampaikan simbol-simbol tersebut. Media ini terbagi dua yaitu Media Seni dan Media Jurnalistik. Dalam kaidah Media Seni, maka produksi ilm, sinetron, video musik, dokumenter,

variety show dan hiburan adalah bagian dari eksplorasi kreatif seni yang terbentuk melalui proses penciptaan. Dengan kata lain, untuk menghasilkan karya seni ini perlu digunakan nalar, imajinasi dan insting secara kreatif agar penciptaan itu bisa disosialisasikan dan dipahami oleh publik secara umum. Semuanya ini termasuk dalam ranah Arts atau penataan Seni yang mengagungkan nilai artistik sebagai wujud dalam karya seni itu sendiri.

Penulis kritik ilm Fred Yager dan penulis skenario Jan Yager dari New York, mengkategorikan dunia

pendidikan ilm sebagai “he Dream Factory

(Pabrik Impian)” dalam tulisannya di buku

(3)

Jurnal IMAJI | 44 Jurnal IMAJI | 45

Edisi 6 No. 1 Juli 2013 Edisi 6 No. 1 Juli 2013

Produser, Asisten Produser, Sutradara, Editor,

Costume Designer, Property Master, Set Decorator, Story Board Artists, Visual Efect Producer, Film Organizer hingga ke Film Distributor. Seluruh bidang ini memprioritaskan pada mahasiswa lulusan Film, Video, Televisi, Graphic dan Media, bukan dari ilmu Komunikasi. Mengapa? Karena industri Film dan Televisi adalah industri

Impian (dream industry) yang membutuhkan para

kreator-kreator kreatif yang mampu menciptakan sebuah karya visual, dengan creative skill yang selalu dinamis dan melawan arus konservatiitas. “So, if your dream is to work in the dream factory or feature ilm industry, then now is as good a time as any start to make your dream come true”, tulis Fred dan Jan.

Sementara itu, Media Jurnalistik mempunyai ilosoi yang berbeda di mana kaidah-kaidah otensitas berita yang harus aktual dan faktual menjadi unsur paling utama dalam membangun kepercayaan publik pada komunikasi yang dijalankan, bukan pada otensitas penciptaan karya seni yang seringkali tidak aktual dan faktual. Untuk itulah, Media jurnalistik secara struktur lebih dekat dengan Ilmu Komunikasi yang dapat bersentuhan bidang Kehumasan (Public Relations) dan Periklanan (Advertising). Ini sesuai dengan keunggulan dari Ilmu Komunikasi dalam bidang hubungan antar manusia tanpa harus terintervensi oleh pengaruh dunia imajinatif dari karya Film dan Televisi. Namun demikian, diantara struktur Media Jurnalistik ini masih terdapat kelenturan aplikasi ilmu secara dinamis di mana Media Seni dapat berasimilasi secara artistik untuk membangun unsur-unsur keindahan yang menghibur bagi

publik. Misalnya, kantor berita CNN (Cable

New Network), yang menyampaikan pesan-pesan informasi aktual dan faktual dengan kreativitas

Media Arts. Mulai dari Station ID, Bumpers, Moving Caption, Weather Reports, News Gimmick, Trivia Quiz, Teasers dan sebagainya, di produksi dengan 3D Animation, Graphic Design dan Multi Layers Film Editing yang datang dari Media Arts, bukan dari Media Jurnalistik. Artinya, CNN harus menggunakan tenaga-tenaga ahli kreatif dari produksi Film dan Televisi (Media) untuk menyampaikan berita, agar CNN tetap diminati oleh publik. Dan ini berlaku untuk seluruh media digital channel yang jumlahnya puluhan ribu diseluruh dunia. Lihat saja, ESPN, MTV,

VH1, BET, Discovery Channel, Cartoon Network

hingga ke Book Channel dan Home Shopping

Channel semuanya memerlukan para kreator lulusan produksi Film dan Televisi (Media). Ini juga terjadi di industri Televisi Indonesia di mana para pekerja stasiun televisi nasional, lokal, kabel dan website merekrut lulusan bidang Film atau Televisi sebagai creative people to deliver the messages.

Atas dasar itulah, maka kampus-kampus di Amerika Serikat yang mempunyai Program Studi di bidang Media Seni yaitu Film, Televisi dan Media Arts cenderung untuk berdiri sendiri dan tidak berada di bawah Departemen Ilmu Komunikasi. Program studi ini dapat berdiri sendiri sebagai Departemen Film & Video Arts atau Departemen Film & Digital Media, atau

menjadi jurusan dalam bentuk School of Digital

Arts atau School of Film & Video Production. Mereka juga mempunyai kebebasan untuk beradaptasi dengan kecepatan industri digital yang terus berubah dalam hitungan detik. Konsep pengajaran yang lebih aplikatif dengan dasar-dasar teori produksi ilm dan televisi yang selalu sama di seluruh dunia, menghasilkan para lulusan yang dapat beradaptasi bahkan berevolusi dengan kemajuan jaman. Pilihan-pilihan pembagian Program Studi semakin sempit dan fokus pada profesi yang membutuhkan keahlian dan talenta tertentu. Program-Program Studi seperti Event Production, Game Arts, New Media Journalism, Creative Writing dan Digital Cinematography adalah beberapa contoh pengembangan yang bisa dan harus dilakukan di Fakultas Film, Televisi dan Media. Hal ini akan membantu para mahasiswa untuk lebih mudah dalam menentukan profesi dan karir di masa depan.

Melihat perbandingan dari kajian pendek di atas ini, sudah sewajarnya Program Studi atau Fakultas untuk Film dan Televisi di Indonesia harus terus dipertahankan. Bahkan program ini bisa dikembangkan menjadi menjadi Film & Media Televisi, atau Film & Media Seni (Media Arts), atau Film & Digital Media. Semuanya bebas bergerak, cepat dan dinamis sesuai dengan kelenturan perkembangan industri media yang semakin personal dan terus berubah dengan tingkat ekploitasi teknologi digital yang sangat maju. Tentunya dengan catatan, Program Studi ini tidak berada di bawah ranah Departemen Ilmu Komunikasi atau jurusan Ilmu Komunikasi agar pendidikan Film dan Televisi (Media) tidak

berubah menjadi pendidikan formal akademis dengan genre ilmu Komunikasi dan jauh dari penciptaan karya seni. Kalaupun itu terjadi, maka dunia pendidikan Film dan Media Arts Indonesia justru mengalami kemunduran pesat dan menjadikan para lulusannya kehilangan arah.

Hasilnya? “he Dream Factory” akan berubah

menjadi “he X Factor”, yang penuh misteri dan

tanda tanya.

Naratama @tvjunkiest

Producer / International Broadcaster, Voice Of America (VOA), Washington DC, Amerika Serikat. Pengajar kuliah online untuk Digital Media and Entertainment. (tulisan ini adalah pemikiran pribadi bukan mewakili institusi)

References

• “Career Opportunities in he Film

Industry”, Fred Yager & Jan Yager,. Checkmark

• Books. New York. 2003

• “Get on TV!”, Jacquie Jordan. Sourcebooks, Inc. 2006

• “Menjadi Sutradara Televisi dengan

Single & Multi Camera”, Naratama. GrasindoGramedia. Jakarta, 2013.

• New York FIlm Academy - http://www.

nyfa.edu/

• Montgomery College - www.

montgomerycollege.edu/

• Full Sail University - www.fullsail.edu

• Townson University - www.towson.edu/

Referensi

Dokumen terkait

Bargaining position pemasok yang kuat dapat merugikan perusahaan. Perusahaan menjadi tergantung akan pasokan pakan yang disediakan pemasok. Apabila pemasok tidak

Dari data hasil perhi- tungan tersebut dapat ditarik beberapa kesimpulan yaitu: (1) model pembelajaran yang dikembangkan secara signifikan dapat meningkatkan hasil

Universitas Negeri Semarang (UNNES) sebagai salah satu lembaga pendidikan perguruan tinggi negeri di Indonesia diharapkan dapat menyiapkan tenaga kerja yang

Leverage (X1) memiliki nilai thitung < ttabel ( 1,564 < 1,97214 ) dengan hasil nilai yang signifikansi sekitar 0,120 > 0,05 mengartikan bahwa variabel leverage

Lampiran 1 Curriculum Vitae ... Lampiran 3 Kartu Bimbingan Skripsi .... Penelitian dalam skripsi ini di latar belakangi oleh keinginan penulis untuk mengomparasikan antara

Sikap warga masyarakat desa Temboro ada yang pro dan kontra tersebut wajar terjadi pada dua atau tiga dekade yang lalu, sekarang saja berdasarkan harghozari 145 di

“Bagaimana Pelaksanaan Program Pensiun Iuran Pasti Dana Pensiun Lembaga Keuangan Bank Negara Indonesia (PPIP DPLK BNI) Bagi Karyawan di PT. Perkebunan Nusantara

Mereka menikmati keindahan alam yang dimiliki oleh Wisata Pantai Dalegan. Udaranya yang sejuk dikarenakan banyak pepohonan yang berada disepanjang tepi pantai serta