RESPON MORFOLOGI BUAH DAN KEMUNCULAN GETAH KUNING TERHADAP APLIKASI KALSIUM SECARA EKSTERNAL PADA BUAH
2. BAHAN DAN METODE 1 Lokasi dan Waktu
2.6. Pengamatan Anatomi Struktur Sekretori Getah Kuning
Pengamatan anatomi struktur sekretori getah kuning dilakukan setelah aplikasi pemberian kalsium secara eksternal mulai 10 MSA, 13 MSA dan 16 MSA. Sampel buah sebanyak 3 ulangan diambil, kemudian diamati struktur sekretorinya pada perikarp buah. Karakter yang diamati antara lain diameter saluran getah kuning dan ketebalan dinding sel epitelium penyusun saluran getah kuning. Metode yang digunakan dengan pengamatan sediaan mikrospi dengan metode parafin (Johansen 1940).
3. HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1. Respon Morfologi
Aplikasi kalsium dilakukan 4 kali yaitu pada umur 2, 4, 6 dan 8 MSA. Pengamatan skor getah kuning dilakukan pada umur 10, 13 dan 16 MSA. Hasil pengamatan skor getah kuning pada kulit buah dapat dilihat pada Gambar 1. Gambar 1 menunjukkan pada umur 10 MSA skor getah kuning pada kulit tertinggi 38% pada perlakuan CaCl2 0.5 M dan
terendah 27% pada perlakuan Ca(OH)2 1 M. Skor Getah pada umur 13 MSA tertinggi
60% pada perlakuan CaCl2 1 M dan terendah 52% perlakuan Ca(OH)2 0.25 M. Hal ini
berbeda dengan skor getah kuning pada kulit manggis berumur 16 MSA tertinggi pada kontrol 25% dan terendah perlakuan Ca(OH)2 1 M sebesar 13%. Secara umum pada
semua perlakuan menunjukkan skor getah kuning pada kulit meningkat pada 13 MSA dan menurun pada umur 16 MSA. Tren yang sama juga ditunjukkan pada tingkat pecah
buah pada buah leci yang meningkat pada umur 2-5 MSA, kemudian menurun pada umur 8 MSA (Huang et al 2008)
Gambar 1. Grafik Skor Getah Kuning Pada Kulit Semua Perlakuan umur 10, 13 dan 16 MSA Berdasarkan hasil penelitian Ropiah (2009), terhadap diameter, bobot basah dan bobot kering menunjukkan pola pertumbuhan buah manggis bersifat sigmoid yang mengalami pertumbuhan cepat pada umur 5-15 MSA, dan cenderung stabil pada umur 15-17 MSA. Menurut Salisbury dan Ross (1995), dinding sel yang sedang tumbuh lebih lunak dari pada sel yang tidak tumbuh. Hal ini diakibatkan peregangan dinding sel sangat cepat, tetapi tidak diikuti dengan sintesis bahan untuk dinding baru yang cepat pula.
Berdasarkan hal tersebut, diduga peningkatkan skor getah pada minggu 10-13 disebabkan dinding sel epitel yang melindungi sekretori getah kuning yang bersifat lunak dan tipis sehingga getah kuning lebih mudah keluar dan mencemari kulit buah. Pada umur 16 MSA skor getah kuning berkurang diduga sintesis bahan untuk dinding sel sudah cukup memadai sehingga dinding sel epitel lebih tebal, dan getah tidak mudah keluar dari saluran sekretori. Dugaan ini akan dibuktikan lebih lanjut melalui analis anatomi dengan cara mengukur ketebalan dinding sel epitel pelindung saluran sekretori pada umur 10, 13 dan 16 MSA.
Skor getah kuning pada umur 16 MSA dari yang tertinggi sampai terendah pada kulit buah berturut-turut pada perlakuan kontrol sebesar 1.2387 ± 0.61, CaCl2 konsentrasi
0.25 M sebesar 1.1587 ± 0.80, Ca(OH)2 0.25 M dengan skor 1.0224 ± 0.75, CaCl2 1 M
sebesar 0.9896 ± 0.57, Ca(OH)2 0.5 M sebesar 0.9757 ± 0.64, CaCl2 konsentrasi 0.5 M
sebesar 0.9688 ± 0.58 dan Ca(OH)2 konsentrasi 1 M dengan skor 0.6579 ± 0.46. Skor
CaCl2 1 M, CaCl2 0.25 M, Ca(OH)2 1 M, Ca(OH)2 0.5 M, Ca(OH)2 0.25 M, CaCl2 0.5 M
dengan skor 0.5834 ± 0.88, 0.3485 ± 0.66, 0.3337 ± 0.52, 0.2753 ± 0.55, 0.2704 ± 0.60, 0.2463 ± 0.49 dan 0.1310 ± 0.27. Grafik skor getah dapat dilihat pada Gambar 2.
Gambar 2. Pengaruh Aplikasi Kalsium Secara Eksternal terhadap Skor Getah Buah Manggis Berdasarkan Gambar 2, terlihat bahwa pengaruh aplikasi kalsium secara eksternal terhadap skor getah kuning umur 16 MSA menunjukkan perbedaan skor getah pada kulit dan pada aril. Skor getah pada kulit terendah perlakuan Ca(OH)2 1 M sebesar 0.6579,
tidak diikuti skor getah pada aril yang terendah. Begitupun sebaliknya skor getah kuning terendah pada aril yaitu pada perlakuan CaCl2 0.25 M sebesar 0.1310, tetapi skor getah
pada kulit cukup tinggi. Menurut Syah et al. (2007) tidak ada korelasi antara getah yang terdapat pada kulit bagian luar dengan getah pada aril. Hal ini diduga penyebab getah pada bagian aril lebih disebabkan faktor endogen (fisiologi), sedangkan getah pada kulit disebabkan faktor endogen dan gangguan mekanis seperti tusukan/ gigitan serangga, benturan dan cara panen.
Tabel 1. Pengaruh Aplikasi Kalsium Secara Eksternal Terhadap Skor Getah Kuning Umur 16 MSA (Nilai rataan dan standard deviasi)
Diameter buah (cm) Perlakuan
Transversal Longitudinal Portion (%) Edible Ketebalan kulit buah (cm) kulit buah (kg) Kekerasan
Kontrol 5.21±0.43 4.84±0.42 31.28±3.39 0.70±0.08 0.81±0.06 CaCl2 0.25 M 5.07±0.40 4.74±0.33 29.81±3.93 0.71±0.06 0.84±0.03 CaCl2 0.5 M 5.25±0.42 4.77±0.39 31.52±3.33 0.68±0.09 0.83±0.03 CaCl2 1 M 5.13±0.53 4.76±0.40 31.61±5.62 0.72±0.10 0.82±0.03 Ca(OH)2 0.25 M 5.29±0.45 4.84±0.45 29.84±3.74 0.70±0.09 0.82±0.03 Ca(OH)2 0.5 M 5.30±0.38 4.74±0.43 30.15±2.93 0.70±0.07 0.84±0.03 Ca(OH)2 1 M 5.25±0.35 4.79±0.39 29.97±3.36 0.70±0.08 0.79±0.06
Pada Tabel 1 terlihat bahwa diameter transversal buah terbesar pada perlakuan penyemprotan Ca(OH)2 konsentrasi 0.5 M sebesar 5.3 cm, sedangkan terendah pada
perlakuan CaCl2 konsentrasi 0.25 M sebesar 5.07. Berbeda dengan diameter longitudinal
tertinggi pada kontrol dan Ca(OH)2 0.25 M sebesar 4.84, sedangkan terendah pada
perlakuan CaCl2 dan Ca(OH)2 konsentrasi 0.5 M. Edible portion tertinggi pada CaCl2
konsentrasi 1 M (31.61%) dan terendah pada perlakuan CaCl2 0.25 M (29.81%). Aplikasi
CaCl2 memiliki tebal kulit terendah sebesar 0.68 cm, dan tertinggi 0.71 cm pada aplikasi
CaCl2 0.25 M. Kekerasan kulit buah yang paling tinggi pada perlakuan CaCl2 0.25 M dan
Ca(OH)2 0.5 M. Berdasarkan data hasil uji kualitas fisik menunjukkan tidak ada beda
nyata antara semua perlakuan dan kontrol. Hal ini menunjukkan penyemprotan kalsium tidak mempengaruhi kualitas fisik buah seperti diameter, edible portion, ketebalan kulit dan kekerasan kulit buah.
Tabel 2. Pengaruh Aplikasi Kalsium Secara Eksternal Terhadap Kualitas Kimia Buah Manggis (Nilai rataan dan standard deviasi)
Perlakuan PTT (0brix) TAT (%) Rasio PTT/TAT
Kontrol 19.15±1.22 0.65±0.07 29.46 CaCl2 0.25 M 19.33±1.16 0.65±0.06 29.74 CaCl2 0.5 M 18.88±1.13 0.64±0.05 29.50 CaCl2 1 M 18.81±1.36 0.64±0.06 29.39 Ca(OH)2 0.25 M 19.44±1.19 0.65±0.07 29.91 Ca(OH)2 0.5 M 19.37±1.80 0.67±0.67 28.91 Ca(OH)2 1 M 18.94±1.11 0.66±0.04 28.70
Pada Tabel 2 terlihat bahwa padatan total terlarut tertinggi 19.44 0brix pada
perlakuan Ca(OH)2 0.25M, sedangkan terendah 18.81 0brix pada perlakuan CaCl2 1 M.
Nilai tersebut berbeda dengan total asam tertitrasi yang tertinggi 0.67% pada perlakuan Ca(OH)2 0.5 M, dan terendah 0.64% pada perlakuan CaCl2 0.5 dan 1 M. Rasio PTT/TAT
tertinggi 29.91 pada perlakuan Ca(OH)2 0.25 M dan terendah 28.70 pada perlakuan
Ca(OH)2 1 M. Berdasarkan data hasil uji total padatan terlarut (PTT) dan total asam
tertitrasi (TAT) menunjukkan tidak ada perbedaan yang signifikan antara semua perlakuan dan kontrol. Hal ini menunjukkan bahwa aplikasi kalsium secara eksternal tidak mempengaruhi kualitas kimia buah manggis.
4. KESIMPULAN
Skor getah kuning meningkat hingga umur 13MSA dan menurun pada 16 MSA. Skor getah kuning pada umur 16 MSA menunjukkan tidak ada korelasi antara getah kuning pada kulit dengan getah pada aril. Secara umum getah kuning pada kontrol, baik pada aril maupun pada kulit menunjukkan skor getah yang paling tinggi dibandingkan dengan seluruh perlakuan aplikasi kalsium secara eksternal. Skor getah kuning pada kulit terendah pada perlakuan Ca(OH)2 konsentrasi 1 M, sedangkan skor getah pada aril
diameter buah, edible portion, tebal kulit, kekerasan, PTT dan TAT menunjukkan tidak ada pengaruh perlakuan aplikasi kalsium secara eksternal terdapat kualitas fisik maupun kimia buah.
DAFTAR PUSTAKA
AOAC, Horwitz W, Latimer GW, editor. 2007. Official Methods of Analysis. Maryland: USA Association of Official Analytical International
Baur P. 1999. Surfactant effects on cuticular penetration of neutral polar compound:
dependence on humidity and temperature. J Agric Food Chem 47: 753-761
Brown G, Wilson S, Boucher W, Graham B, McGlasson B. 1995. Effects of copper
calcium spray on fruit cracking in sweet cherry (Prunus avium). J Scientia Hort
62:75-80
Callan NW. 1986. Calcium hydroxide reduces splitting of ‘lambert’ sweet cherry. J Amer
Soc Hort Sci 111: 173-175
Chen JH, Zhou W. 2004. Effect of calcium deficiency in apple (Malus pumila) fruit on
calcium fractions, subselular distribution and ultrastructure of pulp cells. J Scientia Aglicult Sinica 37 : 572-576
Chen WS, Uetomo S. 1976. Studies on calcium absorption in vegetable crops the absorption and physiological significance of calcium in vegetative and reproductive phase of plant growth. J Japan Soc Hort Sci 45: 33-42
Dorly, Tjitrosemito S, Poerwanto R, Juliarni. 2008. Secretory duct structure and
phytochemistry compounds of yellow latex in mangosteen fruit. Hayati J Biosci 15: 99-104
Dorly. 2009. Studi Struktur Sekretori Getah Kuning dan Pengaruh Kalsium terhadap
Cemaran Getah Kuning pada Buah Manggis (Garcinia mangostana L.). [Disertasi].
Bogor: IPB
[Deptan]. 2009. Ekspor Holtikultura Indonesia : Nilai dan Volume Ekspor Buah-buahan. http//www.deptan.go.id. [1 Maret 2010].
Huang et al. 2005. An Overview of Calcium’s Role in Lychee Fruit Cracking. Di dalam: Chomchalow N and Sukhvibul N, editor. Proceedings of the IInd International Symposium on lychee, Longan, Rambutan, and Other Sapindaceae Plants. Chiang Mai, Thailand, Agt. 25-28, 2003. Belgium: ISHS. hlm :231-240.
Johansen DA. 1940. Plant Microtechnique. New York: McGraw-Hill
Kartika JG. 2004. Studi Pertumbuhan Buah, Gejala Getah Kuning dan Burik pada Buah Manggis (Garcinia mangostana L.). [Skripsi]. Bogor: Institut Pertanian Bogor
Ramage CM, Sando L, Peace CP, Caroll BJ, Drew RJ. 2004. Genetic diversity revealed in the apomict fruit species Garcinia mangostana L. (mangosteen). Euphytica 136:1-10 Ropiah, S. 2009. Perkembangan Morfologi dan Fisiologi Buah Manggis (Garcinia
mangostana L.) selama Pertumbuhan dan Pematangan. [Tesis]. Departemen Biologi, FMIPA, IPB. Bogor.
Salisbury FB dan Ross CW. 1995. Fisiologi Tumbuhan Jilid 3. Lukman DR, Sumaryono, Penerjemah. Bandung : Penerbit ITB Terjemahan dari : Plant Physiology
Suwwan MA, Poovaiah BW. 1978. Association between elemental content and fruit ripening in rin and normal tomatoes. Plant Physiol 61: 883-885
Suyanti, Roosmani ABST, Sjaifullah. 1997. Karakterisasi sifat fisik dan kimia buah manggis dari beberapa cara panen. J Hort 5:493-507
Syah MJA, Ellina M, Titin, Dewi, Firdaus U. 2007. Teknologi Pengendalian Getah Kuning pada Buah Manggis. http://www.pustaka-deptan.go.id/inovasi/kl070102.pdf. [3 Maret 2010]
Verheij EWM. 1997. Garcinia Manggostana L. Di dalam Verheij EWM, Coronel RE, editor. PROSEA, Edible Fruit and Nuts. Wageningen : Pudoc. hlm 177-181.
White PJ. 2000. The pathways of calcium movement to the xylem. J of Experimental Botani 52: 891-899
Huang XM, Wanga CW, Zhong WL, Yuan WQ, Lu JM. 2008. Spraying calcium is not an
effective way to increase structural calcium in lytchee pericarp. J Scientia
Horticulturae 117 : 39–44.