• Tidak ada hasil yang ditemukan

PELAKSANAAN PENELITIAN

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil

Hasil

Berdasarkan hasil analisis statistik menunjukkan bahwa perlakuan pupuk hayati berpengaruh nyata terhadap seluruh parameter, yaitu parameter tinggi bibit

14-18 MST, lilit batang 14-18 MST, jumlah daun 14-18 MST, total luas daun, bobot basar akar, bobot basah tajuk, bobok kering akar, bobot kering tajuk dan derajat infeksi akar. Perlakuan volume media tanam berpengaruh tidak nyata terhadap seluruh parameter pengamatan. Interaksi antara perlakuan pupuk hayati

dan perbedaan volume media tanam berpengaruh nyata terhadap parameter lilit batang 14-18 MST, total luas daun, bobot kering akar dan derajat infeksi akar.

Tinggi Bibit (cm)

Berdasarkan data pengamatan tinggi bibit kelapa sawit disajikan pada Lampiran Tabel 23, 25, 27, 29, dan 31 sedangkan sidik ragam disajikan pada Lampiran Tabel 24, 25, 28, 30, dan 32 diketahui bahwa perlakuan pupuk hayati berpengaruh nyata terhadap tinggi bibit kelapa sawit pada 14-18 MST, sedangkan perlakuan volume media tanam serta interaksi antara perlakuan pupuk hayati dan volume media tanam berpengaruh tidak nyata terhadap parameter tinggi bibit.

Ratan tinggi bibit 14-18 MST pada perlakuan pupuk hayati dan perbedaan volume media tanam dapat dilihat pada Tabel 1.

MST Pupuk Hayati

Volume Media Tanam

Rataan 0.5 kg/polibek 1 kg/polibek 1.5 kg/polibek 2 kg/polibek 14 …...cm………

Tanpa Pupuk Hayati 17.78 20.82 19.51 19.78 19.58b FMA + Azotobacter croccocum 23.93 23.43 24.38 23.43 23.79a FMA + Pseudomonas flourescens 22.98 24.38 24.71 23.92 24.00a Rataan 21.56 22.88 22.86 22.52 22.45 15

Tanpa Pupuk Hayati 18.51 21.51 21.07 19.85 20.23b FMA + Azotobacter croccocum 24.15 26.73 27.98 26.34 26.30a FMA + Pseudomonas flourescens 24.93 25.91 25.88 24.68 25.35a Rataan 22.53 24.71 24.97 23.62 23.96 16

Tanpa Pupuk Hayati 19.18 21.44 22.04 21.62 21.07b FMA + Azotobacter croccocum 26.36 27.06 27.21 26.49 26.78a FMA + Pseudomonas flourescens 25.34 28.15 28.16 24.69 26.59a Rataan 23.63 25.55 25.80 24.27 24.81 17

Tanpa Pupuk Hayati 20.18 26.84 21.86 23.64 23.13c FMA + Azotobacter croccocum 28.43 29.66 29.28 30.05 29.35a FMA + Pseudomonas flourescens 27.03 30.10 28.24 30.53 28.98b Rataan 25.21 28.87 26.46 28.08 27.15 18

Tanpa Pupuk Hayati 20.83 26.58 24.14 23.91 23.87b FMA + Azotobacter

croccocum 29.18 31.33 30.15 31.65 30.58a FMA + Pseudomonas

flourescens 29.67 30.84 30.29 31.09 30.47a

Rataan 26.56 29.58 28.19 28.88 28.31

Keterangan: Angka yang diikuti notasi yang sama pada baris atau kelompok kolom yang sama menunjukkan berbeda tidak nyata menurut Uji Jarak Berganda Duncan pada taraf α=5%

Hasil pada tabel 1, menunjukkan bahwa rataan tinggi bibit kelapa sawit dengan pemberian pupuk hayati lebih tinggi dibandingkan tanpa pemberian. Akan tetapi pada minggu pengamatan ke 17, pemberian pupuk hayati FMA +

Azotobacter chroccoccum menghasilkan rataan tertinggi dibandingkan dengan dua perlakuan lainnya.

Lilit Batang (mm)

Berdasarkan data pengamatan lilit batang kelapa sawit disajikan pada Lampiran Tabel 49, 51, 53, 55, dan 57 sedangkan sidik ragam disajikan pada dLampiran Tabel 50, 52, 54, 56, dan 58 diketahui bahwa perlakuan pupuk hayati berpengaruh nyata terhadap lilit batang 14-18 MST, sedangkan perlakuan volume media tanam berpengaruh tidak nyata terhadap parameter lilit batang serta interaksi antara pupuk hayati dan volume media tanam berpengaruh nyata terhadap parameter lilit batang 14-18 MST.

Rataan lilit Batang 6-18 MST pada perlakuan pupuk hayati dan perbedaan volume media tanam dapat dilihat pada Tabel 2.

MST Pupuk Hayati

Volume Media Tanam

Rataan 0.5 kg/polibek 1 kg/polibek 1.5 kg/polibek 2 kg/polibek 14 ………mm………

Tanpa Pupuk Hayati 4.68f 5.57ef 4.95f 4.86f 5.01 FMA + Azotobacter

croccocum 5.95cde 7.27ab 8.08a 6.16bcde 6.87 FMA + Pseudomonas

flourescens 6.80bcd 6.96bc 5.47ef 6.67bcd 6.47

Rataan 5.81 6.60 6.17 5.90 6.12

15

Tanpa Pupuk Hayati 6.47f 8.31def 7.08ef 6.98f 7.21 FMA + Azotobacter

croccocum 10.02cde 15.84a 12.21b 10.76bcd 12.21 FMA + Pseudomonas

flourescens 11.36bc 11.32bc 7.74ef 10.11bcde 10.13

Rataan 9.28 11.83 9.01 9.29 9.85

16

Tanpa Pupuk Hayati 6.47f 8.31cde 7.08ef 6.98ef 7.21 FMA + Azotobacter

croccocum 10.99bcd 16.48a 12.21b 10.87bcd 12.64 FMA + Pseudomonas

flourescens 11.36bc 11.32bc 7.74de 10.32bcde 10.19

Rataan 9.61 12.04 9.01 9.39 10.01

17

Tanpa Pupuk Hayati 6.63f 8.31cde 7.08de 6.98e 7.25 FMA + Azotobacter croccocum 11.43bc 17.97a 12.21b 10.87cd 13.12 FMA + Pseudomonas flourescens 11.36bc 11.32c 7.74de 10.95cd 10.34 Rataan 9.81 12.53 9.01 9.60 10.24 18

Tanpa Pupuk Hayati 6.63f 8.31cde 7.08e 6.98e 7.25 FMA + Azotobacter

croccocum 11.43bc 19.30a 13.01b 10.87cd 13.65 FMA + Pseudomonas

flourescens 11.89bc 11.41bc 7.74de 11.25c 10.57

Rataan 9.98 13.01 9.28 9.70 10.49

Keterangan: Angka yang diikuti notasi yang sama pada baris atau kelompok kolom yang sama menunjukkan berbeda tidak nyata menurut Uji Jarak Berganda Duncan pada taraf α=5%

Hasil pada Tabel 2, menunjukkan lilit batang tertinggi diperoleh pada kombinasi perlakuan pemberian FMA + Azotobacter chroccoccum dengan volume tanah 1.5 kg/polibek, sedangkan rataan terendah diperoleh pada perlakuan tanpa pupuk hayati. Akan tetapi pada pengamatan minggu 15-18 rataan lilit

batang tertinggi diperoleh pada kombinasi perlakuan pemberian pupuk hayati FMA + Azotobacter chrooccoccum dengan volume media 1 kg/ polibek.

Jumlah Daun (helai)

Berdasarkan data pengamatan jumlah daun bibit kelapa sawit disajikan pada Lampiran Tabel 75, 77, 79, 81 dan 83 sedangkan sidik ragam disajikan pada Lampiran Tabel 76, 78, 80, 82, dan 84 diketahui bahwa perlakuan pupuk hayati berpengaruh nyata terhadap jumlah daun bibit kelapa sawit pada 6-18 MST, sedangkan perbedaan volume media tanam serta interaksi antara perlakuan pupuk hayati dan perbedaan volume media tanam berpengaruh tidak nyata terhadap parameter jumlah daun.

Rataan jumlah daun 6-18 MST pada perlakuan pupuk hayati dan perbedaan volume media tanam dapat dilihat pada Tabel 3.

MST Pupuk Hayati

Volume Media Tanam

Rataan 0.5 kg/polibek 1 kg/polibek 1.5 kg/polibek 2 kg/polibek 14 ………helai………

Tanpa Pupuk Hayati 2.83 2.92 2.92 2.75 2.85c FMA + Azotobacter croccocum 3.00 3.17 3.42 3.17 3.19b FMA + Pseudomonas flourescens 3.08 3.42 3.08 3.58 3.29a Rataan 2.97 3.17 3.14 3.17 3.11 15

Tanpa Pupuk Hayati 3.08 3.00 3.00 3.00 3.02b FMA + Azotobacter croccocum 3.17 3.58 3.75 3.50 3.50a FMA + Pseudomonas flourescens 3.42 3.50 3.17 3.58 3.42a Rataan 3.22 3.36 3.31 3.36 3.31 16

Tanpa Pupuk Hayati 3.00 3.00 3.00 3.00 3.02b FMA + Azotobacter croccocum 3.33 3.50 3.83 3.67 3.58a FMA + Pseudomonas flourescens 3.33 3.58 3.17 3.92 3.50a Rataan 3.22 3.36 3.33 3.53 3.36 17

Tanpa Pupuk Hayati 3.75 4.17 3.75 3.58 3.81b FMA + Azotobacter croccocum 4.08 4.17 4.25 4.25 4.19a FMA + Pseudomonas flourescens 4.17 4.25 3.83 4.33 4.15a Rataan 4.00 4.19 3.94 4.06 4.05 18

Tanpa Pupuk Hayati 3.75 4.17 3.75 3.75 3.85b FMA + Azotobacter

croccocum 4.33 4.25 4.25 4.42 4.31a

FMA + Pseudomonas

flourescens 4.25 4.25 4.00 4.50 4.25a

Rataan 4.11 4.22 4.00 4.22 4.14

Keterangan: Angka yang diikuti notasi yang sama pada baris atau kelompok kolom yang sama menunjukkan berbeda tidak nyata menurut Uji Jarak Berganda Duncan pada taraf α=5%

Hasil pada Tabel 3, menunjukkan bahwa rataan jumlah daun bibit kelapa sawit dengan pemberian pupuk hayati lebih tinggi dibandingkan tanpa pupuk

hayati, akan tetapi pada pengamatan minggu ke 14 perlakuan pupuk hayati

FMA + Pseudomonas flourescens menghasilkan rataan tertinggi dibandingkan dua perlakuan lainnya.

Total Luas Daun (cm2)

Berdasarkan data pengamatan total luas daun bibit kelapa sawit disajikan

pada Lampiran Tabel 85 sedangkan sidik ragam disajikan pada Lampiran Tabel 86 diketahui bahwa perlakuan pupuk hayati berpengaruh nyata terhadap

parameter total luas daun, sedangkan perbedaan volume media tanam berpengaruh tidak nyata terhadap parameter total luas daun serta interaksi antara perlakuan pupuk hayati dan perbedaan volume media tanam berpengaruh nyata terhadap total luas daun.

Rataan total luas daun pada perlakuan pupuk hayati dan perbedaan volume media tanam dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4. Total luas daun bibit kelapa sawit dengan perlakuan pupuk hayati dan volume media tanam pada umur pengamatan 18 MST

Pupuk Hayati

Volume Media Tanam

Rataan 0.5 kg/polibek 1 kg/polibek 1.5 kg/polibek 2 kg/polibek …………..cm2………....

Tanpa Pupuk Hayati 20.99de 21.61cde 17.08de 25.10cd 21.19 FMA + Azotobacter

croccocum 48.69a 49.32a 38.07b 37.20b 43.32 FMA + Pseudomonas

flourescens 27.98c 35.90b 31.44bc 35.14b 32.61

perlakuan tanpa pupuk hayati.

Bobot Basah Akar (g)

Berdasarkan data pengamatan bobot basah akar bibit kelapa sawit disajikan pada Lampiran Tabel 87 sedangkan sidik ragam disajikan pada Lampiran Tabel 88 diketahui bahwa perlakuan pupuk hayati berpengaruh nyata terhadap parameter bobot basah akar, sedangkan perlakuan perbedaan volume media tanam berpengaruh tidak nyata terhadap parameter bobot basah akar serta interaksi antara perlakuan pupuk hayati dan perbedaan volume media tanam berpengaruh tidak nyata terhadap parameter bobot basah akar.

Rataan bobot basah akar pada perlakuan pupuk hayati dan perbedaan volume media tanam dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5. Bobot basah akar bibit kelapa sawit dengan perlakuan pupuk hayati dan volume media tanam pada umur pengamatan 18 MST

Pupuk Hayati

Volume Media Tanam

Rataan 0.5 kg/polibek 1 kg/polibek 1.5 kg/polibek 2 kg/polibek ………g………

Tanpa Pupuk Hayati 1.61 2.00 1.36 1.95 1.73b FMA + Azotobacter

croccocum 2.15 2.77 2.51 2.38 2.45a

FMA + Pseudomonas

flourescens 2.54 2.50 2.31 2.54 2.47a

Rataan 2.10 2.42 2.06 2.29 2.22

Keterangan: Angka yang diikuti notasi yang sama pada baris atau kelompok kolom yang sama menunjukkan berbeda tidak nyata menurut Uji Jarak Berganda Duncan pada taraf α=5%

Hasil pada Tabel 5, menunjukkan bahwa rataan tertinggi bobot basah akar kelapa sawit dengan pemberian pupuk hayati lebih tinggi dibandingkan tanpa pemberian pupuk hayati.

Bobot Basah Tajuk (g)

Berdasarkan data pengamatan bobot basah tajuk bibit kelapa sawit disajikan pada Lampiran Tabel 89 sedangkan sidik ragam disajikan pada Lampiran Tabel 90 diketahui bahwa perlakuan pupuk hayati berpengaruh nyata terhadap parameter bobot basah tajuk, sedangkan perlakuan perbedaan volume media tanam berpengaruh tidak nyata terhadap parameter bobot basah tajuk serta interaksi antara perlakuan pupuk hayati dan perbedaan volume media tanam berpengaruh tidak nyata terhadap parameter bobot basah tajuk.

Rataan bobot basah tajuk pada perlakuan pupuk hayati dan perbedaan volume media tanam dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6. Bobot basah tajuk bibit kelapa sawit dengan perlakuan pupuk hayati dan volume media tanam pada umur pengamatan 18 MST

Pupuk Hayati

Volume Media Tanam

Rataan 0.5 kg/polibek 1 kg/polibek 1.5 kg/polibek 2 kg/polibek ………g………….

Tanpa Pupuk Hayati 1.98 2.37 1.93 2.57 2.21b FMA + Azotobacter

croccocum 2.85 3.33 3.15 2.93 3.06a

FMA + Pseudomonas

flourescens 3.17 3.17 3.27 3.40 3.25a

Rataan 2.66 2.95 2.78 2.97 2.84

Keterangan: Angka yang diikuti notasi yang sama pada baris atau kelompok kolom yang sama menunjukkan berbeda tidak nyata menurut Uji Jarak Berganda Duncan pada taraf α=5%

berpengaruh tidak nyata terhadap bobot kering akar serta interaksi antara perlakuan pupuk hayati dan perbedaan volume media tanam berpengaruh nyata terhadap parameter bobot kering akar.

Bobot kering akar pada perlakuan pupuk hayati dan perbedaan volume media tanam dapat dilihat pada Tabel 7.

Tabel 7. Bobot kering akar bibit kelapa sawit dengan perlakuan pupuk hayati dan volume media tanam pada umur pengamatan 18 MST

Pupuk Hayati

Volume Media Tanam

Rataan 0.5 kg/polibek 1 kg/polibek 1.5 kg/polibek 2 kg/polibek

Tanpa Pupuk Hayati 0.82e 1.40d 0.35f 1.12d 0.92 FMA + Azotobacter

croccocum 2.30b 3.43a 2.50b 2.38b 2.65

FMA + Pseudomonas

flourescens 1.95c 2.35b 1.89c 2.18bc 2.09

Rataan 1.69 2.40 1.58 1.89 1.89

Keterangan: Angka yang diikuti notasi yang sama pada baris atau kelompok kolom yang sama menunjukkan berbeda tidak nyata menurut Uji Jarak Berganda Duncan pada taraf α=5%

Hasil pada Tabel 7, menunjukkan bobot kering akar bibit kelapa sawit tertinggi diperoleh pada kombinasi perlakuan pemberian FMA + Azotobacter chrooccocum dengan volume media 1 kg/polibek sedangkan rataan terendah diperoleh pada perlakuan tanpa pupuk hayati.

Bobot kering Tajuk (g)

Berdasarkan data pengamatan bobot kering tajuk bibit kelapa sawit disajikan pada Lampiran Tabel 93 sedangkan sidik ragam disajikan pada Lampiran Tabel 94 diketahui bahwa perlakuan pupuk hayati berpengaruh nyata terhadap bobot kering tajuk, sedangkan perlakuan perbedaan volume media tanam

berpengaruh tidak nyata terhadap bobot kering tajuk serta interaksi antara perlakuan pupuk hayati dan perbedaan volume media tanam berpengaruh tidak nyata terhadap bobot kering tajuk.

Rataan bobot kering tajuk pada perlakuan pupuk hayati dan perbedaan volume media tanam dapat dilihat pada Tabel 8.

Tabel 8. Bobot kering tajuk bibit kelapa sawit dengan perlakuan pupuk hayati dan volume media tanam pada umur pengamatan 18 MST

Pupuk Hayati

Volume Media Tanam

Rataan 0.5 kg/polibek 1 kg/polibek 1.5 kg/polibek 2 kg/polibek …………..g…………

Tanpa Pupuk Hayati 1.58 1.88 1.53 1.99 1.74b FMA + Azotobacter

croccocum 2.13 2.54 2.51 2.61 2.46a

FMA + Pseudomonas

flourescens 2.42 2.28 2.47 2.62 2.45a

Rataan 2.04 2.23 2.17 2.41 2.21

Keterangan: Angka yang diikuti notasi yang sama pada baris atau kelompok kolom yang sama menunjukkan berbeda tidak nyata menurut Uji Jarak Berganda Duncan pada taraf α=5%

Hasil pada Tabel 6, menunjukkan bahwa rataan tertinggi bobot kering tajuk kelapa sawit dengan pemberian pupuk hayati lebih tinggi dibandingkan tanpa pemberian pupuk hayati.

Derajat Infeksi Akar (%)

Tabel 9. Derajat infeksi akar bibit kelapa sawit dengan perlakuan pupuk hayati dan volume media tanam pada umur pengamatan 18 MST

Pupuk Hayati

Volume Media Tanam

Rataan 0.5 kg/polibek 1 kg/polibek 2 kg/polibek 2 kg/polibek ………….%...

Tanpa Pupuk Hayati 38.33g 43.33f 53.33e 51.67e 48.33 FMA + Azotobacter

croccocum 68.33bcd 73.33ab 60.00d 60.00d 63.75 FMA + Pseudomonas

flourescens 76.67a 70.00bc 65.00cd 63.33d 68.75

Rataan 61.11 62.22 59.44 58.33 60.28

Keterangan: Angka yang diikuti notasi yang sama pada baris atau kelompok kolom yang sama menunjukkan berbeda tidak nyata menurut Uji Jarak Berganda Duncan pada taraf α=5%

Hasil pada Tabel 9, menunjukkan bahwa rataan tertinggi derajat infeksi akar bibit kelapa sawit diperoleh pada kombinasi perlakuan pemberian FMA + Pseudomonas flourescens dengan volume tanah 0.5 kg/polibek, sedangkan rataan terendah diperoleh pada kombinasi perlakuan tanpa pupuk hayati.

Pembahasan

Pertumbuhan bibit kelapa sawit pada perlakuan pupuk hayati

Bedasarkan hasil analisis sidik ragam diketahui bahwa perlakuan pupuk

hayati berpengaruh nyata terhadap parameter tingi bibit 14-18 MST, lilit batang 14-18 MST, jumlah daun 14-18 MST, total luas daun, bobot basah akar, bobot

basah tajuk, bobot kering akar, bobot kering tajuk dan derajat infeksi akar.

Tinggi bibit kelapa sawit pada 14-18 MST (Tabel 1) menunjukkan pengaruh nyata pemberian pupuk hayati FMA + Azotobacter croccocum (H1) dan pemberian pupuk hayati FMA + Pseudomonas flourescens (H2)jika dibandingkan dengan tanpa pupuk hayati (H0). Tinggi bibit menunjukkan peningkatan jika

dilihan berdasarkan deskripsi varietas tanaman yang digunakan. Hal ini diduga karena pemberian pupuk hayati berupa FMA yang mampu bersimbiosis dengan akar tanaman dengan baik sehingga bibit kelapa sawit lebih mudah dalam penyerapan air dan hara, Azotobacter croccocum dan Pseudomonas flourescens merupakan mikroorganisme yang mampu memperbaiki dan meningkatkan kesuburan tanah sehingga mempengaruhi pertumbuhan bibit kelapa sawit. Hal ini sesuai dengan pernyataan Suhardi (2007) bahwa pupuk hayati mampu memperbaiki dan menigkatkan kesuburan tanah dan tanaman, selain itu pupuk hayati merupakan alternatif penyedia hara masa depan yang lebih ramah lingkungan.

Lilit batang bibit kelapa sawit pada 14-18 MST (Tabel 2) menunjukkan pengaruh nyata pemberian pupuk hayati FMA + Azotobacter croccocum (H1) dan pemberian pupuk hayati FMA + Pseudomonas flourescens (H2)jika dibandingkan dengan tanpa pupuk hayati (H0). Hal ini diduga karena aktivasi mikroorganisme berupa pupuk hayati yang diberikan lebih cepat bekerja dan FMA lebih cepat bersimbiosis dengan akar tanaman pada tanah dengan tingkat kesuburan yang rendah. Berdasarkan hasil analisis media tanam yang digunakan hara P berada pada <LOD, dengan pemberian pupuk hayati diduga terjadi peningkatan

dan pemberian pupuk hayati FMA + Pseudomonas flourescens (H2) jika dibandingkan dengan tanpa pupuk hayati (H0). Tinggi tanaman akan berkolerasi positif terhadap fase pertumbuhan daun, dimana jika daun tertinggi berada pada

fase perkembangan daun cepat (membuka sempurna) maka pertambahan tinggi tanaman juga meningkat cepat. Hal ini berkesinambungan dengan

pernyataan (Celebri et al., 2011) bahwa pemberian masukan hara N dan hara P pada media tanam berpengaruh signifikan terhadap tinggi tanaman, jumlah daun, kehijauan daun.

Bobot kering akar bibit kelapa sawit (Tabel 7) menunjukkan pengaruh nyata pemberian pupuk hayati FMA + Azotobacter croccocum (H1) dan pemberian pupuk hayati FMA + Pseudomonas flourescens (H2)jika dibandingkan dengan tanpa pupuk hayati (H0). Kerja sama FMA + Azotobacter croccocum memberikan konstribusi besar dalam pertumbuhan akar, peran FMA yang menghasilkan hifa eksternal mempermudah akar dalam hal penyerapan hara dan air, memberikan ruang pergerakan dan perkembangan akar menjadi lebih mudah sedangkan Azotobacter croccocum mampu menghasilkan hormon pertumbuhan tanaman, meningkatkan pasokan hara nitrogen N2 kedalam bentuk NH3 dalam jumlah yang cukup besar, mengurangi kompetisi dengan mikroba lain ditanah.

Hal ini mendasari perlakuan pupuk hayati meningkatkan bobot kering akar, Patten dan Glick (2002) menyatakan Azotobacter spp. memiliki kelebihan

dibandingkan dengan bakteri penambat N atmosfer nonsimbiotik lainnya, karena

mampu mensintesis hormon seperti IAA, memacu pertumbuhan akar secara langsung dengan menstimulasi pemanjangan atau pembelahan sel.

Pertumbuhan bibit kelapa sawit pada perlakuan volume media tanam

Bedasarkan hasil analisis sidik ragam diketahui bahwa perlakuan volume media tanam berpengaruh tidak nyata terhadap parameter tingi bibit 14-18 MST, lilit batang 14-18 MST, jumlah daun 14-18 MST, total luas daun, bobot basah

akar, bobot basah tajuk, bobot kering akar, bobot kering tajuk dan derajat infeksi akar.

Calon akar yang muncul dari biji kelapa sawit yang dikecambahkan disebut radikula, panjangnya 10-15 mm, sedangkan calon batang disebut dengan plumula. Pertumbuhan radikula dan plumula pada kecambah kelapa sawit pada tahap awal mengandalkan cadangan makanan yang berada pada endosperm yang kemudian setelahnya fungsi tersebut akan digantikan oleh akar primer yang telah tumbuh. Hal ini menjadi dasar bahwa perlakuan volume media tanam berpengaruh tidak nyata terhadap seluruh parameter pengamatan karena pada awal pembibitan bibit akan mengandalkan lebih banyak makanan yang ada didalam endosperm daripada tanah. Hal ini sesuai dengan pernyataan Mangoensoekarjo dan Semangun 2000 bahwa pertumbuhan kecambah pada tanaman hingga terbentuk radikula dan plumula akan mengandalkan sumber makanan dari endosperm

bibit kelapa sawit mampu berkembang dengan cukup baik pada volume 0.5kg tanah/polibek, 1 kg tanah/polibek, 1.5 kg tanah/polibek dan 2kg tanah/polibek. Aplikasi FMA pada media tanam juga mempermudah akar

untuk menyerap hara dan air akibat jalinan hifa eksternal yang telah bersimbiosis

dengan akar tanaman. Hal ini berkesinambungan dengan pernyataan (Bar Yosef, 1998) bahwa pada pembibitan kelapa sawit volume media tanam

berpengaruh pada nilai ekonomi kebutuhan media pembibitan dan biaya transportasi bibit, perusahaan komersial banyak menggunakan volume kecil dalam menghasilkan pembibitan.

Interaksi pemberian pupuk hayati dan volume media tanam pada pertumbuhan bibit kelapa sawit

Bedasarkan hasil analisis sidik ragam diketahui bahwa interaksi perlakuan pupuk hayati dan volume media tanam berpengaruh nyata terhadap parameter lilit batang 14-18 MST, total luas daun, bobot kering akar dan derajat infeksi akar.

Total luas daun bibit kelapa sawit pada (Tabel 4) menunjukkan pengaruh nyata interaksi perlakuan pupuk hayati dan volume media tanam. Parameter pertumbuhan seperti tinggi daun dan jumlah daun akan mempengaruhi total luas daun. Pemberian pupuk hayati berupa Azotobacter chrooccocum golongan bakteri penambat nitrogen dan Pseudomonas florescens golongan bakteri pelarut fosfat akan meningkatkan ketersediaan hara N dan hara P yang dibutuhkan tanaman dalam fase pertumbuhan. N memegang peranan penting dalam pertumbuhan daun. Selain itu, volume media tanam dengan 1kg/polibek atau lebih kecil memperoleh rataan tertinggi, dalam hal ini terjadi kerja sama pupuk hayati yang lebih baik

pada volume media tanam yang lebih kecil. Hal ini sesuai dengan pernyataan (Baldwin, 1988) bahwa volume media tanam yang lebih kecil menunjukkan pertumbuhan tanaman yang lebih baik pada fase pembibitan yang disebabkan oleh jelajah akar yang terbatas mengakibatkan pertumbuhan akar cepat berkembang untuk memasok kebutuhan air dan hara.

Derajat infeksi akar pada (Tabel 9) menunjukkan pengaruh nyata interaksi perlakuan pupuk hayati dan volume media tanam. FMA mampu bersimbiosis hampir pada 90% jenis tanaman salah satunya adalah kelapa sawit, prinsip kerja FMA adalah dengan menginfeksi sistem perakaran tanaman inang dan memroduksi jalinan hifa eksternal secara intensif sehingga akar tanaman yang terinfeksi FMA akan mampu meningkatkan kapasitas dalam pemyerapan unsur hara dan kebutuhan air. Kerja mikoriza akan lebih aktif dan lebih besar derajat infeksinya pada kondisi lingkungan yang tarbatas seperti kesuburan tanah rendah, kekurangan air dan kondisi tercekam. Interaksi pupuk hayati berupa mikoriza dan volume media tanam memperoleh rataan tertinggi pada volume media yang relatif kecil. Hal ini berkesinambungan dengan pernyataan Koide (1991) yang menyatakan bahwa tingkat infeksi fungi mikoriza arbuskula biasanya meningkat pada pertumbuhan dan koloninya pada ketersediaan nutrisi kekurangan dan volume media kecil serta terbatas.

1. Perlakuan pupuk hayati berpengaruh nyata pada seluruh parameter pengamatan, yakni tinggi bibit 14-18 MST, lilit batang 14-18 MST, jumlah daun 14-18 MST, total luas daun, bobot basah akar, bobot basah tajuk, bobot kering akar, bobot kering tajuk, dan derajat infeksi akar. 2. Perlakuan volume media tanam berpengaruh tidak nyata terhadap seluruh

parameter pengamatan, yakni tinggi bibit, lilit batang, jumlah daun, total luas daun, bobot basah akar, bobot basah tajuk, bobot kering akar, bobot kering tajuk dan derajat infeksi akar.

3. Interaksi perlakuan pupuk hayati dan volume media tanam berpengaruh nyata pada perlakuan lilit batang 14-18 MST, total luas daun, bobot kering akar dan derajat infeksi akar.

Saran

Penelitian ini sebaiknya dilanjutkan ke tahap Main Nursery dengan menambah waktu penelitian hingga 9 bulan.

TINJAUAN PUSTAKA

Dokumen terkait