• Tidak ada hasil yang ditemukan

Dalam Sumarwan (2011), pengambilan sampel terdapat beberapa metode yaitu :

1. Pengambilan sampel acak (probability atau random sampling) adalah suatu metode atau teknik untuk memilih suatu sampling unit yang memiliki peluang bukan nol yang diketahui yang masuk dalam contoh. Pengambilan contoh acak terdiri dari 4 macam:

a. Pengambilan sampel acak sederhana (simple random sampling). Setiap anggota populasi memiliki peluang yang sama untuk dipilih sebagai sampel.

b. Pengambilan sampel acak kelompok (cluster random sampling). Populasi dibagi kedalam beberapa kelompok berdasarkan karakteristik tertentu.

c. Pengambilan sampel acak berstrata (stratified random sampling). Populasi dibagi ke dalam beberapa kelompok berdasarkan karakteristik yang memiliki nilai terendah sampai nilai tertinggi.

d. Pengambilan sampel acak sistematik (systematic sampling). Seluruh anggota populasi diurutkan berdasarkan kriteria tertentu misalnya berdasarkan urutan alphabet kemudian diberi nomor urut.

2. Pengambilan sampel bukan acak (nonprobability sampling technique), yaitu pengambilan sampel berdasarkan penilaian dari peneliti. Ada empat macam pengambilan sampel bukan acak.

a. Pengambilan sampel kemudahan (convenience sampling), adalah suatu metode yang memilih responden berdasarkan kemudahan atau kenyamanan peneliti dalam mendapatkan dan menemukan contoh untuk dipilih.

b. Pengambilan contoh penilaian (judgemental sampling), adalah salah satu bentuk convenience sampling tetapi sampel dipilih berdasarkan

31

 

 

penilaian peneliti yang mengharuskan contoh memenuhi kriteria-kriteria tertentu.

c. Pengambilan sampel quota (quota sampling), adalah judgemental sampling terbatas dua tahap yaitu menentukan kuota dari anggota populasi lalu sampel pada setiap karakteristik pengendalian dapat dipilih berdasarkan metode convenience atau judgement.

d. Pengambilan sampel bola salju (snowball sampling), adalah memilih sampel yang pertama dengan acak kemudian sampel pertama diwawancarai untuk menunjukkan sampel lainnya yang akan dijadikan responden.

2.10. Penelitian Terdahulu

Ma’ruf (2006) menganalisis brand equity kartu selurel Indosat (matrix, mentari, IM3) dengan menggunakan metode Brand Equity Ten. Hasil pengukuran menunjukkan bahwa brand equity tertinggi dari kartu selurel Indosat adalah kartu Mentari, kemudian IM3 dan terakhir Matrix. Hasil pengukuran diketahui pula kartu Mentari memberi sumbangan sebesar 63% dari total revenue kartu selural Indosat, disusul IM3 sebesar 20% dan terakhir Matrix sebesar 17%, yang berarti ada keterkaitan antara besarnya ekuitas merk dengan besarnya output yang dihasilkan baik secara penjualan maupun keuangan. Untuk bersaingan dengan kompetitornya, khususnya Telkomsel dan XL, maka semua elemen dalam Brand Equity Ten perlu segera ditingkatkan mengingat brand equity atau brand value semua kartu selurel Indosat saat ini masih berada satu tingkat dibawah kartu selurel Telkomsel.

Pertiwi (2010) menganalisis brand equity dan faktor yang mempengaruhi keputusan pembelian serta peta persaingan merek Pertamax. Hasil penelitian menunjukkan, elemen brand recall untuk Pertamax plus sebesar 41,4%, Super (shell) sebesar 19,3% dan sebesar 39,3% untuk merek-merek lain. Elemen dalam perceived value yang perlu ditingkatkan oleh Pertamax adalah dimensi kualitas pelayanan. Hasil pengukuran juga menunjukkan bahwa tidak ada asosiasi yang membentuk brand image Pertamax. Hasil analisis perceived quality menunjukkan bahwa secara umum atribut kecepatan pelayan di SPBU merupakan prioritas utama yang harus diperbaiki. Dalam meningkatkan kepuasan dan loyalitas konsumen terhadap merek Pertamax adalah melakukan berbagai inovasi produk,

 

membuat persepsi positif, meningkatkan kualitas produk dan pelayanan serta kegiatan kepedulian terhadap masyarakat.

Munandar dan Pratama (2010) menganalisis brand equity Pocari Sweat dalam persaingan industri minuman. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Pocari Sweat merupakan merk yang paling di ingat dalam benak konsumen. Asosiasi citra merek dalam elemen asosiasi merek menunjukkan bahwa Pocari Sweat memiliki dua citra yaitu aman bagi kesehatan dan rasa segar untuk menghilangkan dahaga (haus). Analisa tentang persepsi kualitas dengan menggunakan metode biplot menunjukkan bahwa Pocari Sweat memiliki karakteristik atribut beberapa manfaat yaitu aman bagi kesehatan, menghilangkan dehidrasi dan mengembalikan stamina. Sementara itu, analisis dalam loyalitas merek menunjukkan bahwa Pocari Sweat tidak memiliki loyalitas merek yang kuat.

Arbianto (2009) menganalisis brand equity nasabah micro business bank Mandiri dalam rangka menentukan strategi promosi. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kegiatan promosi yang selama ini dilakukan dalam memperkenalkan nama Mandiri Mikro kepada para nasabahnya masih belum berhasil dengan baik, namun setelah dilakukan brand recognition dengan menanyakan secara langsung kepada responden, 91% menjawab bahwa mereka mengenali nama Mandiri Mikro. Hasil analisis terhadap perceived quality menunjukan bahwa menurut responden kinerja/kualitas layanan yang diberikan sudah melebihi ekspektasi mereka dan hal tersebut harus dipertahankan dimasa yang akan datang. Pengujian terhadap variabel lokasi dan atribut menyatakan bahwa responden tidak menemui kesulitan dalam mengenali atribut dan mereka juga dapat mencapai lokasi tanpa menemui kesulitan yang berarti. Pengukuran terhadap brand loyalty nasabah menunjukan bahwa jumlah responden dengan kategori switcher sebesar 56%, habitual buyer sebesar 90%, satisfied buyer sebesar 75%, liking the brand sebesar 81%, dan committed buyer sebesar 71% Hasil di atas menunjukan bahwa saat ini tingkat loyalitas nasabah mikro Bank Mandiri berada pada tingkat yang loyal, namun mengingat jumlah responden yang termasuk kategori habitual buyer masih tinggi, yaitu 90% maka perlu dilakukan pendekatan terhadap debitur-debitur yang ada agar mereka menjadi lebih loyal.

III. METODE PENELITIAN

3.1. Kerangka Pemikiran Penelitian

Penelitian ini dilakukan untuk menganalisis elemen-elemen utama ekuitas merek pada UT, yaitu brand awareness atau pengenalan merek, brand association atau kesan merek akan membentuk persepsi kualitas, perceived quality atau kualitas merek dalam pengukuranya, brand loyalty atau kesetiaan merek dan terakhir elemen market behavior untuk mengetahui market share UT di kawasan Perguruan Tinggi khususnya di kota Bogor. Ekuitas merek yang kuat memungkinkan preferensi dan loyalitas dari konsumen terhadap perusahaan akan semakin kuat. Suatu produk/jasa yang memiliki ekuitas merek yang kuat dapat membentuk landasan merek yang kuat dan mampu mengembangkan keberadaan suatu merek.

Dengan mengetahui kekuatan merek, UT akan memperoleh informasi yang dapat digunakan sebagai dasar memonitor manajemen pemasaran UT. Dari kelima elemen tersebut akan memberikan pengaruh yang sangat besar bagi UT dan dapat dilihat bagaimana ekuitas merek UT mampu bersaing di dunia pendidikan (Gambar 13).

34

 

Dokumen terkait