• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

C. Pengaruh Antar Variabel dan Penurunan Hipotesis

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Bhawa (2015) menunjukkan bahwa likuiditas berpengaruh positif terhadap struktur modal. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Arini (2014) menunjukkan bahwa likuiditas memiliki pengaruh dengan arah hubungan negatif terhadap struktur modal.

Semakin tinggi likuiditas suatu perusahaan maka semakin besar kemampuan perusahaan tersebut untuk membayar kewajiban jangka pendeknya, dimana semakin likuid perusahaan tersebut sehingga kepercayaan dari kreditur meningkat dan mempermudah perusahaan memperoleh utang jangka panjangnya. Sehingga perusahaan dengan likuiditas yang tinggi akan menggunakan dana internanya yaitu aktiva lancar untuk memenuhi kewajiban jangka pendek. Kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendek dengan baik, maka akan mempunyai pengaruh yang baik dalam membayar hutangnya dan akan mengurangi risiko yang dihadapi. Menurut Pecking Order Theory,

perusahaan dengan tingkat likuiditas tinggi memiliki dana internal yang besar sehingga perusahaan tersebut akan lebih memilih menggunakan dana

internalnya terlebih dahulu untuk membiayai invetasinya sebelum menggunakan pembiayaan eksternal (hutang). Sehingga semakin likuid perusahaan semakin kecil penggunaan hutang, hal tersebut disebabkan oleh karena perusahan mampu membayar hutang jangka pendek menggunakan dana internalnya.

Sehingga semakin tinggi likuiditas sebuah perusahaan makan akan semakin rendah penggunaan hutang. Berdasarkan uraian tersebut maka dapat ditarik hipotesis:

H1: Likuiditas Berpengaruh Negatif dan Signifikan Terhadap Struktur Modal

2. Pengaruh Profitabilitas Terhadap Struktur Modal

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Arini (2014) dan Santika (2011) menunjukkan bahwa profitabilitas berpengaruh terhadap struktur modal dengan arah negatif. Berdasarkan penelitian Indrajaya dkk (2011) menunjukkan bahwa profitabilitas memiliki pengaruh yang negatif dan signifikan terhadap struktur modal. Pada penelitian yang dilakukan oleh Abdullah (2015) menunjukkan bahwa profitabilitas berpengaruh negatif signifikan terhadap leverage (DER). Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Setyawan (2016) menununjukkan bahwa profitabilitas berpengaruh positif terhadap struktur modal.

Semakin tinggi kemampuan yang dimiliki perusahaan untuk menghasilkan laba semakin mudah perusahaan mendapatkan dana eksternal karena kreditur memberikan bunga yang rendah dengan alasan

risiko gagal bayar yang rendah, sedangkan investor tertarik dengan tingkat pengembalian yang tinggi. Semakin besar profitabilitas yang dimiliki oleh perusahaan maka jumlah hutang yang digunakan akan rendah, semakin tinggi profitabilitas memiliki pengaruh yang baik untuk perusahaan. Perusahaan akan menggunakan pendanaan internal daripada eksternal dalam membiayai kegiatan operasionalnya, permintaan yang semakin banyak akan meningkatkan aktivitas penjualan maka perusahaan akan memiliki dana internal yang cukup untuk kegiatan operasional perusahaan, semakin besar profit yang dihasilkan semakin rendah struktur modal. Berdasarkan uraian diatas dapat ditarik hipotesis:

H2: Profitabilitas Berpengaruh Negatif dan Signifikan Terhadap Struktur Modal

3. Pengaruh Kepemilikan Institusional Terhadap Struktur Modal

Berdasarkan penelitian Reswari (2016) kepemilikan institusional berpengaruh terhadap struktur modal. Berdasarkan penelitian Sisworo (2011) menunjukkan bahwa kepemilikan institusional berpengaruh positif dan signifikan terhadap struktur modal. Adanya monitoring yang dilakukan oleh kreditur sehingga menyebabkan manajer bertindak sesuai keinganan kreditur. Dengan pengawasan yang ketat dilakukan oleh pemegang saham institusi ataupun pihak ketiga yaitu kreditur maka akan mendisiplinkan kinerja manajer dalam pengambilan keputusan pendaan terutama hutang. Dimana dimungkinkan semakin tinggi kepemilikan institusional maka semakin rendah penggunaan hutang. Jika kepemilikan

institusional semakin tinggi maka penggunaan hutang dalam perusahaan akan menurun disebabkan karena institusi langsung mengawasi kinerja perusahaan sehingga mendorong perusahaan untuk menggunakan modal sendiri dari pada hutang, dengan adanya asimetri informasi menyebabkan biaya modal eksternal lebih mahal dari pada sumber dana internal, sehingga perusahaan akan lebih mengutamakan modal sendiri yang asimetri informasinya lebih rendah, diama asimetri yang rendah adalah modal sendiri dimana perusahaan akan menggunakan modal sendiri untuk kegiatan operasional perusahaan, dimana pemengang saham cenderung berorientasi pada return sehingga jika biaya modal tinggi akan berdampak terjadinya kemungkinan risiko kebangkrutan dengan biaya modal yang rendah akan meminimumkan risiko yang dihadapi perusahaan dan dapat menekan biaya operasional perusahaan.

Dengan adanya biaya modal yang rendah maka keuntungan yang diperoleh akan semakin tinggi, sehingga dimungkinkan bahwa pemegang saham lebih menyukai pendanaan modal sendiri dibandingkan hutang dengan pertimbangan biaya modal rendah. Semakin tinggi kepemilikan institusional maka semakin rendah penggunaan hutang. Berdasarkan uraian diatas maka dapat ditarik hipotesis:

H3: Kepemilikan Institusional Berpengaruh Negatif dan Signifikan Terhadap Struktur Modal

4. Pengaruh Business Risk Terhadap Struktur Modal

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Sedangkan pada penelitian yang dilakukan oleh Setyawan (2016) dan Nuswandari (2013) menunjukkan bahwa ada variabel business risk dapat dilihat bahwa

business risk memiliki pengaruh yang negatif dan signifikan terhadap struktur modal apabila business risk mengalami kenaikan, maka struktur modal akan mengalami penurunan.

Perusahaan dengan risiko bisnisnya tinggi cenderung menggunakan hutang semakin kecil untuk menjalankan kegiatan operasionalnya, dimana perusahaan yang memiliki risiko tinggi kurang mendapat kepercayaan dari kreditor karena tidak menguntungkan bagi pihak kreditor sehingga kreditor menetapkan bunga yang tinggi, dengan adanya bunga yang tinggi maka perusahaan akan cenderung tidak menggunakan hutang sebagai kegiatan operasionalnya. Hal ini sejalan dengan pecking order theory dimana perusahaan akan menggunakan pendanaan internal terlebih dahulu sebelum menggunakan dan eksternal.

Risiko Bisnis (Business risk) mewakili tingkat risiko dari kegiatan operasional perusahaan yang tidak menggunakan pendanaan melalui utang. Perusahaan dengan tingkat risiko bisnis yang tinggi akan cenderung menggunakan utang dalam jumlah kecil karena utang dapat menyebabkan

financial distress perusahaan meningkat. Perusahaan dengan risiko bisnis besar harus menggunakan hutang lebih kecil dibanding perusahaan yang mempunyai risiko bisnis rendah, karena semakin besar risiko bisnis,

penggunaan hutang yang besar akan mempersulit perusahaan dalam mengembalikan hutang mereka.

Hal ini disebabkan perusahaan harus memperhitungkan risiko bisnisnya karena merupakan faktor potensial yang mengancam kelangsungan hidup perusahaan. Perusahaan dengan risiko bisnis yang tinggi akan kesulitan dalam menentukan target laba karena labanya cenderung fluktuatif. Perusahaan-perusahaan yang memiliki risiko bisnis tinggi akan cenderung menggunakan rasio hutang yang rendah, karena tingkat ketidakpastian pendapatan semakin tinggi yang dapat mempengaruhi kemampuan perusahaan dalam mengambalikan hutang-hutangnya. Berdasarkan uraian diatas dapat ditarik hipotesis:

H4: Business Risk Berpengaruh Negatif Signifikan Terhadap Struktur Modal

5. Pengaruh Pajak Terhadap Struktur Modal

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Sudarmika dan Sudirman (2015) menunjukkan bahwa pajak berpengaruh terhadap struktur modal ke arah positif. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Wahyuni (2014) menunjukkan bahwa penghematan pajak berpengaruh positif terhadap struktur modal. Pada penelitian yang telah dilakukan oleh Merta Dewi (2014) menyatakan bahwa pajak berpengaruh positif terhadap struktur modal. Penggunaan pajak lebih tinggi harus menggunakan hutang lebih banyak, jika pengehematan pajak lebih kecil dari biaya modal maka potensi kebangkrutan akan terjadi. Dengan demikian maka semakin besar

penghematan pajak maka semakin besar penggunaan utangnya. Perusahaan yang memiliki tingkat pajak yang rendah cenderung dalam penggunaan struktur modalnya juga rendah dan sebaliknya bila pajak perusahaan tinggi maka penggunaan utang akan tinggi untuk pembayaran pajak tersebut, dengan penggunaan utang yang tinggi akan memberikan efisiensi pada pajak dimana bunga yang dihasilkan dari penggunaan utang tersebut akan memberikan dampak yang positif bagi perusahaan dimana perusahaan akan mendapatkan pengurangan dari bunga utang yang dihasilkan. Dalam hal ini adanya utang akan memberikan manfaat dari pajak yang dimana semakin tinggi tarif pajak perusahaan maka semakin besar keuntungan dari penggunaan utang. Berdasarkan uraian diatas dapat ditarik hipotesis

Dokumen terkait