• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III METODE PENELITIAN

D. Teknik Pengumpulan Data

Data Penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah data perusahaan yang secara konsisten terdaftar pada Bursa Efek Indonesia pada tahun 2011 sampai dengan 2015. Data diperoleh dari website PT Bursa Efek Indonesia www.idx.co.id.

Kriteria Perusahaan Perusahaan Perusahaan Manufaktur Yang Listing Di Bursa

Efek Indonesia Selama Periode 2011-2015. 143 Perusahaan Yang Tidak Memiliki Kepemilikan

Institusional Selama Periode Penelitian. (3) Perusahaan Yang Tidak Memiliki Laba Positif

Selama Periode Penelitian Selama 2011-2015 (46) Perusahaaan Yang Tidak Konsisten Menerbitkan

Laporan Tahunan Perusahaan Selama 2011-2015

(50)

Jumlah Sampel Perusahaan 42

Data Sebelum Outlier Selama 2011-2015 210

Data Outlier (32)

Data Setelah Outlier 178

Jumlah Sampel Perusahaan 42

E. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel

Penelitian ini menggunakan satu variabel dependen yaitu, Struktur Modal dan lima variabel independen yaitu, Likuiditas, Profitabilitas, Kepemilikan Institusional, Business Risk dan Pajak.

1. Variabel Independen

Penelitian ini menggunakan lima variabel independen yaitu Likuiditas, Profitabilitas, Kepemilikan Institusional, Business Risk dan Pajak. Sedangkan variabel dependen yang digunakan Struktur Modal.

a. Likuiditas (LIK)

Likuiditas mengukur kemampuan likuiditas jangka pendek perusahaan dengan melihat aktiva lancar perusahaan relatif terhadap utang lancarnya utang dalam hal ini merupakan kewajiban perusahaan. Dalam penelitian ini menggunakan rasio lancar dengan membandingkan aset lancar dan kewajiban lancar. (Hanafi dan Halim 2009:75)

b. Profitabilitas (ROA)

Profitabilitas mengukur kemampuan perusahaan menghasilkan keuntungan (profitabilitas). Kemampuan perusahaan dalam memperoleh laba, dengan menggunakan pengukuran ROA rasio ini mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba bersih berdasarkan tingkat asset yang tertentu, rasio yang tinggi menunjukkan

efisien manajemen aset yang baik. Hanafi dan Halim (2009). Dalam penelitian ini menggunakan Return On Asset (ROA). (Hanafi dan Halim 2009)

c. Kepemilikan institusional (INST)

Kepemilikan institusional merupakan proporsi kepemilikan saham yang dimiliki institusional pada akhir tahun yang diukur dalam presentase saham yang dimiliki oleh investor institusional dalam suatu perusahaan seperti perusahaan asuransi, bank, dana pensiun, dan

investment banking. (Sukirni (2012) dalam Fauman). Kepemilikan Institusional diukur sebagai berikut:

d. Business Risk (RISK)

Business Risk merupakan ketidakpastian yang dihadapi perusahaan ketika menjalankan kegiatan bisnisnya. Perusahaan yang memiliki risiko bisnis yang tinggi cenderung menggunakan utang yang lebih sedikit karena kreditur akan meminta biaya yang tinggi. Business risk diukur menurut (Hidayati dalam Amiriyah, 2014) sebagai berikut:

: Standar Deviasi

e. Pajak (TAX)

Bunga merupakan beban yang dikurangkan untuk tujuan perpajakan dan pengurangan tersebut bernilai bagi perusahaan yang terkena tarif pajak yang tinggi karena itu makin tinggi tarif pajak perusahaan , makin besar menfaat penggunaan utang. Brigham dan Houston (2001).

Pajak adalah jumlah pajak yang dibebankan kepada masing-masing perusahaan berdasarkan tarif pajak yang ditentukan pemerintah atas penghasilan kena pajak yang diperoleh. Menurut (Waluyo dalam Santhi, 2000) pajak diukur sebagai berikut:

2. Variabel Dependen Struktur Modal

Struktur modal merupakan sumber pendanaan yang terdiri dari modal sendiri dan modal eksternal dengan tujuan untuk memaksimumkan nilai perusahaan. (Syamsudin 2009:54 dalam Arini). Proksi yang digunakan dalam pengukuran struktur modal:

F. Uji Hipotesis dan Analisis Data 1. Statistik Deskriptif

Statistik deskriptif digunakan untuk mendeskripsikan data yang telah diperoleh untuk masing-masing variabel penelitian. Statistik deskriptif menggambarkan atau menjelaskan berbagai karakteristik data, seperti mean, median, minimum, maksimum, standar deviasi, skewness, kurtosis, jarque-bere, probabilitas.

2. Regresi Linear Berganda

Teknik analisis data dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode analisis regresi linier berganda. Analisis regresi linier berganda adalah teknik statistik mengukur variabel bebas lebih dari satu dengan pengaruh variable bebas akan dikenakan kepada variable tergantung.

Model analisis yang digunakan dalam penelitian ini untuk menganalisis pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen adalah model regresi linier berganda didasarkan pada analisa regresi berganda dengan pengolahan data menggunakan program E-views7.0 dan SPSS 16 untuk menyederhanakan perhitungan dengan metode ekonometrika, variable independen yaitu Likuiditas, Profitabilitas, Kepemilikan Institusional, Business Risk, dan Pajak Terhadap Struktur Modal regresi linear berganda diperoleh persamaan:

Yit = Struktur Modal

β0 = Konstanta

β12345 = Koefisien variabel 1,2,3,4,5 LIKit = Likuiditas

ROAit = Profitabilitas

INSTit = Kepemilikan Institusional RISKit = Business Risk

TAXit = Pajak

i = Perusahaan Manufaktur t = Periode Waktu ke-t

ε = Error Term

3. Uji Asumsi Klasik

Dalam melakukan estimasi persamaan linier dengan menggunakan metode OLS, maka asumsi-asumsi dari OLS harus dipenuhi. Apabila asumsi tidak terpenuhi, maka tidak akan dapat menghasilkan nilai parameter yang BLUE (Best Linier Unbiased Estimator)

Untuk mengetahui apakah model tersebut memenuhi asumsi BLUE atau tidak, perlu dilakukan beberapa pengujian yaitu

uji multikolinearitas, uji autokorelasi dan uji heteroskedastisitas untuk memastikan bahwa data terdistribusi secara normal.

a) Uji Multikolinearitas

Menurut Ghozali (2014) uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel independen. Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi antara variabel independen, model regresi yang baik adalah tidak ditemukannya multikolinearitas yang tinggin atau sempurna antar variabel independen. Untuk mendeteksi ada atau tidak multikoleniaritas didalam model regresi adalah sebagai berikut:

1. Nilai R2 tinggi, tetapi hanya sedikit (bahkan tidak ada) variabel indpenden yang signifikan. Jika nilai R2 tinggi diatas 0,80, maka uji F pada sebagian besar kasus akan menolak hipotesis yang menyatakan bahwa koefisien slope parsial secara simultan sama dengan nol. Tetapi uji t individual menunjukkan sangat sedikit koefisien slope parsial yang secara statistik berbeda dengan nol. 2. Korelasi antara dua variabel independen yang melebihi 0,80 dapat menjadi pertanda bahwa multikolinearitas merupakan masalah serius.

3. Auxilary regression. Multikolinearitas timbul karena satu atau lebih variabel independen berkorelasi secara linear dengan variabel independen lainnya. Salah satu menentukan variabel X

mana yang berhubungab dengan variabel X lainnya adalah dengan meregres setiap Xi terhadap variabel X sisanya dan menghitung nilai R2 .

4. Tolerance dan Variance Inflation Factor (VIF). Apabila VIF tidak disekitar 1 maka tidak terjadi gejala multikoleniaritas, tetapi jika VIF melebihi 1 maka terjadi multikoleniaritas. Kemudian melihat nilai tolerance.

b) Uji Heteroskedastisitas

Menurut Ghozali (2014), Uji heteroskedasitas bertujuan menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual suatu pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika nilai residual atau eror dalam model regeresi adalah homoskedastisitas atau memiliki varian yang sama, maka asumsi homoskedastisitas berarti sama dan sebaran memiliki variance yang sama atau

E( 2) = 2

i= 1,2,3……, n

Mendeteksi permasalahan heteroskedastisitas dapat dilakukan dengan menggunakan uji park, uji glesjer, uji korelasi spearman, uji goldfield-quandt, uji breusch-pagan-godfrey dan uji white

c) Uji Autokorelasi

Menurut Ghozali (2014), uji autokorlasi bertujuan untuk mengetahui apakah dalam suatu model terdapat korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pada periode t-1 (sebelumnya). Jika terjadi korelasi, maka dinamakan problem autokorelasi. Autokorelasi muncul karena observasi yang berturut-turut sepanjang waktu berkaitan satu sama lainnya. Masalah ini timbul karena residual (kesalahan pengganggu) tidak bebas dari satu observasi ke observasi lainnya.

Hal ini sering ditemukan pada data runtun waktu atau time

series karena “gangguan” pada individu atau kelompok cenderung

mempengaruhi “gangguan” pada individu atau kelompok yang

sama pada periode berikutnya. Pada data cross-section (silang waktu), masalah autokorelasi relatif jarang terjadi karena gangguan pada observasi yang berbeda berasal dari individu atau kelompok yang berbeda. Model regresi yang baik adalah regresi yang bebas dari autokorelasi. Ada beberapa cara yang dapat digunakan untuk mendeteksi ada atau tidaknya autokorelasi, diantaranya adalah: 1) Uji Durbin Waston (DW test)

Uji Durbin Watson hanya digunakan untuk autokorelasi tingkat satu (first order autocorrelation) dan mensyaratkan adanya intercept (konstant) dalam model regresi dan tidak ada variabel lag diantara variabel independen.

Ho = tidak ada autokorelasi (p = 0)

Ha = ada autokorelasi (p ≠ 0)

2) Uji Lagrange Multiple (LM test)

Uji autokorelasi dengan LM test digunakan untuk sample besar diatas 100 observasi. Uji ini lebih tepat digunakan dibanding uji DW terutama apabila sampel yang digunakan relatif besar dan derajat autokorelasi lebih dari satu. Uji LM akan menghasilkan statistik Breusch-Godfrey sehingga uji LM juga kadang disebut uji Breusch-Godfrey.

4. Uji Hipotesis dan Analisis Data

Menurut Ghozali (2014), Menilai ketetepatan model dalam regresi maka dilakukan dengan menggukur dati goodness of fit. Secara statitsik dapat dihitung dengan melihat nilai dari koefisen determinasi, nilai statistik F dam nilai statistik t. Apabila perhitungan statistik menghasilkan nilai yang signifikan maka secara statistik apabila nilai uji statistiknya berada di daerah kirtis (daerah H0 ditolak).

a) Uji Signifikansi Parameter Individual (Uji T)

Uji statistik t digunakan untuk mengetahui seberapa jauh pengaruh satu variabel independen terhadap variabel dependen dengan menganggap variabel independen lainya konstan. Jika asumsi normalitas eror yaitu μi ~ N (0,σ2

) terpenuhi, maka dapat digunakan untuk menguji koefisien parsial dari regresi.

H0 : β1 = 0 dan HA : β1≠0

Uji t t =

Keterangan β1 adalah koefisien parameter, se (β1) adalah

standar eror koefisien parameter keputusantya maka H0 ditolak yang berarti berpengaruh terhadap Y.

b) Uji Signifikansi Simultan (Uji Statistik F)

Uji statistik F pada dasarnya menunjukkan apakah semua variabel independen yang dimasukan dalam model mempunyai pengaruh secara bersama-sama atau simultan terhadap variabel dependen. Hipotesis nol adalah joint hyphotesis bahwa β1, β2... βk

secara simultan sama dengan nol.

H0 : β1 = β2 = ...= βk = 0

Pengujian hipotesis ini sering disebut pengujian signifikansi keseluruhan (overall significance) terhadap garis regresi yang ingin menguji apakah Y secara linear berhubungan dengan kedua X1 dan X2. Joint Hyphotesis dapat diuji dengan teknik analisis variance (ANOVA).

Pengambilan keputusan:

Dimisalkan model regresi dengan k-variabel

Yi = α + β1X1 + β2X2i + β3X3i + ... + βkXki + µi

H0 : β1 = β2 =... = βk = 0

(semua slope koefisien slope secara simultan sama dengan nol) Ha: tidak semua koefisien slope secara simultan sama dengan nol

Rumus nilai F statistik:

Jika F hitung > F tabel yaitu Fα (k – 1, n – k) maka hipotesis

nil ditolak. Dimana Fα (k – 1, n – k) adalah nilai kritis F pada tingkat

signifikansi α dan derajat bebas (df) pembilang (k – 1) serta derajat bebas (df) penyebut (n – k).

Terdapat hubungan yang erat antara koefisien determinasi (R2) dan Nilai F test. Secara matematis nilai F dapat juga dinyatkan dalam rumus seperti dibawah ini:

Berdasarkan rumus ini dapat disimpulkan jika R2 = 0 maka F juga sama dengan nol. Semakin besar R2 maka nilai semakin besar nilai F namun demikian jika R2 = 1 maka F menjadi tak terhingga jadi dapat disimpulkan uji F statistik yang mengukur signifikansi secara keseluruhan dari garis regresi dapat juga digunakan untuk menguji signifikansi dari R2 dengan kata lain pengujian F statistik sama dengan pengujian terhadap nilai R2 sama dengan nol.

c) Koefisien Determinasi (R2)

Uji koefisien determinasi untuk mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen. Nilai koefisien determinasi adalah antara nol dan satu. Nilai R2 yang

kecil berarti kemampuan variabel-variabel independen dalam menjelaskan variasi variabel dependen sangat terbatas. Nilai yang mendekati satu berarti variabel-variabel independen memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi data silang (cross-section) relatif rendah karena adanya variasi yang besar anatara masing-masing pengamatan sedangkan untuk data runtun waktu (time series) yang tinggi. biasanya mempunyai nilai koefisien determinasi. Kelemahan mendasar penggunaan koefisien determinasi adalah bias terhadap jumlah variabel dependen, R2 pasti meningkat, tidak peduli apakah variabel tersebut berpengaruh secara signifikan terhadap variabel dependen atau tidak. Oleh karena itu, banyak peneliti

Koefisien determinasi R2 pada intinya mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel independen untuk mengukur kebaikan suatu model. Nilai koefisien determinasi diantara 0 dan 1 (0 < R2 <1), nilai (R2) yang kecil berarti kemampuan variabel-variabel independen dalam menjelaskan variasi variabel independen sangat terbatas. Nilai yang mendekati 1 berarti variabel independen memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi model dependen (Gujarati, 2003). Menganjurkan untuk menggunakan nilai adjusted R2 pada saat mengevaluasi model regresi terbaik. Tidak seperti nilai R2, nilai

ditambahkan dalam model. Pengujian ini pada intinya adalah mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel independen.

51 A. Statistik Deskriptif

Statistik deskriptif adalah proses pengumpulan, penyajian dan peringkasan yang berfungsi untuk memberikan gambaran data yang diteliti secara memadai. Hasil analisis data penelitian diuraikan dengan menyajikan jumlah data, nilai minimum, maksimum, nilai rata-rata (mean), dan standar deviasi. Adapun statistik deskriptif variabel likuiditas, profitabilitas, kepemilikan institusional, business risk dan pajak disajikan dalam tabel berikut.

Tabel 4.1

Hasil Uji Statistik Deskriptif

N Minimum Maximum Mean Std. Dev. DER 178 0,077650 3,028640 0,865485 0,606132 LIK 178 0,059410 6,728860 2,247256 1,270326 ROA 178 0,007330 0,425260 0,107787 0,080996 INST 178 0,322200 0,962000 0,708875 0,180221 RISK 178 0,004280 0,116370 0,039449 0,024290 TAX 178 0,066820 0,405740 0,242136 0,053247 Sumber Data : Lampiran 5

Berdasarkan tabel 4.1 dapat diketahui bahwa jumlah data penelitian dalam penelitian sebanyak 178 sampel

1. Struktur Modal

Dari hasil pengujian statistik deskriptif pada tabel 4.1, dapat diketahui bahwa nilai minimum struktur modal sebesar 0,077650 dan nilai maksimum sebesar 3,028640. Dengan rata-rata (mean) 0,865485 pada standar deviasi sebesar 0,606132. Nilai rata-rata (mean) lebih besar dari standar deviasi yaitu 0,865485 > 0,606132. Artinya proporsi total hutang yang dimiliki perusahaan paling rendah sebesar 0,07%, paling tinggi sebesar 3,02% dengan nilai rata-rata sebesar 0,86 % terhadap total modal yang dimiliki perusahaan dalam sampel penelitian.

2. Likuiditas

Dari hasil pengujian statistik deskriptif pada tabel 4.1, dapat diketahui bahwa nilai minimum likuiditas sebesar 0,059410 dan nilai maksimum sebesar 6,728860. Dengan rata-rata (mean) 2,247256 pada standar deviasi sebesar 1,270326. Nilai rata-rata (mean) lebih besar dari standar deviasi yaitu 2,247256 > 1,270326. Artinya proporsi aktiva lancar yag dimiliki perusahaan paling rendah sebesar 0,05%, paling tinggi sebesar 6,72% dengan nilai rata-rata sebesar 2,24 % terhadap utang lancar yang dimiliki perusahaan dalam sampel penelitian.

3. Profitabilitas

Dari hasil pengujian statistik deskriptif pada tabel 4.1, dapat diketahui bahwa nilai minimum ROA sebesar 0,007330 dan nilai maksimum sebesar 0,425260. Dengan rata-rata (mean) 0,107787 pada

standar deviasi sebesar 0,080996. Nilai rata-rata (mean) lebih besar dari standar deviasi yaitu 0,107787 < 0,080996. Artinya bahwa laba bersih yang diperoleh perusahan paling rendah adalah sebesar 0,007%, paling tinggi sebesar 0,42%, dengan rata-rata sebesar 0,10% dari total aset yang dimiliki perusahaan.

4. Kepemilikan Institusional

Dari hasil pengujian statistik deskriptif pada tabel 4.1, dapat diketahui bahwa nilai minimum kepemilikan institusional sebesar 0,322200 dan nilai maksimum sebesar 0,962000. Dengan rata-rata (mean) 0,708875 pada standar deviasi sebesar 0,180221. Nilai rata-rata (mean) lebih besar dari standar deviasi yaitu 0,708875 > 0,180221. Artinya proporsi pemegang saham institusional pada perusahaan yang menjadi sampel penelitian paling rendah sebesar 32%, paling tinggi adalah sebesar 96% dan rata-rata sebesar 70% dari total pemegang saham perusahaan.

5. Business risk

Dari hasil pengujian statistik deskriptif pada tabel 4.1, dapat diketahui bahwa nilai minimum business risk sebesar 0,004280 dan nilai maksimum sebesar 0,116370. Dengan rata-rata (mean) 0,039449 pada standar deviasi sebesar 0,024290. Nilai rata-rata (mean) lebih besar dari standar deviasi yaitu 0,039449 < 0,024290. Artinya risiko yang dimiliki pada perusahaan sampel penelitian paling rendah sebesar 0,004, risiko

tertinggi 0,11 dengan rata-rata sebesar 0,03 dari total aset yang dimiliki perusahaan.

6. Pajak

Dari hasil pengujian statistik deskriptif pada tabel 4.1, dapat diketahui bahwa nilai minimum pajak sebesar 0,066820 dan nilai maksimum sebesar 0,405740. Dengan rata-rata (mean) 0,242136 pada standar deviasi sebesar 0,053247. Nilai rata-rata (mean) lebih besar dari standar deviasi yaitu 0,242136 > 0,053247. Artinya laba sebelum pajak perusahaan pada perusahaan sampel penelitian paling rendah sebesar 0,06%, paling tinggi sebesar 0,40% dengan rata-rata sebesar 0,24% dari laba setelah pajak perusahaan.

Dokumen terkait