• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Aplikasi Giberelin Pada Saat Benih Diproduksi di Lahan Terhadap Viabilitas dan vigor Benih Padi Hibrida

selama di Penyimpanan

Aplikasi konsentrasi GA3 pada saat benih diproduksi dilihat pengaruhnya terhadap viabilitas dan vigor benih selama disimpan. Benih yang yang diperoleh dari percobaan pertama disimpan selama enam bulan. Perlakuan yang diuji terdiri atas tiga varietas benih dan empat konsentrasi GA3 yang telah diaplikasikan pada saat benih diproduksi di lahan.

Giberelin banyak berperan dalam berbagai proses fisiologi tanaman salah satunya dalam proses perkecambahan. Hopkin (1995) melaporkan, giberelin berperan dalam perpanjangan dan pembelahan sel, pemecahan dormansi biji, mobilisasi endosperm cadangan selama awal pertumbuhan embrio, pemecahan dormansi tunas, pertumbuhan dan perpanjangan batang, perkembangan bunga dan buah.

Fungsi giberelin dalam perkecambahan adalah mengaktifkan pembentukan α -amilase yang berguna merombak amilose dan amilopektin menjadi maltose dan glukosa juga merombak dextrin menjadi maltose dan glukosa (Kamil 1982). Tidak

hanya α-amilase yang bisa ditingkatkan oleh hormon giberelin, tapi enzim β -amilase dan protease juga meningkat pesat. Giberelin meningkatkan enzim proteinase yang mengubah protein menjadi asam amino dan enzim lipase yang mengubah lemak menjadi asam lemak dan gliserol yang larut (Wilkins 1989). Perubahan cadangan makanan menjadi zat-zat yang lebih mobil menyebabkan pengangkutan merata keseluruh bagian embrio sehingga benih dapat berkecambah (Goldworthy & Fisher 1996).

Hasil sidik ragam menunjukkan, perlakuan varietas pada pengamatan bulan ke-5 dan 6 berpengaruh terhadap potensi tumbuh maksimum benih. Perlakuan konsentrasi GA3 dan interaksi antara varietas dan GA3 tidak berpengaruh nyata terhadap potensi tumbuh maksimum pada setiap periode simpan benih (Tabel 8). Potensi tumbuh maksimum benih merupakan pengukuran terhadap benih yang mampu tumbuh, baik kecambah normal maupun kecambah abnormal. Pada periode simpan 6 bulan, varietas Jatim-3 memiliki nilai PTM paling tinggi yaitu 96.2%. Pada akhir periode penyimpanan PTM tetap masih tinggi, baik pada perlakuan varietas maupun pada perlakuan konsentrasi GA3, yaitu berkisar antara 89.7-96.2%.

19 Tabel 8 Pengaruh varietas dan konsentrasi GA3 terhadap potensi tumbuh

maksimum

Perlakuan PTM (%) pengamatan bulan ke-

1 2 3 4 5 6

Galur/Varietas

A1 (Hipa-8) 98.3a 98.8ab 98.1a 96.3a 93.2b 89.7b A6 (Jatim-3) 98.9a 98.8ab 98.2a 97.4a 96.9a 96.2a A7 (hipa 14) 99.1a 99.2a 98.9a 96.9a 96.7a 95.5a Konsentrasi GA3

(ppm)

0 99.1a 98.4a 98.6ab 97.1a 95.3a 93.7a 150 98.9a 98.0a 98.2ab 96.9ab 95.3a 94.0a 200 98.8a 99.1a 99.0a 96.9ab 95.7a 93.6a 250 98.3a 98.9a 97.8b 97.1a 96.0a 93.9a

KK 1.24 1.26 0.97 2.24 2.10 2.06

Keterangan: Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata pada taraf 5% berdasarkan analisis DMRT

Perlakuan varietas berpengaruh terhadap daya berkecambah benih pada periode simpan bulan ke-4, 5, dan 6. Perlakuan konsentrasi GA3 tidak berpengaruh terhadap daya berkecambah benih. Selama enam bulan penyimpanan, daya berkecambah dari tiga varietas yang diuji masih tinggi (>80%). Varietas Hipa-8 sampai dengan periode simpan enam bulan memiliki daya berkecambah terendah. Varietas yang memiliki daya berkecambah tertinggi pada periode akhir penyimpanan terdapat pada varietas Jatim-3, yaitu 89.8% (Tabel 9).

Tabel 9 Pengaruh varietas dan konsentrasi GA3 terhadap daya berkecambah (%)

Perlakuan DB (%) pengamatan bulan ke-

1 2 3 4 5 6

Galur/Varietas

A1 (Hipa-8) 96.2ab 96.0a 94.0a 90.6b 84.2b 84.3b A6 (Jatim-3) 96.3a 96.3a 94.4a 92.2ab 92.8a 89.8a A7 (hipa 14) 97.0a 96.1a 95.2a 93.4a 91.4a 88.9a

Konsentrasi GA3 (ppm)

0 96.8a 96.2a 95.6a 92.4a 91.2a 87.0a

150 96.4a 95.6a 93.8a 91.6a 88.9ab 88.1a 200 97.8a 96.0a 94.7a 92.9a 89.0ab 87.7a 250 95.7a 96.7a 94.1a 91.4a 90.8a 87.8a

KK 1.89 1.86 1.87 3.33 1.89 2.69

Keterangan: Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata pada taraf 5% berdasarkan analisis DMRT

Perlakuan varietas berpengaruh terhadap kecepatan tumbuh benih pada periode simpan bulan ke-4, 5, dan 6 sedangkan perlakuan konsentrasi GA3 dan interaksi antara varietas dan konsentrasi GA3 tidak berpengaruh. Rata-rata KCT pada perlakuan varietas di setiap periode simpannya berkisar antara 16.4-21.5% etmal-l.

20

Varietas yang memiliki nilai KCT tetinggi pada akhir pengamatan terdapat pada varietas Jatim-3, yaitu 18.0 (% etmal-1) (Tabel 10).

Tabel 10 Pengaruh varietas dan konsentrasi GA3 terhadap kecepatan tumbuh (% etmal-1)

Perlakuan KCT (% etmal

-1) pengamatan bulan ke-

1 2 3 4 5 6

Galur/Varietas

A1 (Hipa-8) 20.9a 20.8b 20.0b 19.1b 16.7b 16.3b A6 (Jatim-3) 21.0a 21.5a 20.7a 19.6ab 19.0a 18.0a A7 (hipa 14) 21.3a 21.2ab 20.7a 20.1a 18.6a 17.7a

Konsentrasi GA3 (ppm)

0 21.2a 21.2a 20.7a 19.8a 18.5a 17.3a

150 21.2a 21.1a 20.2a 19.1a 17.9ab 17.4a 200 21.0a 21.4a 20.5a 19.7a 17.9ab 17.2a

250 21.0a 20.9a 20.4a 19.6a 18.4a 17.3a

KK 2.92 3.52 2.98 3.05 3.21 3.45

Keterangan: Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata pada taraf 5% berdasarkan analisis DMRT

Indeks vigor benih padi diukur berdasarkan hitungan jumlah kecambah normal yang tumbuh pada hitungan pertama (first count). Perlakuan tunggal varietas dan perlakuan tunggal konsentrasi GA3 berpengaruh terhadap indeks vigor. Pengaruh perlakuan faktor tunggal ini mulai terjadi pada periode penyimpanan bulan ke-3 sampai bulan ke-6 untuk perlakuan varietas sedangkan perlakuan konsentrasi GA3 mulai terjadi pada bulan ke-4 sampai bulan ke-6 (Gambar 11). Tabel 11 Pengaruh varietas dan konsentrasi GA3 terhadap indeks vigor (%)

Perlakuan IV (%) pengamatan bulan ke-

1 2 3 4 5 6

Galur/Varietas

A1 (Hipa-8) 81.3a 80.5a 73.2b 68.6c 58.7b 49.3b A6 (Jatim-3) 83.3a 82.2a 79.2a 73.7a 70.0a 60.5a A7 (hipa 14) 82.9a 80.8a 80.7a 77.1a 68.1a 59.3a Konsentrasi GA3

(ppm)

0 82.2a 82.4a 78.7a 73.9a 67.7a 58.4a 150 82.1a 80.7a 76.3a 71.0b 65.8ab 56.7ab 200 83.6a 80.1a 79.1a 74.0a 66.3ab 56.8ab 250 82.2a 81.4a 76.7a 73.7a 67.6a 56.4ab

KK 5.10 6.18 3.95 3.05 3.21 7.09

Keterangan: Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata pada taraf 5% berdasarkan analisis DMRT

Interaksi kedua perlakuan tidak berpengaruh terhadap indeks vigor. Varietas yang memiliki indeks vigor terkecil dari awal sampai akhir periode simpan adalah varietas Hipa-8 (berkisar antara 81.3-49.3%). Perlakuan konsentrasi GA3, indeks vigor tertinggi pada periode penyimpanan bulan pertama terdapat pada konsentrasi

21 200 ppm (83.3%), namun pada akhir periode penyimpanan nilai indeks vigor tertinggi terdapat pada konsentrasi 0 ppm (58.4%).

Aplikasi konsentrasi GA3 pada saat benih diproduksi dilapang tidak memberikan pengaruh terhadap viabilitas dan vigor daya simpan benih. Pada semua peubah yang diamati terlihat tanaman yang mendapatkan perlakuan konsentrasi 150, 200, dan 250 ppm tidak berbeda viabilitas dan vigornya dengan perlakuan 0 ppm GA3. Berdasarkan hasil pengamatan ini dapat diketahui, aplikasi konsentrasi GA3

pada saat benih diproduksi dilapang tidak mempengaruhi hormon endogen GA3

benih. Namun dugaan ini harus diteliti lebih lanjut.

Perilaku Penurunan Viabilitas dan Vigor Benih Selama Penyimpanan

Viabilitas adalah daya hidup benih yang dapat ditunjukkan oleh proses pertumbuhan benih pada lingkungan tumbuh optimum. Parameter viabilitas pada penelitian ini diamati dari pengamatan peubah daya berkecambah (DB) dan potensi tumbuh maksimum (PTM). Vigor merupakan kemampuan benih untuk berkecambah dan berkembang menjadi tanaman normal pada lingkungan optimum maupun sub optimum. Parameter vigor pada penelitian ini diamati dari pengamatan kecepatan tumbuh (KCT) dan indeks vigor (IV).

Potensi Tumbuh Maksimum

Hasil analisis regresi perilaku potensi tumbuh maksimum benih padi hibrida disajikan pada Tabel 12. Perilaku penurunan potensi tumbuh maksimum benih diperoleh melalui pengamatan kecambah normal dan abnormal selama benih dikecambahkan. Interval waktu pengamatan satu bulan selama enam bulan periode simpan pada tiga varietas padi hibrida.

Perilaku potensi tumbuh maksimum pada semua konsentrasi GA3 memiliki pola perilaku yang relatif sama. Perilaku potensi tumbuh maksimum varietas padi hibrida yang disimpan selama enam bulan mengalami penurunan seiring lamanya periode simpan. Varietas Hipa-8 dari awal sampai akhir pengamatan mengalami penurunan yang paling tinggi, yaitu sebesar 8.6% sedangkan pada varietas Hipa-14 dan Jatim-3 penurunannya hanya 3.6 % dan 2.7%.

Perilaku penurunan potensi tumbuh maksimum varietas Hipa-14 dan Jatim-3 pada semua konsentrasi GA3 terjadi secara perlahan sampai akhir periode simpan. Varietas Hipa-8 mengalami penurunan yang cepat mulai pada penyimpanan bulan ketiga. Perbedaan perilaku varietas Hipa-8 ini lebih disebabkan oleh faktor genetik benih. Perbedaan pola perilaku potensi tumbuh maksimum ini dapat dilihat pada Gambar 3.

22 20 40 60 80 100 0 1 2 3 4 5 6 P T M (% )

Periode simpan (bulan)

Hipa-8 0 ppm 150 ppm 200 ppm 250 ppm 20 40 60 80 100 120 0 1 2 3 4 5 6 P T M (% )

Periode simpan (bulan)

Jatim-3 0 ppm 150 ppm 200 ppm 250 ppm 20 40 60 80 100 0 1 2 3 4 5 6 P T M (% )

Periode simpan (bulan)

Hipa-14

0 ppm 150 ppm 200 ppm 250 ppm

Tabel 12 Hasil analisis regresi peubah potensi tumbuh maksimum tiga varietas padi selama enam bulan penyimpanan

Keterangan: y = Potensi tumbuh maksimum (%), x = periode simpan (bulan)

Gambar 3 Perilaku peubah potensi tumbuh maksimum dengan perlakuan konsentrasi GA3 selama penyimpanan (A) konsentrasi 0 ppm, (B) 150 ppm, (C)200 ppm, dan (d) 250 ppm. Perlakuan Persamaan 0 ppm Hipa-8 y = 99.3101 – 0.378312exp(0.559509x) 0 ppm Hipa-14 y = 101.03 – 1.2295exp(0.253592x) 0 ppm Jatim-3 y = 102.946 – 3.45692exp(0.0967444x) 150 ppm Hipa-8 y = 99.9093 – 0.381088exp(0.55961x) 150 ppm Hipa-14 y = 102.538 – 2.92934exp(0.142737x) 150 ppm Jatim-3 y = 133.115 – 34.5015exp(0.00781078x) 200 ppm Hipa-8 y = 99.9754 – 0.425854exp(0.540241x) 200 ppm Hipa-14 y = 99.5442 – 0.184139exp(0.522689x) 200 ppm Jatim-3 y = 106.262 – 6.3299exp(0.0806162x) 250 ppm Hipa-8 y = 99.2311 – 0.356788exp(0.514995x) 250 ppm Hipa-14 y = 102.285 – 2.28592exp(0.18955x) 250 ppm Jatim-3 y = 98.4152 – 0.0240494exp(0.82121x)

23

Daya Berkecambah

Hasil analisis regresi daya berkecambah disajikan pada Tabel 13. Perilaku daya berkecambah benih diperoleh melalui pengamatan kecambah normal. Interval pengamatan satu bulan terhadap tiga varietas benih padi hibrida selama enam bulan penyimpanan.

Pola perilaku daya berkecambah selama penyimpanan dapat dilihat pada Gambar 4. Perilaku daya berkecambah pada semua konsentrasi GA3 memiliki pola perilaku yang sama sedangkan pada varietas terdapat perbedaan perilaku penurunan daya berkecambah. Varieas Hipa-8 memiliki pola perilaku penurunan lebih cepat dibandingkan varietas Hipa-14 dan Jatim-3 pada semua konsentrai GA3. Hipa-8 mengalami penurunan daya kecambah yang cepat mulai pada penyimpanan bulan ketiga. Penurunaya daya berkecambahnya Hipa-8 pada masing-masing konsentrasi yaitu 4.8907exp(0.235486x) (0 ppm), 6.87628exp(0.224614x) (150 ppm), 17.0552exp(0.10478x) (200 ppm), dan 3.01932exp(0.261902x) (250 ppm).

Tabel 13 Hasil analisis regresi peubah daya berkecambah tiga varietas padi selama enam bulan penyimpanan

Perlakuan Persamaan 0 ppm Hipa-8 y = 102.715 – 4.8907exp(0.235486x) 0 ppm Hipa-14 y = 99.0023 – 0.457938exp(0.542274x) 0 ppm Jatim-3 y = 97.0042 – 0.254979exp(0.52247x) 150 ppm Hipa-8 y = 105.558 – 6.87628exp(0.224614x) 150 ppm Hipa-14 y = 97.6527exp(-0.0116175x) 150 ppm Jatim-3 y = 97,2296exp(-0,0111747x) 200 ppm Hipa-8 y = 116.014 – 17.0552exp(0.10478x) 200 ppm Hipa-14 y = 104.882 – 6.68381exp(0.150422x) 200 ppm Jatim-3 y = 95.7196 – 0.0177304exp(1.02622x) 250 ppm Hipa-8 y = 100.522 – 3.01932exp(0.261902x) 250 ppm Hipa-14 y = 96.7431 – 0.316636exp(0.553549x) 250 ppm Jatim-3 y = 112.287 – 15.5115exp(0.0678938x) Keterangan: y = Daya berkecambah (%); x = periode simpan (bulan)

24 20 40 60 80 100 0 1 2 3 4 5 6 DB (% )

Periode simpan (bulan)

Jatim-3 0 ppm 150 ppm 200 ppm 250 ppm 20 40 60 80 100 0 1 2 3 4 5 6 DB (% )

Periode simpan (bulan)

Hipa-14 0 ppm 150 ppm 200 ppm 250 ppm 20 40 60 80 100 0 1 2 3 4 5 6 DB (% )

Periode simpan (bulan)

Hipa-8

0 ppm 150 ppm 200 ppm 250 ppm

Gambar 4 Perilaku peubah daya berkecambah dengan perlakuan konsentrasi GA3 selama penyimpanan (A) konsentrasi 0 ppm, (B) 150 ppm, (C)200 ppm, dan (d) 250 ppm

Kecepatan Tumbuh

Hasil analisis regresi perilaku kecepatan tumbuh benih padi hibrida disajikan pada Tabel 14. Perilaku penurunan kecepatan tumbuh benih diperoleh melalui pengamatan kecambah normal per harinya. Interval waktu pengamatan satu bulan selama enam bulan periode simpan pada tiga varietas padi hibrida.

Nilai kecepatan tumbuh yang tinggi menunjukkan benih tersebut vigor karena mampu berkecambah dalam waktu yang singkat. Pola perilaku kecepatan tumbuh selama penyimpanan dapat dilihat pada Gambar 5. Kecepatan tumbuh tiga varietas benih yang diuji menurun seiring dengan berjalannya waktu penyimpanan. Penurunan kecepatan tumbuh benih mulai terjadi sejak bulan pertama penyimpanan. Kecepatan tumbuh benih sebelum dilakukan penyimpanan, yaitu ± 22.5 % etmal-1.

Perilaku kecepatan tumbuh tiga varietas pada semua konsentrasi GA3

memiliki pola prilaku yang sama sedangkan pada masing-masing varietas memiliki perilaku yang berbeda. Varietas Hipa-8 memiliki perilaku berbeda dengan Varietas Hipa-14 dan Jatim-3. Varietas Hipa-8 mengalami penurunan yang lebih cepat dibanding varietas Hipa-14 dan Jatim-3. Pada akhir pengamatan kecepatan tumbuh benih varietas Hipa-8 paling rendah, yaitu ±16.3 % etmal-1.

25 10 15 20 25 0 1 2 3 4 5 6 KCT (% e tm al -1)

Periode simpan (bulan)

Hipa-14 0 ppm 150 ppm 200 ppm 250 ppm 10 15 20 25 0 1 2 3 4 5 6 KCT (% e tm al -1)

Periode simpan (bulan)

Jatim-3 0 ppm 150 ppm 200 ppm 250 ppm 10 15 20 25 0 1 2 3 4 5 6 KC T (% et m al -1)

Periode simpan (bulan)

Hipa 8

0 ppm 150 ppm 200 ppm 250 ppm

Tabel 14 Hasil analisis regresi peubah kecepatan tumbuh tiga varietas padi selama enam bulan penyimpanan

Perlakuan Persamaan 0 ppm Hipa-8 y = 22.5147exp(-0.0512978x) 0 ppm Hipa-14 y = 24.7668 – 2.00727exp(0.212499x) 0 ppm Jatim-3 y = 23.1777 – 1.04291exp(0.249689x) 150 ppm Hipa-8 y = 22.9274exp(-0.060985x) 150 ppm Hipa-14 y = 22.6468exp(-0.0382849x) 150 ppm Jatim-3 y = 22.5069exp(-0.0351232x) 200 ppm Hipa-8 y = 28.3885 – 5.9644exp(0119929x) 200 ppm Hipa-14 y = 25.7792 – 3.26016exp(0.159477x) 200 ppm Jatim-3 y = 23.2276 – 1.17301exp(0.256295x) 250 ppm Hipa-8 y = 27.7785 – 5.4236exp(0.119515x) 250 ppm Hipa-14 y = 23.0187 – 0.973436exp(0.285612x) 250 ppm Jatim-3 y = 30.4411 – 8.28133exp(0.0734717x) Keterangan: y = Kecepatan tumbuh (% etmal-1); x = periode simpan (bulan)

Gambar 5 Perilaku peubah kecepatan tumbuh dengan perlakuan konsentrasi GA3

selama penyimpanan (A) konsentrasi 0 ppm, (B) 150 ppm, (C)200 ppm, dan (d) 250 ppm

26

Indeks Vigor

Hasil analisis regresi perilaku indeks vigor benih padi hibrida disajikan pada Tabel 15. Perilaku penurunan indeks vigor benih diperoleh melalui pengamatan kecambah normal hitungan pertama. Interval waktu pengamatan satu bulan selama enam bulan periode simpan pada 3 varietas padi hibrida.

Perilaku indeks vigor pada semua konsentrasi GA3 memiliki pola perilaku relatif sama. Perilaku indeks vigor varietas padi hibrida mengalami penurun selama periode simpan. Indeks vigor pada masing-masing varietas sebelum dilakukan penyimpanan yaitu ±88.5%. Indeks vigor benih mulai menurun sejak benih disimpan 1 bulan dan pada bulan ketiga penurunan semakin terlihat lebih cepat sampai akhir pengamatan.

Varietas Hipa-8 mengalami penurunan yang lebih cepat dibanding varietas Hipa-14 dan Jatim-3. Pada akhir pengamatan indeks vigor benih varietas Hipa-8 paling rendah, yaitu ± 49.3% (Gambar 6).

Tabel 15 Hasil analisis regresi peubah indeks vigor tiga varietas padi selama enam bulan penyimpanan

Keterangan: y = Indeks vigor (%); x = periode simpan (bulan)

Perlakuan Persamaan 0 ppm Hipa-8 y = 100.539 – 14.1418exp(0.212676x) 0 ppm Hipa-14 y = 94.2799 – 5.67221exp(0.288778x) 0 ppm Jatim-3 y = 99.8998 – 10.5589exp(0.199867x) 150 ppm Hipa-8 y = 110.237 – 22.283exp(0.1784x) 150 ppm Hipa-14 y = 91.9252exp(-0.0642635x) 150 ppm Jatim-3 y = 118.256 – 29.0177exp(0.112038x) 200 ppm Hipa-8 y = 103.434 – 15.0436exp(0.212122x) 200 ppm Hipa-14 y = 97.1314 – 7.59982exp(0.271455x) 200 ppm Jatim-3 y = 94.54 – 7.21416exp(0.262892x) 250 ppm Hipa-8 y = 105.21 – 17.6208exp(0.18297x) 250 ppm Hipa-14 y = 85.9945 – 0.819423exp(0.595225x) 250 ppm Jatim-3 y = 100.297 – 12.3698exp(0.198x)

27 20 40 60 80 100 0 1 2 3 4 5 6 IV (% )

Periode simpan (bulan)

Hipa-8 0 ppm 150 ppm 200 ppm 250 ppm 20 40 60 80 100 0 1 2 3 4 5 6 IV (% )

Periode simpan (bulan)

Jatim-3 0 ppm 150 ppm 200 ppm 250 ppm 20 40 60 80 100 0 1 2 3 4 5 6 IV (%)

Periode simpan (bulan)

Hipa-14

0 ppm 150 ppm 200 ppm 250 ppm

Gambar 6 Perilaku peubah indeks vigor dengan perlakuan konsentrasi GA3

selama penyimpanan (A) konsentrasi 0 ppm, (B) 150 ppm, (C) 200 ppm, dan (d) 250 ppm

Semakin lama benih disimpan viabilitas dan vigor benih semakin rendah. Perbedaan viabilitas daya simpan tiga varietas benih yang diuji berhubungan dengan genetik masing-masing varietas yang diturunkan dari tetua yang berbeda. Perbedaan genetik ini ada yang tercermin langsung pada fisik benih, namun ada juga yang tidak terlihat. Copeland (1976) menyatakan perbedaan genetik dapat menyebabkan perbedaan komposisi kimia yang terkandung dalam benih, yang dapat mempengaruhi viabilitas dan vigor benih.

Perbedaan genetik antar tiga varietas yang diuji terlihat pada bentuk fisik benih. Varietas Hipa-8 memiliki bentuk yang berbeda dari varietas Hipa-14 dan Jatim-3 (Gambar 7). Genetik berpengaruh terhadap viabilitas dan vigor benih selama penyimpanan (Justice dan Bass 2002, Kapoor 2011, Suhartanto 2012). Mettananda et al. (2002) melaporkan faktor genetik mempengaruhi perbedaan toleransi viabilitas 6 varietas padi terhadap kondisi lingkungan yang ditunjukkan dengan perbedaan DB benih setelah mengalami penyimpanan. Perbedaan genetik diantaranya adanya struktur lemma dan palea pada benih hibrida yang terbuka serta pengisian benih yang tidak sempurna (setengah atau terisi penuh).

Varietas Hipa-8 memiliki jumlah benih dengan lema dan palea terbuka lebih banyak. Lema dan palea yang terbuka merupakan salah satu faktor sulitnya mempertahankan viabilitas benih padi hibrida di penyimpanan. Glume yang terbuka akan menyebabkan endosperm benih lebih mudah diserang penyakit maupun hama gudang (Srivastava et al. 2008).

28

a. Bulir varietas Hipa-8 b. Bulir varietas Hipa-14 dan Jatim-3

c. Bulir dengan glume terbuka

Gambar 7 Penampakan fisik bulir benih padi

5 KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Perlakuan konsentrasi GA3 berpengaruh nyata meningkatkan tinggi tanaman restorer dan CMS, jumlah anakan total, Jumlah anakan produktif, eksersi malai, sudut membuka bunga, gabah total/malai, dan menurunkan gabah hampa. Terdapat interaksi antara perlakuan konsentrasi GA3 dan varietas terhadap tinggi tanaman jantan, persentase gabah isi per malai dan hasil benih. Hasil benih varietas Hipa-14 dapat ditingkatkan dengan mengaplikasikan GA3 dengan konsentrasi 200 ppm. Benih varietas Hipa-8 dapat diproduksi tanpa aplikasi GA3 sehingga akan lebih menghemat biaya produksi. Aplikasi GA3 150 ppm dibutuhkan untuk meningkatkan produktivitas benih padi hibrida varietas Jatim-3. Produktivitas tertinggi terdapat pada varietas Hipa-14 (A7) yaitu 1000 kg ha-1 dengan aplikasi konsentrasi GA3 200 ppm.

Perlakuan konsentrasi giberelin yang diaplikasikan di lapangan tidak berpengaruh terhadap viabilitas dan vigor benih tiga varietas padi hibrida yang diuji. Masing-masing varietas memiliki viabilitas dan vigor yang berbeda. Varietas Hipa-14 dan Jatim-3 memiliki viabilitas dan vigor yang lebih baik dibandingkan

29 Hipa-8, namun tiga varietas ini masih dapat digunakan sebagai bahan tanam setelah disimpan selama 6 bulan pada suhu ruang.

Saran

1. Penyemprotan GA3 harus dilakukan untuk meningkatkan serbuk silang alami dengan konsentrasi 200 ppm.

2. Padi Hipa-8, Hipa-14, dan Jatim-3 dapat disimpan pada suhu ruang untuk penyimpanan 6 bulan.

30

Dokumen terkait