OPTIMASI PRODUKSI BENIH PADI (
Oryza sativa
L
.
)
HIBRIDA MELALUI APLIKASI GA
3MELA WAHYUNI
A251130211
SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR
PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis berjudul “Optimasi Produksi Benih Padi (Oryza sativa L.) Hibrida Melalui Aplikasi GA3” adalah benar karya saya
dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.
Bogor, Oktober 2016 Mela Wahyuni
RINGKASAN
MELA WAHYUNI. Optimasi Produksi Benih Padi (Oryza sativa L.) Hibrida Melalui Aplikasi GA3. Dibimbing oleh MEMEN SURAHMAN, ABDUL QADIR,
dan SATOTO.
Giberelin mampu memacu pertumbuhan dan pembungaan tanaman. Aplikasi giberelin pada tanaman padi dapat meningkatkan tinggi tanaman, meningkatkan jumlah gabah, menambah eksersi malai, esksersi stigma, jumlah anakan dan keserempakan berbunga untuk masing-masing galur tetua. Aplikasi giberelin dalam memproduksi benih padi hibrida diharapkan dapat meningkatkan jumlah hasil produksi benih padi hibrida. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendapatkan konsentrasi GA3 yang tepat untuk meningkatkan produksi benih padi hibrida dan
mampu mempertahankan viabilitas benih selama di penyimpanan.
Penelitian ini terdiri atas dua percobaan, yaitu: (1) Aplikasi konsentrasi giberelin pada saat produksi benih di lapang dan (2) Penyimpanan benih padi hibrida pada kondisi penyimpanan suhu ruang. Kedua percobaan disusun dengan Rancangan Petak Terbagi dalam Rancangan Acak Kelompok menggunakan tiga ulangan. Faktor pertama adalah tiga varietas padi hibrida (V), yaitu Hipa-8 (A1 dan PK91), Hipa-14 (A7 dan PK92) dan Jatim-3 (A6 dan PK88) berasal dari Balai Besar Penelitian Tanaman Padi (BB Padi) sebagai petak utama dan faktor kedua adalah empat taraf konsentrasi giberelin (GA3), yaitu G0 (tanpa GA3), G1 (GA3 150 ppm)
G2 (GA3 200 ppm) dan G3 (GA3 250 ppm) sebagai anak petak. Percobaan pertama
dilaksanakan di Kebun Percobaan Muara-Balai Besar Penelitian Tanaman Padi. Percobaan kedua dilaksanakan di Laboratorium Ilmu dan Teknologi Benih, Departemen Agronomi dan Hortikultura, IPB.
Hasil penelitian menunjukkan perlakuan konsentrasi GA3 berpengaruh nyata
meningkatkan tinggi tanaman restorer dan CMS, jumlah anakan total, Jumlah anakan produktif, eksersi malai, sudut membuka bunga, jumlah gabah total per malai, dan menurunkan gabah hampa. Terdapat interaksi antara perlakuan konsentrasi GA3 dan varietas untuk peubah tinggi tanaman jantan, persen gabah isi
per malai dan hasil benih (produktivitas). Hasil benih tertinggi yaitu sebesar 1000 kg ha-1 dicapai oleh varietas Hipa-14 dengan aplikasi GA3 pada konsentrasi 200
ppm.
Perlakuan konsentrasi giberelin yang diaplikasikan di lapangan tidak berpengaruh terhadap viabilitas dan vigor benih tiga varietas padi hibrida yang diuji. Masing-masing varietas memiliki viabilitas dan vigor yang berbeda. Varietas Hipa-14 dan Jatim-3 memiliki viabilitas dan vigor yang lebih baik dibandingkan Hipa-8, namun tiga varietas ini masih dapat digunakan sebagai bahan tanam setelah disimpan selama 6 bulan pada suhu ruang.
SUMMARY
MELA WAHYUNI. Optimization of Hybrid Rice Seed Production (Oryza sativa L.) Through GA3 Application. Supervised by MEMEN SURAHMAN, ABDUL
QADIR and SATOTO.
Gibberellin (GA3) able to spur and flowering the plants. GA3 aplication on
rice can increase plant height, number of grains, exertion of stigma, number of tiller, and flowering synchrony for each of the parental lines. GA3 aplication for hybrid
rice seed production expected to increase the production. The objective of this research was to obtain the optimal concentration of GA3 to support the increase
hibryd rice seed production and able to maintain the seed viability in storage. This study consisted of two experiments i.e. GA3 concentration at the time of
seed production in the field and hybrid rice seed storage at room temperature storage conditions. Both experiments was arranged in a split plot design based on randomized complete block design with three replication. The first factor was three hybrid rice varieties (V) i.e. V1 Hipa-8 (A1 and PK91), V2 Hipa-14 (A7 and PK92) and V3 Jatim-3 (A6 and PK88) belong to the Center for Rice Research (BB Padi) as the main plot and the second factor was four level concentrations of gibberellins (GA3) i.e. G0 (without GA3), G1 (GA3 150 ppm) G2 (GA3 200 ppm) and G3 (GA3
250 ppm) as a subplot. The first experiment conducted at Kebun Percobaan Muara-Balai Besar Penelitian Tanaman Padi. The second experimient he second experiment was conducted in the Laboratory of Seed Science and Technology, Department of Agronomy and Horticulture, IPB.
The results of experiment showed that concentrations of GA3 treatment
significantly increased resorter plant height and CMS, total number of tillers, number of productive tillers, penicle exertion, angle of floret opening, total number of grains per panicle, and decreased number of empty spikelets. The treatment interaction of GA3 concentration and variety significantly effected on increased
male plant height percent of filled grain per panicle, and productivity. The highest productivity was rice hibryd of A7 (Hipa-14) of 1,000 kg ha-1 with application of
200 ppm GA3.
GA3 concentration treatments were applied in the field had no effect on
viability and vigor of three hybrid rice varieties. Each of these varieties have different viability and vigor. Varieties Hipa-14 and Java-3 has viability and vigor better than Hipa-8, but three of these varieties can still be used as planting material after being stored for 6 months at room temperature.
© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2016
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan IPB
Tesis
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains
pada
Program Studi Ilmu dan Teknologi Benih
OPTIMASI PRODUKSI BENIH PADI (
Oryza sativa
L
.
)
HIBRIDA MELALUI APLIKASI GA
3SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR 2016
PRAKATA
Puji syukur penulis ucapkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala karena dengan segala rahmat dan ridho-Nya sehingga tesis ini dapat diselesaikan. Judul tesis ini adalah Optimasi Produksi Benih Padi (Oryza sativa L.) Hibrida Melalui Aplikasi GA3. Penulis ucapkan terima kasih kepada:
1. Prof Dr Ir Memen Surahman, MScAgr sebagai ketua komisi pembimbing, Dr Ir Abdul Qadir, MSi dan Dr Ir Satoto, MS selaku anggota komisi pembimbing yang telah banyak memberikan arahan, bimbingan dan motivasi.
2. Dr Ir Asep Setiawan, MS selaku penguji luar komisi atas semua kritik dan sarannya.
3. Dr Ir M. Rahmad suhartanto, MSi selaku perwakilan dari Program Studi Ilmu dan Teknologi Benih yang telah memberikan saran dan koreksi untuk perbaikan tesis ini.
4. Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LPPM) IPB serta DIKTI atas bantuan dana dalam pelaksanaan penelitian ini dalam skema hibahpenelitian STRANAS (Strategis Nasional) tahun 2015.
5. Balai Besar Penelitian Tanaman Padi Sukamandi atas ijin menggunakan dan memberikan benih tetua tiga varietas padi hibrida untuk penelitian ini serta menggunakan fasilitas Kebun Percobaan Muara
6. Keluarga Benih 2013 dan sahabat-sahabat terbaik atas doa, persahabatan dan bantuannya kepada penulis.
7. Ayah dan ibu atas semua pengorbanan, usaha dan doanya dalam membesarkan dan mendidik penulis.
8. Suami tercinta Ade Zumarlin yang luar biasa bersedia bersabar menjadi teman, pembimbing, pelindung, dan pendukung yang tiada lelahnya. Anakku tercinta Fadlin Melayu Ramadhon atas doa dan pengertiannya, serta seluruh keluarga atas segala doa dan kasih sayangnya.
Penulis menyadari bahwa tulisan ini masih jauh dari sempurna, namun penulis berharap semoga tesis ini bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan.
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL vii
DAFTAR GAMBAR vii
DAFTAR LAMPIRAN viii
1 PENDAHULUAN 1
Latar Belakang 1
Tujuan Penelitian 2
2 TINJAUAN PUSTAKA 3
Budidaya Padi 3
Produksi Benih Padi Hibrida 3
Zat Pengatur Tumbuh 4
Giberelin 4
3 METODE 6
Waktu dan Tempat 6
Bahan dan Alat 6
Prosedur Percobaan 7
4 HASIL DAN PEMBAHASAN 10
Percobaan 1. Aplikasi Konsentrasi Giberelin Pada Saat Benih
Diproduksi 10
Percobaan 2. Pengaruh Aplikasi Giberelin Pada Saat Benih Diproduksi di Lahan Terhadap Viabilitas dan Vigor Benih Padi Hibrida Selama di
Penyimpanan 18
5 KESIMPULAN DAN SARAN 28
Kesimpulan 28
Saran 29
DAFTAR PUSTAKA 30
LAMPIRAN 33
DAFTAR TABEL
1 Rekapitulasi hasil analisis variansi (ANOVA) pengaruh aplikasi
kosentrasi GA3 dan varietas 10
2 Tinggi tanaman restorer dan CMS pada perbedaan aplikasi konsentrasi
GA3 11
3 Selisih tinggi tanaman restorer dengan tanaman CMS pada perbedaan
aplikasi konsentrasi GA3 12
4 Jumlah anakan total dan anakan produktif tiga galur mandul jantan (CMS) pada perbedaan aplikasi konsentrasi GA3 13
5 Sudut membuka bunga, eksersi malai dan eksersi stigma pada perbedaan
aplikasi konsentrasi GA3 yang berbeda 15
6 Panjang malai (cm), gabah isi per malai, gabah hampa per malai, % gabah isi per malai, dan gabah total per malai pada perbedaan aplikasi
konsentrasi GA3 16
7 Hasil benih (Kg ha-1) pada perbedaan aplikasi konsentrasi GA3 17
8 Pengaruh varietas dan Konsentrasi GA3 terhadap potensi tumbuh
maksimum 19
9 Pengaruh varietas dan Konsentrasi GA3 terhadap daya
berkecambah (%) 19
10 Pengaruh varietas dan Konsentrasi GA3 terhadap kecepatan tumbuh
(% etmal-1) 20
11 Pengaruh varietas dan Konsentrasi GA3 terhadap indeks vigor (%) 20
12 Hasil analisis regresi peubah potensi tumbuh maksimum tiga varietas
padi selama enam bulan penyimpanan 22
13 Hasil analisis regresi peubah daya berkecambah tiga varietas padi selama
enam bulan penyimpanan 23
14 Hasil analisis regresi peubah kecepatan tumbuh tiga varietas padi selama
enam bulan penyimpanan 25
15 Hasil analisis regresi peubah indeks vigor tiga varietas padi selama enam
bulan penyimpanan 26
DAFTAR GAMBAR
1 Bagan alir penelitian 7
2 Skema penyerbukan menggunakan umur 50 % berbunga tetua betina (A)
dan tetua jantan (R1,R2, dan R3) 14
3 Perilaku peubah potensi tumbuh maksimum dengan perlakuan
konsentrasi GA3 selama penyimpanan (A) konsentrasi 0 ppm, (B) 150
ppm, (C)200 ppm, dan (d) 250 ppm 22
4 Perilaku peubah daya berkecambah dengan perlakuan konsentrasi GA3
selama penyimpanan (A) konsentrasi 0 ppm, (B) 150 ppm, (C)200 ppm,
5 Perilaku peubah kecepatan tumbuh dengan perlakuan konsentrasi GA3
selama penyimpanan (A) konsentrasi 0 ppm, (B) 150 ppm, (C)200 ppm,
dan (d) 250 ppm 25
6 Perilaku peubah indeks vigor dengan perlakuan konsentrasi GA3 selama penyimpanan (A) konsentrasi 0 ppm, (B) 150 ppm, (C) 200 ppm, dan (d)
250 ppm 27
7 Penampakan fisik bulir benih padi 28
DAFTAR LAMPIRAN
1 Deskripsi Padi Varietas Hipa-8 34
2 Deskripsi Padi Varietas Hipa-14 35
3 Deskripsi Padi Varietas Jatim-3 36
4 Layout percobaan 37
1
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Padi (Oryza sativa L.) memegang peranan penting dalam mendukung ketahanan pangan nasional dan pemberdayaan ekonomi rumah tangga petani. Seiring dengan meningkatnya jumlah penduduk setiap tahunnya, kebutuhan beras juga akan meningkat. Peningkatan jumlah penduduk ini harus diimbangi dengan peningkatan produktivitas padi agar dapat mendukung ketahanan pangan nasional. Diperlukan varietas unggul yang berdaya hasil tinggi, harga murah dan mudah didapat oleh para petani.
Padi hibrida memiliki keunggulan heterosis karakter agronomis yang biasanya muncul pada karakter batang yang kokoh batang kokoh, malai panjang dan lebat, umur pendek 110–145 hari, jumlah anakan yang banyak, daun lebar berwarna hijau tua, hasil tinggi 6-12 ton ha-1. Keunggulan heterosis untuk karakter
fisiologi seperti aktivitas perakaran yang lebih luas, area fotosintesis yang luas, intensitas respirasi yang lebih rendah dan translokasi asimilat yang lebih tinggi (Berkelar 2001). Direktorat Perbenihan Tanaman Pangan (2014) melaporkan, rata-rata hasil varietas padi inbrida berkisar antara 5-8 ton ha-1 sedangkan varietas padi hibrida antara 9-11 ton ha-1.
Padi hibrida merupakan hasil persilangan dari dua tetua (genetically-fixed varieties) yang mampu menunjukkan sifat superior (efek heterosis), terutama dalam meningkatkan hasilnya. Efek heterosis ini akan hilang pada generasi berikutnya sehingga benih dari padi hibrida tidak dapat digunakan sebagai benih untuk musim tanam selanjutnya. Produksi benih padi hibrida di Indonesia pada saat ini masih rendah sehingga harga benih padi hibrida mahal. Suwarno (2004) melaporkan, produksi yang diperoleh dalam memproduksi benih padi hibrida, yaitu 1.3 ton ha-1, sedangkan di Cina Peijin et al. (1994) melaporkan, produksi benih padi hibrida pada tahun 1991 telah mencapai 2.3 ton ha-1. Hal ini sangat berpengaruh dalam penyediaan dan pengunaan benih padi hibrida oleh petani.
Benih padi hibrida di Indonesia dirakit dengan menggunakan sistem tiga galur, yaitu galur mandul jantan/cytoplasmic male steril (CMS)/A, galur pelestari/ Maintainer/B, dan galur pemulih kesuburan/Restorer/R. Mandul jantan merupakan suatu kondisi dimana tanaman tidak mampu memproduksi polen fungsional (Satoto & Rumanti 2011). Benih padi hibrida diproduksi dari persilangan galur CMS dengan galur R.
2
juga didukung oleh faktor durasi pembukaan bunga yang panjang, permukaan stigma yang besar dan sudut membuka bunga (Gavino et al. 2008).
Permasalahan lain dalam memproduksi padi hibrida adalah daya simpan benih yang relatif lebih singkat. Hal ini dikarenakan benih padi hibrida memiliki lema dan palea yang terbuka sehingga mendukung pertumbuhan jamur di penyimpanan serta mempercepat laju kemunduran mutu benih (Srivastava et al. 2008). Struktur benih seperti ini juga mengakibatkan butiran padi rawan terhadap perubahan kondisi lingkungan serta serangan hama dan penyakit.
Giberelin merupakan hormon tanaman yang terlibat dalam proses fisiologi tanaman. Budiarto dan Wuryaningsih (2007) menyatakan, GA3 bersifat stabil dan
mampu memacu pertumbuhan dan pembungaan tanaman (meningkatkan pembungaan dan memperkecil kerontokan bunga), selain itu GA3 mampu
meningkatkan aktivitas pertumbuhan tanaman dalam hal pemanjangan batang, dan jumlah biji. Pada konsentrasi optimum, aplikasi GA3 diperlukan untuk
meningkatkan kemampuan menyerbuk silang galur A (Tiwari et al. 2011). GA3
juga dapat meningkatkan pemanjangan pangkal malai dan keluar penuh dari pelepah daun bendera (Yin et al. 2007).
GA3 dapat meningkatkan aktivitas pertumbuhan tanaman dalam hal
pemanjangan batang, peningkatan berat kering dan jumlah biji (Akter et al. 2007). Hopkin (1995) melaporkan giberelin berperan dalam pembentangan dan pembelahan sel, pemecahan dormansi biji, mobilisasi cadangan selama awal pertumbuhan embrio, pemecahan dormansi tunas, pertumbuhan dan perpanjangan batang, perkembangan bunga dan buah.
Berdasarkan latar belakang perlu dilakukan serangkaian penelitian pada optimasi teknik produksi benih padi hibrida serta melihat pengaruh aplikasi GA3.
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menunjang perkembangan padi hibrida di Indonesia. Penelitian yang dilakukan meliputi beberapa aspek, yaitu: Optimasi produksi benih padi hibrida dengan aplikasi GA3 dan melihat pengaruh aplikasi
GA3 pada saat benih diproduksi di lahan tanam terhadap viabilitas benih padi
hibrida selama disimpan.
Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah:
1. Mendapatkan konsentrasi GA3 yang tepat untuk meningkatkan hasil benih padi
hibrida.
2. Mengetahui pengaruh konsentrasi GA3 dalam mempertahankan viabilitas
3 sedangkan padi sawah dan padi rawa ditanam di lahan yang selalu tergenang air. Teknologi budidaya padi sawah di Indonesia relatif lebih maju dibanding budidaya padi gogo maupun padi rawa. Tanaman padi pada budidaya padi sawah maupun budidaya padi gogo dapat dikembangkan secara langsung, baik dengan benih maupun benih yang disemai menjadi bibit.
Produksi padi nasional 95% dihasilkan dari lahan sawah. Hanya 5% yang berasal dari lahan kering. Data statistik tahun 2011 menunjukkan luas panen padi di Indonesia sekitar 13.20 juta ha. Produksi panen per tahun 65.75 juta ton dengan produktivitas 49.80 juta ton ha-1. Area padi sawah lebih luas dari pada padi gogo
dan padi rawa, produktivitas padi sawah juga lebih besar, yaitu 5.2 ton ha-1, lebih tinggi dibandingkan dengan produktivitas padi rawa dan gogo ( 4.50 ton ha-1 dan 2.57 ton ha-1) (BPS 2012).
Tanaman padi dapat hidup dengan baik di daerah yang berhawa panas dan banyak mengandung uap air. Curah hujan yang baik rata-rata 200 mm per bulan atau lebih dengan distribusi selama 4 bulan, curah hujan yang dikehendaki per tahun sekitar 1500-2000 mm. Suhu yang baik untuk pertumbuhan tanaman padi 23°C. Tinggi tempat yang cocok untuk tanaman padi berkisar antara 0-1500 m dpl. Tanah yang baik untuk pertumbuhan tanaman padi adalah tanah sawah yang kandungan fraksi pasir, debu dan lempung dalam perbandingan tertentu dengan diperlukan air dalam jumlah yang cukup. Padi dapat tumbuh dengan baik pada tanah yang ketebalan lapisan atasnya antara 18-22 cm dengan pH antara 4-7 (Purwono & Purnamawati 2009).
Teknik bercocok tanam yang baik sangat diperlukan untuk mendapatkan hasil yang sesuai dengan harapan. Hal ini harus dimulai dari awal, yaitu sejak dilakukan persemaian sampai tanaman dipanen. Proses pertumbuhan tanaman hingga berbuah ini harus dipelihara dengan baik, terutama harus diusahakan agar tanaman terhindar dari serangan hama dan penyakit yang sering kali menurunkan produksi.
Produksi Benih Padi Hibrida
4
Benih padi hibrida diproduksi dari persilangan galur CMS dengan galur R. Galur CMS dihasilkan dari persilangan galur CMS dengan B. Produksi benih hibrida lebih rumit dari pada produksi benih inbrida, karena tanaman padi memiliki sifat menyerbuk sendiri dan sulit menyerbuk silang. Di samping itu faktor yang sangat mempengaruhi dalam memproduksi benih padi hibrida adalah waktu pembungaan tetua jantan denan tetua betina yang tidak sama. Sinkronisasi pembungaan ini dipengaruhi oleh faktor genetik, lingkungan dan teknik budidaya (Virmani & Sharma 1993).
Zat Pengatur Tumbuh
Zat pengatur tumbuh (ZPT) adalah istilah yang digunakan untuk senyawa organik bukan nutrisi yang aktif dalam jumlah kecil yang disintesis pada bagian tertentu, pada umumnya ditranslokasi ke bagian lain tanaman. Senyawa tersebut menghasilkan suatu tanggapan secara biokimia, fisiologi, morfologi serta dapat mendorong, menghambat atau secara kualitatif mengubah pertumbuhan dan perkembangan tanaman (Wattimena 1988; Kusumo 1990). Zat pengatur tumbuh di dalam tanaman terdiri dari lima kelompok yaitu auksin, giberellin, sitokinin, etilen, dan inhibitor dengan ciri khas dan pengaruh yang berlainan terhadap proses fisiologis (Abidin 1983; Slisbury & Ross 1995).
Salisbury dan Ross (1995) menyatakan bahwa setiap hormon mempengaruhi respon pada banyak bagian tumbuhan dan respon tersebut bergantung pada spesies, bagian tumbuhan, fase perkembangan, konsentrasi hormon, interaksi antar hormon yang diketahui, dan berbagai faktor lingkungan. ZPT mempengaruhi proses-proses fisiologis tanaman, diantaranya adalah proses pertumbuhan, differensiasi dan perkembangan tanaman, proses pengenalan, penutupan, dan pembukaan stomata, translokasi dan serapan hara.
Zat pengatur tumbuh terbagi menjadi dua, yaitu zat pengatur tumbuh endogen dan eksogen yang dapat mengubah pertumbuhan tanaman. ZPT endogen disebut fitohormon yang dihasilkan sendiri oleh tanaman, kurang optimum mempengaruhi proses pertumbuhan vegetatif dan reproduktif tanaman karena jumlahnya tidak mencukupi. ZPT eksogen disebut ZPT sintetik yang diproduksi secara buatan (kimia). Penambahan ZPT eksogen ini dapat mengoptimalkan pertumbuhan vegetatif dan reproduktif tanaman. Penambahan ZPT secara eksogen sering dilakukan.
Giberelin
Penggunaan zat pengatur tumbuh eksogen sudah banyak dilakukan. Zat pengatur tumbuh diberikan pada tanaman dengan tujuan untuk mengontrol dan memodifikasikan pertumbuhan tanaman agar diperoleh hasil yang secara ekonomis menguntungkan. Keuntungan tersebut meliputi: peningkatan hasil dan memperbaiki kualitas produksi (Wattimena 1988). Giberelin (GA3) merupakan
ZPT yang dapat mengatur antara lain pertumbuhan dan perkembangan tanaman, pemanjangan batang, pembungaan dan terlibat pada proses perkecambahan biji.
GA3 adalah senyawa tetrasiklik diterpenoid dengan sistem cincin
5 zat pengatur tumbuh yang berperan tidak hanya memacu pemanjangan batang, tetapi juga dalam proses pengaturan perkembangan tanaman salah satunya, yaitu dapat mendorong terjadinya pembungaan.
Giberelin merupakan zat pengatur tumbuh tanaman yang berperan dalam pengaturan berbagai proses pertumbuhan dan perkembangan tananaman, secara khusus berperan penting dalam perpanjangan batang tanaman (Sun 2004; Tiwari et al. 2011). Giberelin meningkatkan pembelahan dan pemanjangan sel yang selanjutnya meningkatkan jumlah sel dan panjang sel (Taiz & Zeiger 1991). Pemanjangan sel dapat terjadi karena hidrolisis pati yang dikatalisis enzim α -amilase yang didorong giberelin. Akibatnya terjadi peningkatan gula yang akan meningkatkan tekanan osmotik cairan sel dan mengakibatkan air masuk serta cenderung menyebabkan pembesaran sel (Weaver 1972). Pembesaran sel yang disebabkan oleh GA3 dapat mencapai 15 kali lebih besar dari sel yang tidak diberi
perlakuan GA3 (Davies 1995). Menurut Yin et al. (2007) GA3 dapat meningkatkan
pemanjangan pangkal malai pada galur mandul jantan padi, sehingga malai dapat keluar penuh dari pelepah daun bendera.
Budiarto dan Wuryaningsih (2007) menyatakan bahwa GA3 bersifat stabil
dan mampu memacu pertumbuhan dan pembungaan tanaman (meningkatkan pembungaan dan memperkecil kerontokan bunga). Selain itu GA3 mampu
meningkatkan aktivitas pertumbuhan tanaman dalam hal pemanjangan batang dan jumlah biji. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Zuhriyah (2004), GA3 pada
konsentrasi 200 ppm mampu meningkatkan pertumbuhan (tinggi tanaman, jumlah daun, dan luas daun) dan perkembangan (masa primordia bunga, masa panen, diameter bunga, dan panjang tangkai bunga) tanaman krisan.
Giberelin dapat menggantikan kondisi lingkungan spesifik guna mengendalikan pembentukan bunga. Induksi pembungaan yang disebabkan oleh giberelin merupakan peran pengganti hari panjang dan menginduksi pembungaan pada tanaman hari pendek (Sponsel 1995). Giberelin terdapat pada berbagai organ dan jaringan tanaman seperti akar, tunas, mata tunas, daun, bunga, bintil akar, buah dan jaringan halus. Giberelin berpengaruh terhadap pertambahan panjang batang, memperbesar luas daun dari berbagai jenis tanaman serta bunga dan buah.
Masing-masing tanaman menghasilkan GA3 yang berbeda. Pada kondisi
tertentu tanaman menghasilkan GA3 endogen yang berlebih. Sementara pada
kondisi lainnya tanaman menghasilkan GA3 dalam jumlah yang rendah. Tidak
semua GA3 yang terdapat pada tanaman aktif. Oleh karena itu, pemberian GA3 pada
tanaman harus disesuaikan dengan waktu yang diinginkan oleh tanaman. Pemberian GA3 pada saat kandungan GA3 eksogen rendah akan memberikan
pengaruh yang signifikan pada tanaman, namun kadang tidak cukup untuk merangsang (Wattimena 1988).
Pemberian GA3 sebanyak 75 g ha-1 dapat meningkatkan produksi benih padi
hibrida dari 20.4% ( kontrol) menjadi 32.1% (Biradarpatil & Shekhargouda 2006). Menurut Annis et al. (1992), pada tanaman Craspedia globosa pemberian GA3
dengan penyemprotan pada konsentrasi 0 dan 500 mg l-1 merangsang pembungaan. Menurut Chaari-Rkhis et al. (2006) pemberian GA3 10 mg l-1 dapat menginduksi
pembungaan tanaman zaitun (Olive).
Pertumbuhan dan pembungaan philodendron dapat meningkat dengan pemberian konsentrasi GA3 125 mg l-1 hingga 1 000 mg l-1 (Chen et al. 2003).
6
GA3 selain meningkatkan pertumbuhan tinggi dan jumlah ruas batang juga
merangsang pembungaan lily. Selain itu, Wuryaningsih dan Sutater (1993) melaporkan bahwa pemberian 230 ppm GA3 sebanyak tiga kali pada tanaman
krisan meningkatkan tinggi tanaman sampai dengan minggu ke 12 dan produksi bunga dan panjang tangkai lebih dari 60 cm serta kesegaran bunga 5 hari.
3
METODE
Waktu dan Tempat
Percobaan I dilaksanakan di Kebun Percobaan Muara-Balai Besar Penelitian Tanaman Padi. Percobaan II dilaksanakan di Laboratorium Ilmu dan Teknologi Benih Departemen Agronomi dan Hortikultura IPB. Percobaan ini dilaksanakan pada bulan April 2015 sampai April 2016.
Bahan dan Alat
Benih yang digunakan adalah benih tetua betina dan tetua jantan dari tiga varietas padi hibrida yaitu benih galur A1 dan PK91 untuk varietas Hipa-8, benih galur A7 dan PK92 untuk varietas Hipa-14, serta benih galur A6 dan PK88 untuk varietas Hipa Jatim-3, benih galur-galur tersebut berasal dari Balai Besar Penelitian Tanaman Padi (BB Padi). Zat pengatur tumbuh giberelin (GA3) dengan konsentrasi
7
Prosedur Percobaan
Gambar 1 Bagan alir penelitian
Percobaan 1. Aplikasi Konsentrasi Giberelin pada Saat Benih Diproduksi
Percobaan disusun menggunakan rancangan petak terbagi (Split Plot Design) dua faktor. Faktor pertama adalah varietas padi hibrida (V) sebagai petak utama dan faktor kedua adalah taraf konsentrasi giberelin (GA3) sebagai anak petak.
Petak utama: Varietas (V): V1 = Hipa-8 (A1 dan PK91) V2 = Hipa-14 (A7 dan PK92) V3 = Jatim-3(A6 dan PK88) Anak petak: Konsentrasi GA3 (ppm)
G0 = Tanpa GA3
G1 = GA3 150 ppm
G2 = GA3 200 ppm
G3 = GA3 250 ppm
Percobaan diulang sebanyak tiga kali sehingga terdapat 36 satuan percobaan. Satu unit percobaan berupa satu petakan yang berukuran 5 m x 5 m, dengan jarak antar petak 0.6 m dan jarak antar petak utama 1 m (Lampiran 4). Masing-masing varietas pada petak utama dipasang plastik setinggi 1.5 m yang berguna sebagai isolasi antar varietas. Penyemaian tetua jantan dan betina dilakukan pada waktu berbeda, karena umur berbunga tetua jantan dan betina berbeda. Bibit tetua betina dipindah ke lapang setelah berumur 21 hari, sedangkan bibit tetua jantan dipindah tanam pada umur yang berbeda-beda (24, 21 dan 18 hari) (Lampiran 5). Rasio tanam tanaman jantan dengan tanaman betina adalah 2R:10A, dengan jarak tanam
Percobaan I
8
antar tanaman 20 cm x 20 cm. Jarak tanam antar baris tanaman A terluar dengan baris tanaman R terluar adalah 30 cm (Badan Litbang 2007).
Tanaman dipupuk dengan menggunakan pupuk SP-36 150 kg ha-1 dan KCl 100 kg ha-1 diberikan seluruhnya pada saat tanam, sedangkan urea 200 kg ha-1 diberikan 3 kali, yaitu pada waktu tanam dengan 66.7 kg ha-1, pada saat tanaman
berumur 28 hari setelah tanam (HST) dengan 66.7 kg ha-1 dan pada saat tanaman berumur 49 HST dengan 66.7 kg ha-1. Penyiangan gulma dilakukan secara manual yang dilakukan pada saat tanaman berumur 22 HST. Pengendalian hama dan penyakit tanaman dilakukan secara kimia sesuai kondisi dan kebutuhan dilapang.
Aplikasi GA3 dilakukan dua kali (5 – 10 % dari populasi telah mulai berbunga
dan 3 hari setelahnya) (Susilawati 2014). GA3 diaplikasikan dengan cara
disemprotkan. Volume semprot satu liter per petak percobaan (setara dengan 400 L ha-1) dengan menggunakan konsentrasi GA3 sesuai dengan konsentrasi perlakuan
perpetak percobaan . Penyemprotan diberikan pada tetua betina dan tetua jantan dan dilakukan dari bagian buku di bawah daun bendera sampai ujung daun, pada pagi hari (09.00-11.00 WIB) saat cuaca cerah dan tidak ada hujan.
Pengamatan yang dilakukan meliputi pengamatan terhadap lima rumpun tanaman contoh tetua betina, lima tanaman contoh tetua jantan dan pengamatan hasil produksi. Peubah yang diamati pada tanaman betina (CMS), yaitu tinggi tanaman vegetatif (6 MST), tinggi tanaman generatif (1 minggu sebelum panen), jumlah anakan total, jumlah anakan produktif, umur berbunga 50 %, eksersi malai (%), eksersi stigma (%) sudut bunga membuka, panjang malai (cm), jumlah gabah total per malai (butir), jumlah gabah isi dan hampa per malai (butir), persentase gabah isi per malai (%) dan produktivitas (kg ha-1). Peubah yang diamati pada tanaman jantan (restorer) yaitu umur berbunga 50 % dan tinggi tanaman generatif (1 minggu sebelum panen).
Percobaan 2. Pengaruh Aplikasi Giberelin pada Saat Benih Diproduksi di Lahan Terhadap Viabilitas dan Vigor Benih Padi Hibrida Selama di Penyimpanan
Percobaan 2 dilaksanakan di Laboratorium Ilmu dan Teknologi Benih, Departemen Agronomi dan Hortikultura, IPB. Percobaan ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh aplikasi GA3 pada saat benih diproduksi terhadap viabilitas
dan vigor benih selama proses penyimpanan. Percobaan disusun menggunakan rancangan petak terbagi (Split Plot Design) dua faktor. Faktor pertama adalah varietas padi hibrida (V) sebagai petak utama dan faktor kedua adalah taraf konsentrasi giberelin (GA3) sebagai anak petak.
Faktor utama: Varietas (V) V1 = Hipa-8 (A1 dan PK91) V2 = Hipa-14 (A7 dan PK92) V3 = Jatim-3(A6 dan PK88)
Faktor kedua: Konsentrasi GA3 (ppm)
G0 = Tanpa GA3
G1 = GA3 150 ppm
G2 = GA3 200 ppm
9 Benih yang digunakan dalam percobaan ini merupakan hasil dari percobaan pertama. Benih disimpan dalam plastik polipropilen (PP) sebanyak satu kg tiap kemasan. Kemasan ditutup rapat dan disimpan dalam boks plastik tertutup selama enam bulan pada suhu kamar. Penyimpanan dilakukan setelah benih patah dormansi (satu bulan setelah panen). Pengujian mutu fisiologis benih dilakukan setiap bulan. Pengujian pertama dilakukan pada saat 0 bulan penyimpanan. Pengujian dilakukan dengan menggunakan metode UKDdp (Uji Kertas Digulung didirikan dalam plastik). Benih dikecambahkan menggunakan alat pengecambah benih IPB 73-2B. Setiap perlakuan terdiri atas tiga ulangan dan setiap ulangan terdiri dari 100 butir benih. Peubah yang diamati, yaitu: potensi tumbuh maksimum, daya berkecambah, kecepatan tumbuh maksimum dan indeks vigor.
1. Potensi Tumbuh Maksimum (PTM)
Potensi tumbuh maksimum (PTM) mengindikasikan viabilitas total. Penghitungan PTM didasarkan pada benih yang tumbuh (berkecambah) sampai hari ke-7 setelah tanam. Rumus untuk menghitung PTM adalah:
PTM % = � �� + � �
Σ �ℎ � � �� x 100%
Dimana: ΣKN = jumlah kecambah normal sampai akhir pengamatan
ΣKAb = jumlah kecambah abnormal sampai akhir pengamatan 2. Daya Berkecambah (DB)
Daya berkecambah merupakan tolok ukur yang mengindikasikan viabilitas potensial (Vp). Penghitungan DB diperoleh dari persentase kecambah normal (KN) pada pengamatan 1 (hari ke-5) dan pengamatan 2 (hari ke-14). Rumus yang digunakan:
DB % = ∑ KN hitungan I + ∑ KN hitungan II∑ Benih yang ditanam x 100%
3. Kecepatan Tumbuh (KCT)
Kecepatan tumbuh (KCT) merupakan tolok ukur yang mengindikasikan vigor
kekuatan tumbuh. Perhitungan kecepatan tumbuh didasarkan pada akumulasi kecepatan tumbuh harian dalam unit tolok ukur persentase per hari dengan rumus:
KCT =% KN e−1et a + …+ % KN e− et a
Dimana: 1 et mal = 24 jam
% KN = persentase kecambah normal 4. Indeks Vigor (IV)
10
IV % = ∑ benih yang ditanam x 100%∑ KN hitungan I
Data dianalisis menggunakan analisis sidik ragam (ANOVA). Apabila analisis ragam menunjukkan keragaman nyata dilanjutkan dengan Duncan’s Multiple Range Test (DMRT) taraf 5%.
4
HASIL DAN PEMBAHASAN
Percobaan 1. Aplikasi Konsentrasi Giberelin pada Saat Benih Diproduksi
Data hasil ANOVA untuk berbagai peubah disajikan pada Tabel 1. Interaksi perlakuan konsentrasi GA3 dan varietas padi hibrida berpengaruh nyata terhadap
peubah tinggi tanaman restorer, persentase gabah isi per malai, dan hasil benih. Faktor konsentrasi GA3 berpengaruh nyata terhadap peubah tinggi tanaman
restorer, tinggi tanaman CMS, jumlah anakan total, jumlah anakan produktif, sudut membuka bunga, eksersi malai, gabah hampa per malai, dan gabah total per malai sedangkan faktor varietas berpengaruh nyata terhadap jumlah anakan produktif, eksersi stigma (%), panjang malai (cm), gabah isi per malai, gabah hampa per malai dan, gabah total per malai.
Tabel 1 Rekapitulasi hasil analisis variansi (ANOVA) pengaruh aplikasi konsentrasi GA3 dan varietas
Keterangan: * = berpengaruh nyata pada taraf α=0.05; tn = tidak berpengaruh nyata pada taraf
α=0.05; KK = Koefisien keragaman
Hasil analisis ragam menunjukkan tinggi tanaman restorer dipengaruhi oleh interaksi antara konsentrasi GA3 dengan galur restorer. Interaksi antara konsentrasi
11 dengan interaksi antara galur PK88 pada konsentrasi GA3 150 ppm, 200 ppm dan
250 ppm dan antara galur PK91 pada konsentrasi 150 ppm dan 250 ppm (Tabel 2). Faktor aplikasi konsentrasi GA3 secara tunggal berpengaruh terhadap tinggi
tanaman CMS, sedangkan varietas dan interaksi antara aplikasi konsentrasi GA3
dengan varietas tidak berpengaruh terhadap tinggi tanaman. Aplikasi konsentrasi GA3 250 ppm menghasilkan rata-rata tinggi tanaman CMS tertinggi, yaitu sebesar 100.17 cm (Tabel 2). Giberelin sangat berperan dalam proses pertumbuhan dan perkembangan tanaman yang secara khusus berperan penting dalam hal perpanjangan batang (Budiarto & Wuryaningsih 2007; Tiwari et al. 2011). Menurut hasil penelitian yang dilakukan Toharudin dan Sutomo (2013), zat pengatur tumbuh giberelin dengan konsentrasi 10 ppm dan 20 ppm telah dapat meningkatkan tinggi tanaman.
Tabel 2 Tinggi tanaman restorer dan CMS pada perbedaan aplikasi konsentrasi GA3
Galur/Varietas Konsentrasi GA3 (ppm) Rata-rata
0 150 200 250
Tinggi tanaman restorer (cm)
PK88 (Jatim-3) 84.60d 99.87ab 102.79ab 102.63ab 97.47 PK91 (Hipa-8) 91.17c 99.33ab 97.85b 101.94ab 97.57 PK92 (Hipa-14) 83.99d 101.69ab 104.24ab 106.03a 98.99 Rata-rata 86.59 100.29 101.63 103.53
Keterangan: Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada masing-masing variabel tidak berbeda
nyata berdasarkan uji DMRT pada taraf α=0.05
Tinggi tanaman merupakan faktor yang sangat mendukung dalam memaksimalkan produksi benih padi hibrida (Andreani et al. 2012). Untuk memudahkan sampainya serbuk sari pada kepala putik tanaman restorer harus lebih tinggi dari tanaman CMS. Tanaman restorer sebaiknya memiliki tinggi tanaman > 10-20 cm lebih tinggi dibanding tanaman CMS (Virmani 1994). Hasil penelitian menunjukkan semua tanaman restorer pada semua perlakuan konsentrasi GA3
memiliki postur tanaman lebih tinggi dibandingkan dengan tanaman CMS pasangannya kecuali pada tanaman Hipa-8 pada konsentrasi 250 ppm, tinggi tanaman restorer lebih rendah dibandingkan CMS ( Tabel 3).
Tiga varietas yang diuji memiliki respon yang berbeda terhadap aplikasi GA3.
Varietas Hipa-14 memiliki restorer yang lebih sensitif terhadap aplikasi GA3 dari
pada CMS, sehingga semakin tinggi konsentrasi GA3 yang diaplikasikan semakin
tinggi tanaman restorer. Varietas Jatim-3 dan Hipa-8 memiliki CMS yang lebih sensitif terhadap aplikasi GA3, sehingga semakin tinggi konsentrasi GA3 yang
12
menyebabkan tanaman CMS memiliki tinggi lebih tinggi dari pada tanaman restorer.
Tabel 3 Selisih tinggi tanaman restorer dengan tanaman CMS pada perbedaan aplikasi konsentrasi GA3
Keterangan: (-) Tinggi tanaman tetua jantan lebih pendek dari tinggi tetua betina, (+) tinggi tanaman tetua jantan lebih tinggi dari tinggi tanaman tetua betina
Faktor aplikasi konsentrasi GA3 secara statistik berpengaruh terhadap jumlah
anakan total dan anakan produtif. Faktor varietas berpengaruh terhadap jumlah anakan produktif tapi tidak berpengaruh terhadap jumlah anakan total dan interaksi antara faktor konsentrasi GA3 dengan varietas tidak memberikan pengaruh terhadap
anakan total dan anakan produktif. Aplikasi GA3 tidak dapat meningkatkan jumlah
anakan total dan produktif tanaman. Rata-rata jumlah anakan total dan anakan produktif tertinggi terdapat pada perlakuan konsentrasi 0 ppm (kontrol), yaitu 23 batang pada anakan total dan 15 batang pada anakan produktif. Tidak terdapatnya pengaruh pada anakan tanaman dikarenakan aplikasi GA3 dilakukan pada saat
tanaman telah berbunga.
13 Tabel 4 Jumlah anakan total dan anakan produktif tiga galur mandul jantan (CMS)
pada perbedaan aplikasi konsentrasi GA3
Galur/Varietas Konsentrasi GA3 (ppm) Rata-rata
0 150 200 250 Rata-rata 15.53a 13.73b 14.86ab 14.82ab
Keterangan: Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada masing-masing variabel tidak berbeda
nyata berdasarkan uji DMRT pada taraf α=0.05
Waktu berbunga 50% merupakan variabel penting dalam keberhasilan penyerbukan tanaman. Pada penelitian ini waktu berbunga 50% antara CMS dan restorer berbeda pada semua varietas. Pada varietas Jatim-3 CMS lebih cepat berbunga (76 HST) dari pada restorer (95, 92, dan 89 HST). Varietas Hipa-8 restorer lebih cepat berbunga (83, 80, dan 77 HST) dari pada CMS (85 HST). Varietas Hipa-14 restorer penanaman pertama lebih lambat berbunga 1 hari (84 HST) dibandingkan CMS (83 HST), sedangkan pada restorer penanaman ke-2 dan ke-3 lebih cepat berbunganya (81 dan 78 HST). Skema penyerbukan tetua betina (A) dan tetua jantan dapat dilihat pada Gambar 2. Varietas Hipa-14 waktu berbunga tanaman CMS dan tanaman restorer lebih sinkron dibandingkan pada varietas Hipa-8 dan Jatim-3. Sinkronisasi pembungaan sangat menentukan keberhasilan dalam memproduksi benih padi hibrida (Sukirman et al. 2006).
Periode pembungaan padi bervariasi antara 7-10 hari untuk padi budi daya dan 7-20 hari untuk padi liar. Kemampuan kepala putik untuk dapat menerima serbuk sari dapat mencapai 3-7 hari. Serbuk sari setelah keluar dari kepala sari biasanya berumur pendek dan viabilitasnya akan hilang dalam waktu 5 menit (Widyastuti et al. 2012). Periode reseptivitas putik lebih lama dibandingkan serbuk sari. Jika tetua betina berbunga lebih cepat dari tetua jantan, kesempatan terjadinya penyerbukan masih ada. Sebaliknya jika tetua jantan berbunga lebih cepat dari betina maka penyerbukan tidak terjadi.
14
Gambar 2 Skema penyerbukan menggunakan umur 50 % berbunga tetua betina (A) dan tetua jantan (R1,R2, dan R3)
Aplikasi GA3 memberikan pengaruh terhadap sudut membuka bunga. Sudut
membuka bunga pada perlakuan konsentrasi GA3 200 ppm rata-rata mencapai
22.71o (Tabel 5). Sudut membuka bunga berpengaruh terhadap keberhasilan penyerbukan. Semakin besar sudut membuka bunga akan meningkatkan kemungkinan diterimanya serbuk sari oleh kepala putik, sehingga keberhasilan terbentuknya biji lebih tinggi. Hasil penelitian Sheeba et al. (2006) melaporkan, sudut membuka bunga pada tetua betina padi berkisar antara 26o-36o. Penelitian yang dilakukan oleh Susilawati et al. (2014b), dengan aplikasi GA3 300 ppm
didapatkan sudut membuka bunga 26.7-32.9o.
Faktor konsentrasi GA3 berpengaruh terhadap eksersi malai, namun faktor
varietas/galur tidak berpengaruh. Interaksi konsentrasi GA3 dengan varietas/galur
tidak berpengaruh terhadap eksersi malai. Hasil uji rata-rata nilai tengah menunjukkan konsentrasi GA3 150, 200, dan 250 ppm memiliki eksersi malai lebih
baik dibandingkan kontrol. Aplikasi GA3 250 ppm menghasilkan eksersi malai
tertinggi (86.89%) namun tidak berbeda dengan perlakuan 200 ppm GA3 (85.58 %)
(Tabel 5). Peningkatan eksersi malai ini berpengaruh dalam peningkatan produksi benih. Hasil penelitian Yin et al. (2007) menyatakan bahwa GA3 dapat
meningkatkan pemanjangan pangkal malai pada galur CMS sehingga malai dapat keluar penuh dari pelepah daun bendera. Hal ini akan memberi peluang terbentuknya benih menjadi lebih besar dan hasil gabah meningkat.
Aplikasi konsentrasi GA3 tidak memberikan pengaruh terhadap eksersi
stigma, namun faktor varietas/galur berpengaruh. Hasil rata-rata nilai tengah aplikasi konsentrasi GA3 eksersi stigma tertinggi terdapat pada konsentrasi 200
ppm, yaitu 42.94% dan galur yang memiliki eksersi stigma tertinggi Hipa-8 yaitu 45.55% (Tabel 5). Hasil penelitian ini berbeda dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Susilawati (2014), konsentrasi GA3 300 ppm menghasilkan
15 Eksersi stigma berpengaruh terhadap persentase keberhasilan terbentuk gabah. Semakin tinggi persentase eksersi semakin besar kemungkinan terbentuknya gabah. Stigma mampu menerima polen hingga 5 hari setelah bunga menutup, sedangkan polen hanya bertahan hidup hingga 5 menit. Stigma yang tetap berada di luar saat bunga padi telah menutup akan meningkatkan kesempatan polen untuk jatuh di permukaan stigma dan berkecambah, sehingga terjadi pembuahan (Rumanti et al. 2014).
Tabel 5 Sudut membuka bunga, eksersi malai dan eksersi stigma pada perbedaan aplikasi konsentrasi GA3 yang berbeda
Galur/Varietas Konsentrasi GA3 (ppm) Rata-rata
0 150 200 250
Keterangan: Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada masing-masing variabel tidak berbeda
nyata berdasarkan uji DMRT pada taraf α=0.05
Faktor konsentrasi GA3 tidak berpengaruh terhadap panjang malai, namun
faktor galur CMS memberikan pengaruh terhadap panjang malai. Interaksi konsentrasi GA3 dengan galur CMS tidak memberikan pengaruh terhadap panjang
malai. Panjang malai rata-rata pada setiap galur adalah 25.68 cm (A7), 25.62 cm (A1) dan 24.36 cm (A6 ) (Tabel 6).
Faktor konsentrasi GA3 memberikan pengaruh terhadap total gabah per malai
dan gabah hampa per malai, tetapi tidak berpengaruh terhadap gabah isi per malai. Faktor varietas mamberikan pengaruh terhadap gabah isi per malai, gabah hampa per malai dan gabah total per malai. Aplikasi konsentrasi GA3 tidak dapat
meningkatkan gabah total per malai (Tabel 6).
Aplikasi konsentrasi GA3 dapat menekan jumlah gabah hampa per malai,
semakin tinggi konsentrasi GA3, jumlah gabah hampanya semakin rendah.
Rata-rata jumlah gabah hampa per malai yang paling sedikit terdapat pada konsentrasi 250 ppm GA3, yaitu 121.67 butir (Tabel 6). Jumlah gabah hampa ini sangat
16
Interaksi antara galur CMS dengan konsentrasi GA3 berpengaruh terhadap persen gabah isi per malai. Respon galur CMS berbeda terhadap perlakuan konsentrasi GA3. Galur A7 menghasilkan persen gabah isi per malai tertinggi pada konsentrasi 150 ppm, 200 ppm dan 250 ppm GA3 dibandingkan dengan galur CMS lainnya. Galur A7 dengan konsentrasi GA3 200 ppm menghasilkan rataan persen gabah isi per malai tertinggi namun tidak berbeda nyata dengan galur Jatim-3 (Tabel 6).
Hasil uji nilai tengah gabah total per malai galur A1 8) dan A7 (Hipa-14) lebih tinggi dari galur A6 (Jatim-3). Galur A1 (Hipa-8) dan A7 (Hipa-(Hipa-14) memiliki total gabah per malai, yaitu 196.60 dan 195.82 butir, sedangkan untuk galur A6 (Jatim-3) 168.65 butir. Rata-rata gabah isi per malai tertinggi terdapat pada galur A7 (Hipa-14), yaitu 64.36 butir. Galur A1 (Hipa-8) memiliki rata-rata jumlah gabah hampa tertinggi yaitu 135.97 butir permalainya (Tabel 6).
Tabel 6 Panjang malai (cm), gabah isi per malai, gabah hampa per malai, % gabah isi per malai dan gabah total per malai, pada perbedaan aplikasi konsentrasi GA3
Galur/Varietas Konsentrasi GA3 (ppm) Rata-rata
0 150 200 250 Rata-rata 132.72a 132.38a 126.77ab 121.67b
% gabah isi/malai
A1 (Hipa-8) 33.51abc 29.92bcd 29.94bcd 30.07bcd 30.86 A6 (Jatim-3) 27.25d 29.32cd 31.99abc 32.78abc 30.33 Rata-rata 191.56a 190.03a 187.43ab 179.08b
Keterangan: Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada masing-masing variabel tidak
17 Respon masing-masing varietas berbeda terhadap aplikasi konsentrasi GA3 .
Terlihat pada benih yang dihasilkan pada masing-masing varietas (Tabel 7). Pada penelitian ini terdapat pengaruh interaksi antara faktor konsentrasi GA3 dengan
varietas padi hibrida terhadap hasil benih, namun pengaruh aplikasi konsentrasi GA3 (150 ppm, 200 ppm, dan 250 ppm) menghasilkan hasil benih tidak berbeda
nyata dengan kontrol (0 ppm) pada varietas Hipa-14 dan Jatim-3. Pada varietas Hipa-8 aplikasi konsentrasi GA3 150 ppm berbeda nyata dengan kontrol (0 ppm)
namun memiliki hasil benih yang lebih rendah dibandingkan kontrol. Hasil benih tertinggi terdapat pada varietas Hipa-14 dengan aplikasi konsentrasi GA3 200 ppm, yaitu 1 000 kg ha-1. Pada varietas Hipa-8 Hasil benih tertinggi terdapat pada aplikasi konsentrasi tanpa GA3 (0 ppm) yaitu 787 kg ha-1 dan varietas Jatim-3 terdapat pada
konsentrasi GA3 150 ppm yaitu 907 kg ha1.
Tabel 7 Hasil benih (kg ha-1) pada perbedaan aplikasi konsentrasi GA3
Varietas Konsentrasi GA3 (ppm) Rata-rata
0 150 200 250
Produktivitas yang tinggi merupakan salah satu alasan faktor utama benih diproduksi. Varietas dengan produktivitas yang tinggi akan diusahakan untuk dihasilkan benihnya, walaupun mendapatkan kesulitan dalam memproduksinya. Tiga varietas yang digunakan dalam penelitian ini memiliki rata-rata produktivitas yang cukup tinggi, yaitu ±7.5 ton ha-1 (Hipa-8), ±8.4 ton ha-1 (Hipa-14) dan ±8.5 ton ha-1 (Jatim-3) (Lampiran 1, 2, dan 3). Hasil percobaan yang dilakukan menunjukkan, tiga varietas ini memiliki sifat yang berbeda dalam memproduksi benihnya.
Waktu berbunga CMS dan restorer varietas Hipa-14 yang lebih sinkron dan varietas Hipa-14 paling sensitif terhadap aplikasi GA3 dibandingkan varietas
Jatim-3 dan Hipa-8. Hal ini dapat dilihat dari peningkatan nilai rata-rata pada tinggi tanaman restorer, eksersi malai, panjang malai, persen gabah isi per malai, dan hasil benih yang dihasilkan setelah tanaman diberi perlakuan aplikasi konsentrasi GA3.
Produksi benih padi hibrida varietas Hipa-14 dapat ditingkatkan dengan mengaplikasikan GA3 dengan konsentrasi 200 ppm.
Varietas Hipa-8 merupakan varietas yang paling tidak respon terhadap aplikasi konsentrasi GA3, terlihat dari penurunan hasil benih yang diperoleh dari
aplikasi GA3. Aplikasi GA3 juga tidak dapat meningkatkan tinggi tanaman restorer
dari pada tanaman CMS. Produksi benih varietas Hipa-8 dapat dilakukan tanpa aplikasi GA3 sehingga akan lebih menghemat biaya produksi.
Aplikasi konsentrasi GA3 dapat menekan jumlah gabah hampa,
18
tinggi dari tanaman CMS). Aplikasi GA3 150 ppm dibutuhkan untuk meningkatkan
hasil benih padi hibrida varietas Jatim-3.
Percobaan 2. Pengaruh Aplikasi Giberelin Pada Saat Benih Diproduksi di Lahan Terhadap Viabilitas dan vigor Benih Padi Hibrida selama di Penyimpanan
Aplikasi konsentrasi GA3 pada saat benih diproduksi dilihat pengaruhnya
terhadap viabilitas dan vigor benih selama disimpan. Benih yang yang diperoleh dari percobaan pertama disimpan selama enam bulan. Perlakuan yang diuji terdiri atas tiga varietas benih dan empat konsentrasi GA3 yang telah diaplikasikan pada
saat benih diproduksi di lahan.
Giberelin banyak berperan dalam berbagai proses fisiologi tanaman salah satunya dalam proses perkecambahan. Hopkin (1995) melaporkan, giberelin berperan dalam perpanjangan dan pembelahan sel, pemecahan dormansi biji, mobilisasi endosperm cadangan selama awal pertumbuhan embrio, pemecahan dormansi tunas, pertumbuhan dan perpanjangan batang, perkembangan bunga dan buah.
Fungsi giberelin dalam perkecambahan adalah mengaktifkan pembentukan α -amilase yang berguna merombak amilose dan amilopektin menjadi maltose dan glukosa juga merombak dextrin menjadi maltose dan glukosa (Kamil 1982). Tidak
hanya α-amilase yang bisa ditingkatkan oleh hormon giberelin, tapi enzim β -amilase dan protease juga meningkat pesat. Giberelin meningkatkan enzim proteinase yang mengubah protein menjadi asam amino dan enzim lipase yang mengubah lemak menjadi asam lemak dan gliserol yang larut (Wilkins 1989). Perubahan cadangan makanan menjadi zat-zat yang lebih mobil menyebabkan pengangkutan merata keseluruh bagian embrio sehingga benih dapat berkecambah (Goldworthy & Fisher 1996).
Hasil sidik ragam menunjukkan, perlakuan varietas pada pengamatan bulan ke-5 dan 6 berpengaruh terhadap potensi tumbuh maksimum benih. Perlakuan konsentrasi GA3 dan interaksi antara varietas dan GA3 tidak berpengaruh nyata
19 Tabel 8 Pengaruh varietas dan konsentrasi GA3 terhadap potensi tumbuh
maksimum
Perlakuan PTM (%) pengamatan bulan ke-
1 2 3 4 5 6
Keterangan: Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata pada taraf 5% berdasarkan analisis DMRT
Perlakuan varietas berpengaruh terhadap daya berkecambah benih pada periode simpan bulan ke-4, 5, dan 6. Perlakuan konsentrasi GA3 tidak berpengaruh
terhadap daya berkecambah benih. Selama enam bulan penyimpanan, daya berkecambah dari tiga varietas yang diuji masih tinggi (>80%). Varietas Hipa-8 sampai dengan periode simpan enam bulan memiliki daya berkecambah terendah. Varietas yang memiliki daya berkecambah tertinggi pada periode akhir penyimpanan terdapat pada varietas Jatim-3, yaitu 89.8% (Tabel 9).
Tabel 9 Pengaruh varietas dan konsentrasi GA3 terhadap daya berkecambah (%)
Perlakuan DB (%) pengamatan bulan ke-
1 2 3 4 5 6
Keterangan: Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata pada taraf 5% berdasarkan analisis DMRT
Perlakuan varietas berpengaruh terhadap kecepatan tumbuh benih pada periode simpan bulan ke-4, 5, dan 6 sedangkan perlakuan konsentrasi GA3 dan
interaksi antara varietas dan konsentrasi GA3 tidak berpengaruh. Rata-rata KCT pada
20
Varietas yang memiliki nilai KCT tetinggi pada akhir pengamatan terdapat pada
varietas Jatim-3, yaitu 18.0 (% etmal-1) (Tabel 10).
Tabel 10 Pengaruh varietas dan konsentrasi GA3 terhadap kecepatan tumbuh (%
etmal-1)
Perlakuan KCT (% etmal
-1) pengamatan bulan ke-
1 2 3 4 5 6
Keterangan: Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata pada taraf 5% berdasarkan analisis DMRT
Indeks vigor benih padi diukur berdasarkan hitungan jumlah kecambah normal yang tumbuh pada hitungan pertama (first count). Perlakuan tunggal varietas dan perlakuan tunggal konsentrasi GA3 berpengaruh terhadap indeks vigor.
Pengaruh perlakuan faktor tunggal ini mulai terjadi pada periode penyimpanan bulan ke-3 sampai bulan ke-6 untuk perlakuan varietas sedangkan perlakuan konsentrasi GA3 mulai terjadi pada bulan ke-4 sampai bulan ke-6 (Gambar 11).
Tabel 11 Pengaruh varietas dan konsentrasi GA3 terhadap indeks vigor (%)
Perlakuan IV (%) pengamatan bulan ke-
1 2 3 4 5 6
Keterangan: Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata pada taraf 5% berdasarkan analisis DMRT
Interaksi kedua perlakuan tidak berpengaruh terhadap indeks vigor. Varietas yang memiliki indeks vigor terkecil dari awal sampai akhir periode simpan adalah varietas Hipa-8 (berkisar antara 81.3-49.3%). Perlakuan konsentrasi GA3, indeks
21 200 ppm (83.3%), namun pada akhir periode penyimpanan nilai indeks vigor tertinggi terdapat pada konsentrasi 0 ppm (58.4%).
Aplikasi konsentrasi GA3 pada saat benih diproduksi dilapang tidak
memberikan pengaruh terhadap viabilitas dan vigor daya simpan benih. Pada semua peubah yang diamati terlihat tanaman yang mendapatkan perlakuan konsentrasi 150, 200, dan 250 ppm tidak berbeda viabilitas dan vigornya dengan perlakuan 0 ppm GA3. Berdasarkan hasil pengamatan ini dapat diketahui, aplikasi konsentrasi GA3
pada saat benih diproduksi dilapang tidak mempengaruhi hormon endogen GA3
benih. Namun dugaan ini harus diteliti lebih lanjut.
Perilaku Penurunan Viabilitas dan Vigor Benih Selama Penyimpanan
Viabilitas adalah daya hidup benih yang dapat ditunjukkan oleh proses pertumbuhan benih pada lingkungan tumbuh optimum. Parameter viabilitas pada penelitian ini diamati dari pengamatan peubah daya berkecambah (DB) dan potensi tumbuh maksimum (PTM). Vigor merupakan kemampuan benih untuk berkecambah dan berkembang menjadi tanaman normal pada lingkungan optimum maupun sub optimum. Parameter vigor pada penelitian ini diamati dari pengamatan kecepatan tumbuh (KCT) dan indeks vigor (IV).
Potensi Tumbuh Maksimum
Hasil analisis regresi perilaku potensi tumbuh maksimum benih padi hibrida disajikan pada Tabel 12. Perilaku penurunan potensi tumbuh maksimum benih diperoleh melalui pengamatan kecambah normal dan abnormal selama benih dikecambahkan. Interval waktu pengamatan satu bulan selama enam bulan periode simpan pada tiga varietas padi hibrida.
Perilaku potensi tumbuh maksimum pada semua konsentrasi GA3 memiliki
pola perilaku yang relatif sama. Perilaku potensi tumbuh maksimum varietas padi hibrida yang disimpan selama enam bulan mengalami penurunan seiring lamanya periode simpan. Varietas Hipa-8 dari awal sampai akhir pengamatan mengalami penurunan yang paling tinggi, yaitu sebesar 8.6% sedangkan pada varietas Hipa-14 dan Jatim-3 penurunannya hanya 3.6 % dan 2.7%.
Perilaku penurunan potensi tumbuh maksimum varietas Hipa-14 dan Jatim-3 pada semua konsentrasi GA3 terjadi secara perlahan sampai akhir periode simpan.
22
Tabel 12 Hasil analisis regresi peubah potensi tumbuh maksimum tiga varietas padi selama enam bulan penyimpanan
Keterangan: y = Potensi tumbuh maksimum (%), x = periode simpan (bulan)
Gambar 3 Perilaku peubah potensi tumbuh maksimum dengan perlakuan konsentrasi GA3 selama penyimpanan (A) konsentrasi 0 ppm, (B) 150
ppm, (C)200 ppm, dan (d) 250 ppm. 150 ppm Hipa-14 y = 102.538 – 2.92934exp(0.142737x)
150 ppm Jatim-3 y = 133.115 – 34.5015exp(0.00781078x)
200 ppm Hipa-8 y = 99.9754 – 0.425854exp(0.540241x) 200 ppm Hipa-14 y = 99.5442 – 0.184139exp(0.522689x) 200 ppm Jatim-3 y = 106.262 – 6.3299exp(0.0806162x)
250 ppm Hipa-8 y = 99.2311 – 0.356788exp(0.514995x) 250 ppm Hipa-14 y = 102.285 – 2.28592exp(0.18955x)
23
Daya Berkecambah
Hasil analisis regresi daya berkecambah disajikan pada Tabel 13. Perilaku daya berkecambah benih diperoleh melalui pengamatan kecambah normal. Interval pengamatan satu bulan terhadap tiga varietas benih padi hibrida selama enam bulan penyimpanan.
Pola perilaku daya berkecambah selama penyimpanan dapat dilihat pada Gambar 4. Perilaku daya berkecambah pada semua konsentrasi GA3 memiliki pola
perilaku yang sama sedangkan pada varietas terdapat perbedaan perilaku penurunan daya berkecambah. Varieas Hipa-8 memiliki pola perilaku penurunan lebih cepat dibandingkan varietas Hipa-14 dan Jatim-3 pada semua konsentrai GA3. Hipa-8
mengalami penurunan daya kecambah yang cepat mulai pada penyimpanan bulan ketiga. Penurunaya daya berkecambahnya Hipa-8 pada masing-masing konsentrasi yaitu 4.8907exp(0.235486x) (0 ppm), 6.87628exp(0.224614x) (150 ppm), 17.0552exp(0.10478x) (200 ppm), dan 3.01932exp(0.261902x) (250 ppm).
Tabel 13 Hasil analisis regresi peubah daya berkecambah tiga varietas padi selama enam bulan penyimpanan
Perlakuan Persamaan
0 ppm Hipa-8 y = 102.715 – 4.8907exp(0.235486x) 0 ppm Hipa-14 y = 99.0023 – 0.457938exp(0.542274x) 0 ppm Jatim-3 y = 97.0042 – 0.254979exp(0.52247x)
150 ppm Hipa-8 y = 105.558 – 6.87628exp(0.224614x) 150 ppm Hipa-14 y = 97.6527exp(-0.0116175x) 150 ppm Jatim-3 y = 97,2296exp(-0,0111747x) 200 ppm Hipa-8 y = 116.014 – 17.0552exp(0.10478x) 200 ppm Hipa-14 y = 104.882 – 6.68381exp(0.150422x)
200 ppm Jatim-3 y = 95.7196 – 0.0177304exp(1.02622x)
24
Gambar 4 Perilaku peubah daya berkecambah dengan perlakuan konsentrasi GA3
selama penyimpanan (A) konsentrasi 0 ppm, (B) 150 ppm, (C)200 ppm, dan (d) 250 ppm
Kecepatan Tumbuh
Hasil analisis regresi perilaku kecepatan tumbuh benih padi hibrida disajikan pada Tabel 14. Perilaku penurunan kecepatan tumbuh benih diperoleh melalui pengamatan kecambah normal per harinya. Interval waktu pengamatan satu bulan selama enam bulan periode simpan pada tiga varietas padi hibrida.
Nilai kecepatan tumbuh yang tinggi menunjukkan benih tersebut vigor karena mampu berkecambah dalam waktu yang singkat. Pola perilaku kecepatan tumbuh selama penyimpanan dapat dilihat pada Gambar 5. Kecepatan tumbuh tiga varietas benih yang diuji menurun seiring dengan berjalannya waktu penyimpanan. Penurunan kecepatan tumbuh benih mulai terjadi sejak bulan pertama penyimpanan. Kecepatan tumbuh benih sebelum dilakukan penyimpanan, yaitu ± 22.5 % etmal-1.
Perilaku kecepatan tumbuh tiga varietas pada semua konsentrasi GA3
25
Tabel 14 Hasil analisis regresi peubah kecepatan tumbuh tiga varietas padi selama enam bulan penyimpanan
Perlakuan Persamaan
0 ppm Hipa-8 y = 22.5147exp(-0.0512978x)
0 ppm Hipa-14 y = 24.7668 – 2.00727exp(0.212499x) 0 ppm Jatim-3 y = 23.1777 – 1.04291exp(0.249689x) 150 ppm Hipa-8 y = 22.9274exp(-0.060985x) 150 ppm Hipa-14 y = 22.6468exp(-0.0382849x)
150 ppm Jatim-3 y = 22.5069exp(-0.0351232x) 200 ppm Hipa-8 y = 28.3885 – 5.9644exp(0119929x) 200 ppm Hipa-14 y = 25.7792 – 3.26016exp(0.159477x)
200 ppm Jatim-3 y = 23.2276 – 1.17301exp(0.256295x) 250 ppm Hipa-8 y = 27.7785 – 5.4236exp(0.119515x) 250 ppm Hipa-14 y = 23.0187 – 0.973436exp(0.285612x) 250 ppm Jatim-3 y = 30.4411 – 8.28133exp(0.0734717x) Keterangan: y = Kecepatan tumbuh (% etmal-1); x = periode simpan (bulan)
Gambar 5 Perilaku peubah kecepatan tumbuh dengan perlakuan konsentrasi GA3
26
Indeks Vigor
Hasil analisis regresi perilaku indeks vigor benih padi hibrida disajikan pada Tabel 15. Perilaku penurunan indeks vigor benih diperoleh melalui pengamatan kecambah normal hitungan pertama. Interval waktu pengamatan satu bulan selama enam bulan periode simpan pada 3 varietas padi hibrida.
Perilaku indeks vigor pada semua konsentrasi GA3 memiliki pola perilaku
relatif sama. Perilaku indeks vigor varietas padi hibrida mengalami penurun selama periode simpan. Indeks vigor pada masing-masing varietas sebelum dilakukan penyimpanan yaitu ±88.5%. Indeks vigor benih mulai menurun sejak benih disimpan 1 bulan dan pada bulan ketiga penurunan semakin terlihat lebih cepat sampai akhir pengamatan.
Varietas Hipa-8 mengalami penurunan yang lebih cepat dibanding varietas Hipa-14 dan Jatim-3. Pada akhir pengamatan indeks vigor benih varietas Hipa-8 paling rendah, yaitu ± 49.3% (Gambar 6).
Tabel 15 Hasil analisis regresi peubah indeks vigor tiga varietas padi selama enam bulan penyimpanan
Keterangan: y = Indeks vigor (%); x = periode simpan (bulan)
Perlakuan Persamaan
0 ppm Hipa-8 y = 100.539 – 14.1418exp(0.212676x) 0 ppm Hipa-14 y = 94.2799 – 5.67221exp(0.288778x)
0 ppm Jatim-3 y = 99.8998 – 10.5589exp(0.199867x) 150 ppm Hipa-8 y = 110.237 – 22.283exp(0.1784x) 150 ppm Hipa-14 y = 91.9252exp(-0.0642635x)
150 ppm Jatim-3 y = 118.256 – 29.0177exp(0.112038x) 200 ppm Hipa-8 y = 103.434 – 15.0436exp(0.212122x) 200 ppm Hipa-14 y = 97.1314 – 7.59982exp(0.271455x)
200 ppm Jatim-3 y = 94.54 – 7.21416exp(0.262892x) 250 ppm Hipa-8 y = 105.21 – 17.6208exp(0.18297x) 250 ppm Hipa-14 y = 85.9945 – 0.819423exp(0.595225x)
27
Gambar 6 Perilaku peubah indeks vigor dengan perlakuan konsentrasi GA3
selama penyimpanan (A) konsentrasi 0 ppm, (B) 150 ppm, (C) 200 ppm, dan (d) 250 ppm
Semakin lama benih disimpan viabilitas dan vigor benih semakin rendah. Perbedaan viabilitas daya simpan tiga varietas benih yang diuji berhubungan dengan genetik masing-masing varietas yang diturunkan dari tetua yang berbeda. Perbedaan genetik ini ada yang tercermin langsung pada fisik benih, namun ada juga yang tidak terlihat. Copeland (1976) menyatakan perbedaan genetik dapat menyebabkan perbedaan komposisi kimia yang terkandung dalam benih, yang dapat mempengaruhi viabilitas dan vigor benih.
Perbedaan genetik antar tiga varietas yang diuji terlihat pada bentuk fisik benih. Varietas Hipa-8 memiliki bentuk yang berbeda dari varietas Hipa-14 dan Jatim-3 (Gambar 7). Genetik berpengaruh terhadap viabilitas dan vigor benih selama penyimpanan (Justice dan Bass 2002, Kapoor 2011, Suhartanto 2012). Mettananda et al. (2002) melaporkan faktor genetik mempengaruhi perbedaan toleransi viabilitas 6 varietas padi terhadap kondisi lingkungan yang ditunjukkan dengan perbedaan DB benih setelah mengalami penyimpanan. Perbedaan genetik diantaranya adanya struktur lemma dan palea pada benih hibrida yang terbuka serta pengisian benih yang tidak sempurna (setengah atau terisi penuh).
28
a. Bulir varietas Hipa-8 b. Bulir varietas Hipa-14 dan Jatim-3
c. Bulir dengan glume terbuka
Gambar 7 Penampakan fisik bulir benih padi
5
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Perlakuan konsentrasi GA3 berpengaruh nyata meningkatkan tinggi tanaman
restorer dan CMS, jumlah anakan total, Jumlah anakan produktif, eksersi malai, sudut membuka bunga, gabah total/malai, dan menurunkan gabah hampa. Terdapat interaksi antara perlakuan konsentrasi GA3 dan varietas terhadap tinggi tanaman
jantan, persentase gabah isi per malai dan hasil benih. Hasil benih varietas Hipa-14 dapat ditingkatkan dengan mengaplikasikan GA3 dengan konsentrasi 200 ppm.
Benih varietas Hipa-8 dapat diproduksi tanpa aplikasi GA3 sehingga akan lebih
menghemat biaya produksi. Aplikasi GA3 150 ppm dibutuhkan untuk
meningkatkan produktivitas benih padi hibrida varietas Jatim-3. Produktivitas tertinggi terdapat pada varietas Hipa-14 (A7) yaitu 1000 kg ha-1 dengan aplikasi konsentrasi GA3 200 ppm.
29 Hipa-8, namun tiga varietas ini masih dapat digunakan sebagai bahan tanam setelah disimpan selama 6 bulan pada suhu ruang.
Saran
1. Penyemprotan GA3 harus dilakukan untuk meningkatkan serbuk silang alami dengan konsentrasi 200 ppm.
30
DAFTAR PUSTAKA
[BPS] Badan Pusat Statistik. 2012. Luas panen produktivitas produksi tanaman padi provinsi Indonesia. [internet]. [diunduh 2012 Agustus 01]. tersedia pada http://bps.go.id.
Abidin Z. 1983. Dasar-dasar Pengetahuan Tentang Zat Pengatur Tumbuh. Bandung (ID). Angkasa.
Akter A, Ali E, Islam MMZ, Karimand R, Razzaque AHM. 2007. Effect of GA3 on
growth and yield of mustard. Int J Sustain Crop Prod. 2(2):16-20.
Andreani, PA., D Murdono, Suprihati. 2012. Stadia pertumbuhan tetua padi hibrida untuk sinkronisasi pembugaan dan dalam rangka memaksimumkan peoduksi benih padi hibrida Mapan P02. Agric. 24(1):53-61.
Annis DC, Terry WS, Paul TG. 1992. Photoperiod and gibberellic acid modify growth and flowering of Craspedia globosa. HortSience. 27(10): 1082-1084 Berkelar D. 2001. Sistem Intensifikasi Padi (The Sistem of Rice Intensification-SRI): Sedikit Dapat Memberi Lebih Banyak. Hal 7 Terjemahan Echo, Inc. 17391 Durrance Rd. North Ft. Myyers FL 33917. USA
Biradarpatil NK, Shekhargouda M. 2006. Cost effective techniques for enhancing seed yield and quality of hybrid rice. Karnataka J Agric Sci.19(2):291-297. Budiarto K, Wuryaningsih S. 2007. Respon pembungaan beberapa kultivar
anthurium bunga potong. Agritrop. 2(26): 51-56.
Chaari-Rkhis A, Maalej M, Messoud OS. Drira N. 2006. In vitro vegetative growth and flowering of olive tree in response to GA3 treatment. African J Biotech. 5(22). 2097-2302.
Chen J, Henry RJ, McConnel db, Cadwell RD. 2003. Gibberallic acid effect growth
and flowering of philodendron ‘Black Cardinal’. Plant Growth Regulation. 41 (1):1-6.
Copeland LO. 1976. Principles of Seed Science and Technology. Burgess Publishing Company, Minneapolis, Minnesota. 369p.
Davies PJ. 1995. Plant Hormones Physiology Biochemistry And Molecular Biology. Ed ke-2. London (GB): Kluwer Acag Publ.
Direktorat Perbenihan Tanaman Pangan. 2014. Padi hibrida solusi peningkatan produksi padi. [internet]. [diunduh 2014 April 22]. Tersedia pada http://pusdatin.setjen.deptan.go.id
Gavino RB, Pi Y, Abon JCC. 2008. Application of geberellic acid (GA3) in dosages for three hybrid rice seed production in the Philippines. J Agricul Technol. 4(1): 183-192.
Goldsworthy PR, Fisher NM. 1996. Fisiologi Tanaman Budidaya Tropik. Yogya karta (ID): Gajah Mada University Press.
Grist DH. 1953. Rice. London (UK): Longman Green.
Hopkin WG. 1995. Introduction to Plant Physiology. Singapore (SG): Jhon Wiley & Sons, Inc.
Justice OL, Bass LN. 2002. Prinsip dan Praktek Penyimpanan Benih. Terjemahan Roesli R. PT Raja Grafindo Persada. Jakarta. Terjemahan dari: Principles and Practices of Seed Storage.