• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Aplikasi Isolat Bakteri Methylobacterium spp terhadap Perkecambahan Benih Kedelai

Hasil analisis ragam pengaruh varietas dan isolat Methylobacterium spp terhadap kelima peubah yang diamati dapat dilihat pada Lampiran 14 – 18. Rekapitulasi hasil analisis ragam pengaruh perlakuan perendaman benih dengan isolat Methylobacterium spp terhadap benih kedelai memberikan respon yang beragam (Tabel 1). Interaksi varietas dan isolat Methylobacterium spp terhadap benih kedelai memberikan pengaruh yang nyata terhadap peubah daya berkecambah, indeks vigor, kecepatan tumbuh, bobot kering kecambah normal dan potensi tumbuh maksimum.

Tabel 1 Rekapitulasi hasil analisis ragam pengaruh varietas dan isolat Methylobacterium spp terhadap daya berkecambah (DB), indeks vigor (IV), kecepatan tumbuh (KCT

Sumber keragaman

), bobot kering kecambah normal (BKKN) dan potensi tumbuh maksimum (PTM)

DB (%) IV (%) KCT BKKN (g) (%/etmal) PTM (%) Varietas (V) Methylobacterium spp (M) V x M KK (%) <.0001** <.0001** 0.0055* 7.29 <.0001** 0.236tn 0.0043* 9.04 <.0001** <.0001** 0.0011* 7.46 <.0001** <.0001** 0.0182* 7.35 <.0001** 0.1656tn 0.0002* 6.09

Keterangan: **) sangat nyata pada p ≤ 0.01; *) nyata pada p ≤ 0.05; tn= tidak nyata;

Pengaruh Varietas dan Methylobacterium spp terhadap Peubah Daya Berkecambah

Respon masing-masing varietas terhadap isolat Methylobacterium spp pada peubah daya berkecambah berbeda-beda (Tabel 2). Isolat TD-J2 dan TD-K2 secara nyata meningkatkan daya berkecambah varietas Kaba. Isolat TD-TPB3 juga secara nyata meningkatkan daya berkecambah varietas Anjasmoro. Peningkatan daya berkecambah masing-masing varietas tersebut tidak berbeda nyata dengan kontrol.

Tabel 2 Pengaruh interaksi varietas dan Methylobacterium spp terhadap peubah daya berkecambah

Varietas Methylobacterium spp

Kontrol TD-J2 TD-K2 TD-TPB3 NTB-K1

---Daya Berkecambah (%)--- Sinabung 78.00 a-f 89.33 ab 89.33 ab 88.00 abc 90.67 a

Kaba 77.33 a-f 93.33 a 93.33 a 92.00 a 89.33 ab

Tanggamus 78.00 a-f 79.33 a-f 87.33 a-d 83.33 a-e 84.00 a-e Anjasmoro 70.67 c-g 81.33 a-e 84.00 a-e 89.33 ab 82.67 a-e Grobogan 62.67 fg 67.33 efg 57.33 g 69.33 defg 70.67 c-g Burangrang 70.00 c-g 71.33 b-g 82.67 a-e 61.33 fg 70.67 c-g Keterangan : angka-angka yang diikuti dengan huruf yang sama, tidak berbeda nyata pada uji BNJ taraf 5%.

Daya berkecambah pada kontrol untuk varietas Sinabung, Kaba dan Tanggamus (biji sedang) bervariasi yaitu 77.33% hingga 78.00 %. Daya berkecambah varietas Anjasmoro, Grobogan dan Burangrang (biji besar) pada kontrol juga bervariasi yaitu 62.67% hingga 70.67%. Perlakuan isolat Methylobacterium spp tidak mampu meningkatkan daya berkecambah benih dengan viabilitas awal yang sudah rendah. Hal tersebut terlihat pada varietas Grobogan dengan viabilitas awal 62.67%. Perlakuan isolat Methylobacterium spp mampu meningkatkan daya berkecambah benih dengan viabilitas awal sekitar 70% yaitu varietas Anjasmoro. Pada viabilitas awal 77% hingga 78 %, isolat Methylobacterium spp tidak mampu meningkatkan daya berkecambah (Tabel 2).

Hal tersebut mengindikasikan bahwa peningkatan daya berkecambah pada benih kedelai yang direndam dengan berbagai isolat Methylobacterium spp dipengaruhi oleh tingkat viabilitas awal benih. Varietas yang memperlihatkan daya berkecambah yang tinggi, mengindikasikan bahwa varietas tersebut memiliki viabilitas potensial yang tinggi. Viabilitas potensial menunjukkan kemampuan benih menumbuhkan tanaman normal dan berproduksi normal pada kondisi alam yang optimum. Menurut Sadjad dkk. (1999) daya berkecambah merupakan tolok ukur viabilitas potensial.

Hasil yang sama diperlihatkan pada invigorasi benih cabai rawit pada berbagai tingkat viabilitas. Perlakuan Methylobacterium isolat TD-J7 dapat meningkatkan daya berkecambah benih cabai rawit pada tingkat viabilitas sedang (83%), yaitu dari 83.33% menjadi 91.33%. Isolat Methylobacterium spp tidak

dapat meningkatkan daya berkecambah benih cabai rawit dengan viabilitas awal yang sudah tinggi (93%) (Afifah 2009).

Pengaruh Interaksi Varietas dan Methylobacterium spp terhadap Peubah Indeks Vigor

Perlakuan perendaman isolat Methylobacterium spp terhadap beberapa varietas kedelai memberikan pengaruh yang nyata pada peubah indeks vigor. Isolat TD-K2 secara nyata lebih tinggi meningkatkan indeks vigor varietas Kaba daripada kontrol. Isolat lainnya juga meningkatkan persentase indeks vigor masing-masing varietas tetapi tidak berbeda nyata dengan kontrol (Tabel 3). Tabel 3 Pengaruh varietas dan Methylobacterium spp terhadap peubah indeks

vigor

Varietas Methylobacterium spp

Kontrol TD-J2 TD-K2 TD-TPB3 NTB-K1

---Indeks Vigor (%)---

Sinabung 71.33 bcd 75.33 a-d 72.67 a-d 72.00 bcd 77.33 a-d

Kaba 72.00 bcd 82.00 abc 89.33 a 82.67 ab 78.00 a-d

Tanggamus 71.33 bcd 63.33 d 69.33 bcd 61.33 de 72.67 a-d Anjasmoro 61.33 de 66.00 bcd 65.33 cd 71.33 bcd 66.00 bcd Grobogan 24.00 gh 33.33 fgh 21.33 h 20.00 h 21.33 h Burangrang 44.67 ef 42.00 f 42.00 f 34.67 fgh 39.33 fg Keterangan : angka-angka yang diikuti dengan huruf yang sama, tidak berbeda nyata pada uji BNJ taraf 5%.

Viabilitas awal (kontrol) pada varietas biji sedang (Sinabung, Kaba dan Tanggamus) memberikan nilai indeks vigor awal yang bervariasi yaitu 71.33% hingga 72.00%. Varietas biji besar (Anjasmoro, Grobogan dan Burangrang) juga memiliki indeks vigor awal yang bervariasi yaitu 24.00% hingga 61.33%. Perlakuan Methylobacterium spp isolat TD-K2 mampu meningkatkan indeks vigor varietas Kaba (biji sedang) dengan viabilitas awal 72%. Peningkatan indeks vigor varietas Kaba sebesar 17.33% (dari 72% menjadi 89.33%) dan secara nyata lebih tinggi dibanding kontrol. Varietas biji sedang lainnya yaitu Sinabung dan Tanggamus nilai indeks vigornya juga meningkat, tetapi tidak berbeda nyata dengan kontrol. Perlakuan isolat Methylobacterium spp tidak mampu meningkatkan indeks vigor varietas dengan viabilitas awal yang sudah rendah. Hal ini terlihat pada varietas biji besar yaitu Anjasmoro, Grobogan dan Burangrang. Varietas Anjasmoro yang diberi perlakuan Methylobacterium spp

memberikan nilai indeks vigor yang meningkat, tetapi peningkatannya tidak terlalu tinggi dan tidak berbeda nyata dibanding kontrol.

Hasil tersebut menunjukkan bahwa isolat Methylobacterium spp tidak mampu meningkatkan indeks vigor varietas dengan viabilitas awal yang sudah

rendah. Hasil tersebut juga menunjukkan bahwa perlakuan isolat

Methylobacterium spp pada benih kedelai, selain dipengaruhi oleh ukuran biji juga dipengaruhi oleh tingkat viabilitas awal benih yang digunakan.

Penelitian sebelumnya juga menunjukkan hasil yang sama dimana isolat Methylobacterium spp dapat meningkatkan indeks vigor benih cabai rawit pada perlakuan invigorasi. Pada benih dengan tingkat viabilitas awal 93% indeks vigor awal sebesar 45.3% dan setelah diberi perlakuan dengan isolat Methylobacterium spp strain TD-J7 dan TD-TD-TPB3 indeks vigornya meningkat masing-masing menjadi 58.0% (Afifah 2009). Pada benih cabai besar dengan tingkat viabilitas awal 62% sebelum diberi perlakuan isolat Methylobacterium spp indeks vigornya adalah 1.1% (kontrol) dan setelah diberi perlakuan isolat Methylobacterium spp strain TD-J7, TD-TD-TPB3, dan kombinasi TD-J7+TD-TD-TPB3 indeks vigor benih meningkat menjadi 1.9%, 3.4%, dan 2.1%. Pada benih dengan tingkat viabilitas awal 90%, indeks vigornya adalah 2.9% meningkat menjadi 4.5%, 4,3% dan 5% (Goni 2010).

Menurut Byrd (1983) bahwa benih yang berkecambah lebih lambat dan mempunyai perbedaan yang besar antara hitungan pertama dan terakhir mempunyai vigor yang rendah. Sementara menurut Sadjad (1994), benih yang cepat tumbuh menunjukkan benih tersebut mampu mengatasi berbagai macam kondisi sub-optimum. Nilai indeks vigor selalu lebih rendah dibandingkan nilai daya berkecambah tetapi cenderung mendekati pertumbuhan benih di lapangan.

Pengaruh Interaksi Varietas dan Methylobacterium spp terhadap Peubah Kecepatan Tumbuh

Perlakuan perendaman isolat Methylobacterium spp terhadap beberapa varietas kedelai memberikan pengaruh yang nyata pada peubah kecepatan tumbuh. Isolat TD-J2 dan TD-TPB3 secara nyata meningkatkan persentase kecepatan tumbuh varietas Kaba dan Anjasmoro dibanding kontrol. Varietas

Sinabung, Tanggamus, Grobogan dan Burangrang indeks vigornya juga meningkat, tetapi tidak berbeda nyata dibanding kontrol (Tabel 4).

Tabel 4 Pengaruh interaksi varietas dan Methylobacterium spp terhadap peubah kecepatan tumbuh

Varietas Methylobacterium spp

Kontrol TD-J2 TD-K2 TD-TPB3 NTB-K1

---Kecepatan Tumbuh (%/etmal)---

Sinabung 31.53 c-g 37.99 abc 37.75 a-d 37.90 a-d 37.97 a-d

Kaba 31.74 c-g 41.23 a 40.56 ab 40.13 ab 37.33 a-d

Tanggamus 30.68 d-h 33.33 b-e 34.59 a-e 31.69 c-g 35.48 a-e Anjasmoro 28.51 e-h 32.51 c-f 32.51 c-f 35.98 a-d 31.03 c-h Grobogan 17.67 jk 20.23 ijk 16.06 k 19.33 ijk 19.07 ijk Burangrang 24.85 g-j 24.99 ghi 25.28 f-i 20.72 ijk 23.82 hij Keterangan : angka-angka yang diikuti dengan huruf yang sama, tidak berbeda nyata pada uji BNJ taraf 5%.

Perlakuan isolat Methylobacterium spp mampu meningkatkan kecepatan tumbuh varietas Kaba pada viabilitas awal 31.74% dan berbeda nyata dibanding kontrol. Isolat TD-J2, TD-K2 dan TD-TPB3 mampu meningkatkan kecepatan tumbuh varietas Kaba (biji sedang) sebesar 9.49%/etmal (dari 31.74 %/etmal menjadi 41.23%/etmal) dan secara nyata lebih tinggi dibanding kontrol. Perlakuan isolat Methylobacterium spp juga meningkatkan persentase kecepatan tumbuh pada varietas Sinabung dan Tanggamus (biji sedang), tetapi tidak berbeda nyata dengan kontrol.

Perlakuan isolat Methylobacterium spp mampu meningkatkan persentase kecepatan tumbuh varietas Anjasmoro (biji besar) dan berbeda nyata dengan kontrol. Varietas biji besar lainnya yaitu Grobogan dan Burangrang justru menunjukkan hasil yang sebaliknya, dimana persentase kecepatan tumbuh pada kontrol lebih tinggi daripada perlakuan isolat TD-K2, TD-TPB3 dan NTB-K1. Hasil tersebut menunjukkan bahwa isolat Methylobacterium spp tidak mampu meningkatkan persentase kecepatan tumbuh varietas dengan viabilitas awal yang sudah rendah.

Beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan menggunakan isolat Methylobacterium spp dapat meningkatkan persentase kecepatan tumbuh benih. Perlakuan invigorasi benih padi dengan tingkat viabilitas awal 70%, isolat

Methylobacterium spp (TD-G3) meningkatkan kecepatan tumbuh sebesar 9.98%. Pada benih dengan tingkat viabilitas 82%, isolat TD-J7 meningkatkan sebesar 11.14%, TD-G3 11.31%, TD-J10 11.75%, TD-TD-TPB3 12.45%, dan TD-L2 13.13% (Fitriarini 2008). Pada benih cabai besar dengan viabilitas awal 62% pemberian isolat Methylobacterium spp strain TD-J7 dan TD-TD-TPB3 meningkatkan kecepatan tumbuh dari 6.7% menjadi 7.8% dan 7.4% (Goni 2010). Menurut Sadjad (1993) tolok ukur kecepatan tumbuh mengindikasikan vigor kekuatan tumbuh, karena benih yang cepat tumbuh lebih mampu menghadapi kondisi lapang yang sub optimum. Salah satu tolok ukur yang dapat digunakan untuk mengetahui vigor kekuatan tumbuh (VKT) adalah kecepatan tumbuh (KCT).

Pengaruh Interaksi Varietas dan Methylobacterium spp terhadap Peubah Bobot Kering Kecambah Normal (BKKN)

Perendaman benih kedelai menggunakan isolat Methylobacterium spp memberikan respon yang berbeda terhadap bobot kering kecambah normal. Viabilitas awal (kontrol) varietas biji sedang (Sinabung, Kaba dan Tanggamus) memberikan bobot kering kecambah normal yang beragam yaitu 1.103 hingga 1.143 g (Tabel 5). Varietas biji besar (Anjasmoro, Grobogan dan Burangrang) pada viabilitas awal juga memperlihatkan bobot kering kecambah normal yang beragam yaitu 1.053 hingga 1.197 g. Perlakuan isolat Methylobacterium spp mampu meningkatkan bobot kering kecambah normal varietas Anjasmoro yang direndam dengan isolat TD-TPB3 sebesar 39.77 g. Perlakuan isolat Methylobacterium spp juga meningkatkan bobot kering kecambah normal varietas Sinabung, Kaba, Tanggamus, Grobogan dan Burangrang, tetapi tidak berbeda nyata dengan kontrol.

Hasil penelitian Kurniati (2009) menunjukkan bahwa perlakuan isolat Methylobacterium spp (TD-TD-TPB3) pada benih padi tingkat viabilitas tinggi dan sedang dapat peningkatan bobot kering kecambah pada benih tingkat viabilitas tinggi dari 0.16607 g menjadi 0.22847 g dan pada benih tingkat viabilitas sedang dari 0.08927 menjadi 0.11673.

Tabel 5 Pengaruh interaksi varietas dan Methylobacterium spp terhadap peubah bobot kering kecambah normal

Varietas Methylobacterium spp

Kontrol TD-J2 TD-K2 TD-TPB3 NTB-K1

---Bobot Kering Kecambah Normal (g)---

Sinabung 1.140 ef 1.180 edf 1.303 edf 1.287 edf 1.367 b-e Kaba 1.103 ef 1.230 edf 1.263 edf 1.337 c-f 1.250 edf Tanggamus 1.143 ef 1.243 edf 1.223 edf 1.183 edf 1.223 edf Anjasmoro 1.197 edf 1.633 ab 1.600 abc 1.673 a 1.473 a-d

Grobogan 1.053 f 1.103 ef 1.067 f 1.123 ef 1.077 ef

Burangrang 1.057 f 1.197 edf 1.173 ef 1.163 ef 1.183 edf Keterangan : angka-angka yang diikuti dengan huruf yang sama, tidak berbeda nyata pada uji BNJ taraf 5%.

Bobot kering kecambah normal (BKKN) merupakan salah satu tolok ukur untuk mengetahui viabilitas potensial suatu lot benih. Apabila lot benih memiliki pertumbuhan normal pada kondisi optimum, lot benih itu memiliki kemampuan potensial, sebab lapang produksi tidak selalu dalam kondisi optimum. Apabila lot itu menghadapi kondisi suboptimum, kemampuan potensial itu belum tentu dapat mengatasi (Sadjad,1994).

Pengaruh Interaksi Varietas dan Methylobacterium spp terhadap Peubah Potensi Tumbuh Maksimum (PTM)

Perlakuan perendaman menggunakan isolat Methylobacterium spp dapat meningkatkan potensi tumbuh maksimum benih kedelai. Isolat TD-TPB3 secara nyata meningkatkan potensi tumbuh maksimum varietas Kaba meskipun tidak berbeda nyata dengan kontrol. Isolat TD-TPB3 juga meningkatkan potensi tumbuh maksimum varietas Sinabung, Kaba dan Anjasmoro tetapi tidak berbeda nyata dengan kontrol (Tabel 6).

Tabel 6 menunjukkan bahwa kondisi awal (kontrol) varietas biji sedang (Sinabung, Kaba dan Tanggamus) memberikan nilai potensi tumbuh maksimum yang bervariasi yaitu 82 hingga 85.33%. Kondisi awal pada varietas biji besar (Anjasmoro, Grobogan dan Burangrang) juga cukup beragam yaitu 68.67 hingga 80.67%. Perlakuan isolat Methylobacterium spp mampu meningkatkan persentase potensi tumbuh maksimum beberapa varietas kedelai, tetapi tidak berbeda nyata dengan kontrol. Peningkatan persentase potensi tumbuh maksimum tertinggi

terlihat pada varietas Kaba yang direndam dengan isolat TD-J2 dan TD-K2 yaitu 10.16% (dari 85.33 % menjadi 94%). Perlakuan Methylobacterium spp isolat TD-K2 tidak mampu meningkatkan persentase potensi tumbuh maksimum varietas Grobogan. Isolat TD-J2, TD-TPB3 dan NTB-K1 juga tidak mampu meningkatkan persentase potensi tumbuh maksimum varietas Burangrang. Hasil tersebut menunjukkan bahwa isolat Methylobacterium spp tidak mampu meningkatkan persentase potensi tumbuh maksimum pada benih kedelai dengan viabilitas awal yang sudah rendah.

Tabel 6 Pengaruh interaksi varietas dan Methylobacterium spp terhadap peubah potensi tumbuh maksimum

Varietas Methylobacterium spp

Kontrol TD-J2 TD-K2 TD-TPB3 NTB-K1

---Potensi Tumbuh Maksimum (%)--- Sinabung 82.00 a-f 90.67 ab 89.33 abc 88.67 abc 91.33 a

Kaba 85.33 a-e 94.00 a 94.00 a 92.67 a 90.00 abc

Tanggamus 82.67 a-f 74.67 c-g 87.33 a-d 83.33 a-f 84.67 a-e Anjasmoro 80.67 a-f 83.33 a-f 84.67 a-e 90.00 abc 86.00 a-d Grobogan 68.67 fg 70.00 efg 60.67 g 72.67 d-g 72.00 d-g Burangrang 75.33 b-g 72.67 d-g 83.33 a-f 62.00 g 68.00 fg Keterangan : angka-angka yang diikuti dengan huruf yang sama, tidak berbeda nyata pada uji BNJ taraf 5%.

Berdasarkan hasil-hasil penelitian terlihat bahwa perlakuan varietas berdasarkan ukuran biji sedang dan besar yang direndam dengan isolat Methylobacterium spp memberikan respon yang beragam pada peubah daya berkecambah, indeks vigor, kecepatan tumbuh, bobot kering kecambah normal dan potensi tumbuh maksimum.

Benih kedelai biji sedang yang diberi perlakuan Methylobacterium spp memperlihatkan keragaan perkecambahan yang lebih baik dibandingkan dengan kedelai biji besar, meskipun pada beberapa peubah tidak memperlihatkan perbedaan yang signifikan dengan kedelai biji besar.

Ukuran biji pada varietas kedelai sangat mempengaruhi proses imbisisi selama perkecambahan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terjadi perbedaan persentase perkecambahan benih pada varietas biji sedang dan biji besar. Perbedaan secara nyata terlihat pada peubah indeks vigor dan kecepatan tumbuh yang merupakan tolok ukur vigor. Varietas Kaba (biji sedang) memperlihatkan

keragaan yang terbaik pada kedua peubah tersebut dibanding vareitas lainnya. Hal ini diduga karena proses imbibisi dipengaruhi oleh permeabilitas kulit benih yang berhubungan dengan ukuran benih. Proses imbibisi tidak dipengaruhi oleh komposisi kimia benih (kandungan protein dan karbohidrat). Hal ini ditunjukkan pada kandungan protein masing-masing varietas yang hampir sama, yaitu Sinabung (46%), Kaba (44%), Tanggamus (44.5%), Anjasmoro (41.8 – 42.1%), Grobogan (39%) dan Burangrang (43.9%) (deskripsi varietas terlampir).

Berdasarkan hal tersebut, Bass (1979) menjelaskan bahwa komposisi kimia benih mempengaruhi jumlah air yang diserap dan masuk ke dalam benih. Pengikatan air terbanyak (dua kali bobot kering benih) terjadi pada benih yang banyak mengandung protein. Benih yang mengandung karbohidrat tinggi mengikat air lebih sedikit, sedangkan benih yang banyak mengandung lipid sangat sedikit mengikat air. Hal tersebut terjadi karena protein memiliki affinitas air lebih tinggi daripada karbohidrat dan lemak sehingga benih yang mengandung protein tinggi lebih peka terhadap air di sekitarnya. Akan tetapi menurut Mugnisjah et al. (1987b) pengaruh kandungan protein benih terhadap laju imbibisi antar varietas kedelai sangat kecil dibandingkan dengan pengaruh kondisi kulit benihnya. Hal ini karena perbedaan kandungan protein antar varietas kedelai sangat kecil.

Proses imbibisi selain dipengaruhi oleh sifat kimia benih, dipengaruhi juga oleh sifat fisik benih, seperti ukuran benih. Sadjad (1975) menyatakan bahwa air masuk ke dalam benih melalui proses imbibisi yang merupakan proses fisik. Imbibisi air oleh benih sangat dipengaruhi oleh komposisi kimia benih, permeabilitas kulit benih dan jumlah air yang tersedia, baik air dalam bentuk cairan maupun uap air di sekitar benih. Sedangkan menurut Hill et al. (1986) setiap penurunan 1 mg bobot benih akan meningkatkan 0,8 kali impermeabilitas benih. Sehingga semakin kecil ukuran benih maka sifat impermeabilitasnya akan semakin tinggi.

Selanjutnya menurut Calero et al. (1981) bahwa bentuk dan ukuran pori-pori kulit benih kedelai berbeda antara benih berukuran besar dan kecil. Pada benih berukuran besar jumlah pori-porinya lebih banyak dan bentuknya lebih mernanjang serta berdiameter lebih kecil, sedangkan pada benih berukuran kecil jumlah pori-porinya lebih sedikit dan bentuknya lebih pendek serta berdiameter

lebih lebar. Hal serupa dijelaskan oleh Mugnisjah et al. (1978b) dan Calero et al (1981) bahwa selama proses imbibisi, benih kedelai berukuran besar menyerap air lebih cepat daripada benih berukuran kecil. Hal ini disebabkan karena nisbah bobot kulit benih terhadap bobot benih pada benih berukuran besar lebih rendah daripada benih berukuran kecil. Selanjutnya Mugnisjah et al. (1978a) menyatakan terdapat perbedaan vigor antara berbagai varietas kedelai yang berbeda ukuran dan warna benihnya. Varietas kedelai yang benihnya berukuran lebih kecil memiliki vigor lebih tinggi daripada varietas yang benihnya berukuran besar. Perbedaan vigor tersebut disebabkan karena perbedaan pembengkakan polimer benih selama imbibisi yang dapat menimbulkan kerusakan lebih berbahaya terhadap perkecambahannya pada benih berukuran besar.

Peranan isolat Methylobacterium spp selama proses perkecambahan cukup signifikan, hal ini terlihat pada peningkatan nilai dari peubah daya berkecambah, indeks vigor, kecepatan tumbuh bobot kering kecambah normal dan potensi tumbuh maksimum dibandingkan dengan kontrol. Peningkatan persentase perkecambahan benih setelah perlakuan perendaman isolat Methylobacterium spp, diduga karena kandungan fitohormon yang dimiliki oleh isolat Methylobacterium spp. Hal tersebut didasarkan pada hasil penelitian Laboratorium Mikrobiologi Balai Besar Biogen pada isolat Methylobacterium spp (TPB3, J2 dan TD-K2). Hasil penelitian Widajati et al. (2008) menunjukkan bahwa isolat Methylobacterium spp mampu menghasilkan fitohormon dari jenis IAA, GA3 dan Trans Zeatin (Tabel 7).

Tabel 7 Kadar Fitohormon dari kultur bakteri Methylobacterium spp koleksi BB-Biogen

No Isolat Kadar Fitohormon (ppm)

IAA GA3 Trans Zeatin

1. TD-TD-TPB3 9.56 129.83 33.14

2. TD-J2 2.08 Ttd 89.21

3. TD-K2 9.63 59.11 43.79

Sumber : Widajati et al., 2008

Tabel 7 terlihat bahwa isolat TD-TPB3, TD-J2 dan TD-K2 sangat potensial menghasilkan fitohormon. Fitohormon tersebut diduga dapat

menstimulasi perkecambahan benih dan pertumbuhan tanaman (Lidstrom & Chistoserdova 2002).

Isolat TD-J2, TD-K2 dan TD-TPB3 memiliki kandungan fitohormon yang beragam, sehingga pengaruhnya terhadap perkecambahan benih kedelai juga beragam. Isolat NTB-K1 juga memiliki potensi yang sama dengan isolat TD-J2, TD-K2 dan TD-TPB3. Isolat TD-K2 dan TD-TPB3 sangat potensial memproduksi GA3 dan jenis Trans zeatin, demikian juga dengan isolat TD-J2, dimana isolat tersebut memiliki kemampuan memproduksi Trans zeatin yang cukup tinggi (Tabel 7).

Fitohormon yang dihasilkan isolat-isolat tersebut dapat meningkatkan vigor benih kedelai. Hasil penelitian Afifah (2009) menunjukkan bahwa fitohormon yang dihasilkan isolat Methylobacterium spp untuk perlakuan invigorasi benih cabai rawit, memiliki kesamaan respon dengan zat pengatur tumbuh (ZPT) sintetik. Isolat TD-J2, memberikan respon yang sama dengan zeatin (ZPT sintetik) berdasarkan tolok ukur daya berkecambah dan indeks vigor. Isolat TDJ10, juga memiliki kesamaan respon dengan IAA pada semua tingkat viabilitas benih cabai rawit. Hal ini mengindikasikan bahwa strain TD-J2 mampu memberikan pengaruh yang sama dengan trans zeatin. Begitu juga strain TDJ10 mampu memberikan pengaruh yang sama dengan pengaruh zat IAA (Indole Acetic Acid).

Menurut Holland (1997) bahwa pada kondisi yang kurang ideal, biji mampu berkecambah normal bila biji diinokulasi atau diimbibisi dengan suspensi kultur bakteri Pink Pigmented Facultative Methylotroph (PPFM). Keberadaan bakteri PPFM tersebut dapat memicu viabilitas benih. Selanjutnya Ivanova et al.

(2001) mengemukakan bahwa bakteri PPFM menghasilkan IAA (Indole Acetic Acid) yang dapat meningkatkan viabilitas benih.

Kandungan giberelin yang cukup tinggi pada isolat TD-TPB3 diduga sangat berperan dalam proses perkecambahan benih kedelai. Giberelin mempunyai peranan besar dalam perkecambahan dan perkembangan benih. Giberelin mempunyai efek fisiologi terhadap pembelahan dan perpanjangan sel, merangsang sintesis enzim hidrolisis serta meningkatkan plastisitas dan turgiditas sel (Salisbury & Ross 1995). Larutan GA3 dapat meningkatkan aktivitas enzim yang berimpilikasi terhadap perombakan endosperma, sehingga menghilangkan hambatan mekanis saat pertumbuhan embrio (Watkins et al. (1985). Selanjutnya Andreoli & Khan (1999) menyatakan bahwa giberelin memiliki peranan dalam

perombakan cadangan makanan dan sebagai penginduksi enzim perombakan endosperm, sampai tersedianya energi untuk pertumbuhan embrio.

Penelitian 2. Pengaruh Aplikasi Isolat Bakteri Methylobacterium spp