Penelitian pengujian vigor benih kedelai di laboratorium memberikan hasil yakni terpilihnya varietas Kaba dan isolat Methylobacterium spp TD-TPB3. Hasil yang diperoleh pada penelitian di laboratorium selanjutnya diuji pada kondisi rumah kaca. Secara umum hasil yang diperoleh dari perlakuan Methylobacterium spp terhadap benih kedelai dapat dilihat pada Tabel 8.
Tabel 8 Matriks hasil pengujian berbagai isolat Methylobacterium spp terhadap berbagai varietas kedelai pada semua peubah
Perlakuan
Peubah yang diamati DB (%) IV (%) K (%/etmal) CT BKKN (g) PTM (%) Varietas Sinabung (sedang) Kaba (sedang) √ √ √ √ Tanggamus (sedang) Anjasmoro (besar) √ Grobogan (besar) Burangrang (besar) Isolat TD-J2 √ TD-K2 √ √ TD-TPB3 √ √ √ √ NTB-K1
Varietas Kaba (biji sedang) terpilih berdasarkan hasil beberapa peubah yang diamati. Peubah yang dimaksud pada tolok ukur vigor yaitu indeks vigor dan kecepataan tumbuh. Hasil pengamatan menunjukkan varietas Kaba memberikan vigor yang lebih tinggi dibanding varietas lainnya. Pemilihan isolat Methylobacterium spp terpilih didasarkan pada respon masing-masing varietas terhadap isolat dibanding tanpa isolat (kontrol) pada semua peubah yang diamati.
Respon yang dimaksud yaitu meningkatnya persentase perkecambahan benih setelah perlakuan isolat tersebut. Berdasarkan kriteria tersebut, isolat TD-TPB3 terpilih untuk digunakan pada penelitian selanjutnya. Isolat TD-J2, TD-K2 dan NTB-K1 juga berpotensi dalam memicu perkecambahan benih kedelai. Namun dalam proses perbanyakan, bakteri pada isolat TD-TPB3 lebih cepat tumbuh. Hal ini ditandai dengan terbentuknya warna merah muda (pink) pada isolat TD-TPB3 tersebut.
Penelitian sebelumnya yang dilakukan Azizah (2011) pada tanaman cabai dan Wibowo (2011) pada tanaman padi juga menunjukkan bahwa isolat TD-TPB3 mampu meningkatkan pertumbuhan dan produksi tanaman padi dan cabai.
Hasil analisis ragam pengaruh teknik aplikasi isolat Methylobacterium spp terhadap peubah yang diamati dapat dilihat pada Lampiran 19 – 31. Rekapitulasi hasil analisis ragam pengaruh teknik aplikasi isolat Methylobacterium spp terhadap benih kedelai memperlihatkan pengaruh yang nyata (Tabel 9).
Tabel 9 Rekapitulasi sidik ragam pengaruh teknik aplikasi Methylobacterium spp isolat TD-TPB3 terhadap peubah vegetatif dan generatif tanaman kedelai
Peubah Perlakuan kk (%)
Daya tumbuh (%) 0.0104 * 5.48
Tinggi tanaman 20 HST (cm) 0.2475 tn 6.22
Tinggi tanaman 35 HST (cm) 0.0023 * 4.55
Tinggi tanaman 60 HST (cm) 0.0061* 6.49
Bobot kering tajuk 35 HST (g) < 0.0001** 6.09
Bobot kering akar 35 HST (g) 0.0002 * 17.29
Jumlah bintil akar 35 HST (biji) < 0.0001 ** 19.04
Bobot kering bintil akar 35 HST (biji) 0.0001 ** 28.63
Jumlah polong 0.0034 * 8.91
Polong isi 0.0006 * 10.82
Bobot 100 butir 0.0005 * 10.22
Produksi per tanaman (g) 0.0023 * 27.04
Total produksi (g) 0.0023 * 27.06
Teknik aplikasi Methylobacterium spp memberikan pengaruh yang nyata pada peubah daya tumbuh, tinggi tanaman 35 HST, tinggi tanaman 60 HST, bobot kering tajuk 35 HST, bobot kering akar 35 HST, bobot kering bintil akar 35 HST, jumlah polong, polong isi, bobot 100 butir, produksi per tanaman dan total produksi, tetapi tidak memberikan pengaruh yang nyata pada peubah tinggi tanaman 20 HST.
Daya Tumbuh
Penyemprotan dan penyiraman Methylobacterium spp isolat TD-TPB3 belum dilakukan pada saat pengamatan daya tumbuh, tetapi benih diberi perlakuan perendaman. Pengamatan daya tumbuh dilakukan pada saat tanaman berumur 7 HST. Perlakuan perendaman isolat TD-TPB3 sebelum tanam memberikan pengaruh yang beragam pada daya tumbuh benih varietas Kaba. Perlakuan benih yang direndam isolat TD-TPB3 sebelum tanam dan aplikasi isolat TD-TPB3 pada umur berikutnya memperlihatkan daya tumbuh yang berbeda nyata dibanding kontrol. Perlakuan benih yang direndam isolat TD-TPB3 sebelum tanam dan aplikasi isolat TD-TPB3 pada umur berikutnya memperlihatkan daya tumbuh yang tidak berbeda nyata dibanding perlakuan isolat TD-TPB3 lainnya. Peningkatan daya tumbuh tertinggi terlihat pada perlakuan benih yang direndam isolat TD-TPB3 sebelum tanam dan aplikasi isolat pada umur berikutnya (96.67%) (Tabel 10).
Tabel 10 Pengaruh teknik aplikasi Methylobacterium spp isolat TD-TPB3 terhadap daya tumbuh tanaman kedelai varietas Kaba
Perlakuan Daya tumbuh (%)
Benih tidak rendam isolat + (10 HST + 20 HST)* 93.33 ab
Benih direndam isolat + (10 HST + 20 HST)* 96.67 a
Benih direndam isolat 93.33 ab
Siram tanah (10 HST + 20 HST)* 93.33 ab
Tanah steril + siram tanah (10 HST + 20 HST)* 76.67 c
Kontrol 80.00 bc
Ket : angka-angka yang diikuti dengan huruf yang sama, tidak berbeda nyata pada uji DMRT taraf 5% *) Pengamatan daya tumbuh umur 7 HST, saat pengamatan perlakuan penyemprotan dan penyiraman
Hasil serupa terlihat pada tanaman padi yang direndam dengan isolat TD-TPB3. Aplikasi perendaman benih dengan isolat TD-TD-TPB3 yang dilanjutkan dengan penyemprotan isolat TD-TD-TPB3 di persemaian sangat nyata meningkatkan daya tumbuh bibit dari 55.33% menjadi 74.33% pada benih viabilitas sedang (Kurniati 2008). Selanjutnya pada benih cabai yang direndam isolat bakteri Methylobacterium spp (TD-TPB3) juga memberikan daya tumbuh sebesar 75.35% lebih tinggi dibanding kontrol (74.35%) (Azizah 2011).
Hasil tersebut mengindikasikan bahwa isolat TD-TPB3 sudah direspon oleh benih sejak saat perlakuan perendaman. Perlakuan selanjutnya pada saat tanaman umur 10 HST dan 20 HST semakin memicu pertumbuhan tanaman. Peningkatan pertumbuhan diduga karena kandungan fitohormon yang dimiliki oleh isolat TD-TPB3. Isolat TD-TPB3 yang mampu memproduksi fitohormon GA3 yang cukup tinggi (Tabel 7) merupakan promotor perkecambahan benih dan dapat mengaktifkan enzim-enzim hidrolisis (α-amilase) yang terdapat pada endosperma.
Tinggi Tanaman
Teknik aplikasi Methylobacterium spp memberikan perbedaan yang nyata pada tinggi tanaman kedelai (Tabel 11). Data pada Tabel 11 memperlihatkan bahwa saat tanaman berumur 20 HST, perlakuan teknik aplikasi Methylobacterium spp belum memperlihatkan perbedaan yang nyata pada tinggi tanaman kedelai dibanding kontrol. Pada saat tanaman berumur 35 HST, perlakuan teknik aplikasi isolat Methylobacterium spp memberikan perbedaan yang nyata pada tinggi tanaman dibanding kontrol. Setelah tanaman berumur 60 HST, perlakuan teknik aplikasi isolat Methylobacterium spp tidak memberikan perbedaan yang nyata dibanding kontrol.
Aplikasi isolat Methylobacterium spp dapat meningkatkan tinggi tanaman kedelai. Pengaruh perlakuan teknik aplikasi isolat Methylobacterium spp terhadap tinggi tanaman terlihat setelah penyemprotan umur 20 HST (pengamatan 35 HST). Perlakuan perendaman benih dengan isolat TD-TPB3 yang dilanjutkan dengan penyemprotan pada daun umur 10 HST + 20 HST memberikan tinggi tanaman yang tertinggi yaitu 39.91 cm dan berbeda nyata dengan kontrol (32.77 cm) dan perlakuan tanah steril + siram tanah umur 10 HST + 20 HST (33.62 cm).
Perlakuan perendaman + semprot pada daun umur 10 HST + 20 HST tidak memberikan perbedaan yang nyata dengan perlakuan teknik aplikasi isolat Methylobacterium spp lainnya.
Tabel 11 Pengaruh aplikasi Methylobacterium spp isolat TD-TPB3 terhadap tinggi tanaman kedelai varietas Kaba
Perlakuan
Tinggi tanaman
20 HST 35 HST 60 HST
---cm--- Benih tidak direndam isolat + 10 HST +
20 HST
14.01 a 38.00 ab 83.20 a Benih direndam isolat + 10 HST +
20 HST
14.45 a 39.91 a 83.40 a
Benih direndam isolat 13.98 a 35.88 bc 74.78 a
Siram tanah 10 HST + 20 HST 14.27 a 37.93 ab 79.17 a
Tanah steril + siram tanah 10 HST + 20 HST
13.33 a 33.62 c 63.57 b
Kontrol 12.79 a 32.77 c 78.63 a
Ket : angka-angka yang diikuti dengan huruf yang sama, tidak berbeda nyata pada uji DMRT taraf 5%.
Hasil yang sama diperlihatkan pada penelitian Meenakshi (2008) menggunakan Methylobacterium spp (ML55) + B. japonicum yang diberikan pada tanaman kedelai. Perlakuan dengan perendaman + penyemprotan pada daun umur 30 HST dapat meningkatkan tinggi tanaman kedelai maksimum (28.97 cm), yang berbeda nyata dengan kontrol (24.67 cm) dan perlakuan perendaman menggunakan ML2 + B. Japonicum. Pada umur 60 HST, perlakuan menggunakan Methylobacterium spp tidak berbeda nyata dengan kontrol.
Hasil tersebut menunjukkan bahwa pada saat tanaman berumur 20 HST, pengaruh penyemprotan isolat TD-TPB3 baik pada daun maupun penyiraman pada tanah belum terlihat. Hal ini diduga penyemprotan 10 HST pada pengamatan umur 20 HST, dampak isolat Methylobacterium spp yang diberikan belum nyata menstimulasi pertumbuhan. Pengaruh penyemprotan terlihat secara nyata meningkatkan tinggi tanaman setelah dilakukan 2 kali penyemprotan yaitu pada umur 35 HST. Hal ini diduga karena jumlah zat pengatur tumbuh yang dihasilkan Methylobacterium spp isolat TD-TPB3 pada saat itu dalam taraf yang cukup untuk menstimulasi pertumbuhan tanaman. Pada tanaman umur 60 HST, pengaruh isolat Methylobacterium spp sudah tidak terlihat. Hal ini diduga, pada
umur 60 HST pertumbuhan tanaman telah mencapai tinggi yang maksimum. Selain itu, diduga berkaitan dengan tipe pertumbuhan dari varietas (Kaba) yang digunakan, yaitu determinit. Tipe pertumbuhan determinit mengindikasikan pertumbuhan vegetatif tanaman akan terhenti saat tanaman berumur 35 HST atau saat tanaman memasuki fase generatif yaitu saat tanaman mulai berbunga (Adie & Krisnawati 2008). Pengaruh pemberian isolat Methylobacterium spp terhadap tinggi tanaman terlihat hanya pada saat tanaman berumur 35 HST.
Aplikasi isolat Methylobacterium spp pada perlakuan tanah steril + siram tanah umur 10 HST + 20 HST terhadap tinggi tanaman tidak menunjukkan pengaruh yang nyata. Hal ini diduga akibat sterilisasi, mikroorganisme yang bermanfaat bagi tanaman telah mati, sehingga meskipun diberi perlakuan isolat Methylobacterium spp, pertumbuhan tanaman pada perlakuan ini tidak bisa maksimal. Hal ini mengindikasikan bahwa untuk hasil yang optimal, perlakuan dengan isolat Methylobacterium spp perlu diberikan pada fase perkecambahan dan pertumbuhan tanaman.
Bobot kering tajuk
Teknik aplikasi pemberian isolat Methylobacterium spp terhadap bobot kering tajuk memberikan pengaruh yang nyata. Perlakuan perendaman + siram pada daun umur 10 HST + 20 HST memberikan perbedaan yang nyata dibanding kontrol dan perlakuan tanah steril + siram tanah umur 10 HST + 20 HST, tetapi tidak berbeda nyata dengan perlakuan isolat lainnya (Tabel 12 dan Gambar 3). Tabel 12 Pengaruh aplikasi Methylobacterium spp isolat TD-TPB3 terhadap
bobot kering tajuk tanaman kedelai varietas Kaba
Perlakuan Bobot kering tajuk
---gram--- Benih tidak direndam isolat + 10 HST + 20 HST 2.42 b
Benih direndam isolat + 10 HST + 20 HST 2.55 a
Benih direndam isolat 2.28 b
Siram tanah 10 HST + 20 HST 2.51 ab
Tanah steril + siram tanah 10 HST + 20 HST 1.78 c
Kontrol 0.48 d
Tabel 12 memperlihatkan bahwa isolat Methylobacterium spp dapat meningkatkan bobot kering tajuk tanaman. Perlakuan dengan perendaman benih dilanjutkan dengan penyemprotan pada daun umur 10 HST + 20 HST memberikan bobot bobot kering tajuk tertinggi yaitu 2.55 g dan tidak berbeda nyata dengan perlakuan siram tanah umur 10 HST + 20 HST (2.51 g). Perlakuan rendam + siram daun umur 10 HST + 20 HST menunjukkan perbedaan yang nyata dengan kontrol (0.48 g) dan perlakuan isolat lainnya.
Sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan Meenakshi (2008) dan Meenakshi & Savalgi (2009) dimana perlakuan perendaman benih kedelai dan penyemprotan pada daun menggunakan Methylobacterium sp dan B. japonicum dapat meningkatkan bobot kering tajuk sebesar 6.23 g/tanaman dibandingkan
Gambar 2 Pengaruh perlakuan isolat Methylobacterium spp isolat TD-TPB3 pada tajuk tanaman kedelai varietas Kaba umur 35 HST pada berbagai teknik aplikasi
(A) Benih tidak direndam isolat + 10 HST + 20 HST; (B) Benih direndam isolat + 10 HST + 20 HST; (C) Benih direndam isolat; (D) Siram tanah 10 HST + 20 HST; (E) Tanah steril + siram tanah 10 HST + 20 HST dan (F) Kontrol
dengan kontrol. Perlakuan inokulasi Methylobacterium sp. + B. japonicum dilanjutkan dengan penyemprotan pada 20, 30 dan 45 hari dapat meningkatkan total bobot kering kedelai sebesar 41.67% dibandingkan dengan kontrol. Sementara pada tanaman padi yang dimbibisi menggunakan PPFM-Os-07 yang dilanjutkan dengan penyemprotan dapat meningkatkan pertumbuhan tanaman pada 30 HST, 60 HST dan 90 HST terhadap tolok ukur biomassa tanaman, produksi dan banyak malai (Madhaiyan et al. (2004).
Hasil tersebut diduga karena peranan fitohormon yang diproduksi oleh isolat TD-TPB3, khususnya pengaruh sitokinin. Fitohormon sudah berperan sejak benih diimbibisi (direndam), dimana sebelum bakteri lain memasuki benih kedelai (dipertanaman), isolat Methylobacterium spp telah terlebih dahulu masuk ke dalam benih tersebut. Peranan fitohormon semakin terlihat saat tanaman disiram isolat pada umur 10 HST dan 20 HST.
Bobot kering akar
Perlakuan teknik aplikasi Methylobacterium spp terhadap bobot kering akar memberikan perbedaan yang nyata (Tabel 13 dan Gambar 4). Perlakuan penyiraman pada tanah umur 10 HST + 20 HST memberikan bobot bobot kering akar terbaik dan berbeda nyata dengan kontrol dan perlakuan tanah steril + siram tanah umur 10 HST + 20 HST. Perlakuan siram pada tanah umur 10 HST + 20 HST tidak menunjukkan perbedaan yang nyata dengan perlakuan isolat lainnya.
Tabel 13 Pengaruh aplikasi Methylobacterium spp isolat TD-TPB3 terhadap bobot kering akar tanaman kedelai varietas Kaba
Perlakuan Bobot kering akar
---gram---
Benih tidak rendam isolat + 10 HST + 20 HST 0.86 ab
Benih direndam isolat + 10 HST + 20 HST 0.87 ab
Benih direndam isolat 0.83 ab
Siram tanah 10 HST + 20 HST 0.99 a
Tanah steril + siram tanah 10 HST + 20 HST 0.18 c
Kontrol 0.63 b
Perlakuan aplikasi isolat Methylobacterium spp dapat meningkatkan bobot kering akar kedelai. Peningkatan tertinggi terlihat pada perlakuan siram pada tanah umur 10 HST + 20 HST yaitu 0.99 g yang berbeda nyata dengan kontrol (0.63 g) dan perlakuan tanah steril + siram tanah umur 10 HST + 20 HST (0.18 g). Hasil tersebut mengindikasikan bahwa selain peranan kandungan fitohormon yang diproduksi oleh isolat TD-TPB3, faktor teknik aplikasi isolat juga berpengaruh nyata. Diduga perlakuan penyiraman isolat TD-TPB3 pada tanah umur 10 HST + 20 HST, memberikan efek langsung pada akar tanaman. Filtrat isolat TD-TPB3 bekerja langsung pada perakaran tanaman.
Gambar 3 Pengaruh perlakuan isolat Methylobacterium spp isolat TD-TPB3 pada akar tanaman kedelai varietas Kaba umur 35 HST pada berbagai teknik aplikasi
(A) Benih tidak direndam isolat + 10 HST + 20 HST; (B) Benih direndam isolat + 10 HST + 20 HST; (C) Benih direndam isolat; (D) Siram tanah 10
HST + 20 HST; (E) Tanah steril + siram tanah 10 HST + 20 HST dan (F) Kontrol
Berdasarkan hasil tersebut diduga karena peranan auksin yang dimiliki oleh isolat TD-TPB3. Auksin dapat memacu pemanjangan potongan akar atau akar utuh pada banyak spesies dengan konsentrasi yang sangat rendah (10-7-10-13
Penelitian yang dilakukan oleh Meenakshi (2008) juga pada tanaman kedelai yang diberi perlakuan Methylobacterium spp + B. japonicum menunjukkan hasil yang sama. Perlakuan dengan cara perendaman yang dilajutkan dengan penyemprotan pada daun dapat meningkatkan bobot kering akar tanaman kedelai (1.80 g/tanaman) dibandingkan dengan kontrol (0.88 g/tanaman). Perlakuan inokulasi isolat bakteri Methylobacterium yang dikombinasikan dengan Bradyrhizobium japonicum strain SB120 meningkatkan panjang dan lebar akar kedelai sebesar 18.41 cm dan 30.33 cm (Radha et al. 2009).
) tergantung jenis dan umur akar. Pada konsentrasi tinggi dapat menghambat pemanjangan akar (Salisbury & Ross 1995). IAA berperan mendorong pemanjangan sel (cell elongation) dengan cara mempengaruhi metabolisme dinding sel, sehingga lebih banyak bahan dinding sel primer yang dihasilkan dan didepositkan pada kedua ujung sel (Heddy 1989).
Bintil Akar
Perlakuan teknik aplikasi Methylobacterium spp terhadap jumlah bintil akar dan bobot kering bintil akar memberikan perbedaan yang nyata (Tabel 14 dan Gambar 5). Jumlah bintil akar tidak berbeda nyata pada perlakuan perendaman + siram pada daun umur 10 HST + 20 HST dan perlakuan tanpa rendam + siram umur 10 HST + 20 HST. Perlakuan perendaman + siram pada daun umur 10 HST + 20 HST berbeda nyata dengan kontrol dan perlakuan isolat lainnya. Pada bobot kering bintil akar, perlakuan perendaman + siram pada daun umur 10 HST + 20 HST juga menunjukkan perbedaan yang nyata dengan kontrol dan perlakuan tanah steril + siram tanah umur 10 HST + 20 HST.
Perlakuan isolat Methylobacterium spp dapat meningkatkan jumlah dan bobot kering bintil akar. Peningkatan jumlah bintil akar dan bobot kering bintil akar tertinggi terlihat pada perlakuan perendaman + siram pada daun umur 10 HST + 20 HST (4.72 bintil dan 0.073 g) dan berbeda nyata dengan kontrol (2.17
bintil dan 0.025 g) dan perlakuan tanah steril + siram tanah umur 10 HST + 20 HST (0 bintil dan 0 g).
Jumlah dan bobot kering bintil akar yang meningkat diduga karena kontaminasi dari Rhizobium endogen. Kontaminasi dengan Rhizobium endogen dapat terjadi melalui debu yang menempel pada polybag penelitian. Jumlah bintil akar yang sangat sedikit dengan ukuran yang besar merupakan indikasi bahwa bintil akar tersebut hasil kontaminasi dengan Rhizobium endogen. Menurut Sucahyono & Soedarjo (2007) infektivitas Rhizobium endogen sangat tergantung oleh kompatibilitasnya dengan tanaman inang. Selain itu menurut Sy et al. (2001) beberapa strain Methylobacterium + Bradyrhizobium japonicum USDA110 + Bradyrhizobium elkanii USDA61, dapat mengefisienkan fiksasi nitrogen dengan membentuk bintil pada simbiosis dengan tanaman kacang-kacangan. Fiksasi nitrogen (pengikatan nitrogen atmosfer menjadi ammonium) tersebut dapat terjadi karena adanya aktivitas enzim nitrogenase yang dihasilkan oleh bakteri.
Tabel 14 Pengaruh aplikasi Methylobacterium spp isolat TD-TPB3 terhadap jumlah bintil akar dan bobot kering bintil akar tanaman kedelai varietas Kaba
Perlakuan
Bintil akar
Jumlah bintil Bobot kering bintil ----bintil--- ----gram---- Benih tidak rendam isolat + 10 HST + 20 HST 4.42 ab 0.071 a
Benih direndam isolat + 10 HST + 20 HST 4.72 a 0.073 a
Benih direndam isolat 3.22 c 0.037 b
Siram tanah 10 HST + 20 HST 3.39 bc 0.041 b
Tanah steril + siram tanah 10 HST + 20 HST 0.00 e 0.000 c
Kontrol 2.17 d 0.025 b
Ket : angka-angka yang diikuti dengan huruf yang sama, tidak berbeda nyata pada uji DMRT taraf 5 %
Perlakuan tanah steril + siram tanah umur 10 HST + 20 HST memberikan jumlah dan bobot kering bintil akar nihil (nol). Hal ini diduga karena pada perlakuan tanah steril kandungan mikroorganisme yang bermanfaat ikut mati pada saat sterilisasi dilakukan. Hal ini menyebabkan akar tidak mampu bersimbiosis membentuk bintil, meskipun ada penambahan isolat Methylobacterium spp. Diduga isolat Methylobacterium spp yang diberikan saat tanaman berumur 10
HST dan 20 HST tidak mampu memenuhi kebutuhan tanaman untuk menghasilkan bintil akar. Sementara pada kontrol diduga karena tidak ada efek kontaminasi dari isolat Methylobacterium spp. Meskipun menurut Lidstrom & Chistoserdova (2002) bahwa PPFM dapat ditemukan sebagian besar di tanah.
Hasil yang sama ditunjukkan pada penelitian yang dilakukan oleh Meenakshi (2008). Benih kedelai yang direndam menggunakan Methylobacterium (strain referensi) + B. japonicum + FS (strain referensi) dapat meningkatkan jumlah bintil akar dari 45.67/tanaman (kontrol) menjadi (72.33/tanaman). Demikian juga pada bobot kering bintil, dimana perlakuan Methylobacterium (strain referensi) + B. japonicum + FS (strain referensi) juga meningkatkan bobot kering bintil dari 0.27 g/tanaman (kontrol) menjadi 0.64 g/tanaman.
Polong
Teknik aplikasi Methylobacterium spp secara nyata dapat meningkatkan jumlah polong dan polong isi dibanding kontrol (Tabel 15). Perlakuan
Gambar 4 Pengaruh perlakuan isolat Methylobacterium spp isolat TD-TPB3 pada bintil akar tanaman kedelai varietas Kaba umur 35 HST pada
berbagai teknik aplikasi
(A) Benih tidak direndam isolat + 10 HST + 20 HST; (B) Benih direndam
isolat + 10 HST + 20 HST; (C) Benih direndam isolat; (D) Siram tanah 10 HST + 20 HST; (E) Tanah steril + siram tanah 10 HST + 20 HST dan (F) Kontrol
perendaman benih + penyemprotan pada daun umur 10 HST + 20 HST menunjukkan jumlah polong dan polong isi yang terbanyak (36.50 dan 35.67) dan berbeda nyata dengan kontrol (26.83 dan 22.50) dan perlakuan tanah steril + siram tanah umur 10 HST + 20 HST (25.22 dan 20.17). Jumlah polong dan polong isi perlakuan perendaman benih + penyemprotan pada daun umur 10 HST + 20 HST tidak berbeda nyata dengan perlakuan tanpa rendam + siram umur 10 HST + 20 HST, perlakuan perendaman dan perlakuan siram tanah umur 10 HST + 20 HST. Tabel 15 Pengaruh aplikasi Methylobacterium spp isolat TD-TPB3 terhadap
jumlah polong dan polong isi tanaman kedelai varietas Kaba Perlakuan
Polong
Jumlah Polong Polong Isi ---polong--- Benih tidak rendam isolat + 10 HST + 20 HST 33.58 a 32.08 a
Benih direndam isolat + 10 HST + 20 HST 36.50 a 35.67 a
Benih direndam isolat 32.17 a 29.67 a
Siram tanah 10 HST + 20 HST 34.42 a 33.17 a
Tanah steril + siram tanah 10 HST + 20 HST 25.22 b 20.17 b
Kontrol 26.83 b 22.50 b
Ket : angka-angka yang diikuti dengan huruf yang sama, tidak berbeda nyata pada uji DMRT taraf 5 %
Jumlah polong dan polong isi yang meningkat setelah diberi perlakuan isolat Methylobacterium spp juga diduga karena peranan fitohormon yang dimiliki oleh isolat tersebut, khususnya peranan giberelin. Giberelin selain memperpanjang batang, juga dapat memperbesar luas daun, besar bunga dan buah (Wattimena 1988). Hasil yang sama ditunjukkan pada penelitian yang dilakukan oleh Meenakshi (2008). Perlakuan perendaman benih kedelai yang dilanjutkan dengan penyemprotan pada daun menggunakan Methylobacterium + B. japonicum juga meningkatkan jumlah polong kedelai dari 40.83 polong menjadi 63 polong.
Bobot 100 butir
Perlakuan teknik aplikasi isolat Methylobacterium spp dapat meningkatkan bobot 100 butir kedelai. Perlakuan perendaman yang dilanjutkan dengan penyemprotan pada daun umur 10 HST + 20 HST memberikan bobot 100 butir terbaik (8.20 g) dan berbeda nyata dengan perlakuan kontrol (5.28 g) dan
perlakuan tanah steril + siram pada tanah umur 10 HST + 20 HST (5.03 g). Bobot 100 butir pada perlakuan perendaman + siram pada daun umur 10 HST + 20 HST tidak menunjukkan perbedaan yang nyata dengan perlakuan isolat lainnya (Tabel 16 dan Gambar 6).
Tabel 16 Pengaruh aplikasi Methylobacterium spp isolat TD-TPB3 terhadap bobot 100 butir tanaman kedelai varietas Kaba
Perlakuan Bobot 100 butir
---gram---
Benih tidak rendam isolat + 10 HST + 20 HST 8.16 a
Benih direndam isolat + 10 HST + 20 HST 8.20 a
Benih direndam isolat 7.63 a
Siram tanah 10 HST + 20 HST 7.72 a
Tanah steril + siram tanah 10 HST + 20 HST 5.03 b
Kontrol 5.28 b
Ket : angka-angka yang diikuti dengan huruf yang sama, tidak berbeda nyata pada uji DMRT taraf 5 %
Gambar 5 Pengaruh perlakuan isolat Methylobacterium spp isolat TD-TPB3 pada ukuran biji kedelai varietas Kaba pada berbagai teknik aplikasi
(A) Benih tidak direndam isolat + 10 HST + 20 HST; (B) Benih direndam
isolat + 10 HST + 20 HST; (C) Benih direndam isolat; (D) Siram tanah 10 HST + 20 HST; (E) Tanah steril + siram tanah 10 HST + 20 HST dan (F) Kontrol
Bobot 100 yang diperoleh dari penelitian ini masih berbeda dari potensi deskripsi varietasnya (terlampir) yaitu 10.37 g, tetapi hasil ini cukup baik dan masih memungkinkan untuk ditingkatkan pada penanaman kondisi lapang.
Beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan isolat Methylobacterium spp dapat meningkatkan bobot buah tanaman. Penelitian yang dilakukan oleh Salma et al. (2006) pada kedelai menunjukkan hasil yang sama. Kedelai yang diberi perlakuan isolat Methylobacterium spp dapat meningkatkan bobot kering tajuk, jumlah biji, bobot 100 biji dan panjang polong. Sementara hasil penelitian Azizah (2011) pada tanaman cabai juga menunjukkan hasil yang sama. Benih cabai yang direndam dan dilanjutkan dengan penyemprotan isolat Methylobacterium spp (TDJ7 dan TD-TPB3) setiap satu bulan meningkatkan bobot tanaman cabai pada 18, 19, 20, 21, dan 23 MST dibandingkan dengan kontrol.
Produksi
Teknik aplikasi Methylobacterium spp dapat meningkatkan produksi tanaman kedelai (Tabel 17). Perlakuan perendaman yang dilanjutkan dengan penyemprotan pada daun umur 10 HST + 20 HST memberikan produksi per tanaman dan total produksi tertinggi (5.21 g dan 20.84 g) dan berbeda nyata dengan kontrol (1.63 g dan 6.51 g) dan perlakuan tanah steril + siram pada tanah umur 10 HST + 20 HST (4.64 g dan 18.56 g). Produksi per tanaman dan total produksi pada perlakuan perendaman + siram pada daun umur 10 HST + 20 HST tidak menunjukkan perbedaan yang nyata terhadap perlakuan isolat lainnya. Tabel 17 Pengaruh aplikasi Methylobacterium spp isolat TD-TPB3 terhadap
produksi tanaman kedelai varietas Kaba Perlakuan
Produksi
Per tanaman Total
---gram--- Benih tidak rendam isolat + 10 HST + 20 HST 4.45 a 17.77 a
Benih direndam isolat + 10 HST + 20 HST 5.21 a 20.84 a