• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh aplikasi Methylobacterium spp terhadap peningkatan vigor dan produksi tanaman kedelai

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh aplikasi Methylobacterium spp terhadap peningkatan vigor dan produksi tanaman kedelai"

Copied!
156
0
0

Teks penuh

(1)

KEDELAI

DARNIATY DANIAL

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)

Dengan ini saya menyatakan bahwa tugas akhir Pengaruh Aplikasi Methylobacterium spp terhadap Peningkatan Vigor dan Produksi Tanaman Kedelai adalah karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tugas akhir ini.

Bogor, Juli 2011

(3)

DARNIATY DANIAL. The Effect of Applications Methylobacterium spp to Improvement of Soybean Vigour and Production. Under direction of ENY WIDAJATI and SELLY SALMA.

Methylobacterium spp is one of bacteria that produces phytohormon which have potency to stimulate seed germination and plant growth. The objective of this research was to study the effectiveness of Methylobacterium spp isolates in improving vigour and seed production of soybean. The Research conducted since September 2010 until April 2011. The research consisted of two experiments : (1) The effect of application Methylobacterium spp bacteria isolates to soybean seed germination. The research materials are six soybean varieties i.e : Sinabung, Kaba, Tanggamus, Anjasmoro, Grobogan dan Burangrang and four isolates Methylobacterium spp i.e: TD-J2, TD-K2, TD-TPB3, NTB-K1 and control (aquades); (2) The effect of application techniques Methylobacterium spp to soybean production. The research consisted of six level : 1) without seed soaking isolate + foliar spraying at 10 DAS + 20 DAS, 2) seed soaking isolate + foliar spraying at 10 DAS + 20 DAS; 3) seed soaking isolate; 4) splashing isolate to soil at 10 DAS + 20 DAS; 5) sterile soil isolate + splashing isolate to soil at 10 DAS + 20 DAS; and 6) control (water splashing). The results showed that Methylobacterium spp soaking in TD-K2 isolate on Kaba increased vigour index 17.33% (from 72% to 89.33%) and TD-J2 isolate increased speed of germination 9.49%/etmal (from 31.74 % etmal to 41.23 %/etmal). Application techniques of Methylobacterium spp with TD-TPB3 isolate on Kaba using seed soaking isolate + foliar spraying at 10 DAS + 20 DAS increased growth and production of soybean.

(4)

© Hak cipta milik IPB, Tahun 2011

Hak cipta dilindungi Undang-Undang

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan yang wajar bagi Institut Pertanian Bogor.

Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh hasil karya tulis dalam bentuk apapun tanpa izin IPB

(5)

KEDELAI

DARNIATY DANIAL

Tugas Akhir

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Profesional pada

Program Studi Magister Profesional Perbenihan

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(6)
(7)

Nama : Darniaty Danial

NRP : A254090155

Disetujui

Komisi Pembimbing

Ketua

Dr. Ir. Eny Widajati, MS

Anggota Dra. Selly Salma, MSi

Diketahui

Ketua Program Studi

Magister Profesional Perbenihan

Dekan Sekolah Pascasarjana

Prof. Dr. Ir. Satriyas Ilyas, MS Dr. Ir. Dahrul Syah, M.Sc.Agr

(8)

berkat rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan karya ilmiah ini. Tema yang dipilih dalam penelitian adalah Pengaruh Aplikasi Methylobacterium spp terhadap Peningkatan Vigor dan Produksi Tanaman Kedelai. Penulisan tugas akhir ini dilakukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Profesional pada Program Magister Profesional Perbenihan, Sekolah Pascasarjana IPB.

Penulisan tugas akhir ini penulis mendapatkan bimbingan dan arahan dari berbagai pihak. Ucapan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya penulis sampaikan kepada :

1. Dr. Ir. Eny Widajati, MS sebagai ketua komisi pembimbing dan Dra. Selly Salma, MSi sebagai anggota komisi pembimbing.

2. Badan Litbang Pertanian, atas fasilitas selama menempuh pendidikan di IPB, Bogor.

3. KKP3T yang telah memfasilitasi selama penelitian.

4. Dr. Mastur, MSi selaku Kepala BPTP Kalimantan Timur atas

rekomendasinya.

5. Seluruh staf Laboratorium Mikrobiologi Balai Besar Penelitian Sumberdaya Genetik di Bogor, atas bantuan dan kerjasamanya.

6. Seluruh staf Laboratorium Ilmu dan Teknologi Benih IPB, Bogor, atas bantuan dan kerjasamanya.

7. Ir. Abdul Qadir, MS dan Ir. Purwono, MS atas saran dan masukannya.

8. Orang tua tercinta ayahanda Alm. Drs. Abdul Danial Rola dan ibunda Insana atas doa, nasehat, perhatian dan dorongan yang diberikan kepada penulis

selama ini. Kepada kakanda dan adinda tercinta Muh. Sayuthi, SE, Drs. Bachtiar, MP, Darmawaty, S.Sos, Dirawaty, SE dan Dalfiah, SKp. atas

doa, perhatian dan dukungannya.

9. Teman-teman “Seed Family” Program Magister Perbenihan 2009 atas bantuan, semangat dan kebersamaan yang telah diberikan selama ini.

10. Kepada semua pihak yang telah membantu namun tidak dapat disebutkan satu per satu dalam karya ilmiah ini, semoga Allah SWT memberikan balasan yang setimpal.

Saran dan kritik dari semua pihak sangat penulis harapkan. Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Juli 2011

(9)

Penulis dilahirkan di kota Makassar pada tanggal 4 Maret 1972 dari pasangan Bapak Alm. Drs. Abdul Danial Rola dan Ibu Insana. Penulis merupakan anak keempat dari tujuh bersaudara.

Pendidikan SDN Balang Baru dan SMPN 1 di Ujung Pandang. Pendidikan SMAN 159 di Sungguminasa, Gowa. Tahun 1992 masuk di Universitas Hasanuddin, Ujung Pandang.

Penulis bekerja pada unit kerja Badan Litbang Pertanian. Awalnya bekerja sebagai honorer pada Instalasi Penelitian dan Pengkajian Teknologi Pertanian (IP2TP) Jeneponto, Sulawesi Selatan dari tahun 1998 – 2003. Pada Tahun 2003 penulis terangkat menjadi staf pada Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Kalimantan Timur. Tahun 2009 penulis mendapat kesempatan untuk melanjutkan pendidikan program magister pada Program Studi Magister Profesional Perbenihan, Sekolah Pascasarjana IPB. Beasiswa pendidikan pascasarjana diperoleh dari Badan Litbang Pertanian, Kementerian Pertanian Republik Indonesia.

(10)

xi

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR GAMBAR ... xii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiii

PENDAHULUAN ... 1

Latar Belakang ... 1

Tujuan Penelitian ... 3

Hipotesis Penelitian ... 3

TINJAUAN PUSTAKA ... 4

Ukuran Benih Kedelai ... 4

Pupuk Mikroba ... 5

Methylobacaterium spp ... 6

METODOLOGI PENELITIAN ... 10

Waktu dan Tempat Penelitian ... 10

Bahan Penelitian ... 10

Metode Penelitian ... 10

Pelaksanaan Penelitian ... 14

Pengamatan ... 15

HASIL DAN PEMBAHASAN ... 18

Penelitian 1 Pengaruh Aplikasi Isolat Bakteri Methylobacterium spp terhadap Perkecambahan Benih Kedelai ... 18

Penelitian 2 Pengaruh Aplikasi Methylobacterium spp terhadap Produksi Kedelai ... 29

SIMPULAN DAN SARAN ... 47

DAFTAR PUSTAKA ... 48

(11)

xii

1 Rekapitulasi hasil analisis ragam pengaruh varietas dan isolat Methylobacterium spp terhadap daya berkecambah (DB),

indeks vigor (IV), kecepatan tumbuh (KCT

kecambah normal (BKN) dan potensi tumbuh maksimum (PTM) ... 18 ), berat kering

2 Pengaruh interaksi varietas dan Methylobacterium spp terhadap

peubah daya berkecambah ... 19

3 Pengaruh interaksi varietas dan Methylobacterium spp terhadap

peubah indeks vigor ... 20

4 Pengaruh interaksi varietas dan Methylobacterium spp terhadap

peubah kecepatan tumbuh ... 22

5 Pengaruh interaksi varietas dan Methylobacterium spp terhadap

peubah berat kering kecambah normal ... 24

6 Pengaruh interaksi varietas dan Methylobacterium spp terhadap

peubah potensi tumbuh maksimum ... 25

7 Kadar Fitohormon dari kultur bakteri Methylobacterium spp

koleksi BB-Biogen ... 27

8 Matriks hasil pengujian berbagai isolat Methylobacterium spp terhadap berbagai varietas kedelai berdasarkan ukuran biji

pada semua peubah ... 29

9 Rekapitulasi sidik ragam pengaruh teknik aplikasi Methylobacterium spp terhadap peubah vegetatif dan generatif tanaman kedelai ... 30

10 Pengaruh aplikasi Methylobacterium spp isolat TD-TPB3 terhadap

daya tumbuh tanaman kedelai varietas Kaba ... 31

11 Pengaruh aplikasi Methylobacterium spp isolat TD-TPB3 terhadap

tinggi tanaman kedelai varietas Kaba ... 33

12 Pengaruh aplikasi Methylobacterium spp isolat TD-TPB3 terhadap

berat kering tajuk tanaman kedelai varietas Kaba ... 34

13 Pengaruh aplikasi Methylobacterium spp isolat TD-TPB3 terhadap

berat kering akar tanaman kedelai varietas Kaba ... 36

14 Pengaruh aplikasi Methylobacterium spp isolat TD-TPB3 terhadap jumlah bintil akar dan berat kering bintil akar tanaman kedelai

varietas Kaba ... 39

15 Pengaruh aplikasi Methylobacterium spp isolat TD-TPB3 terhadap

(12)

xiii

17 Pengaruh aplikasi Methylobacterium spp isolat TD-TPB3 terhadap

produksi tanaman kedelai varietas Kaba ... 43

18 Hasil uji korelasi peubah vegetatif terhadap jumlah polong dan

polong isi kedelai varietas Kaba ... 45

19 Hasil uji korelasi peubah vegetatif terhadap bobot 100 butir

(13)

xiv

1 Bagan alur penelitian ... 11

2 Pengaruh perlakuan Methylobacterium spp isolat TD-TPB3 pada tajuk tanaman kedelai varietas Kaba umur 35 HST pada berbagai

teknik aplikasi ... 35

3 Pengaruh perlakuan Methylobacterium spp isolat TD-TPB3 pada akar tanaman kedelai varietas Kaba umur 35 HST pada berbagai

teknik aplikasi ... 37

4 Pengaruh perlakuan Methylobacterium spp isolat TD-TPB3 pada bintil akar tanaman kedelai varietas Kaba umur 35 HST pada berbagai

teknik aplikasi ... 40

(14)

xv

1 Deskripsi varietas kedelai Sinabung ... 53

2 Deskripsi varietas kedelai Kaba ... 54

3 Deskripsi varietas kedelai Tanggamus ... 55

4 Deskripsi varietas kedelai Anjasmoro... 56

5 Deskripsi varietas kedelai Burangrang ... 57

6 Deskripsi varietas kedelai Grobogan ... 58

7 Tanggal panen varietas Sinabung, Kaba, Tanggamus, Anjasmoro, Grobogan dan Burangrang ... 59

8 Isolat Methylobacterium spp TD-J2, TD-K2, TD-TPB3 dan NTB-K1 pada medium cair Ammonium Mineral Salt (AMS) ... 59

9 Lay out tanaman di rumah kaca ... 60

10 Komposisi media cair Ammonium Mineral Salt (AMS) per 1 Liter ... 61

11 Komposisi Trace Element per 100 ml ... 61

12 Metode pengecambahan di laboratorium ... 62

13 Aplikasi isolat Methylobacaterium spp isolat TD-TPB3 pada varietas Kaba di rumah kaca... 63

14 Analisis ragam pengaruh varietas dan Methylobacterium spp terhadap daya berkecambah ... 64

15 Analisis ragam pengaruh varietas dan Methylobacterium spp terhadap indeks vigor ... 64

16 Analisis ragam pengaruh varietas dan Methylobacterium spp terhadap kecepatan tumbuh ... 64

17 Analisis ragam pengaruh varietas dan Methylobacterium spp terhadap berat kering kecambah normal ... 65

18 Analisis ragam pengaruh varietas dan Methylobacterium spp terhadap potensi tumbuh maksimum ... 65

19 Analisis ragam pengaruh aplikasi Methylobacterium spp isolat TD-TPB3 terhadap daya tumbuh varietas Kaba... 65

(15)

xvi

22 Analisis ragam pengaruh aplikasi Methylobacterium spp

isolat TD-TPB3 terhadap tinggi tanaman 60 HST varietas Kaba ... 66

23 Analisis ragam pengaruh aplikasi Methylobacterium spp

isolat TD-TPB3 terhadap berat kering tajuk varietas Kaba... 67

24 Analisis ragam pengaruh aplikasi Methylobacterium spp

isolat TD-TPB3 terhadap berat kering akar varietas Kaba ... 67

25 Analisis ragam pengaruh aplikasi Methylobacterium spp

isolat TD-TPB3 terhadap jumlah bintil akar varietas Kaba ... 67

26 Analisis ragam pengaruh aplikasi Methylobacterium spp

isolat TD-TPB3 terhadap berat kering bintil akar varietas Kaba ... 68

27 Analisis ragam pengaruh aplikasi Methylobacterium spp

isolat TD-TPB3 terhadap jumlah polong varietas Kaba ... 68

28 Analisis ragam pengaruh aplikasi Methylobacterium spp

isolat TD-TPB3 terhadap jumlah polong isi varietas Kaba ... 68

30 Analisis ragam pengaruh aplikasi Methylobacterium spp

isolat TD-TPB3 terhadap bobot 100 butir varietas Kaba ... 69

31 Analisis ragam pengaruh aplikasi Methylobacterium spp

isolat TD-TPB3 terhadap produksi per tanaman varietas Kaba ... 69

32 Analisis ragam pengaruh aplikasi Methylobacterium spp

(16)

Latar Belakang

Kedelai termasuk komoditas pangan yang penting di Indonesia. Tahu,

tempe, kecap, dan taucho adalah produk pangan yang dibuat dari kedelai dan

sudah menjadi menu sehari-hari bagi sebagian masyarakat, baik di pedesaan

maupun perkotaan. Selain rasanya yang enak, produk pangan ini mengandung gizi

dan harga yang terjangkau oleh semua lapisan masyarakat.

Kebutuhan nasional kedelai dewasa ini telah mencapai 2,2 juta ton per

tahun, sementara produksi dalam negeri baru mampu memenuhi kebutuhan 35 –

40 %, sehingga kekurangannya dipenuhi dari impor (1,2 juta ton). Pemerintah

terus berupaya meningkatkan produksi kedelai melalui berbagai program,

diantaranya berupa menghasilkan inovasi teknologi yang mendukung program

peningkatan produksi kedelai (Setneg 2010).

Upaya peningkatan produksi kedelai oleh pemerintah terus dilakukan

melalui program intensifikasi, ekstensifikasi dan rehabilitasi dalam perspektif

sistem usahatani menuju peningkatan pendapatan. Salah satu kendala dalam upaya

peningkatan produksi adalah keharaan (tanah yang kurang subur). Kondisi tanah

yang kurang subur dapat diperbaiki dengan inovasi teknologi ameliorasi, di

antaranya penggunaan kapur (kalsit atau dolomit) dan bahan organik, serta

pemupukan (organik, anorganik, dan biofertilizer seperti rhizobium) berdasarkan

kondisi tanah setempat. Salah satu upaya pemecahan masalah keharaan untuk

perbaikan produktivitas lahan adalah penggunaan pupuk mikroba, yang berperan

penting meningkatkan kualitas tanaman dan tanah.

Manfaat mikroba dalam usaha pertanian belum disadari sepenuhnya,

karena pandangan umum terhadap mikroba lebih terfokus secara selektif pada

mikro patogen yang menimbulkan penyakit pada tanaman. Padahal sebagian besar

spesies mikroba merupakan mikroflora yang bermanfaat, kecuali beberapa jenis

spesifik yang dapat menyebabkan penyakit bagi tanaman. Baru sebagian kecil dari

ribuan spesies mikroba yang telah diketahui memiliki manfaat bagi usaha

(17)

dan cendawan pelarut fosfat, bakteri dan cendawan perombak bahan organik, serta

bakteri, cendawan dan virus sebagai agensia hayati.

Perlakuan benih dengan menggunakan mikroba dapat melindungi tanaman

tidak hanya pada tahap pembibitan atau pesemaian, tetapi selama siklus hidup

tanaman tersebut (Copeland & McDonald 2001). Pada budidaya kedelai,

khususnya di lahan kering, penggunaan pupuk kimia perlu dibarengi dengan

pupuk mikroba. Penggunaan pupuk mikroba, sangat penting untuk meningkatkan

efisiensi pemupukan N. Pupuk mikroba penghasil hormon tumbuh dan anti

patogen perlu digunakan untuk memperbaiki pertumbuhan dan perlindungan

tanaman (Saraswati 2007).

Bakteri Methylobacterium spp disebut juga Pink Pigmented Facultative

Methylotroph (PPFM) merupakan mikrobiota normal pada filosfer hampir semua

tanaman, lumut dan paku-pakuan. Menurut Lidstrom & Chistoserdova (2002)

PPFM dapat ditemukan sebagian besar di tanah, pada permukaan daun dan

dibagian lain tumbuhan. Bakteri ini dapat menstimulasi perkecambahan benih dan

pertumbuhan tanaman dengan cara memproduksi fitohormon hasil penggunaan

metanol yang dikeluarkan tanaman melalui stomata.

Menurut Holland (1997) bakteri PPFM memberikan efek pada

pertumbuhan tanaman kedelai. Pengujian pada kecambah kedelai, melalui

perlakuan menginokulasikan PPFM pada biji yang dipanaskan, dapat

mengembalikan laju perkecambahan dan pertumbuhan akar ke level normal.

PPFM berperan dalam perkecambahan biji kering. Pada kondisi yang kurang

ideal, biji mampu berkecambah normal bila biji diinokulasi atau diimbibisi

dengan suspensi kultur bakteri PPFM. Keberadaan bakteri PPFM tersebut dapat

memicu viabilitas benih.

Hasil penelitian Salma et al. (2005) menunjukkan bahwa penggunaan

isolat Methylobacterium spp dapat meningkatkan perkecambahan benih.

Perlakuan berupa perendaman benih jagung manis selama 4 jam menggunakan

isolat TD-T1 dan kacang panjang menggunakan isolat TD-K1 dapat

meningkatkan daya berkecambah rata-rata 27% dibandingkan dengan kontrol.

Selanjutnya Salma et al. (2006) melaporkan bahwa perendaman benih tomat

(18)

tanaman 45 hst dan bobot kering akar dibanding kontrol. Pada kedelai yang diberi

perlakuan isolat TD-K1 menunjukkan perbedaan yang nyata pada bobot kering

tajuk, jumlah biji, bobot 100 biji dan panjang polong.

Hasil penelitian Widajati & Salma (2008) menunjukkan bahwa

penggunaan isolat Methylobacterium spp efektif dalam mematahkan dormansi

benih padi, varietas Ciherang yaitu Methylobacterium L2, PPU-K10 dan

TD-J7. Perlakuan Methylobacterium TD-L2, PPU-K10 dan TD-J7 efektif

mematahkan dormansi benih padi varietas Ciherang pada periode after-ripening

minggu ke-5 dan dapat mempersingkat persistensi dormansi. Pengaruh perlakuan

isolat-isolat Methylobacterium dapat meningkatkan nilai potensi tumbuh

maksimum, daya berkecambah, kecepatan tumbuh, dan indeks vigor secara nyata

pada minggu ke-3 after-ripening.

Berdasarkan beberapa hasil penelitian sebelumnya dan melihat potensi

Methylobacterium spp yang dapat menghasilkan fitohormon, maka dalam

penelitian ini bakteri tersebut digunakan sebagai pupuk hayati untuk

meningkatkan vigor benih dan produksi kedelai.

Tujuan

Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari efektivitas isolat

Methylobacterium spp untuk meningkatkan vigor benih dan produksi kedelai.

Hipotesis

1. Isolat Methylobacterium spp dapat meningkatkan vigor benih kedelai.

2. Terdapat pengaruh interaksi varietas dan jenis isolat Methylobacterium spp

dalam meningkatkan vigor benih kedelai

(19)

TINJAUAN PUSTAKA

Ukuran Benih Kedelai

Bentuk benih kedelai ada tiga macam, yaitu bulat, agak gepeng dan bulat

telur, Namun kebanyakan berbentuk bulat telur (Hidayat 1985). Selain warna dan

bentuk, pada benih kedelai juga terdapat perbedaan fisik lain yang sangat penting,

yaitu besar atau bobot benih. Menurut Vaughan (1970) panjang benih kedelai

kurang lebih 12 mm. Namun secara umum, ukuran benih kedelai dinyatakan

dalam bobot 100 butir benih. Menurut Menurut Adie & Krisnawati (2007) biji

merupakan komponen morfologi kedelai yang bernilai ekonomis. Bentuk biji

kedelai beragam dari lonjong hingga bulat dan sebagian besar kedelai yang ada di

Indonesia berkriteria lonjong. Pengelompokan ukuran biji kedelai berbeda

antarnegara, di Indonesia kedelai dikelompokkan berukuran besar (berat > 14

g/100 biji), sedang (10 – 14 g/100 biji) dan kecil (< 10 g/100 biji). Di Jepang dan

Amerika biji kedelai berukuran besar jika memiliki berat 30 g/100 biji. Biji

sebagian besar tersusun oleh kotiledon dan dilapisi oleh kulit biji (lesta). Antara

kulit biji dan kotiledon terdapat lapisan endosperm.

Bentuk dan ukuran pori-pori kulit benih berbeda antara benih berukuran

besar atau berukuran kecil. Pada benih berukuran besar jumlah pori-porinya lebih

banyak dan bentuknya lebih memanjang serta berdiameter lebih kecil, sedangkan

pada benih berukuran kecil jumlah pori-porinya lebih sedikit dan bentuknya lebih

pendek serta berdiameter lebih lebar (Calero et al. 1981).

Proses imbibisi pada benih dipengaruhi oleh sifat kimia dan fisik benih.

Salah satu sifat fisik benih yaitu ukuran benih. Hill et al. (1986) menyatakan

bahwa setiap penurunan 1 mg bobot benih akan meningkatkan 0,8 kali

impermeabilitas benih. Jadi semakin kecil ukuran benih maka sifat

impermeabilitasnya akan semakin tinggi. Hal tersebut juga dijelaskan oleh

Mugnisjah et al. (1978b) dan Calero et al. (1981), bahwa selama proses imbibisi

benih kedelai berukuran besar menyerap air lebih cepat daripada benih berukuran

kecil. Ini disebabkan karena nisbah bobot kulit benih terhadap bobot benih pada

(20)

Mugnisjah et al. (1978a) menyatakan bahwa terdapat perbedaan vigor

antara berbagai varietas kedelai yang berbeda ukuran dan warna benihnya.

Varietas kedelai yang benihnya berukuran lebih kecil memiliki vigor lebih tinggi

daripada varietas yang benihnya berukuran besar. Perbedaan vigor tersebut

disebabkan karena perbedaan pembengkakan polimer benih selama imbibisi yang

dapat menimbulkan kerusakan lebih berbahaya terhadap perkecambahannya pada

benih berukuran besar.

Pupuk Mikroba

Berbagai jenis mikroba mempunyai fungsi dan keefektifan yang berbeda.

Untuk meningkatkan keefektifan fungsinya, mikroba sebagai komponen teknologi

pertanian disediakan dari strain murni terpilih, yang difungsikan sebagai inokulan.

Metode aplikasi dan mutu inokulan merupakan faktor yang sangat menentukan,

sehingga upaya mengatasi keragaman keefektifan, mutu inokulan mikroba harus

distandarisasi (Zdor & Pueppke 1988, 1990).

Produk biologi aktif yang terdiri atas mikroba yang berfungsi

meningkatkan efisiensi pemupukan, kesuburan dan kesehatan tanah disebut

sebagai pupuk hayati (pupuk mikroba). Pupuk hayati yang telah distandarisasi

merupakan alternatif sumber penyediaan hara tanaman yang aman lingkungan.

Pemanfaatan pupuk hayati yang bermutu diharapkan dapat meningkatkan efisiensi

pemupukan dan meningkatkan produksi tanaman, menghemat biaya pupuk dan

meningkatkan pendapatan petani (Saraswati & Sumarno 2008).

Pemberian pupuk mikroba penyubur tanah pada tanaman kedelai penting

artinya bagi upaya peningkatan dan keberlanjutan sistem produksi. Selain dapat

meningkatkan kesuburan tanah, penggunaan pupuk mikroba yang sesuai dengan

kondisi tanah juga akan meningkatkan efisiensi pemupukan dan mengurangi

pencemaran lingkungan (Saraswati 2007). Keuntungan yang diperoleh dengan

penggunaan mikroba adalah pengurangan pemakaian bahan kimia sintetik,

sehingga meminimalkan dampak kerusakan lingkungan. Copeland & McDonald

(2001) menyatakan bahwa bakteri Rhizobia yang digunakan dalam seed coating

dapat meningkatkan nodulasi akar dan fiksasi biologi nitrogen. Hal ini

(21)

pasca panen untuk meningkatkan daya berkecambah dan daya tumbuh kecambah

yang diperoleh dari bibit yang kuat.

Mikroba berguna (effective microorganism) sebagai komponen habitat

alam mempunyai peran dan fungsi penting dalam mendukung terlaksananya

pertanian ramah lingkungan melalui berbagai proses, seperti dekomposisi bahan

organik, mineralisasi senyawa organik, fiksasi hara, pelarut hara, nitrifikasi dan

denitrifikasi. Dalam aliran ‘pertanian input organik’, mikroba diposisikan sebagai

produsen hara, tanah dianggap sebagai media biosintesis, dan hasil kerja mikroba

dianggap sebagai pensuplai utama kebutuhan hara bagi tanaman. Semakin tinggi

populasi mikroba tanah semakin tinggi aktivitas biokimia dalam tanah dan

semakin tinggi indeks kualitas tanah (Saraswati & Sumarno 2008).

Secara umum manfaat mikroba menurut Saraswati et al. (2004) yaitu :

(1) meningkatkan ketersediaan unsur hara tanaman dalam tanah; (2) sebagai

perombak bahan organik dalam tanah dan mineralisasi unsur organik; (3) bakteri

rizosfer-endofitik untuk memacu pertumbuhan tanaman dengan membentuk

enzim dan melindungi akar dari mikroba patogenik dan (4) sebagai agensia hayati

pengendali hama dan penyakit tanaman.

Methylobacterium spp

Green (1992) menyatakan bahwa bakteri Pink Pigmented Facultative

Methylotroph (PPFM) adalah bakteri metilotrof dari kelompok Methylobacterium

yang umumnya ditemukan pada permukaan daun. Bakteri filosfer PPFM

berinteraksi dengan tanaman dan memanfaatkan substrat senyawa karbon tunggal

(C1

Genus Methylobacterium termasuk kelompok bakteri tanah aerob, yang

artinya selama pertumbuhannya dipengaruhi dan membutuhkan oksigen. Karakter

lain dari bakteri ini adalah bersifat gram negatif, berbentuk batang, dan memiliki

pigmen merah muda (pink), serta dapat hidup secara fakultatif di lingkungan ) seperti methanol dan metilamina, sebagai sumber karbonnya. PPFM bersifat

fakultatif, artinya tidak mutlak hidup pada satu kondisi tertentu. PPFM dapat

tumbuh pada media minimal dengan penambahan methanol atau metilamina dan

(22)

metilotropik. Oleh karena itu bakteri Methylobacterium sp, dikenal sebagai bakteri

pink pigmented facultative methylotropic (PPFM) (Gallego et al. 2005).

Beberapa strain Methylobacterium dapat mengefisienkan fiksasi nitrogen

dengan membentuk bintil pada simbiosis dengan tanaman kacang-kacangan (Sy et

al. 2001). Koenig et al. (2002) menyatakan bahwa banyak strain bakteri

Methylobacterium spp dapat menghasilkan sitokinin trans-zeatin yang

disekresikan pada media kultur yang dapat menstimulasi perkecambahan benih

kedelai.

Menurut Lidstrom & Chistoserdova (2002) Methylobacterium spp dapat

menstimulasi perkecambahan benih dan pertumbuhan tanaman dengan cara

memproduksi fitohormon. PPFM memproduksi hormon trans-zeatin atau sitokinin

zeatin yang dapat menstimulasi pembelahan sel, meningkatkan perkecambahan

dan pertumbuhan tanaman. PPFM dapat dimanfaatkan untuk program preservasi,

peremajaan benih-benih tua, meningkatkan mutu dan produktivitas, melindungi

tanaman dari pathogen, dan mampu menyediakan metabolit penting bagi benih.

Van Dien & Lidstrom (2002) menyatakan bahwa prospektif pemanfaatan

bakteri PPFM menjadi perhatian utama untuk meningkatkan pertumbuhan dan

produksi tanaman. Selain itu menurut Holland (1997) PPFM menghasilkan

sitokinin dalam jumlah melimpah dan menghasilkan vitamin dan asam amino

esensial.

Methylobacterium spp diduga dapat menghasilkan pyrroloquinolinequinon

(PQQ), yang memiliki karakteristik sebagai vitamin B12 dan antioksidan. PQQ

efektif dalam melindungi mitokondria dari kerusakan akibat stress-oksidatif, yang

dapat menginduksi peroksida lemak, pembentuk protein karbonil, dan

menonaktifkan fungsi mitokondria. Keberadaan PQQ dapat menghambat proses

kemunduran benih (He et al. 2003).

Lee et al. (2006) menyatakan bahwa benih padi yang diberi perlakuan

Methylobacterium sp. menunjukkan peningkatan perkecambahan, indeks vigor,

dan bobot kecambah karena adanya akumulasi hormone viz trans-zeatin riboside,

isopentenyladenosine, dan indole-3-acetic acid. Penelitian Madhaiyan (2006)

menunjukkan bahwa perlakuan inokulasi Methylobacterium sp + Rhizobium sp +

(23)

meningkatkan persentase perkecambahan, vigor perkecambahan, dan kadar phenylalanine ammonia lyase (PAL) β-1,3-glucanase serta aktivitas peroksidase (PO). Pada penelitian tersebut ditemukan lima isozymes polypenol oxidase dan

peroksidase pada Methylobacterium spp, yang dapat menginduksi aktivitas system

resistensi terhadap pathogen pembusuk. Respon ini memperkuat dugaan bahwa

Methylobacterium dapat dimanfaatkan sebagai agen biologi dalam teknik seed

enhancement. Pada penelitian sebelumnya, Madhaiyan (2004) melaporkan bahwa

strain PPFM-Os-07 Methylobacterium spp pada padi dapat menginduksi berbagai

macam ketahanan tanaman yang berhubungan dengan protein dan sintesis fenolik.

Penelitian Kurniati (2009) menunjukkan bahwa aplikasi Methylobacterium

isolat TD-L2, dan TD-G3 dapat meningkatkan daya berkecambah benih padi dari

96 % menjadi 100 % dan KCT dari 16.21 % KN/etmal menjadi 23.95 % KN/etmal

pada benih viabilitas tinggi. Isolat TD-L2 memberikan respon yang baik dalam

meningkatkan tolok ukur indeks vigor dari 89.33% menjadi 100% pada benih

viabilitas tinggi. Isolat TD-TPB3 dapat meningkatkan berat kering kecambah

normal pada benih viabilitas tinggi dengan delta sebesar 0.0624 g. Aplikasi

dengan isolat TD-TPB3 memberikan pengaruh yang baik pada viabilitas potensial

benih viabilitas sedang berdasarkan tolok ukur daya berkecambah dari 78.67%

menjadi 82.67% dan berat kering kecambah normal dengan delta sebesar 0.02746

g serta dapat meningkatkan vigor benih pada tolok ukur KCT

Hasil penelitian Afifah (2009) menunjukkan bahwa aplikasi

Methylobacterium isolat TD-J10 dapat menstimulasi kecepatan tumbuh dan berat

kering kecambah normal pada tanaman cabai rawit. Selanjutnya pada penelitian

Goni (2010) menunjukkan bahwa aplikasi Methylobacterium isolat J7,

TD-TPB3 dan kombinasi TD-J7+TD-TD-TPB3 di laboratorium dapat meningkatkan

indeks vigor dan kecepatan tumbuh benih cabai besar. Isolat TD-TPB3 yang

diaplikasikan dengan cara tidak direndam + disemprot dapat meningkatkan

jumlah daun dan persentase bibit berbunga pada benih dengan tingkat viabilitas

awal 62 % yaitu masing-masing sebesar 2,1 helai daun dan 15,2 %. Pada benih

yang berviabilitas awal 90% dapat meningkatkan jumlah daun, persentase bibit dari 13.55 %

KN/etmal menjadi 18.66 % KN/etmal dan indeks vigor dari 22.67% menjadi

(24)

berbunga, tinggi bibit dan bobot kering bibit masing-masing sebesar 4,4 helai

daun, 30, 8 %, 5,1 cm dan 0,140 g.

Penelitian Radha et al. (2009) pada tanaman kedelai melaporkan bahwa

inokulasi isolat bakteri Methylobacterium spp yang dikombinasikan dengan

Bradyrhizobium japonicum strain SB120 mempunyai dampak yang signifikan

pada parameter pertumbuhan, penyerapan nutrisi dan daya hasil kedelai dengan

peningkatan panjang dan lebar tajuk sebesar 12.60 cm dan 30.33 cm dan

peningkatan panjang dan lebar akar sebesar 18.41 cm dan 30.33 cm

Sementara Meenakshi & Savalgi (2009) menyatakan bahwa terdapat peningkatan

jumlah bintil akar pada 45 HST dan 60 HST pada perlakuan perendaman benih

dan penyemprotan dibandingkan dengan hanya perlakuan perendaman benih.

Total bobot kering kedelai meningkat 41.67% pada perlakuan inokulasi

Methylobacterium spp dan B. japonicum dengan penyemprotan pada 20, 30 dan

45 HST dibandingkan dengan kontrol.

Aplikasi Methylobacterium spp dan Bradyrhizobium japonicum strain

SB120

Hasil penelitian Azizah (2011) pada tanaman cabai menunjukkan bahwa

aplikasi Methylobacterium spp tidak berpengaruh nyata pada tinggi tanaman,

jumlah daun, dan jumlah cabang pada pengamatan mingguan. Perendaman benih

dan penyemprotan Methylobacterium spp setiap satu bulan berpengaruh lebih baik

pada pertumbuhan tanaman cabai yang ditunjukkan dengan meningkatnya tinggi

tanaman 15.4% pada 2 MST dan 12.5% pada 13 MST, meningkatnya jumlah

daun 40.9% pada 7 MST, dan meningkatnya jumlah cabang 25.4% pada 13 MST

dibandingkan dengan kontrol. Aplikasi Methylobacterium spp dengan

perendaman benih dan penyemprotan setiap satu bulan secara nyata meningkatkan

jumlah bunga pada 14 dan 17 MST, bobot buah pada 18, 19, 20, 21, dan 23 MST,

serta meningkatkan total jumlah bunga dan total bobot buah cabai.

pada benih kedelai secara signifikan dapat meningkatkan parameter

pertumbuhan tanaman kedelai meliputi bobot tanaman, jumlah daun dan berat

kering akar pada kondisi rumah kaca (Radha et al. (2009). Total bobot kering

kedelai meningkat 41.67% pada perlakuan perendaman dan penyemprotan

Methylobacterium sp. dan B. japonicum pada 20, 30 dan 45 HST dibandingkan

(25)

Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian dilaksanakan pada bulan September 2010 sampai April 2011, di

Laboratorium dan rumah kaca Mikrobiologi Balai Besar Biogen, Bogor dan

Laboratorium Ilmu dan Teknologi Benih Departemen Agronomi dan Hortikultura

Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Bahan Penelitian

Bahan-bahan yang digunakan antara lain benih kedelai dan isolat

Methylobacterium spp. Benih kedelai berasal dari Balai Penelitian

Kacang-kacangan dan Umbi-umbian. Perbedaan ukuran biji pada kedelai didasarkan pada

bobot 100 butir masing varietas yang digunakan. Bobot 100 butir

masing-masing varietas biji sedang yaitu Sinabung (10,68 g), Kaba (10,37 g) dan

Tanggamus (11 g). Bobot 100 butir varietas biji besar yaitu Anjasmoro (14,8 –

15,3 g), Grobogan (18 g) dan Burangrang (17 g). Deskripsi masing-masing

varietas dapat dilihat pada Lampiran 1 – 6 dan tanggal panen pada Lampiran 7.

Isolat Methylobacterium spp merupakan koleksi Laboratorium Mikrobilogi Balai

Besar Biogen yaitu TD-J2, TD-K2, TD-TPB3 dan NTB-K1 (Lampiran 8).

Bahan lainnya yaitu alkohol 70%, media pertumbuhan Methylobacterium

spp, kertas merang sebagai media perkecambahan di laboratorium, tanah, tanah

steril, pupuk Urea, SP 36, KCl sebagai media pertanaman di rumah kaca.

Peralatan yang digunakan antara lain oven, timbangan analitik, alat

pengepres kertas IPB, alat pengecambah benih IPB 72-1, polybag ukuran 5 kg dan

meteran.

Metode Penelitian

Penelitian terdiri dari 2 (dua) tahap yaitu : (1) Pengaruh aplikasi isolat

bakteri Methylobacterium spp terhadap perkecambahan benih kedelai dan

(2) Pengaruh aplikasi isolat bakteri Methylobacterium spp terhadap produksi

(26)

Penelitian 1 di Laboratorium :

Penelitian 2 di Rumah Kaca :

Benih kedelai (sedang & besar) Isolat Methylobacterium spp (4 isolat)

Evaluasi Hasil Penelitian

Perlakuan Benih kedelai

Penyemprotan per tanaman

Evaluasi pertumbuhan & produksi

Gambar 1 Bagan alur penelitian

+

Varietas & Isolat

Methylobacterium spp terpilih

Varietas & Isolat

Methylobacterium spp terpilih

(27)

Penelitian 1. Pengaruh aplikasi isolat bakteri Methylobacterium spp terhadap perkecambahan benih kedelai

Penelitian dilaksanakan di laboratorium bertujuan : 1) mempelajari

pengaruh perlakuan isolat Methylobacterium spp terhadap viabilitas benih kedelai;

2) memilih varietas kedelai dan isolat Methylobacterium spp yang efektif

meningkatkan vigor benih kedelai. Varietas dan isolat Methylobacterium spp yang

memberikan keragaan yang terbaik, akan diaplikasikan di rumah kaca.

Penelitian menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) dimana

ulangan sebagai kelompok, yang disusun secara faktorial dengan dua faktor.

Faktor pertama adalah varietas kedelai terdiri dari enam taraf yaitu :

a. Varietas Sinabung (ukuran biji sedang)

b. Varietas Kaba (ukuran biji sedang)

c. Varietas Tanggamus (ukuran biji sedang)

d. Varietas Anjasmoro (ukuran biji besar)

e. Varietas Grobogan (ukuran biji besar)

f. Varietas Burangrang (ukuran biji besar)

Faktor kedua adalah jenis isolat yang terdiri dari lima taraf yaitu :

a. Tanpa isolat

b. Isolat TD-J2

c. Isolat TD-K2

d. Isolat TD-TPB3

e. Isolat NTB-K1

Penelitian terdiri dari 30 kombinasi perlakuan, setiap kombinasi terdiri

dari enam gulungan dan diulang sebanyak tiga kali sehingga diperoleh 540 satuan

percobaan, dimana tiap ulangan berisi 50 butir benih. Data yang diperoleh

kemudian diuji dengan uji F pada taraf 0,05 %, selanjutnya perlakuan yang

menunjukkan pengaruh nyata dilanjutkan dengan Uji BNJ (taraf 0,05 %). Model

linier penelitian di laboratorium yaitu :

Yijk = µ + Ki + αj + βk + αi βj + ε

dimana :

ijk

Yijk

ke-k dan kelompok ke-i

(28)

µ = nilai rata-rata pengamatan

= pengaruh interaksi perlakuan varietas ke-j dan isolat

εijk =

Penelitian 2. Pengaruh aplikasi isolat bakteri Methylobacterium spp terhadap produksi kedelai

pengaruh galat percobaan ke-ijk

Penelitian ini merupakan lanjutan dari penelitian di laboratorium

(Penelitian 1). Aplikasi isolat Methylobacterium spp dilakukan di rumah kaca.

Penelitian bertujuan mempelajari pengaruh teknik aplikasi isolat

Methylobacterium spp terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman kedelai.

Teknik aplikasi terdiri dari enam perlakuan yaitu :

(a) Benih tidak direndam isolat + semprot isolat 10 HST + semprot isolat 20 HST

(b) Benih direndam isolat + semprot isolat 10 HST + 20 HST

(c) Benih direndam isolat

(d) Siram isolat Methylobacterium spp pada tanah

(e) Tanah steril + siram isolat Methylobacterium spp pada tanah

(f) Kontrol

Penelitian menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK), dimana

ulangan sebagai kelompok. Penelitian terdiri dari enam kombinasi yang diulang

sebanyak tiga kali sehingga diperoleh 18 satuan percobaan, dimana setiap

perlakuan terdiri dari 5 polybag sehingga diperoleh 90 polybag. Lay out di rumah

kaca dapat dilihat pada Lampiran 9.

Data yang diperoleh kemudian diuji dengan uji F pada taraf 0,05 %,

kemudian perlakuan yang menunjukkan pengaruh nyata, dilanjutkan dengan

pengujian menggunakan Uji DMRT pada taraf 0,05. Model linier penelitian di

rumah kaca yaitu :

Yij = µ +

σ

i + Kj +

ε

dimana :

(29)

Yijk

ke-i dalam kelompok ke-j

= nilai pengamatan dari perlakuan isolate Methylobacterium spp

µ = nilai tengah populasi σi

K

= pengaruh perlakuan isolat Methylobacterium spp ke-i

j ε

= pengaruh kelompok ke-j

ij = pengaruh galat percobaan dari perlakuan ke-i pada kelompok ke-j

Pelaksanaan Penelitian

Penelitian 1. Pengaruh Aplikasi Isolat Bakteri Methylobacterium spp terhadap Perkecambahan Benih Kedelai

Kegiatan di laboratorium diawali dengan persiapan isolat bakteri

Methylobacterium spp. Isolat Methylobacterium spp yang digunakan dalam

penelitian ini adalah TD-J2, TD-K2, NTB-K1 dan TD-TPB3. Kegiatan

perbanyakan isolat Methylobacterium spp diawali dengan pembuatan media

kultur yaitu media cair Amonium Mineral Salt (AMS), komposisi media pada

Lampiran 10 dan 11. Media masing-masing isolat selanjutnya ditambahkan 50 µl

Triptofan dan pH diatur sama dengan 7. Media yang sudah siap dimasukkan

dalam erlenmeyer. selanjutnya disterilisasi dalam autoclave pada tekanan 1 atm

dan suhu 121oC selama 20 menit. Inokulasi bakteri dilakukan setelah media

dingin yang sebelumnya telah ditambahkan dengan 1% methanol. Sebanyak 1 ose

bakteri diinokulasikan pada media secara aseptik pada laminar air flow.

Selanjutnya kultur diinkubasi menggunakan shaker selama tujuh hari pada suhu

ruang. Setelah tujuh hari, media cair siap digunakan. Populasi bakteri yang

dihasilkan sekitar 107

Sebelum dilakukan penanaman, benih kedelai terlebih dahulu direndam

dengan isolat Methylobacterium spp selama 12 jam. Isolat yang digunakan dalam

bentuk liquid (cair) dan tidak dilakukan pengenceran. Untuk merendam 150 butir

benih ukuran biji sedang diperlukan 50 ml isolat Methylobacaterium spp dan pada

ukuran biji besar diperlukan 60 ml. Isolat Methylobacterium spp yang diperlukan

pada penelitian ini sekitar 900 ml untuk 1 jenis isolat. Selanjutnya dilakukan

penanaman pada kertas merang yang telah dilembabkan. Penanaman

menggunakan metode Uji Kertas Digulung didirikan dalam plastik (UKD CFU (colony forming unit).

(30)

dikecambahkan pada alat pengecambah IPB 72-1. Jumlah benih yang digunakan

pada setiap gulungan kertas merang sebanyak 25 butir (Lampiran 12).

Penelitian 2. Pengaruh Aplikasi Isolat Bakteri Methylobacterium spp terhadap Produksi Kedelai

Penelitian di rumah kaca menggunakan polybag ukuran 5 kg dengan

media : tanah, tanah steril dan pupuk Urea, KCl dan SP 36 sesuai rekomendasi

(Balai Penelitian Kacang-Kacangan dan Umbi-Umbian, Malang). Tanah

disterilkan menggunakan autoclave selama kurang lebih 20 menit (suhu 1210

Perendaman benih menggunakan Methylobacterium spp dilakukan selama

12 jam. Penyemprotan pada daun dan penyiraman pada tanah saat tanaman

berumur 10 HST dan 20 HST (Lampiran 13). Aplikasi dilakukan pada pagi hari

jam 07.00 – 09.00. Volume semprot pada daun dan penyiraman pada tanah umur

10 HST dan 20 HST masing-masing 120 ml dan 200 ml untuk 40 tanaman. Jika

populasi kedelai per hektar 250.000 tanaman, dibutuhkan 750 liter isolat

TD-TPB3 pada umur 10 HST dan 1.250 liter isolat TD-TD-TPB3 pada umur 20 HST. C).

Pemupukan dilakukan berdasarkan populasi 250.000 per hektar dengan jarak

tanam 40 cm x 10 cm. Dosis per hektar Urea : 50 – 75 kg/ha, SP36 : 100 kg/ha

dan KCl : 75 – 100 kg/ha. Dosis per polybag yaitu Urea : 0,2 g, SP36 : 0,4 g, KCl

: 0,2 g dan campuran pupuk dihaluskan. Pemupukan dilakukan sebelum tanam.

Pengendalian hama menggunakan insektisida berbahan aktif deltametrin 25 g/l

dengan konsentrasi 0.5 ml/liter.

Pengamatan

Penelitian 1. Pengaruh Aplikasi Isolat Bakteri Methylobacterium spp terhadap Perkecambahan Benih Kedelai

Pengamatan pada setiap peubah dilakukan dengan cara sebagai berikut :

1. Daya Berkecambah (DB)

Daya berkecambah dihitung berdasarkan jumlah kecambah normal

pada pengamatan pertama (hari ke - 3) dan pengamatan kedua (hari ke – 5)

dengan menggunakan rumus :

∑ KN I + ∑ KN II

DB = X 100 %

(31)

dimana :

DB : Daya Berkecambah

∑ KN I : Jumlah kecambah normal pada pengamatan pertama ∑ KN II : Jumlah kecambah normal pada pengamatan kedua

2. Vigor Kekuatan Tumbuh (V

a. Indeks Vigor (IV)

KT)

Indeks vigor dihitung berdasarkan persentase kecambah normal pada

pengamatan hari pertama (hari ke -3) dibagi dengan jumlah benih yang

ditanam. Cara perhitungan sebagai berikut :

∑ KN I

IV = x 100 % ∑ Benih yang ditanam

dimana :

IV = Indeks Vigor

∑ KN I = Jumlah kecambah normal pada pengamatan hari pertama.

b. Kecepatan Tumbuh (KCT

Pengamatan dilakukan terhadap kecambah normal sejak hari pertama

hingga hari ke- 5 setelah tanam. Pengamatan kecepatan tumbuh dengan cara

menjumlahkan hasil pembagian antara persentase kecambah normal yang

tumbuh pada setiap pengamatan dibagi dengan etmal (jumlah jam dari saat

tanam dibagi 24 jam). Cara perhitungannya sebagai berikut : )

% KN ke – i % KN ke - n KCT

Etmal Etmal (% ) = +...+

dimana :

KN ke-i : Jumlah kecambah normal pada hari ke-1 setelah tanam

KN ke-n : Jumlah kecambah normal pada pengamatan terakhir

3. Potensi Tumbuh Maksimum (PTM)

Potensi tumbuh maksimum merupakan persentase pemunculan

kecambah yang dihitung berdasarkan jumlah benih yang tumbuh baik

kecambah normal maupun kecambah abnormal terhadap benih yang ditanam.

(32)

KN + AB

PTM = x 100 % ∑ Benih yang ditanam

dimana :

PTM = Potensi Tumbuh Maksimum

KN = Kecambah normal

AB = Kecambah abnormal

4. Bobot Kering Kecambah Normal (BKKN)

Bobot kering kecambah normal diperoleh dengan mengeringkan

kecambah yang tumbuh hingga hari ke-5, kemudian di oven dengan suhu

600

Penelitian 2. Pengaruh Aplikasi Isolat Bakteri Methylobacterium spp terhadap Produksi Kedelai

C selama 3 x 24 jam dan selanjutnya ditimbang sebagai bobot kering

kecambah.

Peubah yang diamati yaitu :

1. Daya Tumbuh Benih, daya tumbuh benih dihitung berdasarkan jumlah benih

yang tumbuh pada pengamatan hari ke-7.

2. Tinggi tanaman yaitu pertambahan tinggi tanaman mulai dari tanam hingga

fase berbunga, yang diukur mulai dari pangkal batang hingga titik tumbuh

tanaman (umur 20 HST, 35 HST dan 60 HST).

3. Bobot kering tajuk pada umur 35 HST.

4. Bobot kering akar pada umur 35 HST.

5. Jumlah bintil akar pada umur 35 HST, dihitung bintil yang terbentuk.

6. Bobot kering bintil akar pada umur 35 HST

7. Jumlah polong per tanaman adalah jumlah polong yang dihasilkan per

tanaman.

8. Jumlah polong isi per tanaman adalah jumlah polong isi yang dihasilkan per

tanaman.

9. Bobot 100 biji pada kadar air 12-13%.

10. Produksi per tanaman pada kadar air 12-13%

(33)

Penelitian 1. Pengaruh Aplikasi Isolat Bakteri Methylobacterium spp terhadap Perkecambahan Benih Kedelai

Hasil analisis ragam pengaruh varietas dan isolat Methylobacterium spp

terhadap kelima peubah yang diamati dapat dilihat pada Lampiran 14 – 18.

Rekapitulasi hasil analisis ragam pengaruh perlakuan perendaman benih dengan

isolat Methylobacterium spp terhadap benih kedelai memberikan respon yang

beragam (Tabel 1). Interaksi varietas dan isolat Methylobacterium spp terhadap

benih kedelai memberikan pengaruh yang nyata terhadap peubah daya

berkecambah, indeks vigor, kecepatan tumbuh, bobot kering kecambah normal

dan potensi tumbuh maksimum.

Tabel 1 Rekapitulasi hasil analisis ragam pengaruh varietas dan isolat Methylobacterium spp terhadap daya berkecambah (DB), indeks vigor (IV), kecepatan tumbuh (KCT

Sumber keragaman

), bobot kering kecambah normal (BKKN) dan potensi tumbuh maksimum (PTM)

DB (%) IV (%) KCT BKKN

Pengaruh Varietas dan Methylobacterium spp terhadap Peubah Daya Berkecambah

Respon masing-masing varietas terhadap isolat Methylobacterium spp

pada peubah daya berkecambah berbeda-beda (Tabel 2). Isolat TD-J2 dan TD-K2

secara nyata meningkatkan daya berkecambah varietas Kaba. Isolat TD-TPB3

juga secara nyata meningkatkan daya berkecambah varietas Anjasmoro.

Peningkatan daya berkecambah masing-masing varietas tersebut tidak berbeda

(34)

Tabel 2 Pengaruh interaksi varietas dan Methylobacterium spp terhadap peubah daya berkecambah

Varietas Methylobacterium spp

Kontrol TD-J2 TD-K2 TD-TPB3 NTB-K1

---Daya Berkecambah (%)--- Sinabung 78.00 a-f 89.33 ab 89.33 ab 88.00 abc 90.67 a

Kaba 77.33 a-f 93.33 a 93.33 a 92.00 a 89.33 ab

Tanggamus 78.00 a-f 79.33 a-f 87.33 a-d 83.33 a-e 84.00 a-e Anjasmoro 70.67 c-g 81.33 a-e 84.00 a-e 89.33 ab 82.67 a-e

Grobogan 62.67 fg 67.33 efg 57.33 g 69.33 defg 70.67 c-g

Burangrang 70.00 c-g 71.33 b-g 82.67 a-e 61.33 fg 70.67 c-g Keterangan : angka-angka yang diikuti dengan huruf yang sama, tidak berbeda nyata pada uji BNJ taraf 5%.

Daya berkecambah pada kontrol untuk varietas Sinabung, Kaba dan

Tanggamus (biji sedang) bervariasi yaitu 77.33% hingga 78.00 %. Daya

berkecambah varietas Anjasmoro, Grobogan dan Burangrang (biji besar) pada

kontrol juga bervariasi yaitu 62.67% hingga 70.67%. Perlakuan isolat

Methylobacterium spp tidak mampu meningkatkan daya berkecambah benih

dengan viabilitas awal yang sudah rendah. Hal tersebut terlihat pada varietas

Grobogan dengan viabilitas awal 62.67%. Perlakuan isolat Methylobacterium spp

mampu meningkatkan daya berkecambah benih dengan viabilitas awal sekitar

70% yaitu varietas Anjasmoro. Pada viabilitas awal 77% hingga 78 %, isolat

Methylobacterium spp tidak mampu meningkatkan daya berkecambah (Tabel 2).

Hal tersebut mengindikasikan bahwa peningkatan daya berkecambah pada

benih kedelai yang direndam dengan berbagai isolat Methylobacterium spp

dipengaruhi oleh tingkat viabilitas awal benih. Varietas yang memperlihatkan

daya berkecambah yang tinggi, mengindikasikan bahwa varietas tersebut memiliki

viabilitas potensial yang tinggi. Viabilitas potensial menunjukkan kemampuan

benih menumbuhkan tanaman normal dan berproduksi normal pada kondisi alam

yang optimum. Menurut Sadjad dkk. (1999) daya berkecambah merupakan tolok

ukur viabilitas potensial.

Hasil yang sama diperlihatkan pada invigorasi benih cabai rawit pada

berbagai tingkat viabilitas. Perlakuan Methylobacterium isolat TD-J7 dapat

meningkatkan daya berkecambah benih cabai rawit pada tingkat viabilitas sedang

(35)

dapat meningkatkan daya berkecambah benih cabai rawit dengan viabilitas awal

yang sudah tinggi (93%) (Afifah 2009).

Pengaruh Interaksi Varietas dan Methylobacterium spp terhadap Peubah Indeks Vigor

Perlakuan perendaman isolat Methylobacterium spp terhadap beberapa

varietas kedelai memberikan pengaruh yang nyata pada peubah indeks vigor.

Isolat TD-K2 secara nyata lebih tinggi meningkatkan indeks vigor varietas Kaba

daripada kontrol. Isolat lainnya juga meningkatkan persentase indeks vigor

masing-masing varietas tetapi tidak berbeda nyata dengan kontrol (Tabel 3).

Tabel 3 Pengaruh varietas dan Methylobacterium spp terhadap peubah indeks vigor

Varietas Methylobacterium spp

Kontrol TD-J2 TD-K2 TD-TPB3 NTB-K1

---Indeks Vigor (%)---

Sinabung 71.33 bcd 75.33 a-d 72.67 a-d 72.00 bcd 77.33 a-d

Kaba 72.00 bcd 82.00 abc 89.33 a 82.67 ab 78.00 a-d

Tanggamus 71.33 bcd 63.33 d 69.33 bcd 61.33 de 72.67 a-d Anjasmoro 61.33 de 66.00 bcd 65.33 cd 71.33 bcd 66.00 bcd

Grobogan 24.00 gh 33.33 fgh 21.33 h 20.00 h 21.33 h

Burangrang 44.67 ef 42.00 f 42.00 f 34.67 fgh 39.33 fg Keterangan : angka-angka yang diikuti dengan huruf yang sama, tidak berbeda nyata pada uji BNJ taraf 5%.

Viabilitas awal (kontrol) pada varietas biji sedang (Sinabung, Kaba dan

Tanggamus) memberikan nilai indeks vigor awal yang bervariasi yaitu 71.33%

hingga 72.00%. Varietas biji besar (Anjasmoro, Grobogan dan Burangrang) juga

memiliki indeks vigor awal yang bervariasi yaitu 24.00% hingga 61.33%.

Perlakuan Methylobacterium spp isolat TD-K2 mampu meningkatkan indeks

vigor varietas Kaba (biji sedang) dengan viabilitas awal 72%. Peningkatan indeks

vigor varietas Kaba sebesar 17.33% (dari 72% menjadi 89.33%) dan secara nyata

lebih tinggi dibanding kontrol. Varietas biji sedang lainnya yaitu Sinabung dan

Tanggamus nilai indeks vigornya juga meningkat, tetapi tidak berbeda nyata

dengan kontrol. Perlakuan isolat Methylobacterium spp tidak mampu

meningkatkan indeks vigor varietas dengan viabilitas awal yang sudah rendah.

Hal ini terlihat pada varietas biji besar yaitu Anjasmoro, Grobogan dan

(36)

memberikan nilai indeks vigor yang meningkat, tetapi peningkatannya tidak

terlalu tinggi dan tidak berbeda nyata dibanding kontrol.

Hasil tersebut menunjukkan bahwa isolat Methylobacterium spp tidak

mampu meningkatkan indeks vigor varietas dengan viabilitas awal yang sudah

rendah. Hasil tersebut juga menunjukkan bahwa perlakuan isolat

Methylobacterium spp pada benih kedelai, selain dipengaruhi oleh ukuran biji

juga dipengaruhi oleh tingkat viabilitas awal benih yang digunakan.

Penelitian sebelumnya juga menunjukkan hasil yang sama dimana isolat

Methylobacterium spp dapat meningkatkan indeks vigor benih cabai rawit pada

perlakuan invigorasi. Pada benih dengan tingkat viabilitas awal 93% indeks vigor

awal sebesar 45.3% dan setelah diberi perlakuan dengan isolat Methylobacterium

spp strain TD-J7 dan TD-TD-TPB3 indeks vigornya meningkat masing-masing

menjadi 58.0% (Afifah 2009). Pada benih cabai besar dengan tingkat viabilitas

awal 62% sebelum diberi perlakuan isolat Methylobacterium spp indeks vigornya

adalah 1.1% (kontrol) dan setelah diberi perlakuan isolat Methylobacterium spp

strain TD-J7, TD-TD-TPB3, dan kombinasi TD-J7+TD-TD-TPB3 indeks vigor

benih meningkat menjadi 1.9%, 3.4%, dan 2.1%. Pada benih dengan tingkat

viabilitas awal 90%, indeks vigornya adalah 2.9% meningkat menjadi 4.5%,

4,3% dan 5% (Goni 2010).

Menurut Byrd (1983) bahwa benih yang berkecambah lebih lambat dan

mempunyai perbedaan yang besar antara hitungan pertama dan terakhir

mempunyai vigor yang rendah. Sementara menurut Sadjad (1994), benih yang

cepat tumbuh menunjukkan benih tersebut mampu mengatasi berbagai macam

kondisi sub-optimum. Nilai indeks vigor selalu lebih rendah dibandingkan nilai

daya berkecambah tetapi cenderung mendekati pertumbuhan benih di lapangan.

Pengaruh Interaksi Varietas dan Methylobacterium spp terhadap Peubah Kecepatan Tumbuh

Perlakuan perendaman isolat Methylobacterium spp terhadap beberapa

varietas kedelai memberikan pengaruh yang nyata pada peubah kecepatan

tumbuh. Isolat TD-J2 dan TD-TPB3 secara nyata meningkatkan persentase

(37)

Sinabung, Tanggamus, Grobogan dan Burangrang indeks vigornya juga

meningkat, tetapi tidak berbeda nyata dibanding kontrol (Tabel 4).

Tabel 4 Pengaruh interaksi varietas dan Methylobacterium spp terhadap peubah kecepatan tumbuh

Varietas Methylobacterium spp

Kontrol TD-J2 TD-K2 TD-TPB3 NTB-K1

---Kecepatan Tumbuh (%/etmal)---

Sinabung 31.53 c-g 37.99 abc 37.75 a-d 37.90 a-d 37.97 a-d

Kaba 31.74 c-g 41.23 a 40.56 ab 40.13 ab 37.33 a-d

Tanggamus 30.68 d-h 33.33 b-e 34.59 a-e 31.69 c-g 35.48 a-e

Anjasmoro 28.51 e-h 32.51 c-f 32.51 c-f 35.98 a-d 31.03 c-h

Grobogan 17.67 jk 20.23 ijk 16.06 k 19.33 ijk 19.07 ijk

Burangrang 24.85 g-j 24.99 ghi 25.28 f-i 20.72 ijk 23.82 hij Keterangan : angka-angka yang diikuti dengan huruf yang sama, tidak berbeda nyata pada uji BNJ taraf 5%.

Perlakuan isolat Methylobacterium spp mampu meningkatkan kecepatan

tumbuh varietas Kaba pada viabilitas awal 31.74% dan berbeda nyata dibanding

kontrol. Isolat TD-J2, TD-K2 dan TD-TPB3 mampu meningkatkan kecepatan

tumbuh varietas Kaba (biji sedang) sebesar 9.49%/etmal (dari 31.74 %/etmal

menjadi 41.23%/etmal) dan secara nyata lebih tinggi dibanding kontrol. Perlakuan

isolat Methylobacterium spp juga meningkatkan persentase kecepatan tumbuh

pada varietas Sinabung dan Tanggamus (biji sedang), tetapi tidak berbeda nyata

dengan kontrol.

Perlakuan isolat Methylobacterium spp mampu meningkatkan persentase

kecepatan tumbuh varietas Anjasmoro (biji besar) dan berbeda nyata dengan

kontrol. Varietas biji besar lainnya yaitu Grobogan dan Burangrang justru

menunjukkan hasil yang sebaliknya, dimana persentase kecepatan tumbuh pada

kontrol lebih tinggi daripada perlakuan isolat TD-K2, TD-TPB3 dan NTB-K1.

Hasil tersebut menunjukkan bahwa isolat Methylobacterium spp tidak mampu

meningkatkan persentase kecepatan tumbuh varietas dengan viabilitas awal yang

sudah rendah.

Beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan menggunakan

isolat Methylobacterium spp dapat meningkatkan persentase kecepatan tumbuh

(38)

Methylobacterium spp (TD-G3) meningkatkan kecepatan tumbuh sebesar 9.98%.

Pada benih dengan tingkat viabilitas 82%, isolat TD-J7 meningkatkan sebesar

11.14%, TD-G3 11.31%, TD-J10 11.75%, TD-TD-TPB3 12.45%, dan TD-L2

13.13% (Fitriarini 2008). Pada benih cabai besar dengan viabilitas awal 62%

pemberian isolat Methylobacterium spp strain TD-J7 dan TD-TD-TPB3

meningkatkan kecepatan tumbuh dari 6.7% menjadi 7.8% dan 7.4% (Goni 2010).

Menurut Sadjad (1993) tolok ukur kecepatan tumbuh mengindikasikan

vigor kekuatan tumbuh, karena benih yang cepat tumbuh lebih mampu

menghadapi kondisi lapang yang sub optimum. Salah satu tolok ukur yang dapat

digunakan untuk mengetahui vigor kekuatan tumbuh (VKT) adalah kecepatan

tumbuh (KCT).

Pengaruh Interaksi Varietas dan Methylobacterium spp terhadap Peubah Bobot Kering Kecambah Normal (BKKN)

Perendaman benih kedelai menggunakan isolat Methylobacterium spp

memberikan respon yang berbeda terhadap bobot kering kecambah normal.

Viabilitas awal (kontrol) varietas biji sedang (Sinabung, Kaba dan Tanggamus)

memberikan bobot kering kecambah normal yang beragam yaitu 1.103 hingga

1.143 g (Tabel 5). Varietas biji besar (Anjasmoro, Grobogan dan Burangrang)

pada viabilitas awal juga memperlihatkan bobot kering kecambah normal yang

beragam yaitu 1.053 hingga 1.197 g. Perlakuan isolat Methylobacterium spp

mampu meningkatkan bobot kering kecambah normal varietas Anjasmoro yang

direndam dengan isolat TD-TPB3 sebesar 39.77 g. Perlakuan isolat

Methylobacterium spp juga meningkatkan bobot kering kecambah normal varietas

Sinabung, Kaba, Tanggamus, Grobogan dan Burangrang, tetapi tidak berbeda

nyata dengan kontrol.

Hasil penelitian Kurniati (2009) menunjukkan bahwa perlakuan isolat

Methylobacterium spp (TD-TD-TPB3) pada benih padi tingkat viabilitas tinggi

dan sedang dapat peningkatan bobot kering kecambah pada benih tingkat

viabilitas tinggi dari 0.16607 g menjadi 0.22847 g dan pada benih tingkat

(39)

Tabel 5 Pengaruh interaksi varietas dan Methylobacterium spp terhadap peubah bobot kering kecambah normal

Varietas Methylobacterium spp

Kontrol TD-J2 TD-K2 TD-TPB3 NTB-K1

---Bobot Kering Kecambah Normal (g)---

Sinabung 1.140 ef 1.180 edf 1.303 edf 1.287 edf 1.367 b-e

Kaba 1.103 ef 1.230 edf 1.263 edf 1.337 c-f 1.250 edf

Tanggamus 1.143 ef 1.243 edf 1.223 edf 1.183 edf 1.223 edf

Anjasmoro 1.197 edf 1.633 ab 1.600 abc 1.673 a 1.473 a-d

Grobogan 1.053 f 1.103 ef 1.067 f 1.123 ef 1.077 ef

Burangrang 1.057 f 1.197 edf 1.173 ef 1.163 ef 1.183 edf Keterangan : angka-angka yang diikuti dengan huruf yang sama, tidak berbeda nyata pada uji BNJ taraf 5%.

Bobot kering kecambah normal (BKKN) merupakan salah satu tolok ukur

untuk mengetahui viabilitas potensial suatu lot benih. Apabila lot benih memiliki

pertumbuhan normal pada kondisi optimum, lot benih itu memiliki kemampuan

potensial, sebab lapang produksi tidak selalu dalam kondisi optimum. Apabila lot

itu menghadapi kondisi suboptimum, kemampuan potensial itu belum tentu dapat

mengatasi (Sadjad,1994).

Pengaruh Interaksi Varietas dan Methylobacterium spp terhadap Peubah Potensi Tumbuh Maksimum (PTM)

Perlakuan perendaman menggunakan isolat Methylobacterium spp dapat

meningkatkan potensi tumbuh maksimum benih kedelai. Isolat TD-TPB3 secara

nyata meningkatkan potensi tumbuh maksimum varietas Kaba meskipun tidak

berbeda nyata dengan kontrol. Isolat TD-TPB3 juga meningkatkan potensi

tumbuh maksimum varietas Sinabung, Kaba dan Anjasmoro tetapi tidak berbeda

nyata dengan kontrol (Tabel 6).

Tabel 6 menunjukkan bahwa kondisi awal (kontrol) varietas biji sedang

(Sinabung, Kaba dan Tanggamus) memberikan nilai potensi tumbuh maksimum

yang bervariasi yaitu 82 hingga 85.33%. Kondisi awal pada varietas biji besar

(Anjasmoro, Grobogan dan Burangrang) juga cukup beragam yaitu 68.67 hingga

80.67%. Perlakuan isolat Methylobacterium spp mampu meningkatkan persentase

potensi tumbuh maksimum beberapa varietas kedelai, tetapi tidak berbeda nyata

(40)

terlihat pada varietas Kaba yang direndam dengan isolat TD-J2 dan TD-K2 yaitu

10.16% (dari 85.33 % menjadi 94%). Perlakuan Methylobacterium spp isolat

TD-K2 tidak mampu meningkatkan persentase potensi tumbuh maksimum varietas

Grobogan. Isolat TD-J2, TD-TPB3 dan NTB-K1 juga tidak mampu meningkatkan

persentase potensi tumbuh maksimum varietas Burangrang. Hasil tersebut

menunjukkan bahwa isolat Methylobacterium spp tidak mampu meningkatkan

persentase potensi tumbuh maksimum pada benih kedelai dengan viabilitas awal

yang sudah rendah.

Tabel 6 Pengaruh interaksi varietas dan Methylobacterium spp terhadap peubah potensi tumbuh maksimum

Varietas Methylobacterium spp

Kontrol TD-J2 TD-K2 TD-TPB3 NTB-K1

---Potensi Tumbuh Maksimum (%)--- Sinabung 82.00 a-f 90.67 ab 89.33 abc 88.67 abc 91.33 a

Kaba 85.33 a-e 94.00 a 94.00 a 92.67 a 90.00 abc

Tanggamus 82.67 a-f 74.67 c-g 87.33 a-d 83.33 a-f 84.67 a-e

Anjasmoro 80.67 a-f 83.33 a-f 84.67 a-e 90.00 abc 86.00 a-d

Grobogan 68.67 fg 70.00 efg 60.67 g 72.67 d-g 72.00 d-g

Burangrang 75.33 b-g 72.67 d-g 83.33 a-f 62.00 g 68.00 fg Keterangan : angka-angka yang diikuti dengan huruf yang sama, tidak berbeda nyata pada uji BNJ taraf 5%.

Berdasarkan hasil-hasil penelitian terlihat bahwa perlakuan varietas

berdasarkan ukuran biji sedang dan besar yang direndam dengan isolat

Methylobacterium spp memberikan respon yang beragam pada peubah daya

berkecambah, indeks vigor, kecepatan tumbuh, bobot kering kecambah normal

dan potensi tumbuh maksimum.

Benih kedelai biji sedang yang diberi perlakuan Methylobacterium spp

memperlihatkan keragaan perkecambahan yang lebih baik dibandingkan dengan

kedelai biji besar, meskipun pada beberapa peubah tidak memperlihatkan

perbedaan yang signifikan dengan kedelai biji besar.

Ukuran biji pada varietas kedelai sangat mempengaruhi proses imbisisi

selama perkecambahan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terjadi perbedaan

persentase perkecambahan benih pada varietas biji sedang dan biji besar.

Perbedaan secara nyata terlihat pada peubah indeks vigor dan kecepatan tumbuh

(41)

keragaan yang terbaik pada kedua peubah tersebut dibanding vareitas lainnya. Hal

ini diduga karena proses imbibisi dipengaruhi oleh permeabilitas kulit benih yang

berhubungan dengan ukuran benih. Proses imbibisi tidak dipengaruhi oleh

komposisi kimia benih (kandungan protein dan karbohidrat). Hal ini ditunjukkan

pada kandungan protein masing-masing varietas yang hampir sama, yaitu

Sinabung (46%), Kaba (44%), Tanggamus (44.5%), Anjasmoro (41.8 – 42.1%),

Grobogan (39%) dan Burangrang (43.9%) (deskripsi varietas terlampir).

Berdasarkan hal tersebut, Bass (1979) menjelaskan bahwa komposisi

kimia benih mempengaruhi jumlah air yang diserap dan masuk ke dalam benih.

Pengikatan air terbanyak (dua kali bobot kering benih) terjadi pada benih yang

banyak mengandung protein. Benih yang mengandung karbohidrat tinggi

mengikat air lebih sedikit, sedangkan benih yang banyak mengandung lipid sangat

sedikit mengikat air. Hal tersebut terjadi karena protein memiliki affinitas air lebih

tinggi daripada karbohidrat dan lemak sehingga benih yang mengandung protein

tinggi lebih peka terhadap air di sekitarnya. Akan tetapi menurut Mugnisjah et al.

(1987b) pengaruh kandungan protein benih terhadap laju imbibisi antar varietas

kedelai sangat kecil dibandingkan dengan pengaruh kondisi kulit benihnya. Hal

ini karena perbedaan kandungan protein antar varietas kedelai sangat kecil.

Proses imbibisi selain dipengaruhi oleh sifat kimia benih, dipengaruhi juga

oleh sifat fisik benih, seperti ukuran benih. Sadjad (1975) menyatakan bahwa air

masuk ke dalam benih melalui proses imbibisi yang merupakan proses fisik.

Imbibisi air oleh benih sangat dipengaruhi oleh komposisi kimia benih,

permeabilitas kulit benih dan jumlah air yang tersedia, baik air dalam bentuk

cairan maupun uap air di sekitar benih. Sedangkan menurut Hill et al. (1986)

setiap penurunan 1 mg bobot benih akan meningkatkan 0,8 kali impermeabilitas

benih. Sehingga semakin kecil ukuran benih maka sifat impermeabilitasnya akan

semakin tinggi.

Selanjutnya menurut Calero et al. (1981) bahwa bentuk dan ukuran

pori-pori kulit benih kedelai berbeda antara benih berukuran besar dan kecil. Pada

benih berukuran besar jumlah pori-porinya lebih banyak dan bentuknya lebih

mernanjang serta berdiameter lebih kecil, sedangkan pada benih berukuran kecil

(42)

lebih lebar. Hal serupa dijelaskan oleh Mugnisjah et al. (1978b) dan Calero et al

(1981) bahwa selama proses imbibisi, benih kedelai berukuran besar menyerap air

lebih cepat daripada benih berukuran kecil. Hal ini disebabkan karena nisbah

bobot kulit benih terhadap bobot benih pada benih berukuran besar lebih rendah

daripada benih berukuran kecil. Selanjutnya Mugnisjah et al. (1978a) menyatakan

terdapat perbedaan vigor antara berbagai varietas kedelai yang berbeda ukuran

dan warna benihnya. Varietas kedelai yang benihnya berukuran lebih kecil

memiliki vigor lebih tinggi daripada varietas yang benihnya berukuran besar.

Perbedaan vigor tersebut disebabkan karena perbedaan pembengkakan polimer

benih selama imbibisi yang dapat menimbulkan kerusakan lebih berbahaya

terhadap perkecambahannya pada benih berukuran besar.

Peranan isolat Methylobacterium spp selama proses perkecambahan cukup

signifikan, hal ini terlihat pada peningkatan nilai dari peubah daya berkecambah,

indeks vigor, kecepatan tumbuh bobot kering kecambah normal dan potensi

tumbuh maksimum dibandingkan dengan kontrol. Peningkatan persentase

perkecambahan benih setelah perlakuan perendaman isolat Methylobacterium spp,

diduga karena kandungan fitohormon yang dimiliki oleh isolat Methylobacterium

spp. Hal tersebut didasarkan pada hasil penelitian Laboratorium Mikrobiologi

Balai Besar Biogen pada isolat Methylobacterium spp (TPB3, J2 dan

TD-K2). Hasil penelitian Widajati et al. (2008) menunjukkan bahwa isolat

Methylobacterium spp mampu menghasilkan fitohormon dari jenis IAA, GA3 dan

Trans Zeatin (Tabel 7).

Tabel 7 Kadar Fitohormon dari kultur bakteri Methylobacterium spp koleksi BB-Biogen

No Isolat Kadar Fitohormon (ppm)

IAA GA3 Trans Zeatin

1. TD-TD-TPB3 9.56 129.83 33.14

2. TD-J2 2.08 Ttd 89.21

3. TD-K2 9.63 59.11 43.79

Sumber : Widajati et al., 2008

Tabel 7 terlihat bahwa isolat TD-TPB3, TD-J2 dan TD-K2 sangat

Gambar

Tabel 2 Pengaruh interaksi varietas dan  Methylobacterium spp terhadap peubah daya berkecambah
Tabel 7 Kadar Fitohormon dari kultur bakteri Methylobacterium spp koleksi BB-
Tabel 8  Matriks hasil pengujian berbagai isolat Methylobacterium spp terhadap
Tabel 9 Rekapitulasi sidik ragam pengaruh teknik aplikasi Methylobacterium spp
+7

Referensi

Dokumen terkait

Hal ini juga ditunjang dengan kultur masyarakat Gresik yang mayoritas warga nahdliyin yang selalu memilih partai ataupun calon yang dipilih pemimpinnya, apalagi

NAMA KEGIATAN / PAKET PENGADAAN VOLUME LOKASI PAGU ANGGARAN PENGGUNA ANGGARAN Belanja Tas Kegiatan Diklat Manajemen Perkantoran Desa Rangkasbitung Rp 12,500,000.00. Belanja

Objektif yang dapat dilihat dalam penghasilan laporan tugasan tempat kerja ini adalah untuk memberi pendekatan yang sistematik untuk mengenalpasti hazard serta merekod

Kalimat kedua, pada bait pertama ini termasuk kode semik karena kalimat tersebut akan menjelaskan tentang seorang ibu yang memberikan kasih sayangnya kepada anaknya, dengan

Dengan status sosial-ekonomi yang lebih baik, orang dewasa cenderung dapat berperan dalam berbagai kegiatan sosial, baik itu untuk orang dewasa yang telah menikah atau pun yang

Kemajuan teknologi saat ini berkembang sangat pesat.Baik perusahaan besar maupun kecil sudah menggunakan sentuhan teknologi untuk membantu mengolah data

Biaya Kegagalan Eksternal Lingkungan ( environmental external failure ), adalah biaya-biaya untuk aktifitas yang dilakukan setelah melepas limbah atau sampah ke dalam

Syarat batas (Boundrary condition) berguna mengontrol perhitungan, sehingga dapat lebih mendekati keadaan yang sebenarnya. Kondisi batas tersebut dapat dianggap mewakili