• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH BEBERAPA PERLAKUAN PENGENDALIAN HAMA TERHADAP SERANGAN HAMA DAN HASIL KEDELAI EDAMAME

Ni Made Delly Resiani1 dan I Wayan Sunanjaya2

1)Peneliti Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Bali

2)Penyuluh Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Bali , Jl. By Pass Ngurah Rai, Pesanggaran, Denpasar

E-mail: dellyresiani67@gmail.com

Submitted date: 11 September 2020 Approved date : 9 Oktober 2020

ABSTRACT

The Effect of Some Pest Control to Pest Attacks and Edamame Soybean Products Pest control is a technique in an effort to increase edamame soybean yield. The research was conducted with the aim of obtaining a pest control technique that was able to suppress pest attacks and increase the yield of Edamame soybean pods. The research was carried out in Subak Abian Tegalsari, Bangli Village, Baturiti District, Tabanan Regency. The research time March-July 2019. Using a randomized block design with 3 control treatments (P), namely P1 = control component with black silver mulch; P2 = control components with insecticides and P3 = control components combined with black silver mulch and insecticides. The parameters observed included the agronomic components of the plant, the development of important pests and yields. The data analysis used diversity analysis, if the treatment showed a real difference, it was continued with the LSD difference test at 5% level. The results showed that the pest control treatment had a significant and insignificant effect on the observed parameters. Three dominant pests were found, namely Spodoptera litura and Lamprosema indicata and Nezara viridula with varying population and intensity of attack on each soybean plant development. The highest S. litura population was shown in the silver black mulch treatment of 4.30; 14.2 and 8.50 respectively with attack intensities of 2.17; 14.2 and 2.96% on plants aged 20, 30 and 40 days after planting (dap). The highest L.indicata population aged 30 dd was shown in the P1 treatment of 1.10 fish or 9.9% higher than the P2 treatment (0.20) and 63.63% of P3 (0.40). At the plant age of 50 days after planting, the highest was shown in treatment P1 (1.80) and the lowest was in treatment P2 (0.80) which was not significantly different from treatment P3 (0.90). The highest intensity of L. indicata attacks on plants aged 30; 40 and 50 dap was shown in treatment P1 of 2.09, 2.31 and 2.15%, respectively. The highest N. viridula population at plant age 50 and 60 dap was shown in treatment P1, respectively 1.40 and 1.40. The highest weight of filled pods as shown in the P3 treatment of 186.31 grams. It was concluded that the combination of black silver mulch and insecticide treatment gave the best results in suppressing pest attacks and increasing edamame soybean yields.

Keywords: Control, important pests, soybean yield

ABSTRAK

Pengendalian hama adalah satu teknik dalam upaya meningkatkan hasil kedelai edamame. Penelitian dilaksanakan dengan tujuan untuk mendapatkan satu teknik pengendalian hama yang mampu menekan serangan hama dan meningkatkan hasil polong kedelai edamame.. Penelitian di laksanakan di Subak Abian Tegalsari Desa Bangli Kecamatan Baturiti Kabupaten Tabanan. Waktu penelitian Maret-Juli 2019. Menggunakan rancangan acak kelompok dengan 3 perlakuan pengendalian (P), yakni P1= komponen pengendalian dengan mulsa perak hitam; P2= komponen pengendalian dengan insektisida dan P3= komponen pengendalian kombinasi mulsa perak hitam dan insektisida.. Parameter yang diamati meliputi komponen agronomis tanaman, perkembangan hama-hama penting dan hasil panen. Analisis data menggunakan analisis keragaman, bila perlakuan menunjukkan perbedaan nyata dilanjutkan dengan uji beda BNT taraf 5%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan pengendalian hama berpengaruh nyata dan tidak nyata terhadap parameter yang diamati. Ditemukan 3 jenis hama dominan yakni Spodoptera litura, Lamprosema indicata dan Nezara

viridula dengan populasi dan intensitas serangan yang bervariasi pada setiap perkembangan tanaman kedelai.

Populasi S. litura tertinggi ditunjukkan pada perlakuan mulsa perak hitam masing-masing sebesar 4,30;14,2 dan 8,50 dengan intensitas serangan 2,17;14,2 dan 2,96% pada tanaman umur 20;30 dan 40 hari setelah tanam (hst). Populasi L.indicata tertinggi umur 30 hst ditunjukkan pada perlakuan P1 sebesar 1,10 ekor atau 9,9% lebih tinggi dibanding perlakuan P2 (0,20) dan 63,63% dari P3 (0,40). Pada umur tanaman 50 hst tertinggi ditunjukkan pada perlakuan P1 (1,80) dan terendah pada perlakuan P2 (0,80) yang tidak berbeda nyata dengan perlakuan P3 (0,90). Intensitas serangan L. indicata pada tanaman umur 30;40 dan 50 hst tertinggi ditunjukkan pada perlakuan P1 masing-masing sebesar 2,09;2,31 dan 2,15%. Populasi N. viridula pada umur tanaman 50 dan 60 hst tertinggi ditunjukkan pada perlakuan P1 masing-masing 1,40 dan1,40. Bobot polong berisi tertinggi ditunjukkan pada perlakuan P3 sebesar 186,31 gram. Disimpulkan Kombinasi perlakuan mulsa perak hitam dan insektisida memberikan hasil terbaik dalam menekan serangan hama dan meningkatkan hasil panen kedelai edamame.

Kata kunci: Pengendalian,hama penting,hasil kedelai

PENDAHULUAN

Kedelai sayur (vegetable soybean) atau lebih populer dengan nama “edamame” termasuk spesies Glycine max L. Sesuai dengan namanya, kedelai sayur adalah jenis kedelai yang dipanen ketika polongnya masih muda dan hijau, yakni ketika pengisian biji sudah hampir penuh antara 80-90% pengisian. Edamame merupakan salah satu jenis kacang kedelai termasuk dalam kategori tanaman sayuran biasanya dipanen dalam bentuk segar (Oka Pramestia Dewanti dan Titin Sumarni, 2020; Nawawi et al., 2017).

Menurut Widati dan Hidayat (2012) tanaman ini merupakan salah satu sayuran penting di Jepang, Taiwan, China dan Korea. Di Jepang, negara asal kedelai ini, kedelai sayur termasuk tanaman tropis dan dijadikan sebagai sayuran serta makanan sehat (Latif et al., 2017; Wahyudin et al., 2017).

Kedelai edamame memiliki ukuran biji lebih besar, rasa lebih manis dan tekstur lebih lembut dibandingkan kacang kedelai biasa. Edamame ini dapat tumbuh baik di daerah beriklim tropis dan subtropis pada suhu cukup panas dan curah hujan yang relatif tinggi, sehingga kedelai ini cocok ditanam di Indonesia. Waktu panen kedelai edamame relatif singkat dibandingkan kedelai biasa, karena edamame dipanen pada saat kedelai masih hijau (Soewanto et al., 2007).

Secara ekonomi kedelai edamame mempunyai peluang pasar yang cukup besar, baik pemintaan pasar domestik maupun luar negeri. Tingginya permintaan pasar terhadap kedelai edamame menjadi daya tarik para petani untuk meningkatkan terus produksi kedelai edamame. Demikian halnya dengan kandungan

gizinya. Edamame mengandung nilai gizi yang cukup tinggi, yaitu 582 kkal/100 g, protein 11,4 g/100 g, karbohidrat 7,4 g/100 g, lemak 6,6 g/ 100 g vitamin A atau karotin 100 mg/100 g, B1 0,27 mg/100 g, B2 0,14 mg/100 g, B3 1 mg/100 g, dan vitamin C 27%, serta mineral-mineral seperti fosfor 140 mg/100 g,kalsium 70 mg/100 g, besi 1,7 mg/100 g, dan kalium 140 mg/100 g. (Nawawi et al., 2017)

Kebutuhan akan kedelai terus meningkat dari tahun ke tahun linear dengan peningkatan jumlah penduduk, sementara produksi yang dicapai belum mampu mengimbangi kebutuhan tersebut. Pada tahun 2013 penawaran hanya mampu menghasilkan sebanyak 807.000 ton, selisih antara permintaan dan penawaran mencapai 2.117.000 ton. Produktifitas rata-rata nasional masih di bawah potensi hasil sehingga untuk memenuhi kebutuhan kedelai pemerintah harus impor (Rosanah, 2014). Potensi hasil edamame bisa mencapai 6 ton ha-1, namun hasil edamame tahun 2011 hanya mencapai 3,5 ton ha-1 (Tjahyani et al., 2015).

Kendala utama dalam budidaya tanaman kedelai sebagai penghambat produksi baik seca-ra kualitas maupun kuantitas, adalah adanya serangan organisme pengganggu tanaman (Agustina et al., 2017). Di Indonesia telah teriden-tifikasi 266 jenis serangga yang berasosiasi dengan tanaman kedelai yang terdiri dari 111 jenis serangga hama, 53 jenis serangga yang ber-status kurang penting, 61 jenis serangga predator dan 41 jenis serangga parasit. Diantara 111 jenis serangga hama tersebut, tercatat 50 jenis hama perusak daun, namun yang berstatus hama pen-ting hanya 9 jenis. Kehilangan hasil kedelai akibat serangan hama dapat mencapai 80%, bahkan pada kerusakan berat dapat menyebabkan puso (Sri Wahyuni Indiati dan Marwoto, 2017).

Untuk mengendalikan hama tersebut berbagai upaya dilakukan oleh petani guna mengatasi permasalahan dilapang. Penggunaan mulsa, insektisida dan kombinasi mulsa dan insektisida merupakan solusi petani di lapang. Penggunaan mulsa meupakan satu solusi yang dilakukan petani dalam menekan serangan hama dan meningkatkan hasil kedelai. Penggunaan mulsa bertujuan untuk menekan pertumbuhan gulma, mencegah kehilangan air tanah, serta suhu dan kelembaban tanah agar relatif stabil dan menekan serangan hama dan penyakit tertentu.. Penggunaan mulsa merupakan upaya memodifikasi kondisi lingkungan agar sesuai bagi tanaman, sehingga tanaman dapat tumbuh dengan baik (Cahyo, 2013). Penggunaan insektisida merupakan satu teknik pengendalian yang dilakukan petani dalam menekan serangan hama dan penyakit dalam upaya meningkatkan hasil panen.

Berdasarkan uraian di atas, penulis tertarik untuk meneliti bagaimana pengaruh pengendalian-pengendalian hama tersebut terhadap serangan dan hasil kedelai, dengan tujuan untuk mendapatkan satu teknik pengendalian hama yang mampu menekan serangan hama dan meningkatkan hasil polong kedelai edamame.

METODOLOGI

Penelitian di laksanakan di Subak Abian Tegalsari Desa Bangli Kecamatan Baturiti Kabupaten Tabanan. Waktu penelitian Maret-Juli 2019. Alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian ini meliputi biji kedelai edamame, pupuk organik dan anorganik, insektisida berbahan aktif etofenproks, mulsa perak hitam, cangkul, herbisida, meteran, tali, sprayer, timbangan, loop dan “hand counter”.

Penelitian menggunakan rancangan acak kelompok dengan 3 perlakuan pengendalian. Ketiga perlakuan tersebut adalah P1= komponen pengendalian dengan mulsa perak hitam; P2= komponen pengendalian dengan insektisida dan P3= komponen pengendalian kombinasi mulsa perak hitam dan insektisida. Masing-masing perlakuan di ulang sebanyak 10 kali.

Pelaksanaan penelitian diawali dengan persiapan lahan. Lahan sebelum dipergunakan,

dibersihkan dahulu dari sisa-sisa tanaman dan gulma dengan cara disemprot menggunakan herbisida sesuai dosis anjuran. Kegiatan persiapan lahan penelitian ini terbagi dalam beberapa tahapan dimulai dari pengolahan tanah dilakukan dengan cara dibajak menggunakan hand traktor dengan tujuan untuk membalik tanah dan memperbaiki struktur tanah agar menjadi lebih baik. Setelah tanah selesai diolah dilakukan penaburan kompos dan pupuk anorganik NPK (16;16;16) diberikan sebagai pupuk dasar serta pengapuran pada lahan. Pengapuran ini bertujuan untuk meningkatkan pH tanah dari tanah masam untuk mencapai pH yang netral. Pengapuran menggunakan Dolomit (kapur pertanian) dengan dosis 2 ton/ ha. Seleksi benih dilakukan dengan cara merendam benih didalam wadah yang berisi air. Setelah itu benih yang mengapung diatas air dipisahkan dan benih yang berada dibagian bawah wadah yang dipilih untuk digunakan penelitian. Penanaman dilakukan secara tugal, dengan kedalaman 1,5 – 2 cm dengan jarak tanam 30 x 30 cm.. Benih kedelai edamame di masukkan ke dalam lubang tanam satu biji per lubang tanam, setelah itu tutup dengan menggunakan kompos.

Satu minggu setelah penanaman, dilakukan penyulaman. Tanaman yang mati diganti dengan tanaman yang baru. Bibit yang di pakai untuk penyulaman adalah benih yang telah di semai secara terpisah di dalam tray semai dengan waktu tanam yang sama dengan penanaman di lahan. Pemupukan susulan dan pengairan disesuaikan dengan kondisi lapang sampai panen.

Pengamatan dilakukan terhadap komponen agronomis tanaman, perkembangan hama-hama penting dan hasil panen. Jumlah sampel yang diamati sebanyak 10 rumpun per ulangan.. Persentase serangan dihitung menggunakan rumus: n PS = x 100% N Keterangan: PS = persentase serangan

n = jumlah tanaman pisang yang terserang N = jumlah tanaman pisang yang diamati

Intensitas penyakit dihitung menggunakan rumus: i ∑(ni.vi) i=0 IS = x 100% N.V Keterangan:

IS = intensitas tanaman terserang dengan nilai skor katagori

ni = jumlah tanaman terserang setiap katagori vi = nilai skor dari setiap katagori

N = nilai skor tertinggi setiap katagori V = jumlah tanaman jeruk yang diamati

Untuk dapat menggunakan rumus pengukuran intensitas penyakit tersebut, maka ditentukan nilai skor atau skala setiap katagori yaitu:

= tidak ada serangan sama sekali = serangan ringan sekali (0-10% daun

terserang)

= serangan ringan (10-30% daun terserang)

= serangan sedang (30-50% daun terserang)

= serangan berat (50-75% daun terserang)

= serangan sangat berat (75-100% daun terserang)

Analisis Data

Data yang diperoleh dianalisis menggu-nakan analisis keragaman (ANOVA), bila perlakuan menunjukkan perbedaan nyata dilanjutkan dengan uji beda dengan BNT taraf 5% (Gomez dan Gomez, 1995).

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil analisis menunjukkan perlakuan berpengaruh nyata dan tidak nyata terhadap parameter yang diamati. Ditemukan 3 jenis hama dominan pada ke-3 perlakuan uji yakni Spodopthera litura, Lamprosema. indicata dan Nezara viridula (Tabel 1-8). Pada Tabel 1. terlihat populasi S. litura bervariasi perkembangan hidupnya pada ketiga perlakuan uji. Pada umur tanaman 20 hari setelah tanam (hst) populasi tertinggi ditunjukkan pada perlakuan P1 (4,30) diikuti perlakuan P3 (2,30) yang tidak berbeda nyata dengan perlakuan P2 (2,00) atau perlakuan P2 mampu menekan serangan S. litura sebesar 115% dibandingkan P1 (Tabel 1.). Pada Tabel 1. juga terlihat populasi S. litura pada perkembangan tanaman umur 30 dan 40 hst. Pada umur tanaman 30 hst populasi tertinggi ditunjukkan pada perlakuan P1 (14,2 ) dan terendah pada perlakuan P2 (7,70) yang tidak berbeda nyata dengan perlakuan P3 (9,40). Sementara pada perkembangan tanaman umur 40 hst populasi S. litura tertinggi ditunjukkan pada perlakuan P1 (8,50) dan terendah pada perlakuan P3 (1,90 ), namun tidak berbeda nyata dengan perlakuan P2 (2,40).

Intensitas serangan S. litura ditunjukkan pada Tabel 2. Pada Tabel 2. terlihat intensitas serangan S. litura pada perkembangan tanaman umur 20;30;dan 40 hst. Intensitas serangan S.litura tertinggi pada umur tanaman 20 hst ditunjukkan pada perlakuan P1 (21,7) diikuti perlakuan P3 dan P2 masing-masing 1,6 1 dan 1,56%. Intensitas serangan S. litura pada umur tanaman 30 hst tertinggi ditunjukkan pada perlakuan P1 (14,2) dan terendah pada perlakuanP2 (7,70%). Sementara pada tanaman umur 40 hst intensitas serangan S. litura tertinggi ditunjukkan pada perlakuan P1 (2,96) dan terendah pada perlakuan P3 (1,46%).

Tabel 1. Pengaruh perlakuan terhadap rerata populasi S.litura. umur tanaman 20,30 dan 40 hst

Perlakuan Populasi S. litura (20 hst) Populasi S. litura 30 hst) Populasi S. litura (40 hst)

P1 4,30±1,42 a 14,2±6,07 a 8,50±2,85 a

P2 2,00±0,78 b 7,70±1,87 b 2,40±1,88 b

P3 2,30±1,33 b 9,40±5,83 b 1,90±1,62 b

BNT 5% 0,04 0,07 0,05

KK 8,65 13,12 11,62

Keterangan: Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan perbedaan tidak nyata pada uji BNT taraf 5%Data dianalisis setelah ditransformasi ke dalam (X+0.5)^0.5

Pada Tabel 3 terlihat perlakuan berpengaruh nyata terhadap populasi L.indicata umur 30;40; dan 50 hst, Populasi L.indicata tertinggi umur 30 hst ditunjukkan oleh perlakuan P1 sebesar 1,10 ekor atau 9,9% lebih tinggi dibanding perlakuan P2 (0,20) dan 63,63% dari P3 (0,40). Populasi L.indicata umur 40 hst tertinggi juga ditunjukkan oleh perlakuan P1 (2,20) atau 9,90 % lebih tinggi dibanding perlakuan P2 ( 1,20) dan 63,63% dari P3 (1,00). Populasi L. indicata pada umur tanaman 50 hst tertinggi ditunjukkan pada perlakuan P1 (1,80) dan terendah pada perlakuan P2 (0,80) yang tidak berbeda nyata dengan perlakuan P3 (0,90).

Intensitas seranan L. indicata ditunjukkan pada Tabel 4. Pada Tabel 4.. terlihat intensitas serangan L. indicata pada perkembangan tanaman umur 30;40;dan 50 hst. Intensitas serangan L. indicata tertinggi pada umur tanaman 30 hst ditunjukkan pada perlakuan P1 (2,09) diikuti perlakuan P3 dan P2 masing-masing 0,44 dan 0.96%. Intensitas serangan pada umur tanaman 40 hst tertinggi ditunjukkan pada perlakuan P1 (2,31) dan terendah pada perlakuan P2 (0,85%) yang tidak berbeda nyata dengan perlakuan P3 (0,86%).. Sementara pada tanaman umur 50 hst intensitas serangan L.indicata tertinggi ditunjukkan pada perlakuan

Tabel 2. Pengaruh perlakuan terhadap rerata intensitas serangan S.litura. umur tanaman 20,30 dan 40 hst Perlakuan Intensitas serangan S. litura Intensitas serangan S. litura Intensitas seranganS. litura

(20 hst) (30 hst) (40 hst) P1 2,17±0,32 a 14,2±6,04 a 2,96±0,53 a P2 1,56±0,26 b 7,70±1,88 b 1,65±0,45 b P3 1,61±0,48 b 9,40±5,83 b 1,46±0,55 b BNT 5% 0,04 0,07 0,05 KK 8,65 13,12 11,62

Keterangan: Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan perbedaan tidak nyata pada uji BNT taraf 5%Data dianalisis setelah ditransformasi ke dalam (X+0.5)^0.5

Tabel 3. Pengaruh perlakuan terhadap rerata populasi L. indicata umur 30;40 dan 50 hst.

Perlakuan Populasi L. indicata(30 hst) Populasi L. indicata (40 hst) Populasi L. indicata(50 hst)

P1 1,10±1,20 a 2,20±1,66 a 1,80±1,09 a

P2 0,20±0,44 c 1,20±0,83 b 0,80±1,05 b

P3 0,40±0,53 b 1,00±0,50 c 0,90±1,09 b

BNT 5% 0,03 0,04 0,05

KK 8,18 8,66 12,09

Keterangan: Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan perbedaan tidak nyata pada uji BNT taraf 5%Data dianalisis setelah ditransformasi ke dalam (X+0.5)^0.5

Tabel 4. Pengaruh perlakuan terhadap rerata intensitas serangan L. indicata umur 30;40 dan 50 hst. Perlakuan Intensitas serangan Intensitas serangan Intensitas serangan

L. indicata (30 hst) L. indicata (40 hst) L. indicata (50 hst)

P1 2,09±1,79 a 2,31±1,58 a 2,15±1,09 a

P2 0,44±1,11 c 0,85±1,14 b 0,83±1,15 b

P3 0,96±1,54 b 0,86±1,07 b 0,84±1,13 b

BNT 5% 0,05 0,05 0,05

KK 13,49 14,08 11,94

Keterangan: Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan perbedaan tidak nyata pada uji BNT taraf 5%Data dianalisis setelah ditransformasi ke dalam (X+0.5)^0.5

P1 (2,15) dan terendah pada perlakuan P2 (0,83%) yang tidak berbeda nyata dengan perlakuan P3 (0,84%).

Perkembangan populasi N. viridula pada umur tanaman 50 hst tertinggi ditunjukkan pada perlakuan P1 (1,40) dan terendah pada perlakuan P3 (0,50). Pada tanaman umur 60 populasi tertinggi ditunjukkan pada perlakuan P1 (1,40) dan terendah pada perlakuan P3 (0,40%). Sementara pada tanaman umur 70 hst populasi N. viridula menunjukkan perbedaan yang tidak nyata.

Pengaruh perlakuan terhadap tinggi tanaman, jumlah daun dan polong total menunjukkan perbedaan nyata. Tinggi tanaman dan jumlah daun tertinggi ditunjukkan pada perlakuan P3 (Tabel 6.)

Pada Tabel 6. .terlihat tinggi tanaman tertinggi ditunjukkan oleh perlakuan P3 (67,26) lebih tinggi 11,91% dibanding perlakuan P2 (60,14). Perlakuan P1 dan P2 menunjukkan tinggi tanaman yang tidak berbeda nyata. Jumlah daun tertinggi juga ditunjukkan pada perlakuan P3 (22,30) diikuti perlakuan P1(20,00) dan P2 (18,30).

Rerata bobot daun dan bobot total tanaman menunjukkan perbedaan nyata akibat perlakuan tetapi bobot akar bebeda tidak nyata (Tabel 7.).

Pada Tabel 7. terlihat bobot daun tertinggi ditunjukkan pada perlakuan P3 (77,85) dan terendah pada perlakuan P1 (62,40) yang tidak berbeda nyata dengan perlakuan P2 (62,27).

Jumlah polong berisi tertinggi ditunjukkan oleh perlakuan P3 (26.6) yang tidak berbeda nyata dengan perlakuan P2 (25,8) dan lebih tinggi 23,19% dari perlakuan P1(21,6). Bobot polong berisi tertinggi ditunjukkan pada perlakuan P3 (98,41) lebih tinggi 19,98 dan 15,45% dibandingkan perlakuan P1 (82) dan P2 (85,24) (Tabel 8).

Perlakuan uji berpengaruh terhadap perkembangan hama dan hasil tanaman kedelai edamame. Ditemukan 3 jenis hama dominan.yang menyerang pertanaman edamame di Subak Tegalsari-Baturiti Tabanan dengan populasi dan intensitas serangan yang bervariasi pada setiap perkembangan umur tanaman. S. litura merupakan hama yang paling tinggi populasinya diantara ketiga hama-hama tersebut. Hal ini disebabkan oleh sifat dari S.litura yang termasuk hama berjenis polypag dan selalu ada disetiap pertanaman kedelai. Adie et al. (2012) menyatakan bahwa, S. litura merupakan hama penting pemakan daun kedelai . S. litura merupakan jenis hama yang bersifat polypag, dapat menyerang berbagai jenis tanaman dan

Tabel 5. Pengaruh perlakuan terhadap rerata populasi N. viridula umur 50;60 dan 70 hst.

Perlakuan Populasi N. viridula(50 hst) Populasi N. viridula (60 hst) Populasi N.viridula(70 hst)

P1 1,40±0,84 a 1,40±1,07 a 0,60±0,84 a

P2 0,80±0,92 b 0,90±0,88 b 0,40±0,52 a

P3 0,50±0,71 c 0,40±0,52 c 0,50±0,53 a

BNT 5% 0,04 0,04

-KK 10,73 9,86

-Keterangan: Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan perbedaan tidak nyata pada uji BNT taraf 5%Data dianalisis setelah ditransformasi ke dalam (X+0.5)^0.5

Tabel 6. Pengaruh perlakuan terhadap rerata tinggi tanaman, jumlah daun dan polong total per Rumpun

Perlakuan Tinggi tanaman (cm) Jumlah daun (tangkai)

P1 59,28±3,73 b 20,00±4,89 b

P2 60,14±3,68 b 18,30±2,75 c

P3 67,26±3,42 a 22,30±2,26 a

BNT 5% 1,01 0,93

KK 5,46 15,42

Keterangan: Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan perbedaan tidak nyata pada uji BNT taraf 5%

selalu ada pada pertanaman kedelai. Gultom (2017) menyatakan bahwa S. litura mulai menyerang tanaman kedelai sejak fase vegetatif awal. Populasi ulat ini kemudian berkembang dan mencapai puncak pada tanaman berumur 38 hst. Serangannya menyebabkan daun-daun habis dimakan oleh ulat tersebut.

Berdasarkan hasil analisis, serangan hama berkorelasi positif dengan hasil panen. Pada perlakuan pengendalian dengan mempergu-nakan mulsa perak hitam diperoleh populasi dan intensitas serangan ke tiga hama tersebut paling tinggi mengakibatkan hasil panen paling rendah. Demikian sebaliknya perlakuan kombinasi mulsa perak hitam dan insektisida diperoleh populasi dan intensitas serangan hama paling rendah dengan hasil panen paling tinggi. Zulfita (2012) menyatakan bahwa serangan hama pada tanaman umumnya dapat menurunkan hasil tanaman karena merupakan penghilangan bagian tanaman (daun, polong, dan biji) sehingga mengakibatkan proses fotosintesis untuk penyaluran ke setiap partisi berkurang. Karowa et al. (2015). menyatakan bahwa kerusakan daun akibat serangan hama pada prinsipnya dapat mengganggu proses fotosintesis

Jumlah polong dan bobot polong berisi tertinggi ditunjukkan pada perlakuan kombinasi

mulsa perak hitam dan penggunaan insektisida. Hal ini dipengaruhi oleh rendahnya populasi dan intensitas serangan hama. Pada populasi dan intensitas serangan yang rendah, pertumbuhan daun akan lebih baik sehingga berkontribusi dalam hasil yang tinggi. Dwiputra et al.. (2015) dan Prayogo et al. (2017) menyatakan bahwa jumlah polong per tanaman yang tinggi dikarenakan jumlah daun yang tinggi pula. Daun yang tinggi diakibatkan oleh rendahnya populasi dan intensitas serangan hama. Hal ini dikarenakan daun merupakan tempat terjadinya fotosintesis. Semakin rendah serangan hama semakin banyak daun yang dihasilkan maka fotosintesis akan maksimal. Hasil fotosintesis nantinya akan dialokasikan untuk pembentukan polong per tanaman.

Kombinasi perlakuan mulsa perak hitam dengan insektisida memberikan hasil polong tertinggi. Kondisi ini disebabkan oleh efek mulsa perak hitam dan insektisida. Penggunaan mulsa plastik hitam perak memberikan respon paling baik. Mulsa perak hitam dapat memantulkan cahaya matahari. Cahaya matahari yang diterima oleh tanaman dapat memperlancar proses fotosintesis. Kusumasiwi et al. (2013) menyatakan bahwa permukaan bagian atas plastik hitam perak dapat memantulkan cahaya Tabel 7. Pengaruh perlakuan terhadap rerata bobot daun, bobot akar dan bobot total tanaman (gr) per rumpun Perlakuan Bobot daun (gr) Bobot akar (gr) Bobot total tanaman (gr)

P1 62,40± 16,92 b 8,94± 0,37 a 152,38 ± 19,16 b

P2 62,27± 8,51 b 8,86±1,33 a 156,95±15,69 b

P3 77,85±11,78 a 9,72± 2,27 a 186,31±13,96 a

BNT 5% 4,19 - 7,07

KK 20,90 - 14,40

Keterangan: Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan perbedaan tidak nyata pada uji BNT taraf 5%

Tabel 8. Pengaruh perlakuan terhadap rerata jumlah polong berisi (buah) dan bobot polong berisi (gram) Perlakuan jumlah polong berisi (buah) Bobot polong isi (gr)

P1 21,60± 5,89 b 82,02±18,99 c

P2 25,80±3,32 a 87,15±9,23 b

P3 26,60±3,75 a 98,41±5,93 a

BNT 5% 1,11 3,866

KK 15,18 14,70

Keterangan: Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan perbedaan tidak nyata pada uji BNT taraf 5%

matahari, sehingga suhu di bawah tajuk tanaman meningkat, selain itu intesitas cahaya yang terserap oleh tanaman menjadi lebih besar. Penggunaan mulsa plastik dapat mengurangi penguapan sehingga kebutuhan air bagi tanaman tercukupi. Hal ini dapat mempengaruhi perkembangan serta pertumbuhan akar perkembangan. Prayoga et al. (2016) menam-bahkan bahwa permukaan mulsa plastik hitam perak bersifat seperti kaca yang dapat meman-tulkan cahaya matahari, pemantulan tersebut dapat mempengaruhi proses fotosintesis bagi tanaman. Oleh karena itu fotosintat yang dihasilkan menjadi lebih besar dan berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman.

Selain itu, warna hitam yang berada di bawah berfungsi untuk menyerap panas dan menjadikan suhu tanah lebih stabil. Yullia (2011) menyatakan bahwa mulsa plastik hitam perak memiliki beberapa keunggulan, diantaranya dapat menjaga kestabilan suhu dan kelembaban tanah. Selain itu, warna perak pada mulsa plastik hitam perak berfungsi untuk memantulkan sinar ultraviolet yang dapat mengubah iklim mikro di sekitar tanaman. Pemantulan sinar matahari dapat mempengaruhi fotosintesis tanaman sehingga dapat meningkatkan pertumbuhan dan hasil panen. Penggunaan mulsa plastik hitam