• Tidak ada hasil yang ditemukan

POTENSI PENDAMPINGAN TEKNOLOGI SPESIFIK LOKASI DI KAWASAN PENGEMBANGAN KOPI ARABIKA

DI DESA TAMBAKAN KUBUTAMBAHAN BULELENG

I Ketut Kariada1 Desak Made Rai Puspa2, I Gusti Lanang Patra Adiwirawan3 dan Made Sukadana4

1) Peneliti Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Bali

2,3,4) Penyuluh Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Bali Jl. By Pass Ngurah Rai, Denpasar Bali

E-mail : ketutkariada1@gmail.com

Submitted date: 22 Oktober 2020 Approved date: 4 November 2020

ABSTRACT

Potential for Location Specific Technology Assistance in Arabic Coffee Development Area in Tambakan Kubutambahan Buleleng Village

Research on agricultural technology development at region is aimed to produce new technology inovation for increasing efectivity and efficiency of farming activities, in order to get a better added value of agricultural products. The inovation is one of the answer and solution of farmers problems in their farming. Many technologies produced by research institutions will have benefit to farmers if the technology is adopted by farmers. Type of technology required by farmers is technology suitable to local spesific areas where farmers cultivate their farming. In transfering technology to farmers, there are some steps needed for its impelemntation in the field. Research implementation at coffee areas development need to be supported by producing coffee seedling to cover the requirement of farmers land, and farmers need to process organic material available at location in order to produce organic fertilizers. These will support the development of agricultural eco friendly. The innovation developed will support and answer the problems faced by farmers currently at Tambakan village in developing their coffee plant.

Keywords : Coffee regional development, innovation technology development, disemination.

ABSTRAK

Kegiatan penelitian dan pengkajian teknologi pertanian partisipatif spesifik lokasi bertujuan untuk menghasilkan berbagai terobosan inovasi teknologi pertanian yang mampu memberikan nilai tambah kepada para pengguna. Inovasi teknologi yang dihasilkan tersebut merupakan jawaban terhadap berbagai permasalahan yang dihadapi oleh para petani dalam mengelola sumberdaya pertaniannya. Berbagai inovasi teknologi pertanian yang dihasilkan oleh para pengkaji / peneliti akan berguna dan dimanfaatkan oleh para pengguna apabila inovasi tersebut sampai di tangan pengguna yaitu petani. Oleh karena itu proses penyebaran inovasi teknologi pertanian hingga ke tingkat petani memerlukan suatu rangkaian tahapan-tahapan pelaksanaan. Tahapan tersebut akan melibatkan peran BPTP dan instansi terkait secara lintas sektoral. Dengan demikian akan terjadi interaksi antara penghasil inovasi, penyebar inovasi dan pengguna inovasi yaitu interaksi antara fasilitator, komunikator dan komunikan. Berbagai tantangan yang dihadapi dalam pendampingan kawasan pengembangan kopi di desa Tambakan antara lain potensi pengembangan teknologi teknologi pembuatan benih kopi bermutu serta penanganan limbah organic yang dapat dijadikan pupuk organic.Pendampingan kawasan kopi ini berharap dapat menjawab tentang tantangan, peluang dan perumusan kebijakan pengembangan inovasi teknologi yang terkait dengan pengembangan kawasan kopi dan integrasinya.

PENDAHULUAN

Sektor pertanian merupakan salah satu sumber penghasil devisa selain juga sebagai pilar kehidupan sebahagian besar masyarakat kecil di perdesaan yang bergelut dengan usaha tani. Secara kuantitatif sekitar 80 % masyarakat Indonesia menggantungkan kehidupannya pada kegiatan ekonomi yang bukan padat modal. Dari persentase ini sekitar 56 % bekerja di sektor per-tanian dan sisanya di sektor lainnya (Badan Agribisnis, 1998). Dengan demikian, rangkaian kegiatan ekonomi masyarakat petani adalah upaya-upaya nyata pengembangan usaha tani yang berdimensi keunggulan komparatif dan kompetititf di wilayah yaitu pengembangan komo-ditas-komoditas yang bernilai tambah tinggi. Salah satu komoditi unggulan yang bernilai komparatif wilayah dan kompetitif adalah kopi.

Pada sisi inilah kehandalan teknologi pertanian sangat dibutuhkan oleh para pelaku dan pengguna teknologi yang merupakan tugas pokok instansi Badan Litbang Pertanian dalam meramu, merakit dan menghasilkan teknologi-teknologi tepat yang dibutuhkan oleh para pelaku agribisnis dan instansi teknis terkait lainnya. Dalam meramu / merakit teknologi-teknologi pertanian yang mengakar di wilayah maka kebersamaan partisipatif mutlak diperlukan agar teknologi yang dihasilkan para peneliti dapat secara bersama-sama dipahami, dihayati dan dilaksanakan oleh petani (Sudaryanto, T. dan E. Basuno. 2000). Dalam mendukung kebijakan pembangunan pertanian di daerah, Badan Litbang Pertanian terus mengembangkan berbagai program diseminasi hasil-hasil litkaji guna memacu adopsi dan penerapan inovasi teknologi dan inovasi kelembagaan usahatani.

Program Pendampingan Kopi di Desa Tambakan, Kubu Tambahan Kabupaten Buleleng dilaksanakan tahun 2020, dimana dalam perencanaan dan implementasinya dibutuhkan data dan informasi yang akurat dan lengkap meliputi data biofisik, sosial ekonomi dan budaya masyarakat, maupun preferensi petani dan pemerintah setempat. Oleh karena itu, langkah awal yang harus dilakukan dalam mengum-pulkan data dan informasi, perlu melakukan identifikasi wilayah dengan pendekatan pemahaman potensi masalah dan peluang. Identifikasi ini dimaksudkan untuk memahami potensi masalah dan peluang yang dilakukan

secara partisipatif bersama petani mengenai masalah pengembangan kopi dan upaya antisipasi yang dibutuhkan dengan memperhitungkan kendala dan masalah seluruh potensi sumberdaya yang tersedia. Dengan pemahaman masalah dan peluangini dapat dipahami apa masalah yang sebenarnya dihadapi petani kopi arabika di desa Tambakan sehingga dapat dirancang teknologi yang siap dilaksanakan di lokasi.

METODOLOGI

Identifikasi potensi wilayah dilakukan dengan cara menggali data dan informasi potensi suatu wilayah dengan pengambilan data yang dilakukan secara partisipatif. Salah satu pendekatan yang umum digunakan adalah dengan metoda quick assessment atau RRA (rapid rural appraisal) dengan melakukan wawancara langsung dengan petani di lokasi pendampingan kopi agar dapat dipahami potensi, masalah danpeluang yang ada di lokasi. Pendekatan ini dilakukan untuk memahami secara partisipatif kondisi perdesaan dan masalah pembangunan serta upaya antisipasi yang dibutuhkan, dengan memperhitungkan kendala dan seluruh potensi sumberdaya yang tersedia. Dalam menggali informasi, dilakukan dengan melibatkan anggota kelompok tani secara aktif.Pengumpulan data pada sasaran kelompok dilakukan melalui diskusi kelompok dengan metode pertanyaan dua arah. Informasi yang diperoleh bermanfaat sebagai acuan yang bisa dimanfaatkan dalam mempertimbangkan kebutuhan dalam mengembangkan dan mendiseminasikan inovasi teknologi.Data dan informasi yang dikumpulkan meliputi aspek biofisik, sosial ekonomi, sumberdaya rumah tangga, kelembagaan pendukung, aksesibilitas, penguasaan dan penggunaan sumberdaya pertanian dan identifikasi teknologi. Selain beberapa data tersebut, informasi lainnya juga dikumpulkan antara lain keinginan petani terhadap suatu teknologi baru dalam mengatasi masalah yang ada. Analisis data digunakan untuk melihat : (a) Potensi, masalah dan kendala yang dihadapi petani kopi untuk dapat mengembangkan usahataninya, (b) Persepsi petani terhadap produktivitas sistem usahatani yang ada dan kemungkinan pengembangannya

HASIL DAN PEMBAHASAN

Dalam melakukan kajian ini maka lokasi yang telah ditetapkan adalah desa Tambakan, kecamatan Kubu Tambahan, Buleleng pada tahun 2020. Desa Tambakan termasuk FSZ (Farming System Zone) lahan kering dataran tinggi beriklim basah (LKDTIB) dengan luas perkebunan rakyat 1.017,24 ha (Profil Desa Tambakan, 2019) memerlukan inventarisasi potensi sumberdaya untuk menumbuh-kembangkan potensi biofisik, sosial ekonomi dan kelembagaan melalui desain dan aplikasi teknologi lokal spesifik yang dibutuhkan. Berdasarkan hal tersebut, maka pada tahap awal, untuk mengetahui potensi pengembangan inovasi teknologi dilakukan metodologi yang bersifat “quick assessment” yaitu “RRA (Rapid Rural Appraisal”) dengan melakukan wawancara langsung kepada petani-petani yang menangani budidaya kopi dan tanaman campuran serta

ternak sapi maupun ternak lainnya seperti babi. Dari hasil analisis wawancara dengan pendekatan RRA dengan mewawancarai langsung petani, maka diperoleh potensi dan masalah seperti pada Tabel 1.

Sementara dari analisis ekonomi dalam usaha tani petani secara umum dapat dilihat bahwa hasil dari tanaman jeruk keprok yang tertinggi diikuti oleh kopi dan komoditi lainnya (Tabel 2).

Dari data pada tabel 2 terlihat bahwa tanaman jeruk keprok mampu memberikan ranking tertinggi sebagai sumber pendapatan petani (32%) diikuti oleh pendapatan dari kopi (25%) serta dari ternak babi, sayuran dan sapi masing-masing 16, 14.4 dan 12 persen. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat potensi mengembangkan luasan kopi yang terintegrasi dengan komoditas-komoditas tersebut. Untuk itu terdapat potensi pengembangan teknologi spesifik lokasi dalam kawasan pengembangan

Tabel 1. Peringkat masalah komoditas tanaman dan ternak di Desa Tambakan.

Komoditas Peringkat Masalah Identifikasi Kebutuhan Teknologi

Tanaman Produksi rendah Kurang dipupuk Perbaikan budidaya (perbenihan / peremajaan, Perkebunan HPT (ada karat daun) Limbah cair pemupukan organik, pemangkasan, dan pasca (kopi) olah basah Harga Cherry bagus tapi panen) Penanganan PHT Potensi mengolah limbah

kopi rajutan/asalan tidak laku dijual cair jadi pupuk cairMelakukan olah kopi basah dan atau sangat murah kerjasama pemasaran Mengolah kopi rajutan dengan

proses yang baik agar memiliki aroma yang baik. Sapi dan babi Kandang dan Kesehatan Perbaikan kandang dengan model feedlot

(limbah) Limbah padat dan urin Perbaikan kesehatan dan nutrisi ternak

Perbaikan sanitasi dengan mengolah limbah ternak untuk pupuk organik

Tanaman buah Budidaya Pola Tanam Hama/ Perbaikan pemupukan dengan pupuk organik dalam (jeruk) dan PenyakitAir di MK menekan input kimiawi

Sayuran Melakukan diversifikasi / pergiliran tanaman

secara umum Penanganan OPT terpadu

Pemanfaatan air hidram saat kemarau

Tabel 2. Hasil Analisis Ekonomi Komoditas utama di desa Tambakan, Kubutambahan, Buleleng / petani / bulan

Komoditi Jumlah (Rp) Kontribusi (%) Masalah utama Jeruk (20 are/bulan) 2,000,000 32.00 Inputan kimiawi tinggi

Kopi arabika (1 ha/bulan) 1,600,000 25.60 Kebutuhan benih kopi bermutu, Limbah cair olah kopi basah

Babi (5 ekor) / bln 1,000,000 16.00 Limbah padat dan Urine Sayuran (20 are/bln) 900,000 14.40 Pemanfaatan inputan kimiawi Sapi 1 ekor(jantan/bln) 750,000 12.00 Limbah padat dan Urine

kopi arabika di desa Tambakan antara lain mendukung jeruk sebagai tanaman penaung tapi perlu memperkenalkan pertanian ramah lingkungan sebab dari masalah di atas pemanfaatan input-input kimiawi masih tinggi.

Berdasarkan Tabel 1 dan 2 di atas maka dibutuhkan alternatif pemecahan melalui pengembangan teknologi spesifik lokasi terutama pada kopi diawali dengan introduksi dan bimtek pengembangan perbenihan kopi untuk pengutuhan populasi per hektar dengan jeruk sebagai tanaman naungan. Sementara penanganan limbah padat dan cair untuk pupuk organik baik dari ternak maupum limbah kopi olah basah dapat mendukung berkembangnya kopi organik. Demikian pula pada ternak masalah limbah cairnya perlu diolah menjadi pupuk bio urine.

Dalam pengelolaan integrasi tanaman kopi dan ternak maka diversifikasinya dapat digambarkan secara holistik. Sistem holistik yang diterapkan disini bermakna pada setiap subkomponen akan mampu memberikan nilai manfaat terhadap komponen lainnya (Petheram, 1989). Dengan menerapkan konsep tersebut maka akan terjadi komposisi yang mengarah pada penanganan secara zero waste dan mengarahkan pembangunan pertanian lebih efisien dan berwawasan ramah lingkungan. Untuk mendukung hal tersebut maka telah digambarkan konsep teoritis integrasi ternak dan tanaman di desa Tambakan hingga pada aspek peningkatan pendapatan secara holistik (Gambar 1).

Dalam upaya mencapai target yang dicanangkan tersebut, maka diperlukan langkah-langkah perbaikan pada setiap subsistem inovasi pendukungnya mulai dari pembelajaran pembuatan input-input pertanian, teknik budidaya yang benar, penanganan pasca panen serta pengembangan kelembagaan penunjang seperti pasar tani maupun kelembagaan permodalan. Sesuai dengan hasil RRA di atas maka diseminasi teknologi yang secepatnya dibutuhkan oleh kelompok tani yang didampingi di desa Tambakan adalah pengadaan benih unggul untuk pengutuhan populasi kopi, serta dukungan pengembangan pertanian ramah lingkungan melalui penanganan limbah untuk pupuk kompos dan pupuk organik cair, serta aplikasinya melalui kelembagaan kelompok yang mandiri.

Diseminasi Pengutuhan Kebun melalui Pengembangan Benih Kopi Arabika Bermutu

Pada tahap awal persiapan pengadaan benih wajib memperoleh benih yang bersertifikat dari instansi yang berwenang. Dengan sertifikasi dapat diketahui tingkat kemurnian varietas pada sumber benih maupun benih sumber, sehingga campuran varietas lain dapat ditekan bahkan dihilangkan. Tujuan dilakukannya sertifikasi benih adalah untuk menghasilkan benih yang berkualitas dan konsisten dengan adaptasinya. Perbanyakan pada kopi arabika secara umum dilakukan dengan teknis perbanyakan generative. Kelebihan kopi arabika adalah kopi ini menyerbuk sendiri sehingga mampu menghasilkan pertumbuhan, mutu dan produktivitas yang seragam. Di Indonesia pada saat ini telah memiliki 5 varietas unggul dengan kelebihannya. Kelima varietas tersebut adalah S795 tumbuh pada ketinggian >700 m dpl tingkat produksi 1-1,5 ton/ha, varietas Sigarar Utang berkembang pada ketinggian >1000m dpl dengan produktivitas 0,8-2.3 ton/ha, varietas Gayo 1 dan Gayo 2 adaptasi pada ketinggian >1000 m dpl dengan produktivitas sekitar 0.9-1,2 ton/ha serta varietas Kopyol Bali berkembang pada ketinggian >900 m dpl dengan produktivitas 2.2-2.5 ton/ha.

Menurut Kariada, et. al. (2017, 2018) varietas kopi Lini S 795 dan Kopyol telah berkembang baik dan akhir-akhir ini varietas kopyol terus berkembang dengan cepat di kawasan pengembangan kopi arabika di daerah Sukasada, Petang dan Kintamani. Varietas kopyol memiliki kelebihan yaitu biji yang lebih besar, produksi tinggi dan diduga lebih tahan karat daun, nematode dan PBKO. Untuk menghasilkan benih berkualitas maka diperlukan syarat-syarat yaitu harus memiliki viabilitas tinggi, daya kecambah tinggi, serta tahan hama dan penyakit. Untuk menghasilkan benih bermutu maka kretirea penting adalah pada mutu genetis yaitu asal benih harus dari kebun benih sumber bersertifikat dan kemurnia benih yang 100 persen. Sementara kretirea mutu fisiologis maka daya kecambah benih minimal 80 persen, pada mutu fisik maka kisaran kadar air harus 35-45 persen, kemurnian fisik biji >80 persen dan bebas dari hama dan penyakit. Dalam pelaksanaan kegiatan perbenihan kopi maka telah dilakukan persiapan-persiapan dari tahap awal penetapan

Gambar 1. Diversifikasi masing-masing komponen dalam sistem integrasi ternak tanaman dalam kegiatan Pertanian terintegrasi (sumber : BPTP Bali, 2008)

Diolah Le b ah Madu WISA T A AGRO P ASAR T ANI

lokasi sampai benih tumbuh siap pindah. Secara detail langkah-langkah yang dilakukan adalah sebagai berikut :

Pembuatan bedengan maka disiapkan hal-hal berikut :

• Lokasi memenuhi syarat datar atau dibuat teras-teras sehingga tetap datar dengan drainase yang baik, dan mudah di awasi. • lebar bedeng 80-120 cm (utara-selatan),

atau timur barat sesuai bentuk lahan dan panjangnya disesuaikan diberi naungan paranet tinggi sebelah barat 125 cm dan sebelah timur 180 cm.

• Tanah dicangkul ± 30 cm , diisi tanah yg sdh disaring dan pasir halus ± 20 cm

• Bedengan ditinggikan 20 cm, diberi penahan (disini digunakan bambu) agar tidak mudah longsor

Pendederan benih / Penyemaian

Pada saat persiapan rumah bibit maka dilakukan juga perendaman benih kopi dengan air bersih selama 24-48 jam agar benih siap bertunas. Kemudian dilakukan pendederan benih sampai benih tumbh menjadi pasukan tentara. Dalam pendederan benih maka di atas di taburi dengan penutup potongan jerami atau alang-alang atau daun pisang agar tidak kena sinar

matahari langsung ataupun hantaman curah hujan.

Penanaman benih tumbuh

Pada saat pembuatan bedengan, maka disiapkan pula plastic hitam perak mengingat saat pesemaian benih curah hujan sangat tinggi sehingga dengan demikian benih yang sudah tumbuh dapat selamat dari hantaman hujan serta gulma tidak tumbuh cepat. Jarak tanam benih tumbuh di atur sedemikian rupa 2 cm x 5 cm sehingga tanaman dapat berkembang dengan baik. Dalam lahan telah dilakukan pemupukan organic / kompos dimana fermentornya menggunakan mikroba MOL. Dalam kegiatan perbenihan model yang di terapkan boleh dengan sistim tanam langsung (benih cabut) maupun menggunakan polybag. Tujuannya untuk menjaga akar dalam tetap terjada dengan baik. Bila dengan polybag maka tanam benih sebaiknya dilakukan lebih muda agar akar dalam/ akar pancar tetap lurus.

Pemeliharaan

Dalam pemeliharaan benih maka selalu dijaga agar benih dapat berkembang dengan baik yaitu tingkat kelembaban, penyiraman dan pemupukan. Dalam pelaksanaannya membu-tuhkan pemberian pupuk yang baik yaitu pupuk organic kompos dan pupuk cair.

Inovasi Teknologi Olah Limbah Organik

Pengembangan Teknologi Tepat Guna (TTG) Mendukung Pertanian Ramah Lingkungan

Kegiatan dalam TTG ini juga merupakan optimalisasi pemanfaatan potensi lokal dengan penerapan teknologi ramah lingkungan yang berkelanjutan dengan basis keterpaduan (misalnya ternak dan tanaman) dalam mendukung pengembangan pedesaan serta sistim usahatani intensifikasi dan diversifikasi untuk meningkatkan nilai tambah dan pendapatan petani. Dalam konsep pertanian terintegrasi terdapat beberapa aspek penting dalam pelaksanaan integrasi tersebut yaitu : (a) meningkatkan produktivitas pada aspek peternakan, (b) meningkatkan produktivitas pada aspek tanaman, (c) meningkatkan efisiensi inputan / saprodi, (d) meningkatkan daya dukung tanah dan air, (e) serta meningkatkan kapasitas petani agar mampu mandiri dalam pengelolaan komoditinya yang menyangkut aspek “upstream dan downstream agribusiness”. Konsep perpaduan tersebut tergambar dalam Gambar berikut :

Diseminasi Teknologi Penanganan Limbah (limbah cair kopi

Menurut Kariada, et. al. (2018, 2019) limbah cair dari proses pengolahan kopi basah pertanian volumenya sangat berlimpah dan selama ini menjadi momok menakutkan bagi petani di kawasan pengembangan kopi. Limbah cair ini merusak lingkungan, dalam waktu semiggu setelah olah basah memberikan bau yang tidak sehat, apabila tanaman kopi terkena limbah ini maka dalam dua minggu tanaman kopi mati. Nilai ekonomi dari limbah cair ini tidak ada karena tidak dapat langsung dimanfaatkan. Secara alamiah proses pendegradasian limbah cair ini di tanah membutuhkan waktu yang lama, yaitu sekitar 4-6 bulan baru lahan bisa ditanami lagi. Kelemahan pada pertanian intensif skala kecil adalah membutuhkan selang waktu yang sangat pendek lahan dapat ditanami lagi dan membutuhkan pupuk yang optimal. Oleh karena itu usaha perbaikan lahan sering tidak dapat dilakukan oleh petani dalam mengejar jadwal tanam. Apabila kita lihat kelemahan limbah cair lainnya misalnya urine sapi di tingkat petani tidak mampu digunakan sebagai bahan baku untuk proses

massal pupuk cair karena keterbatasan pemilikan sapi serta konsentrasi koloni mikroba yang dikandung lebih rendah dari bahan baku limbah cair pengolahan kopi basah. Limbah cair pengolahan kopi basah dalam waktu pendek dapat diolah menjadi jutaan liter pupuk organik cair secara massal yang bernilai industri yang menguntungkan.

Dalam proses awal pengolahan limbah menjadi pupuk organic cair maka dibutuhkan proses pembuatan media tumbuh mikroba. Bahan-bahan yang dibutuhkan sebagai sumber fermentor yang disebut dengan MOL atau IMO (indigenous micro organism, Cho, 2004) diisolasi dari bahan-bahan kulit kopi 1 kg, gula merah 1 kg, buah pepaya yang sangat matang 1 kg, daun bambu yang sudah berjamur satu ikat, dedak 0.25 kg, air cucian beras 15 liter, dan air kelapa tua 2 liter. Selanjutnya bahan-bahan tersebut dihancurkan dan ditampung untuk menghasilkan larutan media tumbuh mikroba.

Media diperam selama 14 hari apabila menghasilkan bau beraroma bagus maka media ini berhasil dan sebaliknya bila bau busuk berarti gagal dan dapat dibuat baru lagi. Setelah mikroba berhasil dibiakkan maka media larutan ini digunakan untuk memfermentasi limbah cair olah kopi basah. Pada saat fermentasi media diaktifkan kembali dengan memberikan gula merah 100 gram per liter diencerkan 10 kali dan diaduk agar merata, didiamkan selama 1-2 jam. Setelah itu larutan media digunakan untuk memfermentasi limbah kopi. Volume untuk memfermentasi limbah adalah minimal 1 liter MOL untuk 1000 liter limbah. Selanjutnya setelah limbah diaduk agar mikroba merata maka tempat media ditutup rapat dengan terpal dan diperam selama 14 hari.

Sementara proses olah kopi basah yang menghasilkan limbah sangat besar seperti berikut :

Dalam proses pencucian ini membutuhkan air yang cukup besar dimana untuk satu liter pencucian kopi setelah difermentasi natural membutuhkan 3 liter air. Berarti dalam kapasitas olah 200 ton setelah di pulper akan menghasilkan limbah sekitar 360 ton limbah cair. Dalam proses sertifikasi produk kopi organic maka limbah ini menjadi temuan mayor, yang akhirnya dapat mempengaruhi pasar. Untuk menangani masalah ini maka diintroduksikan teknologi olah limbah (Gambar 4).

Seperti dalam gambar 4 terlihat bahwa dilakukan fermentasi limbah cair dengan menggunakan fermentor MOL untuk

mengha-silkan pupuk organic cair. Fermentasi dilakukan selama 2 minggu, setelah itu pupuk cair dari limbah kopi telah dihasilkan. Untuk mengetahui kandungan dari pupuk cair ini, saat telah dilakukan analisis mikrobiologi yang dilakukan di lab Mikro Biologi Universitas Udayana seperti Tabel 3.

Data pada tabel 3 menunjukkan bahwa limbah cair olahan kopi mengandung mikroba pembenah tanah yang mampu mendegradasikan bahan-bahan organic dalam tanah menjadi terurai seperti Aspergillus niger, Bascillus sp., Rhizobium sp., Streptomyces (pendegradasi jaringan bahan organik), perilis phospor

(Pseudomonas Sp.) agar mampu tersedia di dalam tanah. Kariada, et. al. (2016) juga telah melakukan analisis mikrobiologi dan kimia pada larutan limbah cair olah kopi basah dari dusun

Petung Bangli dan diperoleh hasil yang menunjukkan bahwa hasil fermentasi mengandung agent mikroba pembenah tanah dan unsur makro mikro yang mendukung kesuburan tanah seperti Tabel 4.

Data Tabel 4 menunjukkan bahwa limbah cair olah limbah mengandung beberapa unsur hara yang sangat dibutuhkan oleh tanaman. Unsur P, K, Mg dan Na tinggi menunjukkan bahwa unsur makro utama yang dibutuhkan tanaman dapat tersedia serta terdapat pula trace element yaitu unsur mikro yang sangat dibutuhkan tanaman. Dengan demikian maka limbah cair yang selama ini mengganggu sebagai limbah yang merusak lingkungan ternyata merupakan pupuk organik cair yang baik bagi tanaman.

Teknologi Bio Urine Untuk Mendukung