• Tidak ada hasil yang ditemukan

D. Pembahasan

3. Pengaruh CAR terhadap Profitabilitas (ROA)

Modal merupakan aspek yang paling penting bagi perusahaan perbankan guna meningkatkan kepercayaan masyarakat. Capital Adequacy Ratio (CAR) adalah rasio yang memperlihatkan seberapa jauh seluruh aktiva bank yang mengandung risiko (kredit, penyertaan, surat berharga, tagihan pada bank lain) ikut dibiayai dari dana modal sendiri bank disamping memperoleh dana-dana dari sumber-sumber diluar bank, seperti dana masyarakat, pinjaman (utang), dan lain-lain (Dendawijaya, 2009: 121).

Capital Adequacy Ratio atau sering disebut rasio kecukupan modal yaitu bagaimana sebuah perbankan mampu membiayai aktivitas

kegiatannya dengan kepemilikan modal yang dimilikinya (Fahmi, 2014). Menurut Aryani (2010: 108) apabila nilai CAR tinggi (sesuai ketentuan BI 8%) berarti bank tersebut mampu membiayai operasi bank, keadaan yang menguntungkan bank tersebut akan memberikan kontribusi yang cukup besar bagi profitabilitas. Hal ini didukung dengan penelitian yang dilakukan Defri (2012), Anggreni dan Suardika (2014), Fiscal dan Lusiana (2014) menjelaskan CAR memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap profitabilitas. Sedangkan penelitian Widowati (2015) dan Africano (2016) menyatakan bahwa Capital Adequacy Ratio berpengaruh negative terhadap ROA.

Berdasarkan kajian teori dan penelitian terdahulu, maka dapat dirumuskan hipotesis berikut:

H3 : Capital Adequacy Ratio berpengaruh positif signifikan terhadap profitabilitas

4. Pengaruh NPF terhadap CAR

NPF menunjukkan kemampuan manajemen bank dalam mengelola pembiayaan bermasalah yang diberikan oleh bank. Peningkatan NPF disebabkan oleh peningkatan pembiayaan bermasalah terhadap total pembiayaan yang dimiliki oleh bank. Hal tersebut mengakibatkan pendapatan bank menurun dan profitabilitas bank akan mengalami penurunan, sehingga akan berdampak pada modal bank yang akan menurun dan rasio CAR (kecukupan modal) akan semakin rendah. Dengan demikian hubungan NPF terhadap CAR adalah negative (Africano,

37

2016:63-64). Hal ini didukung oleh penelitianAfricano (2016) menyatakan bahwa non performing financing berpengaruh negative terhadap Capital Adequacy Ratio..Hasil tersebut berbeda dengan penelitian Choerudin,dkk (2016) dan Septiani, Putu (2016) menyatakan bahwa variable non performing financing berpengaruh positif terhadap capital Capital Adequacy Ratio (CAR).

Berdasarkan kajian teori dan penelitian terdahulu, maka dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut :

H4 : non performing financing berpengaruh negatif signifikan terhadap

Capital Adequacy Ratio.

5. Pengaruh FDR terhadap CAR

FDR yang meningkat menunjukkan bahwa kredit yang disalurkan semakin banyak. Peningkatan volume kredit yang diberikan maka bank memiliki kemampuan yang lebih besar untuk membayar kembali dana yang dihimpun dari nasabah, sehingga bank tidak perlu menggunakan modalnya sebagai sumber pembiayaan (Pastory dan Marobhe, 2013).Peningkatan loan to deposit ratio menunjukkan bahwa peningkatan pembiayaan yang diberikan lebih besar disbanding peningkatan dana pihak ketiga yang menyebabkan peningkatan pada pendapatan bunga pinjaman lebih besar dari pada biaya bunga. Dengan demikian laba bank akan meningkat sehingga modal bank meningkat dan CAR juga akan mengalami peningkatan (Mayasari dan Setiawan, 2013: 129). Dengan demikian hubungan FDR terhadap CAR adalah positif.

Hasil ini didukung oleh penelitian Septiani dan Putu (2016) dalam penelitiannya menemukan hasil variable financing to depisot ratio

berpengaruh positif terhadap Capital Adequacy Ratio. Namun berbeda dengan penelitian Yuliani dkk (2015), Andini dan Yunita (2015) menemukan hasil yang berbeda yaitu variable FDR berpengaruh negative terhadap Capital Adequacy Ratio.

Berdasarkan kajian teori dan penelitian terdahulu, maka dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut :

H5 : financing to depisot ratio berpengaruh positif signifikan terhadap

Capital Adequacy Ratio

6. Pengaruh NPF terhadap profitabilitas yang di mediasi CAR

Variabel non performing financing merupakan kredit bermasalah oleh bank. Semakin tinggi nilai NPF maka akan menurunkan nilai profitabilitas suatu bank (Africano, 2016: 64). Hal ini tentunya NPF berpengaruh terhadap ROA yang juga akan berdampak pada penyaluran pembiayaan pada bank syariah. Dengan ROA yang rendah maka pembiayaan yang akan diberikan akan menurun. Dengan adanya variabel mediasi CAR digunakan untuk mengetahui pengaruh langsung maupun tidak langsung antara variabel NPF dengan ROA hal ini karena CAR merupakan rasio permodalan menjadi factor penentu berjalannya kegiatan operasional bank dan modal bank akan digunakan untuk menutupi pembiayaan bermasalah oleh bank.Dengan hal ini CAR dapat memediasi pengaruh NPF terhadap ROA.

39

Penelitian Africano (2016) menemukan hasil penelitiannya bahwa

Capital Adequacy Ratio memediasi pengaruh non performing financing

terhadap ROA. Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Choerudin,dkk (2016) Non performing loan (NPL) berpengaruh signifikan terhadap

Return On Asset (ROA) melalui Capital Adequacy Ratio (CAR).

Berdasarkan kajian teori dan penelitian terdahulu, maka dapat dirumuskan bahwa :

H6 : Capital Adequacy Ratio mampu memediasi pengaruh non performing financing terhadap profitabilitas (ROA).

7. Pengaruh FDR terhadap profitabilitas yang di mediasi CAR

FDR merupakan merupakan rasio likuiditas yang mewakili kedua aktivitas utama bank yaitu menghimpun dana dan menyalurkan dana kepada masyarakat yang membutuhkan dana. Semakin tinggi nilai FDR maka semakin tinggi profitabilitas bank (Dendawijaya, 2009:116). Tingginya nilai FDR maka akan meningkatkan pula rasio CAR, sehingga pengaruh FDR terhadap CAR berpengaruh positif. CAR yang tinggi dapat dimanfaatkan untuk penyaluran investasi yang nantinya akan menghasilkan keuntungan. Dengan hal ini maka CAR dapat memediasi pengaruh FDR terhadap profitabilitas.

Choerudin,dkk (2016) Loan to Deposit Ratio (LDR) berpengaruh signifikan terhadap Return On Asset (ROA) melalui Capital Adequacy Ratio (CAR). Penelitian tersebut juga didukung oleh Septiani dan Putu

(2016) yang menyatakan bahwa capital adequacy mampu memediasi pengaruh LDR terhadap ROA.

Berdasarkan kajian teori dan penelitian terdahulu, dapat dirumuskan bahwa :

H7 : Capital Adequacy Ratio mampu memediasi pengaruh financing to deposit ratio terhadap profitabilitas (ROA).

41

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan penelitian kuantitatif. Penelitian kuantitatif menurut Sugiyono (2016:35-36) adalah metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat positivisme, digunakan untuk meneliti pada populasi atau sampel tertentu, pengumpulan data menggunakan instrument penelitian, analisis data bersifat kuantitatif/ statistic, dengan tujuan untuk menguji hipotesis yang telah ditetapkan.

B. Lokasi dan Waktu Penelitian

Karena penelitian ini menggunakan data sekunder, maka tidak ada lokasi penelitian. Penelitian mengambil data dari website masing-masing perusahaan perbankan syariah yang digunakan sebagai sampel penelitian. Waktu penelitian dilakukan mulai bulan Juni 2017.

C. Populasi dan Sampel 1. Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Jadi populasi bukan hanya orang, tetapi juga obyek dan benda-benda alam yang lain. Populasi juga bukan sekedar jumlah yang ada pada obyek/subyek yang dipelajari, tetapi meliputi seluruh

karakteristik/sifat yang dimiliki oleh subyek atau obyek yang diteliti itu (Sugiyono, 2016: 148). Populasi dalam penelitian ini adalah Bank Umum Syariah yang terdaftar di Otoritas Jasa Keuangan selama periode 2012- 2016.

2. Sampel

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Bila populasi besar dan peneliti tidak mungkin mempelajari semua yang ada pada populasi, misalnya karena keterbatasan dana, tenaga dan waktu, maka peneliti dapat menggunakan sampel yang diambil dari populasi itu. Apa yang dipelajari di sampel, kesimpulannya akan dapat diberlakukan untuk populasi. Untuk itu sampel yang diambil dari populasi harus betul-betul representative (mewakili) (Sugiyono, 2016: 149).

Teknik sampling yang digunakan dalam penelitianini adalah teknik

purposive sampling. Menurut Sugiyono (2009: 156) sampling purposive

adalah teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu. Purposive sampling dilakukan dengan mengambil sampel dari populasi berdasarkan suatu kriteria tertentu.

Suatu sampel diambil apabila memenuhi kriteria berikut:

a. Bank Umum Syariah yang terdaftar di Otoritas Jasa Keuangan pada kurun waktu penelitian periode 2012-2016.

43

b. Tersedia laporan keuangan, rasio-rasio serta data keuangan lainnya pada laporan keuangan tahunan yang tersedia dan dipublikasikan pada masing-masing Bank selama lima tahun 2012-2016.

Berikut adalah kriteria dalam penentuan sampel:

Tabel 3. 1.

Kriteria Sampel Perusahaan

Kriteria bank Jumlah Total Bank Umum Syariah yang terdaftar di Otoritas Jasa

Keuangan Syariah

13

Memiliki laporan keuangan 5 tahun terakhir, yaitu periode 2012- 2016

11

Bank yang memiliki kelengkapan data berdasarkan variable data yang akan diteliti

11

Sumber data OJK, 2017: 5 data diolah

Berikut adalah daftar bank umum syariah di Indonesia yang akan dijadikan sampel penelitian :

Tabel 3. 2. Sampel Penelitian

No Nama Bank

1 Bank Muamalat Indonesia 2 Bank Victoria Syariah

3 Bank Rakyat Indonesia Syariah 4 Bank Jawa Barat Banten Syariah 5 Bank Negara Indonesia Syariah 6 Bank Syariah Mandiri

7 Bank Mega Syariah 8 Bank Panin Syariah 9 Bank Syariah Bukopin 10 BCA Syariah

11 Maybank Syariah Indonesia

D. Teknik Pengumpulan Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data sekunder yaitu data yang diperoleh dari sumber yang menerbitkan dan bersifat siap pakai serta mampu memberikan informasi dalam pengambilan keputusan meskipun dapat diolah lebih lanjut. Data sekunder diperoleh melalui studi kepustakaan yang di dapat melalui artikel-artikel yang ada baik itu dari jurnal, buku maupun Laporan. Data sekunder didapat melalui studi kepustakaan yang bisa didapat melalui artikel-artikel, baik dari buku, jurnal maupun informasi yang bersumber dari internet yang berkaitan dengan penelitian ini.

Metode pengumpulan data yang digunakan adalah pengumpulan data melalui observasi tidak langsung yaitu dengan mengumpulkan data-data laporan keuangan tahunan (Annual Report) perbankan tahun 2012-2016.

E. Definisi Konsep Dan Operasional 1. Definisi Konsep

Definisi Operasional variabel adalah segala sesuatu yang ditetapkan peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang data penelitian tersebut (Sugiyono,2009).

Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif yang berusaha mencari hubungan antara variable independen terhadap variable dependen. Dalam penelitian ini terdapat tambahan variable mediasi yang digunakan untuk mengetahui hubungan secara langsung maupun tidak langsung terhadap variable independen dan variable dependen.

45

Rasio keuangan yang digunakan sebagai variable independen, sebagai berikut:

a. Variabel Independen

1) Non performing financing

Menurut Africano (2016: 64) NPF menunjukkan kemampuan manajemen bank dalam mengelola pembiayaan bermasalah yang diberikan oleh bank, sehingga semakin tinggi rasio ini maka semakin buruk kualitas kredit bank.

2) Financing to deposit ratio

Menurut Suryani (2011: 59) financing to deposit ratio

(FDR) merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur likuiditas suatu bank dalam membayar kembali penarikan dana yang dilakukan deposan dengan mengandalkan pembiayaan yang diberikan sebagai sumber likuiditasnya.

b. Variabel Dependen

Penelitian ini menggunakan rasio profitabilitas (ROA) yang dijadikan sebagai variabel dependen. Menurut Dendawijaya (2009: 118) rasio ini digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen bank dalam memperoleh keuntungan (laba) secara keseluruhan. Semakin besar ROA suatu bank, semakin besar pula tingkat keuntungan yang dicapai oleh bank tersebut dan semakin baik pula posisi bank tersebut dari segi penggunaan asset.

c. Variabel Intervening (Mediasi)

Dalam penelitian ini, variabel intervening yang digunakan adalah rasio Capital Adequacy Ratio. Capital Adequacy Ratio

merupakan indicator terhadap kemampuan bank untuk menutupi penurunan aktivanya sebagai akibat dari kerugian-kerugian bank yang disebabkan oleh aktiva yang berisiko (Choerudin. dkk, 2016 : 32).

2. Operasional

a. Non performing financing (NPF)

Untuk mengukur rasio ini digunakan rumus:

(Muhammad, 2005 : 265) b. Financing to deposit ratio (FDR)

Untuk mengukur rasio ini digunakan rumus:

(Aryani, 2010: 109) c. Profitabilitas (ROA)

Untuk mengukur rasio ini digunakan rumus:

47

d. Capital Adequacy Ratio(CAR)

Untuk menghitung rasio ini digunakan rumus :

(Dendawijaya: 2009, 121)

F. Metode analisis

1. Uji Stasioneritas

Dalam penelitian ini menggunakan data sekuder, maka perlu dilakukan uji stasioner. Sebuah data dikatakan stasioner jika memenuhi asumsi bahwa rata-rata dan variansinya konstan sepanjang waktu serta kovarian antar dua data runtut waktu tergantung pada kelambanan antara dua periode tersebut. Pengambilan keputusan pada uji stasioner adalah jika nilai probabilitas lebih kecil dari 0.05 maka data tersebut bersifat stasioner (Winarno, 2015: 115-116). Dalam penelitian ini, uji yang digunakan adalah uji Unit Root dengan uji Augmented-Dickey-Fuller (ADF).

2. Uji Asumsi Klasik

Menurut Imam Ghozali (2013: 105) uji asumsi klasik terdiri dari:

a. Uji Multikolonieritas

Uji multikolonieritas bertujuan untuk menguji apakah model regresi ditekukan adanya korelasi antar variable bebas (independen). Multikolonieritas dapat juga dilihat melalui nilai R square yang sangat tinggi tetapi hanya sedikit variabel independen yang signifikan atau

bahkan tidak signifikan mempengaruhi variabel dependen. Selain itu, multikolonieritas juga dapat dilihat dari (1) nilai tolerance dan lawannya (2) Variance inflation factor. Kedua ukuran ini menunjukkan setiap variable independen manakah yang dijelaskan oleh variable independen lainnya. Dalam pengertian sederhana setiap variabel independen menjadai variable dependen (terikat) dan diregres terhadap variable independen lainnya.

Multikolineritas juga dapat ditandai melalui nilai tolerance

(TOL) dan nilai Variance Inflation Factor (VIF). Multikolineritas ditunjukkan dengan nilai tolerance≤ 0,10 atau sama dengan nilai VIF

≥ 10. Namun tidak dapat dideteksi secara pasti variabel-variabel independen mana saja yang saling berkolerasi (Ghozali, 2013: 105- 106).

b. Uji Autokorelasi

Uji Autokorelasi bertujuan menguji apakah dalam model regresi linier ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pengganggu pada periode t-1 (sebelumnya). Jika terjadi korelasi, maka dinamakan ada problem autokorelasi. Autokorelasi muncul karena observasi yang berurutan sepanjang waktu berkaitan satu sama lainnya (Ghozali, 2013: 110).

Dalam penelitian ini, uji autokorelasi yang digunakan adalah Uji Durbin-Watson (DW-Test). Uji Durbin Watson hanya digunakan untuk autokorelasi tingkat satu (first order autocorrelation) dan

49

mensyaratkan adanya intercept (konstanta) dalam model regresidan tidak ada variabel laagi di antara variabel independen.

Hipotesis yang akan diuji adalah :

H0 : tidak ada autokorelasi (r = 0) HA : ada autokorelasi (r ≠ 0)

Dalam uji autokorelasi, pengambilan keputusan ada tidaknya autokorelasi apabila nilai du < nilai DW < nilai 4 – du maka dapat disimpulkan tidak terdapat autokorelasi (Ghozali, 2013: 111).

c. Uji Heteroskedastisitas

Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain tetap disebut Homoskedastisitas dan jika berbeda disebut Heteroskedastisitas. Model regresi yang baik adalah yang Homoskedastisitas atau tidak terjadi Heteroskedastisitas.

Dalam penelitian ini uji heteroskedastisitas menggunakan Uji White. Uji White merupakan suatu uji yang dilakukan dengan meregres residual kuadrat (U2t) dengan variabel independen, variable independen kuadrat dan perkalian (interaksi) variable independen.

Pengambilan keputusan didapatkan dari nilai R2 untuk menghitung c2, dimana c2 = n x R2. Jika nilai c2 hitung < c2 tabel maka dapat disimpulkan tidak adanya heteroskedastisitas (Ghozali, 2013: 143).

d. Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variable pengganggu atau residual memiliki distribusi normal. Seperti diketahui bahwa uji t dan F mengasumsikan bahwa nilai residual mengikuti distribusi normal. Kalau asumsi ini dilanggar maka uji statistic menjadi tidak valid untuk jumlah sampel kecil. Ada dua cara untuk mendeteksi apakah residual berdistribusi norma atau tidak yaitu dengan analisis grafik dan uji statistic.

Dalam penelitian ini meggunakan uji Kolmogorov-Smirnov (K- S) dengan kriteria:

1. Jika nilai Asymp. Sig. (2 – tailed)≥ 0,05 data berdistribusi normal. 2. Jika nilai Asymp. Sig. (2 – tailed) ≤ 0,05 data tidak berdistribusi

normal.

3. Uji Regresi

Analisis regresi bertujuan untuk memprediksi rata-rata nilai variabel dependen berdasarkan nilai variabel dependen yang diketahui. Analisis regresi berganda adalah analisis yang berguna untuk meramalkan nilai variabel dependen apabila variabel independen minimal dua atau lebih. Analisis regresi berganda bertujuan untuk mengetahui pengaruh dua variabel independen atau lebih terhadap variabel dependen untuk membuktikan ada atau tidaknya hubungan fungsi atau hubungan kausal antara dua variabel independen atau lebih dengan variabel dependen.

51

a. Uji t

Uji t bertujuan untuk menguji seberapa jauh pengaruh satu variabel independen secara individual dalam menerangkan variasi variabel dependen (Ghozali, 2013: 98).

Pengujian ini dilakukan dengan kriteria pengambilan keputusan sebagai berikut:

1) Jika thitung < ttabel, dan probabilitas sinifikan > 0.05, H0 diterima dan H1 ditolak

2) Jika thitung > ttabel, dan probabilitas sinifikan < 0.05, H0 ditolak dan H1 diterima.

b. Uji F

Uji F bertujuan untuk menguji apakah semua variabel independen yang dimasukkan ke dalam model mempunyai pengaruh secara bersama-sama terhadap variabel dependen (Ghozali, 2013: 98). Pengujian ini dilakukan dengan menggunakan statistik F dengan kriteria pengambilan keputusan sebagai berikut: 1) Jika Fhitung < Ftabel, dan probabilitas signifikan > 0.05, H0

diterima dan H1 ditolak.

2) Jika Fhitung > Ftabel, dan probabilitas signifikan < 0.05, H0 ditolak dan H1 diterima.

c. Koefisien Determinasi (R2)

Uji ini pada intinya mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variansi variabel dependen. Nilai

koefisien determinasi terdapat di 0 < R² < 1, dimana nilai R² yang kecil berarti menunjukkan kemampuan variabel-variabel independen dalam menjelaskan variasi variabel dependen amat terbatas. Variabel independen dianggap memberikan informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variabel dependen apabila nilai R² mendekati satu. Sehingga jika R² = 0 maka diantara variabel independen dan variabel dependen tidak mempunyai hubungan, sedangkan jika R² = 1 maka diantara variabel independen dan variabel dependen terdapat suatu hubungan yang kuat.

Kelemahan mendasar penggunaan koefisien determinasi yaitu bias (kesalahan) terhadap jumlah variabel independen yang dimasukkan kedalam model. Oleh karena itu dianjurkan untuk menggunakan nilai Adjusted R2 pada saat mengevaluasi mana model regresi terbaik. Nilai Adjusted R2 dapat naik atau turun apabila satu variabel independen ditambahkan ke dalam model.

4. Uji Path Analysis

Dalam penelitian ini menggunakan variabel intervening. Variabel intervening adalah variabel yang secara teoritis mempengaruhi hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen menjadi hubungan yang tidak langsung dan tidak dapat diamati dan diukur (Tuchman dalam Sugiyono, 2007). Cara pengujian regresi dengan variabel intervening yaitu dengan analisis jalur (Path

53

Analysis). Analisis jalur (Path Analysis) merupakan perluasan dari analisis regresi linier berganda, atau analisis jalur adalah penggunaan analisis regresi untuk menaksir hubungan kausalitas antar variable (model casual) yang telah ditetapkan sebelumnya berdasarkan teori (Imam Ghozali, 2013: 249).

Menurut Riduwan dan Sunarto (2012: 140) model path analysis digunakan untuk menganalisis pola hubungan antar variable dengan tujuan untuk mengetahui pengaruh langsung maupun tidak langsung seperangkat variable bebas (eksogen) terhadap variable terikat (endogen).

Pengambilan keputusan dalam uji Path Analysis dapat dilihat dari pengaruh langsung dan pengaruh tidak langsung. Apabila pengaruh tidak langsung  pengaruh langsung maka variabel tersebut merupakan variabel mediasi.

G. Alat Analisis

Alat analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah IBM SPSS Statistic 21 dan Eviews7 merupakan sebuah program komputer statistik yang berfungsi untuk membantu dalam memproses data-data statistik secara cepat dan tepat, serta menghasilkan berbagai output yang dikehendaki oleh para pengambilan keputusan.

54

BAB IV ANALISIS DATA A. Deskripsi Obyek Penelitian

1. Gambaran umum penelitian

Penelitian ini berjudul pengaruh Non Performing Financing dan

Financing To Deposit Ratio terhadap profitabilitas (ROA) dengan Capital Adequacy Ratio sebagai variable intervening study kasus pada Bank Umum Syariah yang terdapat di indonesia periode 2012 sampai 2016. Data rasio keuangan sesuai periode penelitian yaitu tahun 2012 sampai tahun 2016,di peroleh dari laporan tahunan perbankan syariah yang dipublikasikan melalui website masing-masing bank.

Data laporan keuangan yang di gunakan dalam penelitian adalah Bank Umum Syariah yang terdaftar di Otoritas Jasa Keuangan dan memiliki kelengkapan data sesuai kriteria penelitian mulai tahun 2012 sampai 2016. Bank yang terdaftar di Otoritas Jasa Keuangan berjumlah 13 bank, yang memiliki kelengkapan data laporan keuangan sesuai kriteria berjumlah 11 bank. Sedangkan bank yang tidak sesuai dengan kriteria penelitian adalah PT. Bank Tabungan Pensiunan Nasional Syariah dan PT. Bank Aceh Syariah.

55

B. Analisis Data

1. Analisis Deskripstis

Statistik deskriptif memberikan gambaran umum tentang obyek penelitian yang dijadikan sampel dalam penelitian yang dilakukan. Dengan memberikan penjelasan tentang statistic deskriptif, diharapkan dapat memberikan gambaran awal tentang masalah yang diteliti dalam penelitian.

Tabel 4. 1.

Hasil Uji Statistik Deskriptif

Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation NPF 55 0.10% 43.99% 5.2113% 7.36561% FDR 55 46.08% 197.70% 96.4031% 21.30197% CAR 55 11.10% 63.89% 21.6329% 12.10485% ROA 55 -20.13% 3.81% 0.2376% 3.55924% Valid N (listwise) 55

Sumber: data sekunder yang diolah, 2017

Berdasarkan tabel 4.1 hasil uji statistik deskriptif, menunjukkan bahwa sampel yang digunakan dalam penelitian berjumlah 55. Nilai NPF mempunyai nilai rata-rata sebesar 5,2113%, dengan nilai minimum 0,10%, nilai maximum 43,99% dan standar deviation 7,36561%. Variabel FDR menunjukkan nilai minimum berada pada angka 46,08%, nilai maximum 197,70% dengan nilai rata-rata 96,4031% dan standar deviation 21,30197%. Variabel CAR menunjukkan nilai minimum 11,10%, nilai maximum 63,89%, nilai rata-rata 21,6329% dan standar deviation 12,10485%. Sedangkan pada variabel ROA nilai minimum menunjukkan

angka -20,13% nilai maximum 3,81% dengan nilai rata-rata 0.2376% dan standar deviation 3,55924%.

2. Uji Stasioneritas

Dalam uji stasioneritas, uji yang digunakan adalah uji Unit Root

dengan uji Augment-Dickey-Fuller (ADF). Hasil uji stasioneritas untuk masing-masing variabel penelitian dapat dilihat pada tabel 4.2 berikut:

Tabel 4. 2 Hasil Uji Stasioneritas

No Variabel Probability Unit Root Test

1 X1 – NPF 0,0276

2 X2 – FDR 0,0064

3 Y – Profitabilitas (ROA) 0,0354

4 Z – CAR 0,0309

Sumber: Data sekunder yang diolah 2017

Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui bahwa variabel dependen, variabel independen, dan variabel intervening memenuhi ketentuan uji stasioneritas yaitu memiliki nilai probabilitas kurang dari 0.05.

3. Uji Asumsi Klasik a. Uji Multikolineritas

Uji multikolineritas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi ditemukan adanya korelasi antara variabel independen. Sedangkan model regresi yang baik ditunjukkan dengan tidak adanya hubungan antara variabel independen. Terjadinya multikolineritas dapat dideteksi melalui nilai R square yang sangat tinggi tetapi hanya

57

sedikit variabel independen yang signifikan atau bahkan tidak signifikan mempengaruhi variabel dependen.

Multikolineritas juga dapat ditandai melalui nilai tolerance

(TOL) dan nilai Variance Inflation Factor (VIF). Multikolineritas ditunjukkan dengan nilai tolerance≤ 0,10 atau sama dengan nilai VIF

≥ 10. Namun tidak dapat dideteksi secara pasti variabel-variabel independen mana saja yang saling berkolerasi (Ghozali, 2013: 106).

Tabel 4. 3. Hasil Multikolonieritas Coefficientsa Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients Collinearity Statistics B Std. Error Beta Tolerance VIF

1

(Constant) -,034 1,216

NPF -,436 ,033 -,903 ,916 1,091 FDR ,027 ,016 ,163 ,459 2,176 CAR -,003 ,029 -,012 ,446 2,241 a. Dependent Variable: ROA

Sumber : data sekunder diolah, 2017

Dari keterangan tabel 4.3 dapat diketahui bahwa hasil perhitungan nilai tolerance menunjukkan tidak ada variabel yang memiliki nilai tolerance kurang dari 0,10. Hasil perhitungan nilai

Variance Inflation Factor (VIF) juga menunjukkan hal yang sama.

Dokumen terkait