• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Dividen Per Share terhadap Harga Saham

Dalam dokumen PENGARUH DIVIDEND PER SHARE (Halaman 75-79)

HASIL DAN PEMBAHASAN

3. Persamaan Regresi Data Panel dan Uji Signifikansi Pengaruh Parsial (Uji t)

5.6 Pembahasan Hasil Penelitian

5.6.1 Pengaruh Dividen Per Share terhadap Harga Saham

Hasil penelitian ini menunjukkan Dividen Per Share yang terdapat dalam laporan keuangan perusahaan yang dipublikasikan bukan merupakan hal yang utama diperhatikan oleh investor untuk membuat keputusan dalam investasinya, karena tidak selamanya laba bersih yang diperoleh perusahaan dialokasikan sebagai dividen. Perusahaan dapat mengalokasikan laba bersih yang didapatnya untuk perluasan usaha atau melakukan investasi aktiva tetap, investasi jangka panjang dan lain-lain. Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian sebelumnya seperti penelitian Putra (2018) dan Safitri (2018) yang hasil penelitian menunjukkan Dividen Per Share tidak berpengaruh signifikan terhadap harga saham. Namun

hasil analisis ini berbeda dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Smith &

Azis (2017), yang menyatakan Dividen Per Share berpengaruh positif dan signifikan terhadap harga saham. dalam penelitian tersebut menunjukkan bahwa dengan nilai tambah pasar DPS sangan relevan untuk digunakan sebagai acuan investor dalam menilai kinerja perusahaan dalam menciptakan nilai pasar, di

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

59

karenakan DPS dapat mengukur prestasi perusahaan berdasarkan nilai tambah pasar yang diciptakan perusahaan selama periode tertentu.

5.6.2 Pengaruh Debt to Equity Ratio terhadap Harga Saham

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Debt to Equity Ratio tidak mempengaruhi perubahan harga saham dalam berinvestasi investor tidak memperhatikan Debt to Equity Ratio sebagai salah satu pertimbangan dalam mengambil keputusan investasinya. Hal ini dapat ditunjukkan dengan adanya kenaikan dan penurunan nilai Debt to Equity Ratio. karena ada 2 macam modal yang bisa digunakan oleh perusahaan untuk menjalankan perusahaan yaitu modal internal dan modal eksternal. Modal internal lebih disukai perusahaan dibanding dengan modal eksternal sehingga hal ini menyebabkan banyak perusahaan yang mempunyai pendapatan yang tinggi cenderung akan meminjam dalam jumlah yang sedikit, tetapi ada juga perusahaan yang mempunyai penghasilan yang sedikit cenderung akan menggunakan hutang untuk operasional yang cukup besar.

Hal ini menunjukkan bahwa investor tidak terlalu mementingkan Debt to Equity Ratio dalam menentukan apakah membeli atau menjual saham, karena setiap

perusahaan pasti mempunyai hutang dan hutang pada taraf tertentu juga nantinya akan meningkatkan kinerja produksi suatu perusahaan. Penelitian ini didukung oleh penelitian sebelumnya seperti penelitian Pratama (2019), Tang (2012), Lambey (2013) dan Safitri (2013) yang menyimpulkan bahwa Debt to Equity Ratio tidak berpengaruh signifikan terhadap harga saham. Namun hasil analisis ini berbeda dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Novasari (2013) yang hasil penelitian menunjukkan pengaruh yang signifikan antara Debt to Equity Ratio

60

terhadap harga saham. Hal ini disebabkan karena tingkat DER yang tinggi akan menimbulkan usaha pengawasan yang lebih besar oleh pihak investor terhadap perusahaan sehingga kinerja perusahaan akan semakin bagus.

5.6.3 Pengaruh Earning Per Share terhadap Harga Saham

Hasil penelitian ini menunjukkan Earning Per Share menjadi salah satu indikator atau acuan para investor dalam melakukan analisis saham sebelum melakukan keputusan berinvestasi. Earning Per Share menggambarkan mengenai keuntungan yang akan diperoleh investor atas jumlah saham yang dimilikinya sesuai dengan semua hasil yang telah diraih oleh perusahaan. Widoatmodjo (2012) menyatakan bahwa Earning Per Share dapat digunakan untuk menilai baik atau tidaknya kinerja perusahaan, sehingga semakin tinggi Earning Per Share akan semakin tinggi suatu harga saham. hasil penilitian ini juga didukung oleh teori sinyal, dimana tingkat earning per share akan mempengaruhi keputusan para investor untuk menginvestasikan dananya pada perusahaan tersebut sehingga akan meningkatkan harga saham. Hal tersebut didukung oleh penelitian Pratiwi (2018) bahwa investor tertarik dengan nilai Earning Per Share yang besar, sehingga meningkatnya nilai Earning Per Share akan meningkatkan harga saham.

Hasil analisis tersebut diperkuat oleh penelitian terdahulu yang dilakukan dinyatakan Dewi & Suaryana (2013), Yulianti (2011), Anggara (2011) , dan Suroto (2012) bahwa variabel EPS berpengaruh positif dan signifikan terhadap harga saham. Namun hasil analisis ini berbeda dengan hasil penelitian dari Maulana (2014) hasil penelitian menunjukkan EPS tidak berpengaruh terhadap harga saham. Hal ini menunjukkan bahwa variabel EPS tidak dapat digunakan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

61

untuk memprediksi harga saham, Perusahaan sering kali tidak membagikan keuntungan yang diperoleh dalam bentuk dividen kepada pemegang saham, dimana tujuan para investor menanamkan modalnya selain mengharapkan return yang diperoleh dari capital again adalah untuk mendapatkan return yang diperoleh dari dividen. Perusahaan tidak membagikan dividen, misalnya dikarenakan keadaan perusahaan mengalami kesulitan keuangan yang serius sehingga tidak memungkinkan untuk membayar dividen, ataupun adanya kebutuhan dana yang sangat besar karena investasi yang sangat menarik sehingga harus menahan seluruh pendapatan untuk membelanjai investasi tersebut.

Akan tetapi kebanyakan dari pemegang saham lebih menyukai pembayaran dividen pada saat ini dari pada menundanya, karena dengan pembayaran dividen sekarang maka penerimaan uang tersebut sudah pasti, sedangkan apabila ditunda ada kemungkinan bahwa apa yang diharapkan meleset. Oleh karena itu para investor menilai bahwa EPS yang tinggi belum tentu dapat memberikan return yang diinginkan sehingga tidak digunakan untuk memprediksi harga saham.

5.6.4 Pengaruh Return On Asset terhadap Harga Saham

Hasil penelitian ini menunjukkan Return On Asset pada suatu perusahaan yang rendah mengindikasikan perusahaan tersebut tidak mencerminkan laba yang signifikan sehingga investor enggan untuk berinvestasi, akibatnya harga saham akan turun. Pada sisi lain, Return On Asset yang tinggi berdampak positif karena investor akan tertarik pada Return On Asset perusahaan yang tinggi, dengan begitu permintaan saham akan naik sehingga nantinya akan menaikkan harga

62

saham. Return On Asset memberikan sinyal positif terhadap para investor maupun calon investor tentang kinerja perusahaan dalam memperoleh keuntungan.

Sehingga semakin tinggi nilai profitabilitas tentunya menunjukkan bahwa kinerja perusahaan bagus. Kinerja perusahaan yang bagus akan menarik minat investor untuk membeli saham perusahaan karena para investor mengharapkan return atas investasinya pada perusahaan tersebut. penelitian ini didukung oleh penelitian sebelumnya seperti penelitian yang dilakukan Pratiwi (2018) dan Febriyani (2017) menunjukkan bahwa profitabilitas berpengaruh positif dan signifikan terhadap harga saham. Namun hasil analisis ini berbeda dengan hasil penelitian dari safitri (2013), yang menyatakan Return On Asset tidak berpengaruh terhadap harga saham. Karena dengan adanya peningkatan pertumbuhan aset maka nilai deviden yang dibayarkan akan cenderung menurun karena pendapatan dari perusahaan cenderung digunakan untuk meningkatkan aset perusahaan.

Dalam dokumen PENGARUH DIVIDEND PER SHARE (Halaman 75-79)

Dokumen terkait