• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH DIVIDEND PER SHARE

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "PENGARUH DIVIDEND PER SHARE"

Copied!
106
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH DIVIDEND PER SHARE, DEBT TO EQUITY RATIO, EARNING PER SHARE, RETURN ON ASSET DAN DEWAN

KOMISARIS INDEPENDEN TERHADAP HARGA SAHAM PADA PERUSAHAAN LQ45 DI

BURSA EFEK INDONESIA

TESIS

Oleh

YUNINANDA SAPUTRA 167017094 / Akt

MAGISTER AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2019

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

PENGARUH DIVIDEND PER SHARE, DEBT TO EQUITY RATIO, EARNING PER SHARE, RETURN ON ASSET DAN DEWAN

KOMISARIS INDEPENDEN TERHADAP HARGA SAHAM PADA PERUSAHAAN LQ45 DI

BURSA EFEK INDONESIA

TESIS

Diajukan Sebagai Syarat Untuk Memperoleh Gelar Magister Sains dalam Program Studi Magister Akuntansi pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Universitas Sumatera Utara

Oleh

YUNINANDA SAPUTRA 167017094 / Akt

MAGISTER AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(3)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(4)

TIM PENGUJI TESIS

Telah0Diuji0dan0Dinyatakan0LULUS0di0Depan0Tim0Penguji Pada Hari Kamis 08 Agustus 2019

Judul Tesis : Pengaruh Dividend Per Share, Debt to Equity Ratio, Earning Per Share, Return On Asset Dan Dewan Komisaris Independen Terhadap Harga Saham Pada Perusahaan LQ45 Di Bursa Efek Indonesia Nama Mahasiswa : Yuninanda Saputra

NIM : 167017094

Program Studi : Magister (S2) Akuntansi

Rina Br Bukit, SE, 0M.Si, 0Ak, 0CA, 0Ph.D Ketua Penguji/Pembimbing Prof. 0Dr. 0HB. 0Tarmizi, 0SU Anggota Penguji/Pembimbing Prof. Erlina, 0SE, M.Si, 0Ph.D, 0Ak, CA, 0CMA Anggota Penguji

Dr. Murni Daulay, M.Si Anggota Penguji

Dr. Rujiman, MA Anggota Penguji

(5)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(6)

(7)

i PENGARUH DIVIDEND PER SHARE, DEBT TO EQUITY RATIO,

EARNING PER SHARE, RETURN ON ASSET, DAN DEWAN KOMISARIS INDEPENDEN TERHADAP HARGA

SAHAM PADA PERUSAHAAN LQ 45 DI BURSA EFEK INDONESIA

ABSTRAK

Penelitian ini dilakukan untuk menguji pengaruh Dividend Per Share, Debt to Equity Ratio, Earning Per Share, Return On Asset dan Dewan Komisaris Independen terhadap harga saham pada perusahaan LQ45 di Bursa Efek Indonesia tahun 2015-2018. Sampel penelitian ini menggunakan metode sampel jenuh. Jumlah populasi dalam penelitian ini sebanyak 45 perusahaan dimana 45 perusahaan tersebut merupakan seluruh perusahaan yang masuk di kategori LQ45 februari 2019 di Bursa Efek Indonesia.

Hasil analisis menunjukkan bahwa Dividend Per Share, Debt to Equity Ratio, Earning Per Share, Return On Asset dan Dewan Komisaris Independen secara simultan berpengaruh signifikan terhadap harga saham. Secara parsial, variabel Earning Per Share dan Return On Asset yang berpengaruh positif dan signifikan terhadap harga saham, sementara variabel Dividend Per Share, Debt to Equity Ratio dan Dewan Komisaris Independen berpengaruh tidak signifikan terhadap harga saham.

Kata kunci: Harga Saham, Dividend Per Share, Debt to Equity Ratio, Earning Per Share, Return On Asset dan Dewan Komisaris Independen.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(8)

THE INFLUENCE OF DIVIDEND PER SHARE, DEBT TO EQUITY RATIO, EARNING PER SHARE, RETURN ON ASSET, AND

BOARD OF INDEPENDENT COMMISSIONERS ON STOCK PRICE IN LQ45 COMPANIES LISTED IN

THE INDONESIA STOCK EXCHANGE ABSTRACT

The objective of the research was to examine the influence of Dividend Per Share, Debt to Equity Ratio, Earning per Share, Return on Asset, and Board of Independent Commissioners on Stock Price in LQ45 companies listed in BEI (Indonesia Stock Exchange) in the period of 2015-2018. The population was 45 LQ45 companies listed in BEI in February, 2019.

The result of the analysis showed that Dividend per Share, Debt to Equity Ratio, Earning per Share, Return on Asset, and Board of Independent Commissioners simultaneously had significant influence on Stock Price. Partially, the variables of Earning per Share and Return on Asset had positive and significant influence on Stock Price while the variables of Dividend Per Share, Debt to Equity Ratio, and Board of Independent Commissioners had insignificant influence on Stock Price.

Keywords: Stock Price, Dividend per Share, Debt to Equity Ratio, Earning per Share, Return on Asset, Board of Independent Commissioners

(9)

iii KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat serta karunia yang telah diberikan-Nya kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan tesis ini dapat selesai dengan baik yang berjudul “Pengaruh Dividend Per Share, Debt to Equity Ratio, Earning Per Share, Return On Asset Dan Dewan Komisaris Independen Terhadap Harga Saham Pada

Perusahaan Lq45 Di Bursa Efek Indonesia”.

Peneliti menyadari sepenuhnya bahwa segala yang dilakukan dalam penyusunan tesis ini tidak akan terlaksana dengan baik tanpa adanya bantuan dan bimbingan serta dorongan dari berbagai pihak, untuk itu dengan segala kerendahan hati peneliti mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Runtung Sitepu, SH, M.Hum, selaku Rektor Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Prof. Dr. Ramli, SE, MS, selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.

3. Ibu Prof. Erlina, SE, M.Si, Ph.D, Ak, CA, CMA selaku Ketua Program Studi Magister Ilmu Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara sekaligus sebagai dosen penguji yang telah memberikan saran dan masukan untuk perbaikan tesis ini.

4. Bapak Dr. Iskandar Muda, SE, M.Si, Ak, CA selaku Sekretaris Jurusan Program Studi Magister Ilmu Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(10)

5. Ibu Rina Br Bukit,SE, M.Si, Ak, CA, Ph.D selaku Dosen Pembimbing Satu saya yang telah banyak meluangkan waktu, tenaga dan pikiran untuk mengarahkan dan membimbing serta memberikan saran kepada peneliti dalam menyelesaikan tesis ini.

6. Bapak Prof. Dr. HB Tarmizi, SU selaku Dosen Pembimbing Dua saya yang telah banyak meluangkan waktu, tenaga dan pikiran untuk mengarahkan dan membimbing serta memberikan saran kepada peneliti dalam menyelesaikan tesis ini.

7. Bapak Dr. Rujiman, MA selaku Dosen Penguji yang telah memberikan kritikan, saran dan masukan kepada peneliti sehingga mampu menghasilkan tesis yang lebih baik.

8. Ibu Dr. Murni Daulay, M.Si selaku Dosen Penguji yang telah memberikan kritikan, saran dan masukan kepada peneliti sehingga mampu menghasilkan tesis yang lebih baik.

9. Bapak dan Ibu dosen serta staf administrasi Program Studi Magister Akuntansi atas segala ilmu dan bantuan yang diberikan.

10. Teristimewa Kedua orang tua penulis, Drs.M.Yusuf Risyad dan Dra.Khamsiah. kakak dan abang penulis Yusrika S.Pd, M.Pd./drg Yusrizal yang senantiasa melimpahkan cinta dan kasih sayangnya serta selalu mendoakan dan mendukung penulis dalam menjalani pendidikan hingga dapat menyelesaikan tesis ini.

(11)

v 11. Para pejuang bulan 8 dan teman-teman lainnya yang tidak bisa disebutkan satu persatu yang telah mendukung sehingga peneliti dapat menyelesaikan pendidikan dan tesis ini.

Peneliti juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah mendukung dalam penyelesaian tesis ini yang tidak dapat disebutkan satu per satu. Peneliti berharap semoga tesis ini dapat bermanfaat bagi pihak-pihak yang berkepentingan.

Medan, 08 Agustus 2019 Peneliti,

Yuninanda Saputra

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(12)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

DATA0PRIBADI

Nama0 : Yuninanda Saputra

Alamat : Jln. Bunga Rinte, Setia Budi Paradise No 12f Medan

Tempat0/0Tanggal0Lahir : Alue Ie Puteh, 17 Juni 1993

Agama0 : Islam

Status0Perkawinan : Belum Menikah

Nama Ayah : Drs.M Yusuf Risyad

Nama Ibu : Dra.Khamsiah

RIWAYAT PENDIDIKAN

Tahun 1999 s.d 2005 : SD Negeri 1 Baktiya Tahun 2005 s.d 2008 : SMP Negeri 1 Baktiya Tahun 2008 s.d 2011 : SMA Negeri 3 Putra Bangsa

Tahun 2011 s.d 2015 : Sarjana (S1) Universitas Islam Sumatera Utara Tahun 2017 s.d 2019 : Magister (S2) Universitas Sumatera Utara

PENGALAMAN KERJA

Tahun 2016 s.d Sekarang : KAP Johannes Juara & Rekan

(13)

vii DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR RIWAYAT HIDUP ... vi

DAFTAR ISI ...vii

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 6

1.3 Pertanyaan Penelitian ... 7

1.4 Tujuan Penelitian ... 8

1.5 Kontribusi Penelitian ... 9

1.6 Batasan Penelitian ... 10

1.6 Originalitas Penelitian ... 10

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 12

2.1 Landasan Teori ... 12

2.1.1 Teori Keagenan (Agency Theory) ... 12

2.1.2 Teori Pensignalan (Signaling Theory) ... 13

2.2 Telaah Literatur ... 15

2.2.1 Harga Saham ... 15

2.2.2 Dividend Per Share ... 17

2.2.3 Debt to Equity Ratio ... 18

2.2.4 Earning Per Share ... 19

2.2.5 Return On Assets ... 21

2.2.6 Dewan Komisaris Independen ... 22

BAB III KERANGKA PENELITIAN DAN HIPOTESIS ... 25

3.1 Kerangka Penelitian ... 25

3.1.1 Pengaruh Dividend Per Share terhadap Harga Saham... 26

3.1.2 Pengaruh Debt to Equity Ratio terhadap Harga Saham ... 27

3.1.3 Pengaruh Earning Per Share terhadap Harga Saham ... 29

3.1.4 Pengaruh Return On Asset terhadap Harga Saham ... 31

3.1.5 Pengaruh DKI terhadap Harga Saham ... 33

3.2 Hipotesis Penelitian ... 34

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(14)

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN ... 35

4.1 Jenis Penelitian ... 35

4.2 Definisi Operasional Variabel ... 35

4.2.1 Harga Saham (Y) ... 36

4.2.2 Dividend Per Share (X1)... 36

4.2.3 Debt to Equity Ratio (X2) ... 37

4.2.4 Earning Per Share (X3) ... 37

4.2.5 Return On Assets (X4) ... 38

4.2.6 Dewan Komisaris Independen (X5) ... 38

4.3 Populasi, Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel ... 41

4.4 Teknik Pengumpulan Data ... 42

4.5 Metode Analisis Data ... 42

4.6 Statistik Deskriptif ... 42

4.7 Uji Asumsi Klasik ... 44

4.8 Pengujian Hipotesis ... 46

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN ... 49

5.1 Analisis Statistik Deskriptif ... 49

5.2 Uji Chow ... 51

5.3 Uji Hausman ... 51

5.4 Uji Asumsi Klasik ... 52

5.5 Pengujian Hipotesis ... 55

5.6 Pembahasan Penelitian ... 58

5.6.1 Pengaruh Dividend Per Share terhadap Harga Saham... 58

5.6.2 Pengaruh Debt to Equity Ratio terhadap Harga Saham ... 59

5.6.3 Pengaruh Earning Per Share terhadap Harga Saham ... 60

5.6.4 Pengaruh Return On Asset terhadap Harga Saham ... 61

5.6.5 Pengaruh DKI terhadap Harga Saham ... 62

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN... 64

6.1 Kesimpulan ... 64

6.2 Keterbatasan Penelitian ... 64

6.3 Saran ... 65

DAFTAR PUSTAKA ... 66

LAMPIRAN ... 72

(15)

ix DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1.1 Originalitas Penelitian ... 11

4.1 Skala Pengukran Variabel ... 40

5.1 Statistik Deskriptif ... 49

5.2 Hasil Uji Chow ... 51

5.3 Hasil Uji Hausman ... 51

5.4 Uji Multikolinearitas ... 52

5.5 Uji Heteroskedastisitas ... 52

5.6 Uji Autokorelasi ... 53

5.7 Uji Hipotesis ... 54

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(16)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman 1.1 Perkembangan Harga Saham LQ45 Periode 2015-2018 ... 4

3.1 Kerangka Penelitian ... 25 5.1 Uji Normalitas ... 51

(17)

xi DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman I Review Penelitian Terdahulu ... 72 II Data Mentah Variabel... 80 III Hasil Output Eviews ... 87

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(18)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Perkembangan pasar modal di Indonesia dilihat dari beberapa indikator menunjukkan perkembangan yang pesat. Dari sudut pandang perusahaan, keberadaan pasar modal membantu kebutuhan pendanaan jangka panjang melalui perdagangan efek atau surat-surat berharga. Surat-surat berharga yang diperjualbelikan di pasar modal antara lain surat tanda pernyataan modal (saham), surat utang (obligasi), derivatif atau instrumen keuangan lainnya. Salah satu efek yang paling populer diperdagangkan di pasar modal ialah saham. di Indonesia pihak yang menyediakan fasilitas terhadap kegiatan pasar modal disebut dengan Bursa Efek Indonesia (BEI). BEI berfungsi sebagai sarana perdagangan, membuat aturan bursa, menyediakan informasi pasar serta memberikan pelayanan kepada anggota bursa. Pasar modal menjadi lembaga perantara keuangan yang menghubungkan pihak yang memiliki kelebihan dana (investor) dengan pihak yang memerlukan dana (issuer). Dengan adanya pasar modal, investor dapat menginvestasikan kelebihan dana tersebut dengan harapan memperoleh imbalan (return) baik berupa dividen maupun capital gain. Dividen yaitu keuntungan yang dibagikan kepada investor berdasarkan laba operasi perusahaan, sementara capital gain yaitu keuntungan yang diperoleh dari selisih harga jual saham dengan harga belinya.

(19)

2

Dilihat dari sisi makro ekonomi, pasar modal berfungsi sebagai sarana peningkatan pendapatan negara dan indikator perekonomian negara. Setiap dividen yang dibagikan kepada para pemegang saham tentu dikenakan pajak oleh negara dan volume perdagangan yang meningkat di pasar modal menunjukkan bahwa aktivitas perekonomian di negara tersebut berjalan dengan baik. Di samping itu, pasar modal merupakan salah satu sarana efektif untuk mempercepat pembangunan suatu negara karena pasar modal merupakan tempat untuk mengerahkan dana jangka panjang dari masyarakat yang disalurkan ke sektor- sektor produktif sehingga dapat meningkatkan produktivitas dan kemakmuran negara.memasuki pasar modal perusahaan harus melakukan penawaran umum (go public) dengan cara menjual kepemilikan saham ke publik sehingga perusahaan

dituntut untuk melakukan kegiatan usahanya secara transparan dan profesional.

Dengan demikian, masyarakat yang nantinya menjadi investor harus mempunyai informasi yang akurat mengenai kinerja perusahaan sebagai dasar dalam pengambilan keputusan investasi. Investasi di pasar modal umumnya memiliki resiko yang lebih tinggi dibanding dengan pasar keuangan lainnya karena pasar modal dipengaruhi oleh faktor inflasi, perubahan nilai tukar mata uang (kurs), perubahan tingkat suku bunga dan sebagainya. Oleh karena itu, diperlukan analisis yang cermat, teliti dan akurat untuk mengurangi resiko bagi investor.

Salah satu keuntungan investasi melalui saham adalah dividen, maka pihak manajemen perusahaan perlu memperhatikan kebijakan dividen yang akan ditetapkan dalam rangka meningkatkan minat investor untuk menanamkan modalnya dalam bentuk kepemilikan saham. Pendapatan bagi pemegang saham

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(20)

3

dilihat dari besarnya penerimaan pembagian dividen. Pendapatan dividen diukur dari besarnya Dividend Per Share (DPS), sehingga DPS menjadi salah satu indikator dalam pertimbangan berinvestasi dalam sebuah perusahaan. DPS adalah jumlah keuntungan dari hasil operasi perusahaan yang diberikan kepada pemegang saham berdasarkan seberapa banyak jumlah lembar saham yang dimiliki oleh pemegang saham (Ichsan & Taqwa, 2013) .

Terdapat dua pendekatan yang biasa digunakan untuk menganalisis saham yaitu pendekatan fundamental dan pendekatan teknikal. Penelitian ini menggunakan analisis fundamental, yakni dengan menggunakan data yang berasal dari laporan keuangan perusahan. Analisis ini menyatakan bahwa setiap saham memiliki nilai intrinsik. Dengan membandingkan nilai intrinsik dengan harga pasarnya, maka dapat ditentukan apakah harga pasar saham tersebut telah mencerminkan nilai intrinsiknya atau belum. harga saham selalu mengalami fluktuasi dan bergantung pada permintaan dan penawaran saham tersebut di pasar modal. Oleh sebab itu, diperlukan pengetahuan, pengalaman serta naluri bisnis yang cukup untuk menganalisis saham perusahaan apa yang memiliki potensi menguntungkan di masa yang akan datang. Berkaitan dengan hal tersebut, laporan keuangan perusahaan yang berisi informasi yang akurat mengenai kondisi perusahaan sangat dibutuhkan oleh investor untuk menentukan apakah harus membeli, menahan atau menjual investasi tersebut.

Salah satu cara yang paling populer dan sering digunakan untuk menganalisis laporan keuangan adalah analisis rasio. Rasio keuangan adalah angka yang diperoleh dari hasil perbandingan dari satu pos laporan keuangan

(21)

4

dengan pos lainnya yang mempunyai hubungan yang relevan. Dengan analisis rasio, investor menjadi lebih mudah melakukan perbandingan dengan perusahaan lain secara periodik atau time series serta melihat trend perusahaan untuk melakukan prediksi harga saham di masa yang akan datang. Berikut Informasi Harga saham rata-rata perusahaan yang terdaftar di LQ45 (Liquidity 45) dari tahun 2015-2018 dicatumkan pada gambar 1.1.

Sumber : www.idx.co.id (data diolah)

Gambar 1.1 Perkembangan Harga Saham LQ45 Periode 2015-2018

Berdasarkan Tabel 1.1 dapat dilihat bahwasanya perkembangan harga saham tahun 2015 mencapai 8.510, kemudian turun pada tahun 2016 menjadi 7.597 dan pada tahun 2017 naik menjadi 8.566, dan turun lagi pada tahun 2018 ke level 8.369. Harga saham berubah sesuai dengan kekuatan permintaan (demand) dan penawaran (supply).

Penelitian ini menggunakan perusahaan yang masuk dalam indeks LQ45 Februari 2019 yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Alasan penulis memilih

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(22)

5

sampel ini dikarenakan indeks LQ45 terdiri dari 45 saham perusahaan yang memiliki likuidasi dan kapitalisasi pasar yang tinggi yang diminati oleh investor.

Kriteria pada saham-saham ini terus disesuaikan setiap enam bulan (setiap awal bulan Februari dan Agustus). Dengan demikian, saham yang terdapat dalam indeks tersebut akan selalu berubah.

Berikut salah satu contoh kasus terkait fenomena diatas, harga saham PT Jasa Marga Tbk dengan kode JSMR amblas dalam tahun 2016 setelah terkena sentimen negatif gugatan ganti rugi senilai Rp1,24 triliun terkait sengketa Tol Ruas Jalan Kebon Jeruk-Tangerang Barat dan penutupan gerbang Tol Cikunir.

Berdasarkan data perdagangan Bursa Efek Indonesia saham Jasa Marga tercatat amblas 5,26 persen ke angka Rp5.850 per saham dari penutupan tahun lalu di level Rp6.175 per saham. Pelemahan harga saham Jasa Marga ini relatif mengejutkan pelaku pasar setelah perseroan sempat melaporkan kinerja keuangan yang positif sepanjang 2015. Saham JSMR anjlok terkait tuntunan ganti rugi Rp1,24 triliun atas sengketa jalan Tol Kebon Jeruk-Tangerang Barat.

Pratiwi (2018) menunjukkan bahwa ROA berpengaruh positif terhadap harga saham. Sementara hasil penelitian Safitri (2013) menunjukkan bahwa ROA tidak berpengaruh terhadap harga saham. Novasari (2013) menunjukkan bahwa DER berpengaruh positif terhadap harga saham. Sementara hasil penelitian Safitri (2013) menunjukkan bahwa DER tidak berpengaruh terhadap harga saham.

Pratiwi (2018) menunjukkan bahwa EPS berpengaruh positif terhadap harga saham. Sementara hasil penelitian Maulana (2014) menunjukkan bahwa EPS tidak berpengaruh terhadap harga saham. Smith & Azis (2017) menunjukkan bahwa

(23)

6

DPS berpengaruh positif terhadap harga saham. Sementara hasil penelitian Safitri (2018) menunjukkan bahwa DPS tidak berpengaruh terhadap harga saham. Helfi (2017) menunjukkan bahwa Dewan Komisaris Independen berpengaruh positif terhadap harga saham. Sementara hasil penelitian Sitorus (2017) menunjukkan bahwa Dewan Komisaris Independen tidak berpengaruh terhadap harga saham.

Penelitian ini merupakan replikasi dari penelitian sebelumnya dimana pada penelitian-penelitian terdahulu terdapat perbedaan hasil penelitan (Research Gap) sehingga memotivasi peneliti untuk melakukan penelitian kembali mengenai pengaruh EPS, DER terhadap harga saham serta menambah tiga variabel bebas baru yang diyakini memiliki pengaruh terhadap harga saham yaitu DPS, ROA, Dewan Komisaris Independen.

Berdasarkan uraian tersebut, maka penulis tertarik untuk membuat penelitian dengan judul ”Pengaruh Dividend Per Share, Debt to Equity Ratio,Earning Per Share, Return On Asset dan Dewan Komisaris Independen

terhadap Harga Saham pada perusahaan LQ45 yang terdaftar di BEI“.

1.2 Rumusan Masalah

Beberapa penelitian sebelumnya menunjukkan adanya “research gap”.

1. Adanya ketidakkonsistenan hubungan antara pengaruh Debt to Equity Ratio terhadap harga saham pada penelitian terdahulu.

Novasari (2013) dalam penelitiannya menyimpulkan bahwa Debt to Equity Ratio berpengaruh positif terhadap harga saham. Sedangkan Safitri (2013) memiliki pandangan yang berbeda dari hasil penelitian yang dilakukannya menyimpulkan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(24)

7

bahwa hubungan antara Debt to Equity Ratio tidak berpengaruh terhadap harga saham.

2. Adanya ketidakkonsistenan hubungan antara pengaruh Earning Per Share terhadap harga saham pada penelitian terdahulu.

Penelitian yang dilakukan oleh Pratiwi (2018) bahwa Earning Per Share berpengaruh positif terhadap harga saham. Namun, berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Maulana (2014) yang menyimpulkan bahwa Earning Per Share tidak memiliki pengaruh terhadap harga saham.

Penelitian ini menelaah adanya pengaruh Debt to Equity Ratio, Earning Per Share dan menambahkan variabel Dividend Per Share, Return On Asset dan

dewan komisaris independen terhadap harga saham pada perusahaan LQ45 yang terdaftar di BEI.

1.3 Pertanyaan Penelitian

Berdasarkan latar belakang di atas, maka menyusun pertanyaan penelitian sebagai berikut :

1. Apakah Dividend Per Share berpengaruh terhadap Harga Saham pada perusahaan LQ45 yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia?

2. Apakah Debt to Equity Ratio berpengaruh terhadap Harga Saham pada perusahaan LQ45 yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia?

3. Apakah Earning Per Share berpengaruh terhadap Harga Saham pada perusahaan LQ45 yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia?

4. Apakah Return On Asset berpengaruh terhadap Harga Saham pada perusahaan LQ45 yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia?

(25)

8

5. Apakah Dewan Komisaris Independen berpengaruh terhadap Harga Saham pada perusahaan LQ45 yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia?

6. Apakah Dividend Per Share, Debt to Equity Ratio,Earning Per Share, Return On Asset dan Dewan Komisaris Independen berpengaruh terhadap

Harga Saham secara Simultan pada perusahaan LQ45 yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia?

1.4 Tujuan Penelitian

Tujuan Penelitian merupakan hasil yang ingin dicapai dalam melakukan penelitian serta memiliki konsistensi dengan permasalahan dan pertanyaan yang terdapat di dalam rumusan permasalahan. Oleh karena itu tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui, menguji dan menganalisis Apakah Dividend Per Share berpengaruh terhadap Harga Saham pada perusahaan LQ45 yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

2. Untuk mengetahui, menguji dan menganalisis Apakah Debt to Equity Ratio berpengaruh terhadap Harga Saham pada perusahaan LQ45 yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

3. Untuk mengetahui, menguji dan menganalisis Apakah Earning Per Share berpengaruh terhadap Harga Saham pada perusahaan LQ45 yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

4. Untuk mengetahui, menguji dan menganalisis Apakah Return On Asset berpengaruh terhadap Harga Saham pada perusahaan LQ45 yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(26)

9

5. Untuk mengetahui, menguji dan menganalisis Apakah Dewan Komisaris Independen berpengaruh terhadap Harga Saham pada perusahaan LQ45 yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

6. Untuk mengetahui, menguji dan menganalisis Apakah Dividend Per Share, Debt to Equity Ratio, Earning Per Share, Return On Asset dan Dewan

Komisaris Independen berpengaruh terhadap Harga Saham secara Simultan pada perusahaan LQ45 yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

1.5 Kontribusi Penelitian

Hasil dari penelitian ini diharapkan mampu memberi manfaat kepada beberapa pihak yaitu :

1. Kontribusi Praktis

Penelitian ini diharapkan mampu menambah pengetahuan peneliti mengenai pentingnya Dividend Per Share, Debt to Equity Ratio, Earning Per Share, Return On Asset dan Dewan Komisaris Independen yang diungkapkan di

dalam laporan keuangan perusahaan LQ45 yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

2. Kontribusi Teoritis

Bagi ilmu pengetahuan khususnya dibidang pengetahuan tentang Dividend Per Share, Debt to Equity Ratio, Earning Per Share, Return On Asset dan

Dewan Komisaris Independen, hasil penelitian ini diharapkan mampu menambah referensi mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi Harga saham pada perusahaan LQ45 yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

(27)

10

3. Kontribusi Kebijakan

Memberikan informasi agar mengetahui faktor – faktor yang mempengaruhi harga saham pada perusahaan LQ45 yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia sehingga dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan tersendiri dalam berinvestasi.

1.6 Batasan Penelitian

Agar tujuan penelitian dapat tercapai, maka penulis membuat batasan dalam penelitian ini, batasan penelitiannya antara lain adalah :

1. Objek penelitian ini hanya dibatasi pada kategori LQ45 februari 2019 yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia, dan data yang diteliti adalah pada tahun 2015 sampai dengan 2018.

2. Penelitian ini menggunakan lima variabel independen yaitu Dividen Per Share, Debt to Equity Ratio, Earning Per Share, Return On Assets serta

Dewan Komisaris Independen dan satu variabel dependen yaitu Harga Saham.

1.7 Originalitas Penelitian

Penelitian ini merupakan replikasi dari penelitan Ginting & Munthe (2017) yang berjudul Pengaruh Debt to Equity Ratio Dan Earning Per Share Terhadap Harga Saham Pada Perusahaan Manufaktur Yang Go Public Di Bursa Efek Indonesia Tahun 2012-2014. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian Ginting

& Munthe (2017) adalah:

1. Untuk variabel independen, Ginting & Munthe (2017) memproksikan Debt to Equity Ratio Dan Earning Per Share. Sedangkan penelitian ini

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(28)

11

menambah Dividend Per Share, Return On Asset dan Dewan Komisaris Independen.

2. Pada penelitian Ginting & Munthe (2017) yang menjadi objek penelitiannya adalah Perusahaan Manufaktur Yang Go Public Di Bursa Efek Indonesia Tahun 2012-2014, sedangkan penelitian ini menggunakan perusahaan kategori LQ45 februari 2019 di BEI pada tahun 2015-2018.

Tabel 1.1 Originalitas Penelitian

Uraian Penelitian Terdahulu Penelitian Sekarang Variabel Dependen Harga Saham Harga Saham

Variabel Independen

Debt to Equity Ratio Earning Per Share

Debt to Equity Ratio Earning Per Share Dividend Per Share Return On Asset Dewan Komisaris Independen Tahun Penelitian 2012 – 2014 2015 – 2018 Populasi Penelitian Perusahaan Manufaktur Yang

Go Public Di Bursa Efek Indonesia Tahun 2012-2014

Perusahaan LQ45 di Bursa Efek Indonesia tahun 2015 – 2018

(29)

12 BAB II

LANDASAN TEORI DAN TELAAH LITERATUR 2.1 Landasan Teori

2.1.1 Teori Keagenan (Agency Theory)

Jensen dan Meckling (1976) menyatakan teori keagenan sebagai suatu kontrak dimana satu orang atau lebih (principal) meminta pihak lainnya (agent) untuk melaksanakan sejumlah pekerjaan atas nama prinsipal yang melibatkan pendelegasian beberapa wewenang pembuatan keputusan kepada agen. Dalam hal ini yang dimaksud dengan pemberi kerja (principal) adalah para pemegang saham, sedangkan penerima tugas (agent) adalah manajemen, Mekanisme untuk mengatasi konflik keagenan antara lain meningkatkan kepemilikan insider (insider ownership) sehingga dapat mensejajarkan kepentingan pemilik dengan manajer.

Hutang merupakan suatu mekanisme lain yang bisa digunakan untuk mengurangi atau mengontrol konflik keagenan. Alijoyo & Zaini (2004) beranggapan bahwa pemisahan fungsi eksekutif dan fungsi pengawasan pada teori keagenan menciptakan “checks and balances”, sehingga terjadi independensi yang sehat bagi para manajer untuk menghasilkan kinerja perusahaan yang maksimum dan return yang memadai bagi para pemegang saham. Teori agensi menyatakan bahwa ketika biaya agensi keseluruhan diminimalkan, maka nilai perusahaan dapat dimaksimalkan. agency cost tersebut dapat dikurangi dengan beberapa alternatif.

Pertama, meningkatkan kepemilikan saham perusahaan oleh manajemen.

Analisisnya menyatakan bahwa proporsi kepemilikan saham yang dikontrol oleh manajer dapat mempengaruhi kebijakan-kebijakan perusahaan. Selain itu

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(30)

13

kepemilikan manajerial akan mensejajarkan kepentingan manajemen dan pemegang saham, sehingga manajer akan merasakan langsung manfaat dari keputusan yang diambil dengan benar dan akan merasakan kerugian sebagai konsekuensi dari pengambilan keputusan yang salah.

Darmawati et al (2005) menyebutkan inti dari hubungan keagenan adalah adanya pemisahan antara kepemilikan (principal/investor) dan pengendalian (agent/manajer). Konflik kepentingan antara pemilik dan agen terjadi karena kemungkinan agent tidak selalu berbuat sesuai dengan kepentingan principal, sehingga memicu biaya keagenan (agency cost). Teori keagenan menyebutkan bahwa agency cost yaitu jumlah biaya yang dikeluarkan untuk kepentingan struktural, administrasi, dan pelaksanaan kontrol (baik formal maupun non- formal), ditambah residual loss.

2.1.2 Teori Pensignalan (Signaling Theory)

Teori signal membahas bagaimana seharusnya signal-signal keberhasilan atau kegagalan manajemen (agen) disampaikan kepada pemilik (principal). Teori signal menjelaskan bahwa pemberian signal dilakukan oleh manajemen untuk mengurangi informasi asimetris. Menurut Sari dan Zuhrotun (2006), teori signal (signalling theory) menjelaskan mengapa perusahaan mempunyai dorongan untuk memberikan informasi laporan keuangan kepada pihak eksternal. Dorongan tersebut timbul karena adanya informasi asimetris antara perusahaan (manajemen) dengan pihak luar, dimana manajemen mengetahui informasi internal perusahaan yang relatif lebih banyak dan lebih cepat dibandingkan pihak luar seperti investor dan kreditor.

(31)

14

Kurangnya informasi yang diperoleh pihak luar tentang perusahaan menyebabkan pihak luar melindungi diri dengan memberikan nilai rendah untuk perusahaan tersebut. Perusahaan dapat meningkatkan nilai perusahaan dengan mengurangi informasi asimetris, salah satu caranya adalah dengan memberikan signal kepada pihak luar berupa informasi keuangan yang dapat dipercaya sehingga dapat mengurangi ketidakpastian mengenai prospek perusahaan pada masa yang akan datang. Laporan tentang kinerja perusahaan yang baik akan meningkatkan harga saham, adapun motivasi manajemen menyajikan informasi keuangan diharapkan dapat memberikan signal kemakmuran kepada pemilik ataupun pemegang saham. Publikasi laporan keuangan tahunan yang disajikan oleh perusahaan akan dapat memberikan signal pertumbuhan deviden maupun perkembangan harga saham perusahaan (Kusuma, 2006).

Laporan keuangan yang mencerminkan kinerja baik merupakan signal atau tanda bahwa perusahaan telah beroperasi dengan baik. Signal baik akan direspon dengan baik pula oleh pihak luar, karena respon pasar sangat tergantung pada signal fundamental yang dikeluarkan perusahaan. Investor hanya akan menginvestasikan modalnya jika menilai perusahaan mampu memberikan nilai tambah atas modal yang diinvestasikan lebih besar dibandingkan jika menginvestasikan di tempat lain. Untuk itu, perhatian investor diarahkan pada kemampuan perusahaan yang tercermin dari laporan keuangan yang diterbitkan perusahaan Hubungan baik akan terus berlanjut jika pemilik ataupun investor puas dengan kinerja manajemen, dan penerima signal juga menafsirkan signal perusahaan sebagai signal yang positif. Hal ini jelas bahwa pengukuran kinerja

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(32)

15

keuangan perusahaan merupakan hal yang krusial dalam hubungan antara manajemen dengan pemilik ataupun investor.

2.2 Telaah Literatur 2.2.1. Harga Saham

Menurut Rahardjo (2006) saham adalah surat berharga yang merupakan instrumen bukti kepemilikan atau penyertaan dari individu atau instansi dalam suatu perusahaan. Menurut Suad (2001) saham adalah suatu sekuritas yang memiliki klaim terhadap pendapatan dan asset sebuah perusahaan. Sekuritas sendiri dapat diartikan sebagai klaim atas pendapatan masa depan seorang peminjam yang dijual oleh peminjam kepada yang meminjamkan, atau sering juga disebut instrumen keuangan.

Faktor yang dapat mempengaruhi pergerakan harga saham menurut Weston dan Brigham (1993) adalah proyeksi laba per lembar saham saat diperoleh laba, tingkat resiko dari proyeksi laba, proporsi utang perusahaan terhadap ekuitas, serta kebijakan pembagian deviden. Faktor lainnya yang dapat mempengaruhi pergerakan harga saham adalah kendala eksternal seperti kegiatan perekonomian pada umumnya, pajak dan keadaan bursa saham. Faktor-faktor lain yaitu kondisi perusahaan, kendala-kendala eksternal serta kekuatan penawaran dan permintaan saham di pasar juga dapat mempengaruhi fluktuasi harga saham.

Harga saham adalah nilai suatu saham yang mencerminkan kekayaan perusahaan yang mengeluarkan saham tersebut, dimana perubahan atau fluktuasinya sangat ditentukan oleh kekuatan permintaan dan penawaran yang terjadi di pasar bursa (pasar sekunder). Semakin banyak investor yang ingin

(33)

16

membeli atau menyimpan saham, harganya semakin naik. Sebaliknya semakin banyak investor yang ingin menjual atau melepaskan suatu saham, maka harganya semakin bergerak turun. Secara umum semakin baik kinerja keuangan perusahaan maka semakin banyak keuntungan yang dinikmati oleh pemegang saham, sehingga harga saham kemungkinan akan naik. investor harus benar-benar menyadari bahwa di samping akan memperoleh keuntungan tidak menutup kemungkinan mereka akan mengalami kerugian. Keuntungan atau kerugian tersebut sangat dipengaruhi oleh kemampuan investor menganalisis keadaan harga saham. Analisis saham merupakan salah satu tahap dalam proses investasi yang berarti melakukan analisis terhadap individual atau sekelompok sekuritas. Analisis yang sering digunakan untuk menilai suatu saham yaitu analisis fundamental dan analisis teknikal.

Penelitian tentang harga saham masih dilakukan oleh beberapa peneliti, diantaranya adalah Ginting & Munthe (2017) melakukan penelitian dengan melihat pengaruh Debt to Equity Ratio dan Earning Per Share terhadap harga saham pada perusahaan manufaktur yang go public di bursa efek indonesia. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Debt to Equity Ratio berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap harga saham dan Earning Per Share berpengaruh positif dan signifikan terhadap Harga saham. Dewi, et al. (2018) melakukan penelitian Analisis Kinerja Keuangan dan Ukuran Perusahaan Terhadap Harga Saham Perusahaan dalam Indeks LQ45 DI BEI. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ROE tidak berpengaruh terhadap harga saham. Ukuran perusahaan tidak berpengaruh terhadap harga saham.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(34)

17

2.2.2 Dividend Per Share

Dividend Per Share (DPS) merupakan total semua dividen tunai yang dibagikan

kepada pemegang saham dibandingkan dengan jumlah saham yang beredar.

Deviden merupakan keuntungan dalam berinvestasi pada saham, maka pihak manajemen harus memperhatikan kebijakan deviden yang akan ditetapkan dalam peningkatan minat investor untuk menanamkan modalnya. Maka dengan DPS yang tinggi akan mencerminkan bahwa perusahaan memiliki prospek yang baik karena dapat membayar deviden dengan jumlah yang tinggi, sehingga dapat menarik minat para investor untuk membeli saham perusahaan tersebut. Menurut Syahedah (2017:65).

Smith & Azis (2017) melakukan penelitian dengan melihat Pengaruh Dividen Per Share (DPS) Dan Return On Equity (ROE) Terhadap Harga Saham

Pada Perusahaan Indeks LQ45 Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia (BEI).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa Dividen Per Share berpengaruh positif dan signifikan terhadap harga saham dan Return On Equity berpengaruh positif dan signifikan terhadap Harga saham.

Gracelia (2017) melakukan penelitian pengaruh Dividend Per Share (dps) terhadap harga saham industri perbankan di indonesia (Studi pada Perusahaan Perbankan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2011-2016). Hasil penelitian menunjukkan bahwa Dividend Per Share berpengaruh positif terhadap harga saham. Lilianti (2018) melakukan penelitian dengan melihat pengaruh Dividend Per Share (DPS) dan Earning Per Share (EPS) terhadap harga saham pada perusahaan sub sektor farmasi di bursa efek indonesia (BEI). Hasil penelitian

(35)

18

menunjukkan bahwa Dividen Per Share berpengaruh terhadap harga saham dan dan Earning Per Share berpengaruh terhadap Harga saham.

2.2.3 Debt to Equity Ratio

Debt to Equity Ratio mencerminkan besarnya proporsi antara total debt (hutang)

dengan total shareholder’s equity (total modal sendiri). Total debt merupakan total liabilities (baik utang jangka pendek maupun jangka panjang): sedangkan total shareholder’s equity merupakan total modal sendiri (total modal saham yang di setor dan laba yang ditahan) yang dimiliki perusahaan. Menurut Ang (1997) rasio ini menunjukkan komposisi dari total hutang terhadap total ekuitas. Semakin tinggi DER menunjukkan komposisi total hutang semakin besar di banding dengan total modal sendiri, sehingga berdampak semakin besar beban perusahaan terhadap pihak luar (kreditur).

Brigham (1983) menyatakan bahwa dalam mengembangkan target capital structure perlu dilakukan analisis dari banyak faktor dengan mempertimbangkan kondisi keuangan perusahaan. Sumber dana dari pihak luar diperoleh dari pinjaman atau utang (baik hutang jangka pendek maupun hutang jangka panjang):

sedangkan sumber dana dari pihak internal diperoleh dari modal saham (equity) dan laba tak dibagi (retained earning). Rasio antara sumber dana dari pihak eksternal (hutang) terhadap sumber dana pihak internal (ekuitas) lazim disebut sebagai Debt to Equity Ratio.

Novasari (2013) melakukan penelitian dengan melihat pengaruh per, eps, roa dan der terhadap harga saham perusahaan sub-sektor industri textile yang go public di bursa efek indonesia (BEI) tahun 2009-2011. Hasil penelitian

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(36)

19

menunjukkan bahwa Price Earning Ratio tidak berpengaruh terhadap harga saham, Earning Per Share tidak berpengaruh terhadap Harga saham, Return On Asset berpengaruh terhadap harga saham, Debt to Equity Ratio berpengaruh

terhadap Harga saham.

2.2.4 Earning Per Share

Earning Per Share (EPS) merupakan laba per lembar saham yang sering kali

digunakan oleh para investor dan pemegang saham dalam mengevaluasi tingkat profitabilitas perusahaan sehingga menjadi informasi yang paling mendasar dan penting untuk menggambarkan prospek keuntungan perusahaan dimasa yang akan datang. Disisi lain calon pemegang saham dapat menjadikan Earning Per Share sebagai indikator akan keberhasilan suatu perusahaan. pada umumnya manajemen perusahaan, pemegang saham biasa dan calon pemegang saham sangat tertarik pada Earning Per Share (EPS), karena hal ini menggambarkan jumlah rupiah yang diperoleh untuk setiap lembar saham biasa dan menggambarkan prospek earning perusahaan. di masa depan. Para calon pemegang saham tertarik dengan earning per share yang besar, karena hal ini merupakan salah satu indikator keberhasilan suatu perusahaan (Syamsudin, 2007).

Secara singkat dapat peneliti simpulkan bahwa semakin tinggi nilai EPS tentu saja akan menyenangkan pemegang saham, karena semakin besar laba yang disediakan untuk pemegang saham. Besarnya Earning Per Share (EPS) suatu perusahaan. Earning Per Share memberikan informasi kepada para pihak luar (ekstern) seberapa jauh kemampuan perusahaam menghasilkan laba untuk tiap lembar yang beredar.

(37)

20

Hubungan laba perlembar saham terhadap perubahan harga saham penelitian di Indonesia mengenai faktor-faktor yang berhubungan dengan harga saham sudah banyak dilakukan. Penelitian tentang pentingnya laporan keuangan menghasilkan bahwa 52,86% responden mengandalkan laporan keuanagn. Hasil yang lain menyatakan bahwa informasi terpenting bagi investor dan analisis sekuritas adalah laba perlembar saham (Jogiyanto,2004:24).

Laba per saham (earnings per share-EPS) sangat banyak digunakan dalam mengevaluasi kinerja operasi dan profitabilitas suatu perusahaan. Dilusi (dilution) merupakan pengurangan laba per saham atau peningkatan kerugian per saham yang berasal dari efek dilutive yang dikonversi menjadi laba per saham, eksekusi opsi dan waran, atau pengeluaran saham tambahan sesuai dengan kontrak tertentu.

Tresnawati (2017) melakukan penelitian pengaruh Earning Per Share, price earning ratio, dan Return On Assets terhadap harga saham (Studi Empiris pada Perusahaan Asuransi di Bursa Efek Indonesia Tahun 2012-2014). Hasil penelitian menunjukkan bahwa Earning Per Share berpengaruh terhadap harga saham, price earning ratio tidak berpengaruh signifikan terhadap harga saham dan Return On Assets berpengaruh signifikan terhadap harga saham. Pratama, et al.

(2019) melakukan pengaruh return on equity (roe), Earning Per Share (eps), current ratio (cr) dan Debt to Equity Ratio (der) terhadap harga saham (Studi pada Perusahaan Jakarta Islamic Index yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2014-2017). Hasil penelitian menunjukkan bahwa return on equity berpengaruh signifikan terhadap harga saham, Earning Per Share berpengaruh signifikan terhadap harga saham, current ratio tidak berpengaruh signifikan terhadap harga

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(38)

21

saham dan Debt to Equity Ratio tidak berpengaruh signifikan terhadap harga saham.

2.2.5 Return On Assets

Return On Assets (ROA) merupakan rasio keuangan perusahaan yang

berhubungan dengan profitabilitas mengukur kemampuan perusahaan menghasilkan keuntungan atau laba pada tingkat pendapatan, aset dan modal saham tertentu (Hanafi dan Halim, 2003). Dengan mengetahui ROA, kita dapat menilai apakah perusahaan telah efisien dalam menggunakan aktivanya dalam kegiatan operasi untuk menghasilkan keuntungan. Menurut Mardiyanto (2009) ROA adalah rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba yang berasal dari aktivitas investasi. Menurut Dendawijaya (2003) rasio ini digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen dalam memperoleh keuntungan (laba) secara keseluruhan. Semakin besar ROA, semakin besar pula tingkat keuntungan yang dicapai oleh perusahaan tersebut dan semakin baik pula posisi perusahaan tersebut dari segi penggunaan asset.

Peningkatan daya tarik perusahaan menjadikan perusahaan tersebut semakin diminati oleh investor, karena tingkat pengembalian atau deviden akan semakin besar. Hal ini juga akan berdampak pada harga saham dari perusahaan tersebut di pasar modal yang akan semakin meningkat sehingga ROA akan berpengaruh terhadap harga saham perusahaan.

Febriyani (2017) melakukan pengaruh Return On Assets, Debt to Equity Ratio dan deviden payout ratio terhadap harga saham. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Return On Assets berpengaruh signifikan positif terhadap

(39)

22

harga saham, Debt to Equity Ratio berpengaruh signifikan positif terhadap harga saham dan deviden payout ratio tidak berpengaruh signifikan positif terhadap harga saham. Safitri (2013) melakukan penelitian pengaruh Earning Per Share, Return On Asset, dan net profit margin terhadap harga saham dengan Dividen Per Share sebagai variabel moderating (Studi Empiris Pada Perusahaan LQ 45 yang

terdaftar di BEI Periode 2014-2016). Hasil penelitian menunjukkan bahwa Return On Asset tidak berpengaruh terhadap harga saham, Earning Per Share

berpengaruh signifikan terhadap harga saham, net profit margin tidak berpengaruh terhadap harga saham dan Dividen Per Share tidak berpengaruh terhadap harga saham

2.2.6 Dewan Komisaris Independen

Komisaris independen adalah anggota dewan komisaris yang tidak terafiliasi dengan direksi, anggota dewan komisaris lainnya dan pemegang saham pengendali, serta bebas dari hubungan bisnis atau hubungan lainnya yang dapat mempengaruhi kemampuannya untuk bertindak independen atau bertindak semata–mata demi kepentingan perusahaan. Anggota komisaris diangkat berdasarkan pertimbangan integritas, dedikasi, memahami masalah-masalah yang ada pada manajemen perusahaan yang berkaitan dengan salah satu fungsi manajemen perusahaan, memiliki pengetahuan yang memadai dibidang usaha Persero tersebut, serta dapat menyediakan waktu yang cukup untuk melaksanakan tugasnya. Komposisi- komisaris harus ditetapkan sedemikian rupa sehingga memungkinkan pengambilan keputusan dapat dilakukan secara efektif, tepat dan cepat, serta dapat bertindak secara independen. Tugas komisaris independen

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(40)

23

adalah menjamin transparansi dan keterbukaan laporan keuangan perusahaan, memperlakukan yang adil terhadap pemegang saham minoritas dan stakeholder lainnya. Komisaris Independen memiliki tanggung jawab pokok untuk mendorong diterapkannya prinsip tata kelola perusahaan yang baik (Good Corporate Governance) di dalam perusahaan melalui pemberdayaan dewan komisaris agar

dapat melakukan tugas pengawasan dan pemberian nasihat kepada direksi secara efektif dan lebih memberikan nilai tambah bagi perusahaan.

Ramdiani & Yadnyana (2013) melakukan pengaruh good corporate governance dan kinerja keuangan pada harga saham perbankan yang terdaftar di bursa efek indonesia tahun 2009-2011. Hasil pengujian good corporate governance secara parsial yang diproksikan oleh proporsi dewan komisaris independen tidak berpengaruh signifikan terhadap harga saham. Jumlah anggota komite audit sebagai proksi lain dari good corporate governance berpengaruh signifikan terhadap harga saham. Hasil pengujian kinerja keuangan secara parsial yang diproksikan oleh ROA berpengaruh signifikan terhadap harga saham. LDR dan CAR sebagai proksi lain dari kinerja keuangan tidak berpengaruh signifikan terhadap harga saham. Sitorus (2017) melakukan penelitian pengaruh good corporate governance dan kebijakan dividen terhadap harga saham (studi empiris pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di bursa efek indonesia periode 2013- 2015). Hasil penelitian menunjukkan bahwa Kepemilikan manajerial secara parsial tidak berpengaruh terhadap harga, Kepemilikan institusional secara parsial tidak berpengaruh terhadap harga saham, Ukuran dewan direksi secara parsial tidak berpengaruh terhadap harga saham, Ukuran dewan komisaris secara parsial

(41)

24

tidak berpengaruh terhadap harga saham, Komisaris independen secara parsial tidak berpengaruh terhadap harga saham, Komite audit secara parsial berpengaruh terhadap harga saham dan Kebijakan dividen secara parsial tidak berpengaruh terhadap harga saham.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(42)

BAB III

KERANGKA PENELITIAN 3.1 Kerangka Penelitian

Kerangka konsep dibangun untuk menunjukkan hubungan pengaruh antara masing-masing variabel dalam suatu penelitian. Adapun kerangka konsep penelitian ini dapat digambarkan dibawah ini :

Variabel Independen Variabel Dependen

Gambar 3.1 Kerangka Penelitian

Harga Saham (Y) EPS (X3)

DER (X2) DPS (X1)

Dewan Komisaris Independen (X5)

ROA (X4)

(43)

26

3.1.1 Pengaruh Dividend Per Share terhadap Harga Saham

Dividend Per Share (DPS) atau Dividen suatu bagian dari keuntungan bersih

setelah pajak dibagi dengan jumlah saham yang beredar. Karena dividen merupakan keuntungan dalam berinvestasi pada saham, maka pihak manajemen harus memperhatikan kebijakan deviden yang akan ditetapkan dalam peningkatan minat investor untuk menanamkan modalnya. Maka dengan DPS yang tinggi akan mencerminkan bahwa perusahaan memiliki prospek yang baik karena dapat membayar deviden dengan jumlah yang tinggi, sehingga dapat menarik minat para investor untuk membeli saham perusahaan tersebut (Syahedah, et al., 2017).

Dengan demikian Semakin tinggi nilai DPS suatu perusahaan, maka investor semakin tertarik untuk membeli saham perusahaan tersebut. Hal ini tentu akan mengakibatkan harga saham mengalami kenaikan.

Smith & Azis (2017) hasil penelitian menunjukkan DPS berpengaruh positif terhadap harga saham. Hal ini menunjukan bahwa dengan nilai tambah pasar DPS sangan relevan untuk digunakan sebagai acuan investor dalam menilai kinerja perusahaan dalam menciptakan nilai pasar, di karenakan DPS dapat mengukur prestasi perusahaan berdasarkan nilai tambah pasar yang diciptakan perusahaan selama periode tertentu. Safitri (2018) hasil penelitian menunjukkan DPS tidak berpengaruh terhadap harga saham. Informasi DPS perusahaan yang terdapat dalam laporan keuangan perusahaan yang dipublikasikan bukan merupakan hal yang utama diperhatikan oleh investor dalam membuat keputusan dalam investasinya, karena tidak selamanya laba bersih yang diperoleh perusahaan dialokasikan sebagai dividen , bisa saja perusahaan mengalokasikan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(44)

27

laba bersih yang didapatnya untuk perluasan usaha atau melakukan investasi aktiva tetap, investasi jangka panjang dan lain-lain. Hal ini menunjukkan bahwa kemampuan perusahaan dalam membagikan sisa laba perusahaan dalam bentuk tunai (cash dividen) ataupun dividen saham (stock dividen) kepada pemegang saham yang dapat menjadi stimulus kepada para investor lain dalam membeli saham yang ditawarkan perusahaan tersebut kurang. Hal ini akan menyebabkan permintaan saham diperusahaan tersebut berkurang sehingga harga saham akan menurun.

3.1.2 Pengaruh Debt to Equity Ratio terhadap Harga Saham

Debt to Equity Ratio merupakan Menggambarkan sampai sejauh mana modal

pemilik dapat menutupi hutang-hutang pada pihak luar. Salah satu rasio leverage yang diperhatikan oleh investor adalah Debt to Equity Ratio. Menurut Darsono dan Ashari (2005) bahwa Debt to Equity Ratio adalah rasio yang menunjukkan persentase penyediaan dana oleh pemegang saham terhadap pemberi pinjaman.

Debt to Equity Ratio merupakan salah satu ratio leverage yang diperhatikan oleh

investor karena DER dapat menunjukkan komposisi pendanaan dalam membiayai aktivitas operasionalnya antara pendanaan sendiri atau memanfaatkan hutang- hutangnya. Dalam konteks teoritis terdapat hubungan yang negatif antara kenaikan harga saham dengan tingkat hutang yang dilakukan. DER yang tinggi menunjukkan tingginya ketergantungan permodalan perusahaan terhadap pihak luar, sehingga beban perusahaan juga semakin berat. Nilai perusahaan akan menurun jika perusahaan menggunakan utang lebih dari modal sendiri. (Sudana, 2011) Bagi investor, semakin besar DER akan semakin tidak menguntungkan

(45)

28

karena semakin besar risiko yang ditanggung atas kegagalan yang mungkin terjadi di perusahaan. Semakin besar DER, maka semakin rendah harga saham perusahaan karena perusahaan harus membayar utang dan investor semakin tidak tertarik untuk membeli saham perusahaan

Novasari (2013) hasil penelitian menunjukkan pengaruh yang signifikan antara DER terhadap tingkat harga saham. Artinya semakin tinggi nilai DER maka akan diikuti semakin tinggi tingkat harga saham perusahaan yang bersangkutan. Harga saham perusahaan umumnya dapat menjadi tolak ukur atau memonitor perusahaan dalam penelitian ini DER mempengaruhi tingkat harga saham perusahaan yang bersangkutan. Hal ini disebabkan karena tingkat DER tidak berpengaruhi secara langsung sehingga tidak langsung akan semakin meningkatkan harga saham.Tingkat DER yang tinggi akan menimbulkan usaha pengawasan yang lebih besar oleh pihak investor perusahaan sehingga dapat mengurangi perilaku oportunistik manajer. Safitri (2013) hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dalam berinvestasi investor tidak memperhatikan DER sebagai salah satu pertimbangan dalam mengambil keputusan investasinya kerena setiap peningkatan atau penurunan DER tidak mempengaruhi perubahan harga saham. Hal ini dapat ditunjukkan dengan adanya kenaikan dan karena ada 2 macam modal yang bisa digunakan oleh perusahaan untuk menjalankan perusahaan yaitu modal internal dan modal eksternal. Modal internal lebih disukai perusahaan dibanding dengan modal eksternal sehingga hal ini menyebabkan banyak perusahaan yang mempunyai pendapatan yang tinggi cenderung akan meminjam dalam jumlah yang sedikit, tetapi ada juga perusahaan yang

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(46)

29

mempunyai penghasilan yang sedikit cenderung akan menggunakan hutang untuk operasional yang cukup besar. Hal ini menunjukkan bahwa investor tidak terlalu mementingkan DER dalam menentukan apakah membeli atau menjual saham, karena setiap perusahaan pasti mempunyai hutang dan hutang pada taraf tertentu juga nantinya akan meningkatkan kinerja produksi suatu perusahaan. Investor dalam hal ini lebih memperhatikan jenis saham dari perusahaan tersebut. Saham dalam kelompok JII merupakan saham syariah yang mempunyai batasan hutang yang berbasis bunga adalah kurang dari 82% sehingga dengan adanya batasan tersebut hutang perusahaan menjadi terkendali dan tidak sensitif saat terjadi kenaikan suku bunga. Kondisi ini megakibatkan investor percaya terhadap pengelolaan hutang perusahaan dalam peningkatan kinerja perusahaan,sehinggabesar kecilnya DER suatu perusahaan tidak dijadikan sebagai pertimbangan yang utama dalam pengambilan keputusan investasi saham dalam kelompok JII.

3.1.3 Pengaruh Earning Per Share terhadap Harga Saham

Earning Per Share merupakan rasio yang menunjukkan berapa besar keuntungan

(laba) yang diperoleh investor atau pemegang saham per lembar sahamnya. EPS merupakan indikator dasar yang digunakan oleh para investor dalam mengukur kinerja keuangan perusahaan. Semakin tinggi laba perusahaan, maka semakin tinggi pula nilai EPS dan begitu pula sebaliknya. Investor umumnya tertarik terhadap perusahaan yang memiliki EPS yang tinggi sehingga permintaan terhadap saham tersebut akan meningkat. Dengan demikian, harga saham juga akan ikut meningkat.

(47)

30

Pratiwi (2018) Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa earnings per share memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap harga saham. Pada umunya manajemen perusahaan atau calon pemegang saham akan tertarik akan earnings per share yang tinggi, karena hal ini menggambarkan jumlah rupiah yang diperoleh untuk setiap lembar sahamnya. pada sisi lain, investor tertarik dengan earnings per share yang tingi karena hal ini merupakan salah satu indikator keberhasilan suatu perusahaan. Maulana (2014) Earning Per Share (EPS) secara parsial tidak berpengaruh signifikan terhadap harga saham, hal ini menunjukkan bahwa variabel EPS tidak dapat digunakan untuk memprediksi harga saham pada perusahaan makanan dan minuman. Perusahaan sering kali tidak membagikan keuntungan yang diperoleh dalam bentuk dividen kepada pemegang saham, dimana tujuan para investor menanamkan modalnya selain mengharapkan return yang diperoleh dari capital again adalah untuk mendapatkan return yang diperoleh dari dividen. Perusahaan tidak membagikan dividen, misalnya dikarenakan keadaan perusahaan mengalami kesulitan keuangan yang serius sehingga tidak memungkinkan untuk membayar dividen, ataupun adanya kebutuhan dana yang sangat besar karena investasi yang sangat menarik sehingga harus menahan seluruh pendapatan untuk membelanjai investasi tersebut. Akan tetapi kebanyakan dari pemegang saham lebih menyukai pembayaran dividen pada saat ini dari pada menundanya, karena dengan pembayaran dividen sekarang maka penerimaan uang tersebut sudah pasti, sedangkan apabila ditunda ada kemungkinan bahwa apa yang diharapkan meleset. Oleh karena itu para investor menilai bahwa EPS yang

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(48)

31

tinggi belum tentu dapat memberikan return yang diinginkan sehingga tidak bias digunakan untuk memprediksi harga saham.

3.1.4 Pengaruh Return On Asset terhadap Harga Saham

Return On Asset merupakan rasio keuangan perusahaan yang berhubungan dengan

profitabilitas mengukur kemampuan perusahaan menghasilkan keuntungan atau laba pada tingkat pendapatan, aset dan modal saham tertentu (Hanafi dan Halim, 2003). Return On Assets adalah rasio yang mengukur efektivitas perusahaan di dalam menghasilkan keuntungan dengan memanfaatkan aktiva yang dimilikinya.

Rasio ini menunjukkan kemampuan dari modal yang diinvestasikan dalam keseluruhan aktiva untuk menghasilkan keuntungan bagi semua investor (Riyanto, 2000). Semakin besar ROA menunjukkan kinerja yang semakin baik, karena tingkat kembalian semakin besar (Ang, 1997). Semakin tinggi ROA menunjukkan semakin tinggi keberhasilan kegiatan operasional perusahaan dalam menghasilkan keuntungan atas aktiva yang digunakan sehingga menunjukkan semakin kecil resiko yang harus dihadapi investor dalam penanaman modalnya di perusahaan tersebut. Menurut Arifin (2004) semakin tinggi ROA semakin tinggi kemampuan perusahaan untuk menghasilkan keuntungan atas aktiva yang digunakan sehingga resiko yang dihadapi investor dalam penanaman modalnya semakin kecil.

Semakin tinggi keuntungan yang dihasilkan perusahaan akan menjadikan investor tertarik akan nilai saham. Sesuai dengan hukum permintaan dan penawaran, semakin banyak investor yang tertarik untuk membeli saham suatu perusahaan maka semakin besar kemungkinan harga saham perusahaan di pasar modal mengalami kenaikan.

(49)

32

Pratiwi (2018) menunjukkan bahwa profitabilitas berpengaruh positif dan signifikan terhadap harga saham. Profitabilitas (ROA) pada suatu perusahaan yang rendah mengindikasikan perusahaan tersebut tidak mencerminkan laba yang signifikan sehingga investor enggan untuk berinvestasi, akibatnya harga saham akan turun. Pada sisi lain, profitabilitas (ROA) yang tinggi berdampak positif karena investor akan tertarik pada ROA perusahaan yang tinggi, dengan begitu permintaan saham akan naik sehingga nantinya akan menaikkan harga saham.

Safitri (2013) Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dalam berinvestasi investor tidak memperhatikan ROA sebagai salah satu pertimbangan dalam mengambil keputusan investasinya. Saham dalam kelompok JII merupakan saham syariah yang mempunyai batasan dalam perolehan pendapatan yaitu total pendapatan bunga dan pendapatan tidak halal lainnya dibandingkan dengan total pendapatan usaha adalah kurang dari 10%, sehingga saat suku bunga terjadi penurunan maka pendapatan perusahaan cenderung stabil dan investor lebih tertarik pada perusahaan yang mempunyai pendapatan yang stabil karena akan mempunyai risiko yang kecil terhadap aset yang sudah ditanamkannya. Adanya batasan perolehan pendapatan tidak halal tersebut maka investor sudah percaya terhadap perusahaan dalam pengoptimalan laba atas asset yang sudah ditanamkannya dan investor tidak menjadikan ROA sebagai pertimbangan karena rasio ini tidak mempertimbangkan deviden maupun capital gain yang didapat oleh seorang investor, dengan peningkatan aset atau asset yang mengalami pertumbuhan maka nilai deviden yang dibayarkan akan cenderung menurun karena pendapatan dari perusahaan cenderung digunakan untuk meningkatkan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(50)

33

aset perusahaan, sedangkan seorang investor akan cenderung mempertimbangkan peningkatan mengenai dana investasi yang akan ditanamkan.

3.1.5 Dewan Komisaris Independen terhadap harga saham

Dewan Komisaris Independen merupakan anggota dewan komisaris perusahaan yang berasal dari pihak independen dan tidak memiliki hubungan afisiliasi dengan perusahaan. Variabel ini diukur dengan jumlah komisaris yang berasal dari pihak independen dibagi dengan jumlah keseluruhan dewan komisaris suatu perusahaan.

Menurut pedoman Komite Nasional Kebijakan Governance ( KNKG 2006) jumlah komisaris independen harus dapat menjamin mekanisme pengawasan berjalan dengan efektif dan sesuai dengan peraturan perundang – undangan.

Dengan semakin baiknya kinerja dewan komisaris independen maka tingkat kepercayaan investor pada perusahaan tersebut pun ikut meningkat yang berdampak kepada tingginya permintaan akan saham dan meningkatnya harga saham perusahaan tersebut.

Helfi (2017) menyatakan komisaris Independen berpengaruh signifikan terhadap harga saham. hubungan searah dan positif antara komisaris independen terhadap harga saham sesuai dengan teori karena jika komisaris independen ditambahin satu maka harga saham akan meningkat. Sitorus (2017) Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa komisaris independen tidak berpengaruh terhadap harga saham karena belum mampu melakukan pengawasan yang lebih efektif terhadap manajer perusahaan. Penambahan proporsi dewan komisaris independen dimungkinkan hanya untuk memenuhi ketentuan formal sementara pemegang saham mayoritas masih memegang peranan penting sehingga kinerja

(51)

34

dewan tidak maksimal. proporsi dewan komisaris independen yang besar belum mampu menunjukkan perannya dalam memonitor manajemen dan menjadi penengah antara kepentingan manajemen dan pemegang saham. hal ini biasa dikarenakan pelaksanaan yang belum optimal dan penerapannya masih baru.

3.2 Hipotesis Penelitian

Hipotesis merupakan dugaan atau jawaban sementara terhadap masalah yang akan diuji kebenarannya, melalui analisis data yang relevan. Kebenaran dugaan sementara akan diketahui setelah dilakukan penelitian terhadap data variabel.

Berdasarkan rumusan masalah dan kerangka konseptual, maka hipotesis dalam penelitian ini adalah :

1. Dividend Per Share (DPS) berpengaruh positif terhadap harga saham.

2. Debt to Equity Ratio (DER) berpengaruh positif terhadap harga saham.

3. Earning Per Share (EPS) berpengaruh positif terhadap harga saham.

4. Return On Asset (ROA) berpengaruh positif terhadap harga saham.

5. Dewan Komisaris Independen berpengaruh positif terhadap harga saham.

6. DPS, DER, EPS, ROA dan DKI berpengaruh terhadap harga saham.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Gambar

Gambar 1.1 Perkembangan Harga Saham LQ45 Periode 2015-2018
Gambar 3.1 Kerangka Penelitian
Tabel 4.1 Definisi Operasional Variabel  N
Tabel 5.1 Statistik Deskriptif Harga Saham, Dividen Per Share, Debt to Equity  Ratio,  Earning  Per  Share,  Return  On  Assets  dan  Dewan  Komisaris  Independen tahun 2015-2018   Harga  Saham  (Y)  DPS  (X1)  DER (X2)  EPS  (X3)  ROA (X4)  DKI  (X5)  Mea
+4

Referensi

Dokumen terkait

Hasil uji signifikansi simultan (uji F) menunjukkan bahwa variabel Current Ratio, Debt to Equity Ratio, Return On Asset, Firm Size, Earning Per Share mempunyai pengaruh yang

Pengaruh Return on Investment, Debt to Equity Ratio, Cash Ratio, Size Perusahaan, Earning Per Share, dan Current ratio Terhadap Dividend Payout Ratio (Studi

Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh earning per share, dividend per share dan return on equity terhadap harga saham terutama pada perusahaan industri

Hasil penelitian ini menguji pengaruh antara Current Ratio (CR), Return On Equity (ROE), Debt to Asset Ratio (DAR), Debt to Equity Ratio (DER), Earning Per Share (EPS)

Penelitian ini dilakukan untuk menguji pengaruh variabel loan to deposit ratio, capital adequacy ratio, earning per share, debt to equity ratio, dan firm size terhadap dividend

Penelitian i ini i digunakan i untuk menguji i pengaruh i Current Ratio, earning Per Share dan Debt To Equity Ratio terhadap Return On Asset. Semarang:

“Pengaruh Debt to Equity Ratio, Return on Asset, Firm Size, dan Earning per Share Terhadap Dividend Payout Ratio Studi Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek

Dewan komisaris independen, dewan direksi, komite audit, debt to equity ratio, dan return on asset secara simultan berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan ditandai dengan hasil