• Tidak ada hasil yang ditemukan

DAFTAR LAMPIRAN

2. Kekurangan MVA

2.6 Pengaruh EVA terhadap MVA

Pengaruh EVA terhadap MVA dapat diketahui dengan melakukan uji analisis dengan persamaan regresi (estimating equation) yakni suatu metode pendekatan dengan formula matematika yang dirancang untuk mengetahui pengaruh yang signifikan antara variabel dependen dengan variabel independen melalui nilai-nilai yang diketahui. Pada penelitian ini persamaan regresi yang digunakan adalah persamaan regresi sederhana karena hanya memakai satu variabel independen yang diteliti yaitu EVA, sedangkan MVA merupakan variabel dependen.

Menurut M. Nafarin (2007), analisis regresi merupakan salah satu analisis data kuantitatif untuk memperhitungkan besarnya pengaruh secara kuantitatif dari perubahan suatu kejadian terhadap kejadian lainnya. Perubahan suatu kejadian dapat dinyatakan dengan perubahan nilai variabel. Hasil analisis dapat digunakan untuk dasar menilai suatu kebijakan. Persamaan regresi sederhana yang dikembangkan yaitu :

Y = + βX + ε...(3)

Keterangan :

� = Konstanta

β = Koefisien parameter regresi X = Variabel dependen

Y = Variabel independen ε = Faktor kesalahan

Jika langsung diaplikasikan ke dalam penelitian ini maka persamaannya dapat diubah menjadi :

MVA = + β EVA ......(4)

Keterangan :

� = Konstanta

β = Koefisien parameter regresi MVA = Nilai MVA (juta rupiah) EVA = Nilai EVA (juta rupiah)

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data time series (deret waktu) karena data ini merupakan kumpulan kinerja keuangan BRI dalam lima tahun (tahun 2006 s.d tahun 2010). Data dari penelitian ini diolah dengan menggunakan alat analisis regresi dan korelasi untuk menunjukkan pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen serta hubungan antar variabel tersebut. Sebelum analisis regresi dan

korelasi dilakukan, terlebih dahulu dilakukan uji normalitas data dengan menggunakan uji Kolomogrov Smirnov. Kolomogrov Smirnov digunakan untuk mengetahui apakah data berdistribusi secara normal atau tidak. Data dinyatakan berdistribusi normal jika signifikansi lebih besar dari 0,05 atau sebesar 5 persen. Data diolah dengan menggunakan program statistik yaitu Statistic Packages For Social Sciences (SPSS) Version 11.5.

2.7 Struktur Modal

Menurut Astuti (2002), struktur modal adalah bauran atau perpaduan dari hutang jangka panjang, saham preferen dan saham biasa. Struktur modal yang ditargetkan adalah perpaduan antara hutang, saham preferen, saham biasa yang dikehendaki perusahaan dalam struktur modalnya, sedangkan struktur modal yang optimal adalah struktur modal yang mengoptimalkan keseimbangan antara resiko dan pengembalian sehingga memaksimumkan harga saham.

Dalam laporan keuangan neraca sisi kredit, dapat dilihat susunan atau struktur modal yang pada suatu perusahaan. Bagian dari struktur modal ini disebut komponen modal. Jadi, pos-pos yang berada pada sisi kanan neraca yang terdiri berbagai jenis hutang, saham preferen dan ekuitas saham biasa disebut komponen modal. Komponen modal adalah salah satu jenis modal yang digunakan perusahaan untuk mendapatkan dana.

1. Biaya Hutang, Kd (1-T)

Karena sumber modal perusahaan biasanya lebih dari satu sumber, maka perhitungan biaya modalnya adalah biaya modal rata-rata tertimbang/WACC (Weighted Average Cost of Capital). Dalam perhitungan WACC, harus konsisten dalam menggabung berbagai biaya komponen modal. Karena itu dalam WACC dipakai dasar perhitungan sesudah pajak atau after tax basis. Seperti kita ketahui biaya penerbitan saham biasa dan biaya modal komponen laba ditahan adalah after tax basis, jadi biaya hutang juga harus after tax basis. Tingkat bunga pinjaman yang dibayarkan perusahaan ke bank adalah suku bunga nominal yaitu suku bunga sebelum pajak atau Kd yang belum after tax basis. Bila kita lihat pada laporan rugi laba, pembayaran bunga adalah sebelum pajak, sehingga biaya bunga yang dibayar perusahaan karena ada hutang jangka panjang menyebabkan jumlah pajak perusahaan lebih kecil. Jadi suku bunga pinjaman nominal (Kd) menyebabkan

terjadinya penghematan pajak sebesar Kd x T. Perhitungan pajak berasal dari laba yang dikurangi bunga dikali tingkat pajak.

Penghematan pajak dari adanya biaya bunga = Kd x T...(5) Jadi biaya bunga after tax basis = Kd – (Kd x T)

= Kd (1-T)...(6)

2. Biaya Saham Preferen (Kp)

Biaya komponen saham preferen adalah biaya yang harus dibayar oleh perusahaan yang menerbitkan saham preferen untuk memenuhi kebutuhan dana jangka panjang. Saham preferen mempunyai karakteristik adanya penghasilan tetap bagi pemiliknya dan memiliki hak tebus dan dapat dipertukarkan dengan saham biasa. Saham preferen lebih aman dibandingkan dengan saham biasa karena memiliki hak klaim terhadap kekayaan perusahaan dan pembagian deviden terlebih dahulu. Saham preferen jumlahnya lebih sedikit dibanding dengan saham biasa. 3. Biaya Komponen Ekuitas (Ks/Ke)

Biaya komponen ekuitas adalah biaya yang timbul karena pemenuhan kebutuhan modal dari menerbitkan saham biasa. Biaya ekuitas ini adalah biaya karena pembayaran dividen, dapat dihitung dengan pendekatan CAMP, dijabarkan pada Persamaan 13.

4. Biaya Komponen Laba Ditahan (Kr)

Salah satu alasan yang menyebabkan perlunya kita memperhitungkan biaya modal atas laba laba yang ditahan yaitu prinsip biaya oportunitas. Biaya komponen laba ditahan adalah tungkat pengembangan yang dikehendaki pemegang saham biasa perusahaan, jadi biaya komponen laba ditahan sama dengan biaya komponen ekuitas atau Kr = Ks.

2.8 Peramalan (Forecasting)

Menurut M. Nafarin (2007), ramalan (forecasting) adalah proses aktivitas meramalkan suatu kejadian yang mungkin terjadi dimasa mendatang dengan cara mengkaji data yang ada. Menurut Darsono (2006), untuk mengadakan peramalan terlebih dahulu dikumpulkan data historis suatu kegiatan bisnis kemudian diolah menjadi informasi relevan untuk mengambil keputusan manajemen dalam membuat perencanaan keuangan. Peramalan bisnis itu dituangkan dalam angka-angka keuangan menjadi peramalan keuangan suatu unit organisasi bisnis.

Pada penelitian ini, model peramalan yang dipakai adalah model peramalan Double Exponential Smoothing menggunakan data historis dalam bentuk time series tahunan dengan menggunakan Software Minitab 15. Metode ini dipakai karena data yang diramalkan berbentuk trend (tidak stasioner) yaitu ditandai dengan adanya kecenderungan arah data bergerak menaik (growth) atau menurun (decline) pada jangka panjang. Menurut Santoso (2009), metode forecasting yang tepat pada data non stasioner adalah metode double exponential smoothing (holt method).

Dokumen terkait