• Tidak ada hasil yang ditemukan

DAFTAR LAMPIRAN

2. Kekurangan MVA

3.3 Pengolahan dan Analisis Data

Pengolahan data dilakukan dengan cara manual dan menggunakan Microsoft Office Excel 2007, SPSS 11.5, dan Minitab 15, kemudian dianalisis secara kualitatif dan kuantitatif berdasarkan kerangka pemikiran yang telah disusun. Pengolahan data secara kualitatif menggunakan metode deskriptif meliputi penguraian aspek profil dan sistem manajemen BRI. Metode analisis data kuantitatif dilakukan untuk mengkaji kinerja keuangan BRI dengan menggunakan perhitungan nilai EVA, MVA, analisis pengaruh EVA terhadap MVA serta analisis peramalan kinerja keuangan BRI dimasa yang akan datang.

3.3.1 Metode Perhitungan EVA

Berikut ini adalah tabel tahapan perhitungan yang dilakukan :

Tabel 3. Tahapan Perhitungan EVA

Tahapan Perhitungan Sumber

1. NOPAT NOPAT = Laba Bersih – Biaya Bunga Laba Rugi 2. Kd* Kd = ���� ���� ����� Kd* =Kd (1 – T) Laba Rugi Neraca 3. Ke Ke = ������ ���� �ℎ�� + ����ℎ Diketahui 4. Struktur Modal Wd = ����� ���� We = ������ ���� Neraca

5. WACC WACC =[(�� ∗x �) + (�� x �)] Neraca Data historis saham

6. IC IC = Asset- Non Intresting Bearing Liabilities Neraca

7. COC COC= WACC x IC Neraca

8. EVA EVA = NOPAT – COC Neraca, Laba Rugi, Data Historis Saham Untuk menghitung Ke (biaya ekuitas) digunakan pendekatan CAPM. Menurut O’Byrne dan Young (2001), CAMP dikembangkan secara independen oleh Profesor William Sharpe dari Universitas Stanford dan Jhon Lintner dari Universitas Harvard. E. Pendekatan dengan konsep tersebut menghasilkan hasil yang lebih akurat dan lebih banyak dipakai dengan penenentuan biaya ekuitas dalam menilai EVA. Berikut ini merupakan langkah-langkah Metode CAMP :

. ���= ��−���− +��

��− ...(7)

Keterangan:

�� = tingkat pengembalian saham perusahaan bulan ke-t

�_�� = harga saham per lembar bulan t

�_(�� −1) = harga saham per lembar bulan sebelumnya � = dividen pada bulan ke t

. � =�����−�����−

�����− ...(8)

(� ) =∑ � �

Keterangan :

Rmt = Tingkat pengembalian pasar pada bulan ke-t

IHSGt = Indeks Harga Saham Gabungan bulan ke-t

IHSGt−1 = Indeks Harga Saham Gabungan bulan ke t-1

N = Jumlah data

E (Rm) = Tingkat pengembalian pasar yang diharapkan 3. �_�= ��� � �...(10) ��� = ∑�= (���−��)(� �−� )...(11) = ∑�= (� �−� ) − ...(12) Keterangan : β� = Koefisien beta

σim = Kovarian tingkat pengembalian saham i dengan tingkat

pengembalian pasar σ2

� = varian tingkat pengembalian pasar

Rm = Tingkat pengembalian atas resiko pasar Rmt = Tingkat pengembalian pasar pada periode t 4. Rf = Tingkat pengembalian bebas risiko

= Tingkat suku bunga SBI

5. Ke = Rf + i E(Rm – Rf)...(13) MRP = Rm – Rf...(14) Ke = Rf +( i x MRP)...(15)

Keterangan :

Rm = tingkat pengembalian atas resiko pasar

β = Faktor resiko (beta) yang berlaku untuk perusahaan MRP = Market Premium Risk (Premi Resiko Pasar)

Struktur modal suatu bank yang optimal akan menghasilkan keseimbangan antara resiko dan tingkat pengembalian sehingga akan memaksimalkan harga saham. Struktur modal bank yang optimal adalah persentase yang seimbang antara komponen hutang dan modal yang dimiliki bank. Nilai persentase komponen hutang diberi lambang Wd, dan untuk persentase komponen modal diberi lambang We. WACC (rata-rata tertimbang biaya modal) diperoleh dari pengalian bobot tertimbang atas hutang dan modal ekuitas bank dari keseluruhan

struktur modal perusahaan. Untuk menghitung WACC harus diketahui jumlah hutang dan jumlah ekuitas dalam struktur modal berdasarkan nilai pasar, biaya hutang, tingkat pajak, dan biaya ekuitas.

Selanjutnya dilakukan penghitungan IC yang merupakan aset dikurangi dengan non interest bearing liabilitis. COC (biaya modal) dihitung dengan cara mengalikan WACC dengan modal yang diinvestasikan (IC). Dari penghitungan tahap-tahap tersebut akan diperoleh nilai EVA dengan memasukkan rumus perhitungan EVA, dimana NOPAT dikurangi dengan COC, seperti pada persamaan satu.

3.3.2 Metode Perhitungan MVA

Nilai MVA diperoleh dari nilai pasar dikurangi dengan modal yang diinvestasikan investor. Dalam perhitungan MVA terdapat empat komponen tahapan yang perlu dilakukan, yaitu :

Tabel 4. Tahapan Perhitungan MVA

Nilai pasar suatu bank maupun perusahaan merupakan penjumlahan antara saham biasa, bunga minoritas, dan total hutang. Dengan kata lain, nilai pasar suatu bank dapat diperoleh dari harga saham yang tercantum pada akhir periode penutupan. Shares Out standing adalah jumlah lembar saham yang beredar yang dimiliki oleh suatu bank. Sedangkan bookvalue (nilai buku) merupakan total ekuitas yang tercatat pada laporan neraca bank. Selanjutnya, apabila semua komponen tahapan telah diketahui maka MVA dapat dihitung dengan mengalikan harga saham dan shares outstanding, kemudian dikurangi dengan book value, secara singkat dapat dilihat pada persamaan dua.

3.4 Analisis Pengaruh EVA terhadap MVA

Analisis regresi sederhana adalah analisis yang digunakan untuk menganalisis satu variabel terikat (Y) dengan menggunakan satu variabel bebas (X). Oleh karena itu,

Tahapan Perhitungan Sumber

1. Market Value Harga penutupan saham Data historis harga saham 2. Shares

Outstanding Jumlah saham yang beredar

Data historis harga saham

3. Book Value Ekuitas Neraca

4. MVA (Harga pasar saham x Shares Ourstanding) – Book Value

Data historis harga saham, neraca

analisis pengaruh EVA terhadap MVA dilakukan dengan menggunakan metode analisis regresi sederhana, karena hanya menganalisis satu variabel bebas yaitu EVA. Selain itu, dilakukan analisis korelasi (correlation analysis), yaitu analisis yang digunakan untuk mengetahui hubungan sebab akibat antara variabel.

Menurut Nafarin (2007), hubungan saling ketergantungan antara dua variabel harus diuji dengan koefisien korelasi. Koefisien korelasi menunjukkan angka paling kecil -1 dan paling besar +1. Bila koefisien korelasi mendekati satu berarti pengaruh X terhadap Y adalah besar, tidak peduli apakah koefisien korelasi tersebut positif atau negatif. Apabila korelasi tersebut positif berarti semakin besar X dan semakin besar Y. Sebaliknya, bila korelasi tersebut negatif berarti semakin besar X dan semakin kecil Y atau semakin kecil X dan semakin besar Y. Jika koefisien korelasi mendekati nol berarti pengaruh dari variabel tersebut kecil sekali (tidak berpengaruh).

Dalam penelitian ini, uji korelasi dan regresi dilakukan dengan menggunakan SPSS 11.5. Jika dalam pengujian hasil R2 (koefisien determinan) positif (mendekati satu), berarti pengaruh variabel X sangat besar terhadap variabel Y. Sebelum melakukan uji korelasi dan regresi, dilakukan uji normalitas data dengan menggunakan uji Kolmogorov Smirnov. Kolmogorov Smirnov adalah uji beda antara data yang diuji normalitasnya dengan data normal baku. Penerapan pada uji Kolmogorov Smirnov adalah bahwa jika signifikansi<0,05 berarti data yang diuji mempunyai perbedaan yang signifikan dengan data normal baku, berarti data tersebut tidak normal. Jika signifikansi>0,05 maka berarti tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara data yang diuji dengan data normal baku, artinya data yang kita uji normal.

Penelitian ini menggunakan data time series dari hasil analisis laporan keuangan BRI selama periode tertentu sebagai sumber data. Periode waktu laporan keuangan yang digunakan sebagai sumber data adalah laporan keuangan selama lima tahun terakhir (2006-2010).

3.4.1 Perumusan dan Pengujian Hipotesis

Menurut Kountur (2005), hipotesis merupakan jawaban sementara atau dugaan jawaban dari suatu masalah. Pengujian hipotesis perlu dilakukan untuk melihat kelayakan model yang dirancang serta untuk mengetahui apakah variabel independennya memiliki pengaruh yang signifikan atau tidak terhadap variabel dependen. Hipotesis yang dirumuskan dalam penelitian ini adalah variabel EVA yang telah didefenisikan memiliki pengaruh yang signifikan terhadap MVA. Perumusan hipotesisnya adalah sebagai berikut :

Ho = Dinyatakan bahwa tidak ada pengaruh yang signifikan antara variabel independen dalam hal ini adalah EVA terhadap variabel dependen MVA. Ha = Dinyatakan bahwa ada variabel lebih besar atau lebih kecil dari nol dan ini menunjukkan bahwa terdapat pengaruh signifikan antara variabel independen yakni EVA terhadap variabel dependen yaitu MVA.

Besarnya nilai kesalahan α yang diasumsikan dalam pengujian hipotesis ini yaitu besarnya kesalahan jika menolak Ho padahal Ho itu benar adalah sebesar 5 persen. Penolakan dan uji signifikasi terhadap kontribusi masing-masing variabel independen ditunjukkan oleh besarnya nilai p (p-value) yang diperoleh dari program statistik SPSS 11.5.

3.5 Peramalan (Forecasting) Kinerja Keuangan

Pada penelitian ini, komponen yang diramalkan adalah komponen laporan keuangan rugi laba dan neraca. Maksud dari peramalan ini adalah untuk mengetahui bagaimana keadaan atau perkembangan keuangan BRI di tahun 2011. Model peramalan yang dipakai adalah model peramalan Double Exponential Smoothing menggunakan data historis dalam bentuk time series tahunan dengan menggunakan Software Minitab 15.

Metode ini menyesuaikan faktor trend yang ada pada pola data. Dipopulerkan oleh C.C. Holt (1957), model ini menambahkan faktor pertumbuhan (growth factor) atau faktor trend (trend factor) pada persamaan dasar dari smoothing.

Rumus Holt’s Linear Smoothing : Untuk komponen level estimate :

�� = ��+ ( − )(��− +��− )...(16)

Untuk komponen trend estimate :

��= β(��− ��− ) + ( − )��− ...(17)

Untuk forecast periode ke p dari data tertentu : (berdasar angka di kolom FITS 1 pada MINITAB)

Ý+ =�+��...(18)

Di mana :

L = level estimate (dipengaruhi oleh besaran) T = trend estimate (dipengaruhi oleh besaran) Ý = nilai forecast untuk periode mendatang

3.5.1 Pengujian Error (Residu)

Pengujian untuk mengetahui dapat atau tidaknya metode Holt dengan α = 0,2 dan β=0,2 dalam forecasting komponen neraca dan rugi laba, t tabel dihitung dari tingkat signifikansi 5% yang dibagi dua, serta df adalah jumlah data dikurang 1 (jumlah data-1), atau dalam penelitian ini adalah 4 (5-1), t (0,025;4) adalah ± 2,776. Jika t hitung < dari t tabel maka pengamatan dari correlogram tidak error dan bersifat random. Demikian juga dengan angka LJUNG-BOX Q, jika pada lag 10 (LBQ per komponen yang di forecast) < 2 tabel (0,025;4) = 11,143, maka

keduanya menunjukkan forecasting dengan metode Holt dengan kriteria α= 0,2 dan β=0,2 dapat digunakan untuk memprediksi rata-rata komponen yang di forecasting di masa mendatang.

3.5.2 Mengukur Ketepatan Forecasting

Menurut S. Santoso (2009), menghitung kesalahan (akurasi perhitungan) forecasting sering pula disebut dengan menghitung ketepatan pengukuran (accurancy measures). Dalam praktek ada beberapa alat ukur yang sering digunakan untuk menghitung kesalahan prediksi :

1. MAPE (Mean Absolute Percentage Error)

MAPE = ��∑ ���− �

�� �

�= ...(19)

2. MAD (Mean Absolute Deviation)

MAD =�− |�|...(20)

3. MSD/MSE (Mean Squared Deviation/Mean Squared Error)

MSE = = (�) ...(21)

Di mana :

At = Data aktual pada waktu t Ft = Data forecasting pada waktu t n = Jumlah data

Pada dasarnya ketiga rumus di atas mengukur seberapa jauh data hasil forecast berbeda dengan data asli (aktual)-nya. Karena ada kemungkinan selisih dua data tersebut negatif, karena data aktual lebih besar dari data forecast-nya, maka selisih tersebut kemudian dimutlakkan. Sedangkan untuk rumus MSD (MSE) hal itu tidak perlu dilakukan karena dengan mengkuadratkan selisih keduanya, otomatis tidak akan ada data bernilai negatif.

Pada pengukuran MAD, hanya dilakukan selisih data aktual dengan data forecast, yang kemudian dirata-rata sesuai jumlah data yang ada. Sedangakan pengukuran MSD/MSE, selisih tersebut dikuadratkan, kemudian dijumlahkan. Untuk MAPE, selisih kedua data tersebut dijadikan dalam dalam bentuk persentase. Minitab dan sejumlah besar software menggunakan ketiga ukuran kesalahan prediksi yang populer ini. Semakin kecil nilai dari ketiganya maka semakin akurat hasil forecasting yang diperoleh.

3.6 Hasil yang Diharapkan (Expected Results)

Hasil yang diharapkan dari penelitian ini diantaranya :

1. Nilai EVA dan MVA yang diperoleh dari hasil penelitian ini positif

2. Adanya hubungan antara EVA dengan MVA (nilai EVA mempengaruhi nilai MVA) 3. BRI memiliki struktur modal yang optimal selama periode penelitian (2006-2010) 4. Prediksi keadaan keuangan BRI masa yang akan datang menunjukkan peningkatan

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum Perusahaan

4.1.1 Sejarah Perusahaan

Berawal dari sebuah badan pengelola dana masjid di Purwokerto yang bertugas mengelola dan menyalurkan dana kepada masyarakat dengan skema yang sederhana. Raden Aria Wiriatmaja pada tanggal 16 Desember 1895, mendirikan De Poerwokertosche Hulp en Spaarbank der Inlandsche Hoofden. Lembaga ini memberikan manfaat yang sangat besar bagi perekonomian masyarakat.

BRI mengalami beberapa kali perubahan nama, seperti menjadi Hulp-en Spaarbank der Inlandshe Bestuurs Ambtenareen (1895), De Poerwokertosche Hulp Spaar-en Landbouw Credietbank atau Volksbank (1912). Kembali mengalami perubahan nama menjadi Centrale Kas Voor Volkscredietwezen Algemene (1912) dan berubah menjadi Algemene Volkscredietbank atau dikenal juga sebagai AVB (1934). Pada masa pendudukan Jepang di Indonesia, AVB berganti namanya menjadi Syomin Ginko (1942-1945).

Melalui Peraturan Pemerintah No. 1 Tahun 1946, pada tanggal 22 Februari 1946 Pemerintah Indonesia mengubah nama Syomin Ginko menjadi Bank Rakyat Indonesia (BRI). Saat itu BRI, sebagai bank Pemerintah, menjadi ujung tombak dalam pembangunan perekonomian nasional. Nama BRI kemudian diubah lagi oleh Pemerintah pada tahun 1960 menjadi Bank Koperasi Tani Nelayan (BKTN). Berdasarkan Undang-Undang No. 21 Tahun 1968, Pemerintah kembali menetapkan nama Bank Rakyat Indonesia sebagai bank umum.

BRI mengalami perubahan badan hukumnya tahun 1992 PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) berdasarkan Undang- Undang Perbankan No.7 Tahun 1992. Dan menjadi Perseroan Terbuka pada tanggal 10 November 2003 dan mencatatkan sahamnya di Bursa Efek Jakarta, kini Bursa Efek Indonesia (BEI), dengan kode “BBRI”. Saham BRI sampai saat ini tergabung dalam indeks saham LQ-45 dan menjadi salah satu saham unggulan (blue chip) di BEI. Selain itu, BRI mengakuisisi Bank Jasa Artha pada tahun 2007 yang kemudian dikonversi

menjadi PT Bank BRISyariah dan pada 24 November 2010 BRI telah melakukan akuisisi saham PT Bank Agroniaga Tbk.

Sejak awal didirikan, fokus usaha BRI adalah pada pelayanan perbankan di segmen Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) dan hingga sekarang BRI tercatat sebagai bank yang memberikan dana kredit UMKM terbesar nasional. Sebagian besar saham BRI dimiliki oleh Negara Republik Indonesia sebesar 56,75% dan sisanya sebesar 43,25% dimiliki oleh masyarakat. Nilai kapitalisasi pasar saham BRI pada akhir tahun 2010 mencapai Rp129,57 triliun atau sekitar 4,13% dari total nilai kapitalisasi pasar Bursa Efek Indonesia.

4.1.2 Visi, Misi, Strategi dan Budaya Perusahaan

1. Visi BRI

Menjadi bank komersial terkemuka yang selalu mengutamakan kepuasan nasabah.

2. Misi BRI

a. Melakukan kegiatan perbankan yang terbaik dengan mengutamakan pelayanan kepada usaha mikro, kecil dan menengah untuk menunjang peningkatan ekonomi masyarakat.

b. Memberikan pelayanan prima kepada nasabah melalui jaringan kerja yang tersebar luas dan didukung oleh sumber daya manusia yang profesional dengan melaksanakan praktek good corporate governance.

c. Memberikan keuntungan dan manfaat yang optimal kepada pihak-pihak yang berkepentingan.

3. Strategi Perusahaan

Kunci sukses BRI dalam meraih laba adalah jaringan kerja yang luas, jenis layanan yang dapat memenuhi kebutuhan, program peningkatan loyalitas karyawan dan pelayanan prima bagi nasabah. Sebagai bukti jaringannya yang luas, BRI juga memiliki jaringan yang ada di perbatasan Indonesia yaitu Entikong (Kalimantan Barat), Tarakan dan Siluas (Kalimantan Timur) untuk menjaga jaringan dengan Malaysia. Selain itu ada BRI Merauke yang dapat menjangkau Papua Nugini dan Atambua NTT yang menjangkau Timor Leste. BRI juga mengubah image dari bank wong ndeso menjadi bank negeri sendiri yang mampu melayani semua kalangan sama baiknya didukung oleh teknologi informasi mutahir dan sumber daya manusia profesional serta melaksanakan praktek risk management dan good corporate governance walaupun sebagian

besar (80 persen) kredit yang diberikan BRI ditujukan pada Mikro dan UKM. Jaringan kerja BRI juga cukup merata, BRI memiliki produk yang lengkap mulai dari menengah dan korporasi, ritel, prioritas, konsumer hingga mikro.

Strategi BRI sebagai bagian pelaksanaan pengembangan bisnis ditahun 2009-2011 dituangkan kedalam Rencana Bisnis Bank (RBB). Strategi bisnis tersebut mencakup skala pendek dan menengah, sebagai berikut :

a. Pengembangan bisnis BRI yang didukung oleh strategi peningkatan kualitas dan kuantitas SDM yang profesional, fitur produk, layanan dan dukungan teknologi informasi yang handal berupa:

i. Pertumbuhan kredit dengan fokus pembiayaan pada sektor UMKM dengan tetap memperhatikan prinsip-prinsip kehati-hatian (prudential principles)

ii. Pertumbuhan dana pihak ketiga yang didominasi oleh pertumbuhan dana murah (lowcost funds) dengan komposisi minimal 60%.

b. Meningkatkan budaya kerja berbasis risiko (risk culture) dan penerapan manajemen risiko yang efektif pada seluruh jajaran unit kerja.

c. Penguatan struktur modal untuk menunjang pengembangan bisnis BRI. d. Pengembangan jaringan kerja baru berupa Kantor Cabang, Kantor Cabang

Pembantu, Kantor Kas, BRI Unit dan electronic channel seperti ATM, Cash Deposit Machine (CDM), Electronic Data Capture (EDC) untuk meningkatkan jangkauan pelayanan.

e. Meningkatkan kegiatan komunikasi pemasaran untuk setiap produk dan jasa sejalan dengan strategi pemasaran korporat sehingga dapat meningkatkan penjualan dan membentuk Corporate Image di mata masyarakat.

4. Budaya Perusahaan

BRI menerapkan nilai-nilai perusahaan (corporate value) yang menjadi landasan berpikir, bertindak, serta berperilaku setiap insan BRI sehingga menjadi budaya kerja perusahaan yang solid dan berkarakter. Nilai- nilai tersebut adalah integritas, profesionalisme, kepuasan nasabah, keteladanan, dan penghargaan kepada SDM. BRI sebagai perusahaan terbuka berkomitmen mematuhi seluruh ketentuan perundang-undangan yang berlaku dalam kegiatan operasional bank maupun pasar modal. Hal tersebut telah mendorong BRI untuk selalu mengutamakan prudential banking dan

kepentingan stakeholders. Komitmen ini juga diwujudkan dalam bentuk tata kelola perusahaan sebagai berikut:

a. Mengintensifkan program budaya sadar risiko dan kepatuhan kepada setiap pekerja di seluruh unit kerja;

b. Mengintensifkan peningkatan kualitas pelayanan di seluruh unit kerja; c. Menjabarkan dan memonitor setiap kemajuan yang dicapai perusahaan ke

dalam rencana tindakan yang terukur dan dapat dipertanggungjawabkan oleh setiap unit kerja;

d. Menerapkan kebijakan reward dan punishment yang tegas dan adil. (bri.co.id).

4.1.3 Manajemen dan Struktur Perusahaan

BRI memiliki badan hukum Perseroan pada tahun 1992 dan menjadi perseroan terbuka sejak 10 November 2003, saham BRI dimiliki oleh Negara Republik Indonesia sebesar 56,75 persen dan sisanya sebesar 43,25 persen dimiliki oleh masyarakat. Saat ini, kantor pusat BRI berlokasi di Gedung BRI I, Jln. Jenderal Sudirman Kav. 44-46, Jakarta. BRI merupakan bank dengan jaringan kerja terbesar di Indonesia. Sampai dengan akhir tahun 2010, BRI telah memiliki 7.004 jaringan kerja di seluruh Indonesia, yang terdiri dari 18 Kantor Wilayah, 14 Kantor Inspeksi, 413 Kantor Cabang, 470 Kantor Cabang Pembantu, 822 Kantor Kas, 4.649 BRI Unit dan 617 Teras BRI. Dalam menjalankan usahanya, saat ini BRI memiliki sepuluh orang direksi dan tujuh orang komisaris. Struktur organisasi BRI dapat dilihat pada Lampiran 3.

4.1.4 Kegiatan Usaha BRI

BRI merupakan salah satu bank pemerintah terbesar di Indonesia, sejak tahun 2009 BRI menduduki peringkat kedua dengan aset terbesar bank umum nasional setelah Bank Mandiri. Dalam rangka memenuhi kebutuhan nasabahnya, BRI menyediakan 6.085 Anjungan Tunai Mandiri (ATM), yang terintegrasi ke lebih dari 25.000 jaringan ATM (Link, ATM Bersama, dan Prima). Selain ATM, BRI memiliki 100 KiosK, 71 Cash Deposit Machine (CDM), 13.631 Electronic Data Capture (EDC). Nasabah BRI juga dapat memanfaatkan fasilitas layanan e- banking yang terdiri dari phone banking 24 jam, SMS banking dan internet banking. (bri.co.id). BRI juga memiliki 1 Kantor Perwakilan New York, 1 Kantor Perwakilan Cabang Cayman Island dan 1 Kantor Perwakilan Hongkong.

BRI terkenal dengan fokusnya pada pembiayaan, Mikro dan Usaha Kecil Menengah (UMKM). BRI dianggap sebagai salah satu penyedia terbesar Pinjaman Mikro di dunia. Dari total portofolio kredit, 80 persen untuk Mikro dan UKM. Melayani Mikro dan UKM memungkinkan BRI memiliki portofolio kredit baik, diversifikasi baik untuk meminimalkan risiko usaha. Mengingat sifat bisnisnya, BRI memiliki jaringan terbesar dengan lebih dari 7.004 jaringan kerja menyebar seluruh Indonesia dari desa ke kota membuat BRI siap untuk merebut semua peluang bisnis di seluruh Indonesia. Selain itu, BRI juga memiliki basis pelanggan besar, lebih dari 30 juta penabung dan peminjam yang memberikan keunggulan kompetitif bagi BRI untuk mengembangkan perusahaan bisnis termasuk bisnis berbasis biaya.

Untuk melayani pelanggan, BRI memiliki berbagai macam produk dan jasa perbankan. Kupedes, sebuah produk pinjaman bagi peminjam mikro, secara luas dikenal untuk pengusaha mikro. Selain itu BRI juga menyediakan kredit modal kerja, kredit aktiva tetap, pinjaman konsumen, gaji berbasis pinjaman, ekspor/ impor pinjaman, dll. Simpedes merupakan produk tabungan yang menonjol dalam pedesaan dan kota kecil, sedangkan Britama dirancang untuk orang-orang perkotaan. BRI juga menawarkan deposito dan giro. Didukung oleh model bisnis yang solid dan infrastruktur, BRI telah menjadi bank yang paling menguntungkan di Indonesia. BRI akan terus mengembangkan usahanya untuk memberikan nilai yang lebih baik untuk shareholder dan stakeholder. Tahun 2011 ini, BRI masih mengandalkan sektor usaha mikro kecil menengah (UMKM) dalam penyaluran kreditnya.

Seperti bank-bank besar lainnya, BRI juga menawarkan produk-produk syariah melalui BRI Syariah yang meliputi pembiayaan, pendanaan dan jasa-jasa lainnya berdasarkan prinsip-prinsip ajaran islam.

4.2 Kinerja Keuangan PT Bank Rakyat Indonesia (Persero), Tbk

Kinerja keuangan BRI secara umum mengalami kemajuan dari tahun ke tahun, antara lain terlihat dari peningkatan dan perbaikan beberapa parameter, antara lain : 1. Total aset BRI tahun 2006 sebesar Rp154,725 triliun, pada tahun 2007 meningkat

sebesar 31,7 persen menjadi Rp203,735. Tahun 2008, aset BRI kembali meningkat sebesar 20,8 persen dari tahun sebelumnya menjadi Rp 246,077 triliun, dan tahun 2010 total Aset mencapai Rp404,29 triliun, mengalami peningkatan sebesar Rp

87,34 triliun atau 27,56 persen dibandingkan posisi akhir Desember 2009 sebesar Rp316,95 triliun. Peningkatan ini terutama berasal dari aktiva produktif berupa kredit, penempatan pada bank lain dan Bank Indonesia.

2. Kredit yang disalurkan BRI dari tahun ke tahun juga mengalami peningkatan yaitu Rp90,283 triliun pada tahun 2006 meningkat sebesar Rp23,690 triliun (26,2 persen) pada tahun berikutnya yaitu sebesar Rp113,973 triliun. Tahun 2008 juga mengalami peningkatan sebesar Rp 47,135 triliun (41,4 persen) menjadi Rp 161,108 triliun. Kredit yang disalurkan pada tahun 2010 mencapai Rp252,49 triliun, mengalami peningkatan sebesar Rp44,37 triliun atau 21,32 persen dibandingkan posisi akhir Desember 2009 sebesar Rp208,12 triliun.

3. Dana pihak ketiga tahun 2006 sebesar Rp124.468 triliun meningkat sebesar Rp41,132 triliun (33 persen) menjadi Rp165,600 triliun di tahun 2007. Dana pihak ketiga tahun 2008 meningkat sebesar Rp35,937 triliun (21,7 persen) menjadi Rp 201,537 triliun. Sedangkan tahun 2010, dana pihak ketiga yang berhasil dikumpulkan BRI mencapai Rp333,65 triliun, mengalami peningkatan sebesar Rp77,72 triliun atau 30,37 persen dibandingkan posisi akhir Desember 2009 sebesar Rp255,93 triliun. Komposisi dana murah terhadap dana mahal posisi Desember 2010 adalah 60,95 persen : 39,05 persen.

4. Kredit bermasalah (Non performing loan gross) terus mengalami penurunan, tahun 2006 nilainya sebesar 4,81 persen turun menjadi 3,44 persen di tahun 2007, namun di tahun 2009 yang sempat mencapai 3,52 persen dibanding tahun 2008 yang nilainya hanya 2,80 persen, sedangkan tahun 2010 mengalami perbaikan dibandingkan posisi 2009 yaitu menjadi 2,78 persen .

5. Pendapatan bunga bersih tahun 2006 sebesar Rp 13,789 truliun meningkat sebesar 21,1 persen menjadi Rp 16,697 triliun pada tahun 2007, dan meningkat lagi di tahun 2008 sebesar Rp 2,864 triliun (17,2 persen) dari tahun sebelumnya menjadi Rp 19,561 triliun. Tahun 2010 mencapai Rp32,89 triliun, mengalami peningkatan sebesar Rp9,84 triliun atau 42,69 persen dibandingkan posisi akhir Desember 2009 sebesar Rp23,05 triliun.

6. Laba bersih setelah pajak periode tahun buku 2007 mengalami peningkatan sebesar

Dokumen terkait