• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS DAN PEMBAHASAN

5.3. Pengujian Data Hipotesis

5.4.1. Pengaruh faktor-faktor informasi akuntansi terhadap underpricing

Faktor-faktor informasi akuntansi yang digunakan dalam penelitian ini adalah (ROA, EPS, DER, SIZE). Dari hasil uji normalitas data, data penelitian berdistribusi normal. tidak terjadi multikolinearitas, autokorelasi dan heterokedastisitas dalam model regresinya. Sehingga hasil prediksi yang digunakan mempunyai tingkat kesalahan baku yang kecil dan dapat digunakan memprediksi underpricing bagi para investor. Berdasarkan hasil pengujian regresi, faktor-faktor informasi akuntansi berpengaruh terhadap underpricing pada

tingkat signifikansi 5% dengan kontribusi sebesar 13,1%, sedangkan sisanya dijelaskan oleh variabel lain yang tidak diteliti di dalam penelitian ini.

5.4.1.1. Return on assets (ROA)

Secara parsial ROA berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap

underpricing. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa penelitian ini tidak dapat menunjukkan pengaruh yang signifikan antara variabel ROA terhadap tingkat

underpricing. Walaupun variabel ROA tidak signifikan dalam model ini, namun arah koefisiennya yang negatif dapat diartikan bahwa semakin tinggi kemampuan perusahaan menghasilkan keuntungan dengan seluruh modal yang dimilikinya akan mengurangi ketidakpastian IPO (fenomena underpricing) sehingga akan menambah keyakinan investor akan prospek perusahaan di masa mendatang sehingga tingkat underpricing semakin kecil. Tidak signifikannya pengaruh tersebut mungkin disebabkan investor sudah mengira bahwa laporan keuangan perusahaan yang menerbitkan saham baru kurang menunjukkan kemampuan perusahaan yang sebenarnya. Oleh sebab itu para investor tidak lagi memperhatikan ROA yang tercantum pada prospektus dalam menentukan pembelian saham perusahaan.

Para investor mungkin lebih memperhatikan ROA perusahaan beberapa tahun sebelum perusahaan melakukan penjualan saham perdana. Sehingga investor beranggapan bahwa harga awal saham yang ditawarkan oleh perusahaan tidak didasarkan atas laporan laba rugi dan neraca yang terperinci dan benar untuk jangka waktu minimum tiga tahun. Hasil ini mendukung penelitian yang dilakukan oleh (Wijayanto, 2009) yang menemukan adanya pengaruh negatif dan tidak signifikan antara ROA terhadap underpricing tetapi tidak mendukung

penelitian yang dilakukan oleh (Handayani, 2008) yang menemukan pengaruh yang positif dan tidak signifikan.

5.4.1.2. Earning per share (EPS)

Secara parsial EPS berpengaruh positif dan signifikan terhadap

underpricing. Arah koefisien positif menandakan bahwa semakin besar EPS maka tingkat underpricing akan semakin meningkat. Hubungan ini tidak sejalan dengan hipotesis penelitian yang menyatakan bahwa semakin besar EPS yaitu kemampuan perusahaan membayarkan laba per lembar saham mengindikasi bahwa kemungkinan perusahaan membayar dividen juga semakin besar dan mampu mengurangi ketidakpastian IPO/fenomena underpricing sehingga tingkat

underpricing akan semakin kecil. Namun arah koefisien yang positif mengindikasi bahwa laba per lembar saham yang dibagikan tidak menjadi bahan pertimbangan bagi investor. Tidak signifikannya hubungan ini dimungkinkan karena investor yang melakukan IPO pada tahun 2007-2011 merupakan investor jangka pendek yang tidak mengharapkan dividen melainkan bertujuan untuk memperoleh initial retun dari selisih harga perlembar saham pada pasar perdana dengan harga perlembar saham di pasar sekunder.

Alasan mengapa EPS berpengaruh adalah karena rasio ini memberikan ekspektasi kepada investor untuk memperoleh pengembalian terhadap investasi yang diberikannya. Apabila EPS semakin tinggi maka harapan untuk memperoleh keuntungan akan semakin besar, sehingga harga perdana yang diberlakukan oleh emiten akan mengalami peningkatan. Hasil ini mendukung penelitian yang dilakukan oleh (Handayani, 2008; Wijayanto 2009) yang menemukan bahwa variabel EPS berpengaruh signifikan terhadap underpricing. Namun penelitian ini

tidak mendukung penelitian yang dilakukan oleh (Sulistio, 2005) yang menemukan adanya hubungan negatif dan tidak signifikan terhadap underpricing.

5.4.1.3. Debt equity ratio (DER)

Secara parsial variabel DER berpengaruh negatif dan signifikan terhadap

underpricing. Arah koefisien negatif menandakan bahwa semakin besar DER maka tingkat underpricing akan semakin kecil. Hubungan ini tidak sejalan dengan hipotesis penelitian yang menyatakan bahwa semakin besar DER berarti semakin kecil kemampuan perusahaan untuk membayar utangnya sehingga menambah ketidakpastian IPO/fenomena underpricing sehingga mengakibatkan tingkat

underpricing semakin tinggi karena DER yang tinggi akan mengindikasi bahwa dana hasil IPO akan digunakan untuk membayar hutangya sehingga ketidakpastian IPO akan semakin tinggi.

Tidak signifikannya arah koefisien DER dimungkinkan karena investor yang melakukan pembelian saham pada tahun 2007-2011 merupakan investor jangka pendek sehingga utang yang dimiliki perusahaan tidak menjadi bahan pertimbangan dalam melakukan pembelian di pasar perdana karena investor jangka pendek bertujuan untuk kembali menjual saham yang dibeli pada pasar perdana di pasar sekunder. Selain itu, DER yang tinggi juga mengindikasi bahwa kemungkinan terjadinya kegagalan perusahaan dalam mengembalikan pinjaman akan semakin tinggi sehingga investor kurang berminat untuk membeli pada pasar perdana sehingga tingkat underpricing akan semakin meningkat.

Hasil penelitian ini mendukung penelitian yang dilakukan oleh (Sulistio, 2005) yang menemukan adanya pengaruh negatif dan signifikan antara variabel DER terhadap underpricing, tetapi hasil tidak mendukung penelitian yang

dilakukan oleh (Handayani, 2008) yang menemukan pengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap underpricing.

5.4.1.4. Ukuran Perusahaan (SIZE)

Secara parsial variabel SIZE berpengaruh positif dan signifikan terhadap

underpricing. Arah koefisien positif menandakan bahwa semakin besar ukuran perusahaan maka tingkat underpricing akan semakin tinggi. Hubungan ini tidak sejalan dengan hipotesis yang menyatakan bahwa semakin besar ukuran perusahaan yang diukur melalui total aktiva yang dimiliki perusahaan, akan mengurangi ketidakpastian IPO/fenomena underpricing karena perusahaan yang besar cenderung memiliki resiko yang lebih kecil karena tidak mampu dipengaruhi oleh keadaan pasar. Arah koefisien yang tidak signifikan mungkin disebabkan karena penelitian ini meliputi semua sektor atau tidak pada satu sektor saja karena setiap sektor memiliki tingkat resiko yang berbeda-beda.

Hasil ini mendukung penelitian yang dilakukan oleh (Yolana & Martani 2005 ; Triani & Hikmah 2006) yang menemukan bahwa SIZE berpengaruh negatif dan signifikan terhadap underpricing tetapi hasil ini tidak mendukung penelitian yang dilakukan oleh (Sulistio, 2005) yang menemukan bahwa SIZE berpengaruh negatif tetapi tidak signifikan terhadap underpricing. SIZE perusahaan diperoleh berpengaruh signifikan terhadap tingkat underpricing. Hal ini disebabkan karena pertimbangan bahwa perusahaan yang besar umumnya lebih dikenal, maka informasi mengenai perusahaan besar lebih banyak daripada perusahaan kecil. Informasi yang memadai akan bisa mengurangi tingkat ketidakpastian investor akan prospek perusahaan kedepan.

Dokumen terkait