• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Faktor Personal terhadap Komunikasi Terapeutik antara Perawat Pelaksana dengan Pasien di Rumah Sakit Umum Herna Medan

5 Perawat berupaya menciptakan situasi/ suasana yang meningkatkan integritas diri pasien

5.2. Pengaruh Faktor Personal terhadap Komunikasi Terapeutik antara Perawat Pelaksana dengan Pasien di Rumah Sakit Umum Herna Medan

Pembahasan dalam penelitian ini dilanjutkan dengan melihat pengaruh variabel faktor personal dengan indikator kesamaan karakteristik dan isolasi sosial terhadap komunikasi terapeutik antara perawat pelaksana dengan pasien.

Berdasarkan uji statistik secara univariat dapat dilihat bahwa faktor personal yaitu faktor yang ada dalam diri perawat pelaksana tersebut yang masuk katagori baik ada sebanyak 45 orang (49.5 %) dan yang masuk katagori kurang baik ada sebanyak 46 orang ( 50.5%) responden, sedangkan yang termasuk katagori tidak baik tidak ada. Dari hasil penelitian ini diketahui bahwa faktor personal pada perawat pelaksana yang sudah bekerja di Rumah Sakit Umum Herna Medan sekurang- kurangnya lima tahun belum cukup baik karena masih ada yang perawat yang masuk katagori kurang baik.

Secara multivariat dengan menggunakan uji regresi berganda diketahui bahwa variabel faktor personal berpengaruh signifikan terhadap komunikasi terapeutik di Rumah Sakit Umum Herna Medan dengan p = 0.000 atau p < 0.05, artinya semakin baik faktor personal perawat pelaksana dalam berkomunikasi interpersonal maka semakin baik dan efektif pula komunikasi terapeutik mereka dengan pasien.

Hasil penelitian ini sesuai dengan teori yang dikemukakan Devito dalam Rakhmat (2003) yang menyatakan bahwa hubungan antara individu dalam atraksi interpersonal dipengaruhi oleh faktor personal atau faktor yang ada dalam diri individu tersebut.

Juga sesuai dengan penelitian Fanny (2011) bahwa faktor personal mempunyai pengaruh yang kuat dengan komunikasi terapeutik antara perawat pelaksana dengan pasien di Rumah Sakit Bunda Thamrin Medan.

a. Kesamaan Karakteristik, dan b. Isolasi Sosial

a. Indikator Kesamaan Karakteristik Personal

Berdasarkan hasil penelitian tentang kesamaan karakteristik personal diketahui ada sebanyak 33 orang (36.3%) responden yang menyatakan sering dan sangat sering mencari persamaan dirinya dengan pasien yang dirawat , ada sebanyak 68 orang (74.8%) responden yang menyatakan sering dan sangat sering sulit mengubah pendapatnya, meskipun pasien menuntut untuk itu, kemudian ada sebanyak 7 orang (7.7%) responden yang menyatakan sering sulit menceritakan perihal dirinya kepada teman berbicara, jika tidak punya pandangan sama dengan dia, ada sebanyak 4 orang (4.4%) responden yang menyatakan sering dan 32 orang(35.2%) yang kadang-kadang mengutamakan pasien yang mempunyai keyakinan yang sama dengan dia dan ada sebanyak 14 orang (15.4%) responden yang menyatakan sering dan sangat sering merasa tidak nyaman apabila pasien yang dirawat tidak mempunyai kesamaan pandangan dengan dia.

Dari hasil penelitian diatas tampaklah bahwa masih ada perawat pelaksana yang kadang-kadang merasa sulit untuk melaksanakan komunikasi terapeutik dalam kesamaan karakteristik personal , belum memiliki kasadaran tentang nilai, sikap dan perasaan terhadap pasien. Perawat yang mampu menunjukkan rasa ikhlasnya akan adanya perbedaan antara pasien yang dirawatnya dengan dirinya akan mampu berkomunikasi lebih baik.

Berdasarkan skor atas penilaian terhadap responden tentang kesamaan karakteristik personal adalah yang tertinggi adalah 45 dan yang terendah adalah 21.

Hal ini menunjukkan bahwa masih ada perawat pelaksana yang tidak peka dan respek terhadap perasaan orang lain dalam melaksanakan komunikasi terapeutik. Untuk mendapat tanggapan positif dari pasien, maka seorang perawat harus mampu menjalin hubungan interpersonal yang baik, bukan hanya sekedar penyampaian pesan. Oleh sebab itu seorang perawat harus memiliki kualitas dan kemampuan dalam penyampaian pesan kepada pasien tanpa melihat perbedaan pasien dengan dirinya. Juga harus diingat bahwa karakter personal pasien yang terdiri dari beragam individu, pendidikan, usia, pengalaman, ciri-ciri pribadi, sikap, pekerjaan, latar belakang keluarga, kebiasaan, keturunan, jenis kelamin akan menimbulkan banyak perbedaan yang seharusnya oleh perawat dapat ditoleransi

Hasil wawancara dengan responden ternyata mereka sepenuhnya sudah tahu dan sadar bahwa dalam komunikasi terapeutik tidak boleh melihat perbedaan, tetapi dalam mengimplementasikannya kadang-kadang muncul perasaan bahwa yang sama dengan mereka adalah yang terbaik. Sebenarnya dari lama mereka bekerja semestinya mereka sudah melakukan hal-hal yang sudah mereka ketahui bagaimana sebaiknya, tetapi kadang-kadang masih terpengaruh situasi.

Menurut Devito dalam Rakhmat (2003), kesamaan karakteristik personal merupakan hal yang penting dan menentukan dalam atraksi interpersonal. Orang yang memiliki kesamaan dalam sikap, nilai, keyakinan, tingkat ekonomi, agama dan ideologi cenderung untuk saling menyukai. Atraksi interpersonal merupakan

Karena itu bagi komunikator akan lebih cepat dan mantap bila dimulai dengan memberi kesamaan dengan komunikan.

b. Indikasi Isolasi sosial

Dari hasil penelitian tentang isolasi sosial, diketahui bahwa ada sebanyak 38 orang (41.8 %) responden menyatakan sering dan sangat sering lebih senang melakukan pekerjaan sendirian, sebanyak 30 orang (33.0 %) responden menyatakan sering dan sangat sering lebih suka menikmati kesunyian dan kesendirian dbandingkan bersama-sama orang lain, lalu ada sebanyak 15 orang (16.5%) responden yang sering dan sangat sering berpikir bahwa orang yang telah menyakiti hatinya sebaiknya dibalas dengan perbuatan yang setimpal, kemudian ada sebanyak 5 orang (5.5%) responden yang sering dan sangat sering tidak tahu bahwa ada kata- katanya yang menyakitkan hati orang lain serta ada 1 orang (1.1 %) yang sangat sering dan ada 9 orang (9.9%) yang kadang-kadang memaksakan kehendaknya untuk diterima dan tidak setuju pada pendapat kelompoknya.

Dari hasil penelitian diatas dapat disimpulkan bahwa responden sudah sadar bahwa isolasi sosial sering menjadi penghambat dalam pelaksanaan komunikasi terapeutik dan kadang masih ada yang senang kesendirian dan kekurang pekaannya terhadap perasaan orang lain serta tak sanggup untuk ikhlas memaafkan orang lain dan juga keinginan memaksakan kehendaknya kepada pasien Berdasarkan skor penilaian responden tentang isolasi sosial tertinggi adalah 43 dan terendah adalah 28, yang berarti masih adanya hambatan dalam melaksanakan komunikasi

interpersonal yang belum dapat diatasi sepenuhnya oleh responden dalam pelaksanaan komunikasi terapeutik.

Hasil wawancara dengan responden ternyata mereka sepenuhnya sudah tahu dan mengerti pentingnya komunikasi terapeutik, serta tahu bagaimana pentingnya untuk bersama sama , tetapi dalam mengimplementasikannya beberapa orang perawat masih menikmati kesendirian .

Menurut Devito dalam Rakhmat (2003), bahwa tingkat isolasi sosial yang amat besar menambah ketertarikannya pada orang lain, sehingga lebih disenangi dalam berkomunikasi.

Menurut Stewart L.T dan Moss S dalam Mundakir (2006), naluri manusia untuk berkumpul dam berinteraksi dengan manusia lain, karena itu apabila ia merasa terisolasi, misalnya pada pasien dengan sakit lama ia butuh teman untuk ngobrol, curhat dan untuk dapat ketenangan. Untuk ini dibutuhkan perawat yang siap dan mau berkomunikasi kapan saja dibutuhkan.

5.3. Pengaruh Faktor Situasional terhadap Komunikasi Terapeutik antara