• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL PENELITIAN

5.1. Pengaruh Faktor Predisposisi (Umur, Jenis Kelamin, Status

Persepsi Tentang Pelayanan Kesehatan) Terhadap Pemanfaatan VCT 5.1.1. Umur

Umur adalah jumlah tahun hidup yang dijalani responden mulai sejak dilahirkan sampai pada saat penelitian. Berdasarkan hasil uji regresi logistik diketahui bahwa umur responden tidak mempunyai pengaruh terhadap pemanfaatan VCT. Hal ini menunjukkan bahwa umur bukan merupakan faktor yang memengaruhi ODHA dalam memanfaatkan pelayanan VCT. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Kisanga (2004) yang menyimpulkan bahwa umur tidak berpengaruh terhadap keinginan untuk memanfaatkan pelayanan kesehatan. Penelitian Heikel (2002) juga menyimpulkan bahwa umur tidak berpengaruh terhadap pemanfaatan pusat pelayanan kesehatan.

Menurut pendapat Andersen (1973) umur merupakan salah satu faktor yang memengaruhi pemanfaatan pelayanan kesehatan, namun dalam penelitian ini variabel umur tidak memengaruhi ODHA dalam memanfaatkan VCT.

Berdasarkan hasil penelitian, ODHA yang berumur 20-40 tahun maupun di atas 40 tahun tidak berbeda dalam memanfaatkan pelayanan VCT. Hal ini menunjukkan bahwa kemampuan beradaptasi setiap responden relatif tidak sama dengan berbagai variasi umur ODHA dalam memanfaatkan pelayanan di VCT. Sehingga variasi umur tidak dapat dijadikan sebagai dasar dalam penentuan individu

dalam memanfaatkan pelayanan VCT atau tidak. Berdasarkan pengamatan, kebutuhan akan pengobatan lebih dominan mendorong ODHA untuk datang ke VCT terkait usia dan lamanya ODHA terkena virus HIV.

5.1.2. Jenis Kelamin

Berdasarkan hasil uji regresi logistik diketahui bahwa jenis kelamin responden tidak berpengaruh terhadap pemanfaatan VCT. Hal ini menunjukkan bahwa ODHA yang berjenis kelamin laki-laki maupun perempuan tidak berbeda dalam memanfaatkan pelayanan VCT.

Hal ini sesuai dengan penelitian Seth (2002) yang menyimpulkan bahwa jenis kelamin bukan merupakan faktor yang berpengaruh terhadap perawatan kesehatan pada orang dengan HIV/AIDS. Hasil penelitian Kisanga (2004) juga menyimpulkan bahwa jenis kelamin tidak berpengaruh terhadap keinginan untuk memanfaatkan pelayanan kesehatan. Hasil penelitian Flett (2004) tentang prediktor pemanfaatan pelayanan kesehatan juga menyimpulkan bahwa jenis kelamin tidak berpengaruh terhadap pemanfaatan pelayanan kesehatan.

Berdasarkan hasil penelitian, jenis kelamin tidak memengaruhi ODHA dalam memanfaatkan VCT, dimana jenis kelamin perempuan maupun laki-laki sama saja dalam memanfaatkan VCT. Berdasarkan pengamatan, citra negatif yang timbul dari lingkungan terhadap status orang dengan HIV/AIDS merupakan faktor yang membuat ODHA enggan untuk memanfaatkan VCT, baik pada laki-laki maupun perempuan. Hal ini menunjukkan bahwa bukan jenis kelamin yang memengaruhi

ODHA dalam memanfaatkan VCT, tetapi lebih kepada kebutuhan akan pengobatan, terkait daya tahan tubuh dan perhatian akan kesehatan.

5.1.3. Status Perkawinan

Berdasarkan hasil uji regresi logistik diketahui bahwa status perkawinan responden tidak berpengaruh terhadap pemanfaatan VCT. Hal ini menunjukkan bahwa ODHA yang menikah atau belum menikah tidak berbeda dalam memanfaatkan pelayanan VCT. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Flett (2004) yang menyimpulkan bahwa status perkawinan tidak berpengaruh terhadap terhadap pemanfaatan pelayanan kesehatan.

Mengacu pada hasil penelitian, masih berkembangnya pemikiran di masyarakat yang mempersepsikan status HIV/AIDS berkonotasi negatif menjadi penghalang utama ODHA untuk pergi ke VCT, hal ini tidak berbeda baik pada ODHA yang telah menikah maupun belum menikah. Berdasarkan pengamatan, kebutuhan akan pemeriksaan kesehatan lebih mendorong ODHA untuk pergi ke pelayanan VCT terkait dengan status HIV positif yang diderita ODHA dan kemungkinan pasangan terinfeksi HIV juga.

Menurut pendapat Smet (1994) status perkawinan merupakan salah satu faktor yang memengaruhi individu dalam mencari pengobatan, dimana orang yang belum menikah atau diceraikan lebih banyak mencari pengobatan dari pada yang berstatus menikah. Namun dalam penelitian ini status perkawinan tidak menjadi variabel yang memengaruhi ODHA untuk memanfaatkan pelayanan kesehatan di VCT.

5.1.4. Status Pekerjaan

Berdasarkan hasil uji regresi logistik diketahui bahwa status pekerjaan responden berpengaruh secara signifikan terhadap pemanfaatan VCT. Pada penelitian ini menunjukkan bahwa ODHA yang tidak bekerja lebih sering memanfaatkan pelayanan VCT dari pada ODHA yang bekerja

Hal ini sesuai dengan penelitian Mor (1992) tentang perbedaan pemanfaatan pelayanan kesehatan oleh orang dengan HIV/AIDS yang menyimpulkan bahwa pekerjaan adalah salah satu faktor yang memengaruhi pemanfaatan pelayanan kesehatan pada pasien dengan HIV. Hasil penelitian Davidson (1992) tentang hubungan faktor sosial terhadap pemanfaatan pelayanan kesehatan pada ODHA juga menyimpulkan bahwa status pekerjaan pada pasien terinfeksi HIV berhubungan dengan pemanfaatan pelayanan kesehatan.

Pada penelitian ini diketahui bahwa status pekerjaan berpengaruh terhadap pemanfataan pelayanan kesehatan, dimana ODHA yang bekerja lebih sedikit dalam memanfaatkan pelayanan VCT dari pada ODHA yang tidak bekerja. Menurut pengamatan di lapangan hal ini kemungkinan disebabkan karena ODHA yang bekerja tidak ingin diketahui oleh rekan kerja saat berkunjung ke sarana pelayanan kesehatan VCT karena kekhawatiran akan didiskriminasi bila status HIVnya diketahui.

Oleh karena itu diperlukan peningkatan kualitas pelayanan kesehatan di VCT untuk meningkatkan motivasi ODHA dalam berobat. Hal ini penting dilakukan agar ODHA yang bekerja maupun tidak, tetap memiliki kesadaran tinggi tentang masalah kesehatannya, dan mau memanfaatkan pelayanan kesehatan di VCT.

5.1.5. Tingkat Pendidikan

Berdasarkan hasil uji regresi logistik diketahui bahwa tingkat pendidikan responden tidak berpengaruh terhadap pemanfaatan VCT. Hal ini menunjukkan bahwa tinggi atau rendah tingkat pendidikan ODHA tidak berpengaruh terhadap pemanfaatan pelayanan VCT.

Hal ini sesuai dengan penelitian Menke (1997) yang menyebutkan bahwa pendidikan tidak berpengaruh secara signifikan terhadap pemanfaatan rumah sakit pada pasien terinfeksi HIV. Hasil penelitian Kisanga (2004) juga menyimpulkan bahwa tingkat pendidikan tidak berpengaruh terhadap keinginan untuk memanfaatkan pelayanan kesehatan.

Menurut hasil penelitian Jeffe (1998), faktor sosiodemografi seperti pendidikan, ras dan jenis kelamin tidak berhubungan dengan pemanfaatan pengobatan antiretroviral pada ODHA. Pengobatan ini adalah salah satu jenis pengobatan yang direkomendasikan bagi ODHA untuk mempertahankan kualitas hidupnya dan disediakan di sarana pelayanan kesehatan seperti VCT.

Berdasarkan pengamatan, tingkat pendidikan tidak menunjukkan pengaruh terhadap pemanfaatan pelayanan kesehatan disebabkan informasi tentang HIV/AIDS tidak menjadi fokus pada sarana pendidikan. Pengetahuan tentang penyebab, penularan dan pengobatan HIV/AIDS selama ini lebih banyak diperoleh dari media massa atau kelompok-kelompok pedukung ODHA. Sehingga orang dengan HIV/AIDS dengan latar belakang pendidikan apapun dapat mengakses informasi tentang pencegahan, penularan, hingga pengobatan HIV/AIDS. Namun, pengetahuan

yang baik tidak langsung dapat meningkatkan kepedulian ODHA untuk menggunakan pelayanan VCT. Dibutuhkan kesadaran tinggi bagi ODHA agar lebih memerhatikan perkembangan kesehatannya, dan mau memanfaatkan VCT.

5.1.6. Persepsi Tentang Penyakit

Penyakit adalah gangguan fungsi dari organ tubuh diakibatkan oleh lingkungan biologis, psikososial sehingga menimbulkan ketidaknyamanan dalam beraktivitas sehari-hari.

Berdasarkan hasil uji regresi logistik diketahui bahwa persepsi tentang penyakit tidak berpengaruh terhadap pemanfaatan VCT. Hal ini menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan pemanfaatan pelayanan VCT berdasarkan persepsi tentang penyakit Hal ini tidak sesuai dengan penelitian Andersen (2000) yang menyebutkan bahwa ODHA yang mendapatkan informasi yang tepat tentang HIV/AIDS akan lebih banyak menggunakan pelayanan kesehatan.

Hasil penelitian menunjukkan persepsi tentang penyakit tidak berpengaruh terhadap pemanfaatan pelayanan kesehatan. Hal ini disebabkan akses informasi dan sosialisasi tentang HIV/AIDS banyak tersedia dan mudah diakses oleh siapa saja, sehingga tingkat persepsi tentang HIV/AIDS umumnya sudah baik. Namun karena masih adanya stigma di masyarakat yang memberi penilaian buruk terhadap orang dengan HIV/AIDS, ODHA menjadi takut untuk memanfaatkan VCT. Dalam hal ini persepsi tentang penyakit menjadi tidak berpengaruh, justru pengaruh lingkungan dan

penilaian masyarakat menjadi penghambat orang dengan HIV/AIDS dalam menggunakan VCT.

Hasil penelitian Ria (2007) menunjukkan bahwa stigma terhadap status HIV/AIDS masih tinggi terutama di lingkungan masyarakat (71,4%), selanjutnya di tempat pelayanan kesehatan (35,5%) dan yang terendah adalah di lingkungan keluarga (18,5%).

5.1.7. Persepsi Tentang Pelayanan Kesehatan

Berdasarkan hasil uji regresi logistik diketahui bahwa persepsi tentang pelayanan kesehatan berpengaruh secara signifikan terhadap pemanfaatan VCT. Pada penelitian ini menunjukkan bahwa ODHA yang memiliki persepsi yang baik tentang pelayanan kesehatan akan lebih banyak memanfaatkan pelayanan VCT dari pada ODHA dengan persepsi pelayanan kesehatan yang tidak baik.

Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Putri (2007) yang menyimpulkan bahwa persepsi ODHA terhadap tenaga kesehatan berhubungan langsung dengan keputusan untuk memanfaatkan pelayanan kesehatan di VCT.

Pelayan kesehatan adalah ujung tombak layanan terhadap ODHA. Kemampuan, pengetahuan yang memadai, sikap ramah tamah, mudah ditemui, kepedulian dan kemauan untuk mendengar sangat dihargai oleh ODHA. Hal ini sangat memengaruhi ODHA untuk menggunakan sarana kesehatan atau tidak. Berdasarkan pengamatan, persepsi ODHA tentang petugas kesehatan sebagai salah satu elemen pelayanan kesehatan sangat memengaruhi ODHA untuk menggunakan

pelayanan VCT atau tidak, dimana ODHA dengan persepsi positif lebih baik pemanfaatannya daripada ODHA dengan persepsi negatif. Untuk itu perlu kiranya peningkatan kualitas perawatan dan pengobatan oleh petugas kesehatan saat memberikan pelayanan kepada ODHA.

Menurut hasil penelitian Alcorn (2007), salah satu faktor terpenting untuk menentukan apakah ODHA tetap melakukan pengobatannya atau tidak adalah keyakinan terhadap pelayanan kesehatan. Oleh karena itu perlu peningkatan kualitas pelayanan perawatan, pengobatan maupun konseling yang diberikan oleh tenaga- tenaga kesehatan yang berhubungan langsung dengan ODHA.

Penelitian yang dilakuakan oleh John Kaldor dkk pada tahun 2005 memprediksi bahwa pada tahun 2010, bila upaya penanggulangan tidak ditingkatkan, maka 6% tempat tidur di rumah sakit akan digunakan oleh perderita AIDS, dan pada tahun 2025 angka tersebut akan menjadi 11%. Meningkatnya jumlah penderita AIDS juga berarti meningkatnya kebutuhan ARV

Dokumen terkait