• Tidak ada hasil yang ditemukan

a i = nilai bobot faktor ke-

5. Pengaruh Global

Pengaruh global terutama ekonomi sangat mempengaruhi sektor peternakan baik langsung maupun tidak langsung. Pada saat ini pengaruh global yang dominan adalah krisis keuangan dan krisis ekonomi. Hal ini membuat perlambatan ekonomi dunia termasuk Indonesia. Tingkat konsumsi akan menurun dan ekspor pun ikut menurun. Sehingga pendapatan pemerintah mengalami penurunan, hal ini berpengaruh terhadap belanja pemerintah pusat dan daerah

Pengembangan energi alternatif dibanyak negara, membuat harga komoditi utama pertanian terutama biji-bijian seperti jagung dan kedelai di dunia meningkat cukup drastis. Banyak petani menjual hasil pertanian mereka kepada perusahaan energi karena harga yang ditawarkan lebih tinggi dibandingkan untuk pakan dan pangan. Hal ini membuat perusahaan peternakan harus membeli bahan baku dengan harga yang lebih tinggi agar persediaan mereka selalu ada. Sebagian bahan baku untuk pakan dalam negeri berasal dari impor, sehingga harga pakan dalam negeri mengalami kenaikan. Hal ini membuat pengembangan subsektor peternakan menjadi terhambat karena peningkatan biaya pakan.

Evaluasi Faktor-faktor Srategis

Alat yang digunakan untuk melakukan evaluasi terhadap faktor-faktor strategis yang dapat mempengaruhi pengembangan peternakan di Kabupaten Agam matriks evaluasi faktor internal untuk faktor internal, dan evaluasi faktor eksternal untuk faktor strategis eksternal. Tujuan dari matriks IFE/EFE adalah untuk melihat seberapa besar pengaruh faktor strategi internal/eksternal mempengaruhi keberhasilan pengembangan subsektor peternakan di Kabupaten Agam.

Evaluasi Faktor Internal

Hasil perhitungan bobot dan rating dari faktor-faktor strategis internal yang mempengaruhi pengembangan subsektor peternakan di Kabupaten Agam terlihat seperti Tabel 19. Elemen kekuatan terdiri dari empat faktor yaitu basis ekonomi peternakan, potensi sumber daya alam, kemampuan memasarkan dan Kebijakan pemerintah. Nilai bobot masing-masing faktor tersebut adalah 0.095, 0.102, 0.095, dan 0.095. Kekuatan utama dalam pengembangan peternakan adalah peternakan merupakan potensi sumberdaya alam.

Kelemahan utama pada pengembangan peternakan di Kabupaten Agam adalah sumberdaya manusia peternak dan motivasi peternak dengan nilai bobot sama-sama 0.095. Sedangkan faktor lainnya merupakan kelemahan kecil. Dilihat dari jumlah skor total elemen kekuatan dan kelemahan sebesar 2.382 yang berada di bawah rata-rata 2.500, berarti bahwa Kabupaten Agam dalam usahanya masih di bawah rata-rata dalam kekuatan internal keseluruhannya untuk pengembangan subsektor peternakan.

Tabel 20 Matrik evaluasi faktor internal

Faktor internal Bobot Rating Skor total rata-

rata Kekuatan

Basis peternakan 0.095 4 0.380

Potensi sumberdaya alam 0.102 4 0.408

Kemampuan memasarkan 0.095 3 0.285

Kebijakan pemerintah 0.095 4 0.380

Jumlah 0.387 1.453

Kelemahan

Sumberdaya manusia peternak 0.095 1 0.095

Penyebaran peternakan 0.102 1 0.102

Adopsi teknologi 0.102 1 0.102

Kemampuan modal usaha 0.110 2 0.220

Ketersediaan sarana prasarana 0.110 2 0.220

Motivasi peternak 0.095 2 0.190

Jumlah 0.614 0.929

Total 1.001 2.382

Respon kekuatan sebesar 1.453 lebih tinggi dari respon kelemahan sebesar 0.929 berarti bahwa faktor kekuatan yang ada, sudah dapat dilaksanakan/dimanfaatkan dengan baik sedangkan kelemahan dapat diatasi dalam pengembangan subsektor peternakan secara keseluruhan.

Evaluasi Faktor Eksternal

Elemen peluang terdiri dari lima faktor yaitu potensi daerah, otonomi daerah pertumbuhan ekonomi, tuntutan keamanan produk dan ketersediaan kredit, masing-masing bobot faktor peluang tersebut adalah 0.085, 0.094, 0.100, 0.109 dan 0.100 (Tabel 20). Peluang yang dapat direspon dengan baik dalam pengembangan peternakan adalah potensi daerah. Hal ini berarti potensi daerah bila digali lebih lanjut akan menunjang keberhasilan pengembangan peternakan.

Tabel 20 menunjukkan bahwa ancaman yang mempengaruhi pengembangan peternakan adalah pengaruh ekonomi global dengan bobot 0.094. Sedangkan empat faktor ancaman kurang kuat pengaruhnya terhadap pengembangan peternakan di Kabupaten Agam.

Dilihat dari skor total EFE sebesar 2.588 berarti nilai tersebut berada di atas rata-rata 2.500 hal ini berarti Kabupaten Agam dalam usahanya masih di atas rata- rata dalam usahanya memanfaatkan peluang dan menghindari ancaman. Respon terhadap elemen peluang (total skor 1.161) lebih rendah dibandingkan respon terhadap ancaman (total skor 1.427). Berarti bahwa peluang yang ada belum seluruhnya dapat dimanfaatkan dengan baik, sedangkan ancaman belum dapat diatasi secara keseluruhan.

Tabel 21 Matrik evaluasi faktor eksternal

Faktor eksternal Bobot Rating Skor total rata-rata Peluang

Otonomi daerah 0.094 2 0.188

Potensi daerah 0.085 3 0.255

Pertumbuahan ekonomi 0.100 3 0.300

Tuntutan keamanan produk 0.109 2 0.218

Ketersediaan kredit 0.100 2 0.200

Jumlah 0.488 1.161

Ancaman

Fluktuasi harga 0.109 3 0.327

Tingkat inflasi 0.109 2 0.218

Kejadian penyakit ternak 0.100 4 0.400

Pengaruh ekonomi global 0.094 3 0.282

Soasial budaya masyarakat 0.100 2 0.200

Jumlah 0.512 1.427

Total 1.000 2.588

Analisis Matriks SWOT

Alternatif strategi yang akan direkomendasikan ke wilayah Kabupaten Agam ini dirumuskan dari matriks SWOT dengan menganalisis kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman. Analisis SWOT merupakan perumusan strategi konvensional yang mendasari bentuk strategi yang disesuaikan dengan kondisi dilapangan. Dalam perumusan strategi dengan matriks SWOT menghasilkan beberapa alternatif strategi seperti ditampilkan pada Gambar 9.

1. Strategi Strengths-Opportunities (S-O)

Menggunakan kekuatan yang dimiliki untuk memanfaatkan peluang yang ada dengan cara pengembangan subsektor peternakan serta pembinaan di setiap wilayah berdasarkan potensi wilayah yang ada. Kabupaten Agam yang memiliki sumber daya alam yang melimpah cukup baik untuk pengembangan peternakan berdasarkan kondisi alam di setiap wilayah yang ada di Kabupaten Agam. Pengembangan peternakan Kabupaten Agam dapat dilakukan di kecamatan- kecamatan yang menjadi basis peternakan di Kabupaten Agam. Pengembangan di wilayah Agam Barat di Kecamatan Lubuk Basung. Wilayah Agam Timur hampir semua kecamatan cocok sebagai wilayah peternakan terutama Kecamatan Tilatang Kamang dan Kecamatan Baso.

2. Strategi Strengths-Threats (S-T)

Menggunakan kekuatan yang dimiliki untuk mengatasi ancaman yang ada dapat dilaksanakan pengoptimalan dalam pemanfaatan dan pengamanan sumberdaya lokal. Sumber daya alam yang melimpah serta dukungan pemerintah yang kuat dapat mengatasi pengaruh buruk kondisi krisis global terutama ekonomi dengan memanfaatkan sumberdaya lokal, dengan memanfaatkan sumber daya lokal maka kondisi sosial masyarakat akan merespon secara positif dengan adanya peternakan karena mereka dilibatkan dalam pengembangan ekonomi.

3. Strategi Weaknesses-Opportunities (W-O)

Menggunakan peluang yang dimiliki untuk mengatasi kelemahan yang ada dapat dilaksanakan melalui pembinaan, penerapan dan pengembangan teknologi

tepat guna dan peningkatan pembinaan dan pengembangan sumberdaya manusia peternakan.

Kegiatan di sektor peternakan selama ini belum dapat memberikan kehidupan yang layak disebabkan oleh belum mempunyai produk peternakan merespon tuntutan konsumen saat ini yang menuntut kualitas tinggi. Pembinaan SDM harus lebih intensif lagi dan lebih menjangkau usaha peternakan yang menyebar.

4. Strategi Weaknesses-Threats (W-T)

Kondisi dimana subsektor peternakan berusaha meminimalkan kelemahan untuk menghindari ancaman. Membentuk dan mengembangkan pola kerja sama/bermitra yang lebih luas dan saling menguntungkan serta melakukan pemeriksaan kesehatan ternak secara kontinyu dan tindakan pencegahan penyakit hewan. Upaya kemitraan dapat menolong produsen peternakan untuk mengatasi atau mengurangi tekanan dari berbagai ancaman dan kelemahan peternakan.

Strategi pemeriksaan kesehatan ternak dilakukan untuk melindungi sumberdaya ternak agar tidak merugikan peternak. Strategi ini juga perlu dilaksanakan untuk menjamin produk yang (ASUH) selain itu untuk memenuhi tuntutan produk yang ASUH perlu dilakukan pengawasan pemotongan hewan.

KEKUATAN (S) S1 Basis peternakan S2Potensi Sumberdaya Alam S3 Kemampuan memasarkan S4 Kebijakan Pemerintah

KELEMAHAN (W) W1 Sumberdaya Manusia Peternak W2 Penyebaran peternakan W3 Adopsi Tekonologi W4 Kemampuan Modal Usaha W5 Ketersediaan Sarana dan Prasarana W6 motivasi peternak PELUANG (O) O1 Potensi Pasar O2 Ketersediaan kredit O3 Otonomi Daerah O4 Pertumbuhan ekonomi O5 Tuntutan Keamanan Produk STRATEGI S-O 1. Pengembangan serta pembinaan di setiap wilayah berdasarkan potensi yang ada (S1, S2, O1, O3)

STRATEGI W-O 2.Pembinaan, penerapan dan

pengembangan teknologi yang tepat guna (O5, O3, O4, W2, W3 3.Meningkatkan pembinaan dan

pengembangan SDM Peternak (O1, O5, W1, W2, W3, W6)

ANCAMAN (T) T1 Tingkat Inflasi

T2 Kejadian penyakit ternak T3 Fluktuasi Harga

T4 Sosial Budaya Masyarakat T5 Pengaruh Global

STRATEGI S-T 1. Pengoptimalan dalam

pengamanan sumberdaya lokal yang ada (T4, T5, S1, S2, S3)

STRATEGI W-T 5. Membentuk dan mengembangkan

pola kerja sama/bermitra yang lebih luas dan saling menguntungkan (T2, T4, T5, W1, W2, W4, W5)

6. Melakukan pemeriksaan kesehatan ternak secara berkelanjutan dan pencegahan penyakit hewan (T2, W1, W2, T4)

Gambar 9 Matrik SWOT pengembangan subsektor peternakan Tahap Keputusan Dan Rancangan Program Pengembangan Subsektor

Peternakan Dalam Pembangunan

Alternatif strategi yang didapatkan dari matrik SWOT dianalisis menggunakan matriks QSPM untuk menetapkan strategi prioritas. Penentuan

peringkat pedoman pada total daya tarik (TAS) masing-masing alternatif strategi yang ada. Berdasarkan hasil penilaian dari matriks QSPM, maka diperoleh urutan strategi dari nilai TAS paling tinggi hingga paling rendah.

Berdasarkan hasil analisis QSPM seperti pada Tabel 21, bahwa strategi yang memiliki total daya tarik (TAS) tertinggi adalah strategi pengembangan subsektor peternakan serta pembinaan yang dilakukan setiap wilayah berdasarkan potensi yang ada (6.278). Selanjutnya urutan kedua, yakni meningkatkan pembinaan dan pengembangan SDM peternak (5.773) dan yang ketiga adalah mengembangkan pola kerja sama/bermitra yang lebih luas dan saling menguntungkan (5.618). Ketiga alternatif strategi tersebut dapat dilaksanakan secara bersamaan karena saling mendukung satu dengan yang lainnya. Hasil rumusan alternatif strategi ini dianggap pakar paling penting untuk dilakukan. Hal ini menunjukkan bahwa alternatif strategi ini sangat cocok dilakukan untuk meningkatkan peran subsektor peternakan dalam pembangunan perekonomian di wilayah Kabupaten Agam karena peternakan yang ada masih bersifat sampingan dan umumnya sistem pemeliharaan yang masih tradisional. Secara umum peternakan di Kabupaten Agam masih didominasi skala kecil sehingga keuntungan yang diterima peternak pun masih tergolong kecil. Untuk masa yang akan datang, ke enam alternatif strategi yang dihasilkan tersebut dapat digunakan sesuai kebutuhan dan kondisi peternakan yang ada, guna keberlangsungan pengembangan sektor peternakan dalam pembangunan perekonomian yang lebih baik lagi.

Tabel 22 Alternatif strategi pengembangan subsektor peternakan di Kabupaten Agam

Alternatif Strategi TAS Rangking

1. Pengembangan subsektor peternakan serta pembinaan di setiap wilayah berdasarkan potensi yang ada

6.278 I

2. Penerapan dan pengembangan teknologi yang tepat guna

5.330 V

3. Meningkatkan pembinaan dan pengembangan SDM peternak

5.773 II

4. Pengoptimalan dalam pengamanan sumberdaya lokal yang ada

4.982 VI

5. Mengembangkan pola kerja sama/bermitra yang lebih luas dan saling menguntungkan

5.618 III

6. Melakukan pemeriksaan kesehatan ternak secara berkelanjutan dan pencegahan penyakit hewan

5.406 IV

Sumber: Tanggapan responden

Hasil analisis dengan matriks QSPM untuk menentukan prioritas alternatif strategi pengembangan subsektor peternakan dalam pembangunan menunjukkan bahwa program pengembangan subsektor peternakan serta pembinaan di setiap wilayah berdasarkan potensi yang ada ini (TAS 6.278) menempati prioritas pertama. Urutan berikutnya adalah program peningkatan dan pengembangan SDM peternak (TAS 5.773), program pembentukan dan pengembangan pola kerja sama yang lebih luas dan saling menguntungkan (TAS 5.618), program pemeriksaan kesehatan ternak dan pencegahan penyakit hewan (TAS 5.406), program

pengembangan teknologi yang tepat guna (TAS 5.330), program pengoptimalan dalam pengamanan sumber daya lokal yang ada (TAS 4.982).

Paradigma dalam pembangunan saat ini adalah lebih mengedepankan proses partisipatif dan terdesentralisasi, oleh karena itu dalam menyusun rancangan program alternatif strategi pengembangan subsektor peternakan dalam pembangunan perlu dilakukan secara partisipatif dan aspiratif, sehingga program yang disusun sesuai dengan kebutuhan masyarakat dan kondisi lingkungan daerah setempat dengan beberapa cara berikut ini :

1. Alternatif strategi pengembangan subsektor peternakan serta pembinaan di setiap wilayah berdasarkan potensi yang ada.

Pengembangan subsektor peternakan dalam membangun dunia pertanian dengan memperkokoh dan menyatukan visi dan misi yaitu membangun dunia peternakan dalam rangka terwujudnya masyarakat yang sejahtera, sehat, produktif serta kreatif melalui pembangunan peternakan yang tangguh berbasis sumberdaya lokal yang terintegrasi dan mempunyai maksud memihak kepada rakyat, memanfaatkan potensi lokal dan memfasilitasi sarana dan prasarana usaha peternakan rakyat.

Pembangunan dalam subsektor peternakan pada hakekatnya adalah rangkaian upaya untuk memfasilitasi, melayani dan mendorong berkembangnya usaha-usaha komoditi peternakan sehingga memiliki nilai tambah, daya saing dan pada akhirnya mampu meningkatkan kesejahteraan masyarakat setempat terutama peternak. Di samping itu pembangunan peternakan adalah upaya pemerintah dalam pemenuhan produk pangan asal hewani yang meliputi daging, telur dan susu untuk menyeimbangkan atau meningkatkan status gizi masyarakat sesuai dengan standar kebutuhannya.

Program pengembangan subsektor peternakan serta pembinaan dapat dilakukan pada wilayah yang menjadi potensi ekonomi sektor peternakan berupa peningkatan kapasitas tenaga penyuluh/pendampingan bagi peternak di setiap wilayah sehingga akan meningkatkan populasi, produksi dan produktivitas sektor peternakan. Dalam upaya peningkatan populasi, produksi, dan produktivitas ternak dapat ditetapkan kebijakan berupa :

a. Pemberian bibit ternak betina dengan tujuan kebijakan ini untuk mengoptimalkan produktivitas dan memperbanyak jumlah ternak induk, sehingga meningkatkan jumlah kelahiran

b. Pengendalian pemotongan betina produktif dengan kebijakan ini berupa upaya pengurangan persentase pemotongan betina produktif terhadap jumlah pemotongan. Kebijakan ini merupakan bagian dari upaya meningkatkan jumlah induk produktif

2. Alternatif strategi meningkatkan pembinaan dan pengembangan sumber daya manusia (SDM)

Hingga saat ini secara umum sumberdaya manusia di bidang peternakan dan kesehatan hewan masih tertinggal baik jumlah maupun mutunya, sebagai contoh untuk pengawasan mutu bibit ternak yang dijaring baik dari masyarakat maupun swasta, pencatatan perkembangan produksi bibit dan berbagai kegiatan yang berhubungan dengan bibit ternak belum dilaksanakan secara optimal, kendala dalam inovasi baru dalam penciptaan pakan ternak yang mampu memenuhi kebutuhan ternak namun tidak memerlukan biaya yang tinggi contohnya adalah melalui fermentasi hijauan dan konsentrat disebabkan oleh rendahnya SDM,

keterbatasan sarana dan prasarana serta belum adanya program yang utuh sebagai konsekuensi diberlakukannya otonomi daerah.

Faktor kritis SDM dalam bidang peternakan secara umum yang perlu mendapat perhatian yaitu:

a. Mampu melakukan apresiasi terhadap biaya yang dikeluarkan (biaya minimal hasil maksimal) serta pengembangan daya inovasi

b. Pengembangan daya intelegensia dan selalu mau belajar serta motivasi tinggi Kebijakan penting yang diperlukan dalam hal ini adalah revitalisasi penyuluhan peternakan yang bertujuan untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensi kerja penyuluh dalam mendorong SDM peternak yang lebih intensif dalam menjangkau setiap sektor peternakan yang menyebar.

3. Alternatif strategi membentuk dan mengembangkan pola kerja sama/bermitra yang lebih luas dan saling menguntungkan

Pencapaian untuk dapat mewujudkan sasaran yang telah ditetapkan maka diperlukan beberapa program usaha yaitu:

a. Kerjasama dan komitmen secara terintegrasi antar semua pihak yang terkait dari hulu hingga hilir. Ini dilakukan dengan upaya dapat meningkatkan usaha pengolahan dan pemasaran komoditi-komoditi peternakan. Pihak tersebut meliputi peternak, stakeholder, pemerintah, perguruan tinggi, lembaga peneliti, dan seluruh pihak lain yang terkait dengan peran aktif dalam kelembagaan peternakan. Lembaga ini berperan sebagai wadah yang mampu memberikan naungan kepada peternak terhadap gejolak yang timbul. Misalnya, dengan adanya lembaga ini peternak mempunyai kekuatan pasar dimana posisi tawar akan tinggi sehingga peternak tidak mudah dikuasai atau dirugikan oleh pihak lain yang ingin mempermainkan harga. Selain itu peternak akan mempunyai jaringan pasar yang lebih luas.

b. Program pengembangan peternakan, seperti pemberian kredit usaha oleh Lembaga Perkreditan, Lembaga Penyuluhan, Puskeswan, Pasar Hewan, dan sebagainya dapat berfungsi saling menguntungkan.

4. Alternatif strategi melakukan pemeriksaan kesehatan ternak secara berkelanjutan dan pencegahan penyakit hewan

Melakukan pengendalian penyakit hewan dan tindakan pemeriksaan kesehatan ternak untuk melindungi sumberdaya ternak agar nantinya tidak merugikan peternak berupa

a. Kebijakan upaya pengurangan jumlah kematian yang diakibatkan oleh parasit atau penyakit lainnya dengan memberikan pengobatan secara gratis.

b. Meningkatkan pencegahan penularan penyakit rabies dan pengetahuan tentang penyakit zoonosis

Selain itu untuk memenuhi tuntutan produk-produk peternakan yang ASUH perlu dilakukan pengawasan terhadap pemotongan hewan-hewan ternak.

5. Alternatif strategi pembinaan, penerapan dan pengembangan teknologi yang tepat guna

Pengembangan informasi dan teknologi yang tepat guna dan mudah dilakukan oleh peternak adalah informasi tentang dunia peternakan dari hulu hingga hilir yang perlu disampaikan melalui media massa maupun media elektronik atau dalam bentuk lain yang mudah diterima oleh peternak atau masyarakat umum yang melakukan usaha peternakan setempat. Beberapa program yang dapat diupayakan

a. Pengembangan informasi/teknologi yang tepat serta melakukan pemeliharaan ternak yang intensif

b. Penguatan pengembangan teknologi bagi petani peternak yang terkonsentrasi dalam satu kawasan yaitu peningkatan pengetahuan dan teknologi pembibitan baik dari kalangan perguruan tinggi, lembaga penelitian dan lain sebagainya.

Pemanfaatan teknologi dalam dunia peternakan belum banyak dirasakan oleh sebagian peternak, karena teknologi yang ada sekarang memerlukan biaya yang tinggi dan kurang cocok bila diterapkan kepada petani ternak karena keterbatasan sarana dan prasarana serta sumber daya manusia yang kurang mendukung.

6. Alternatif strategi pengoptimalan dalam pengamanan sumberdaya lokal yang ada

Program pengembangan subsektor peternakan dilakukan dengan lebih mengutamakan pemberdayaan sumberdaya lokal yang ada dengan tujuan agar sesegera mungkin dapat tercapai populasi optimal sesuai dengan daya dukung wilayah sehingga peternakan di Kabupaten Agam dapat memberikan kontribusi yang besar terhadap pendapatan masyarakat pedesaan, memenuhi permintaan bibit bagi daerah-daerah lain, dan memenuhi kebutuhan konsumsi daging dalam daerah. Dengan demikian, secara tidak langsung peternakan diharapkan dapat menjadi lokomotif penggerak atau pengungkit sektor ekonomi lainnya dalam rangka meningkatkan pembangunan perekonomian dan kesejahteraan masyarakat. Program dalam pengoptimalan pengembangan peternakan di wilayah Kabupaten Agam dapat dilakukan berupa :

a. Pengoptimalan dalam pengamanan jumlah populasi, produksi, dan produktivitas ternak yang ada

b. Pengoptimalan terhadap fasilitas penunjang dalam pengembangan subsektor peternakan serta pengamanan dalam penyediaan daging yang Aman, Sehat, Utuh dan Halal

Setelah rumusan beberapa program diuraikan dari alternatif-alternatif strategi di atas maka selanjutnya dapat dibuat gambaran rancangan arsitektur strategik yang merupakan peta strategik (blue print strategy) untuk mencapai sasaran yaitu peningkatan produksi, kesempatan kerja dan pada akhirnya mampu mensejahterakan masyarakat/peternak Kabupaten Agam. Arsitektur strategik dalam pengembangan subsektor peternakan dalam pembangunan ekonomi Kabupaten Agam dapat digambarkan melalui tahapan pencapaian sasaran peningkatan itu dilalui dengan pelaksanaan program secara bertahap dengan tiga periode waktu yaitu tahun 2016, 2017 dan 2018 (Gambar 10).

Gambar 10 Arsitektur strategik pengembangan subsektor peternakan dalam pembangunan ekonomi Kabupaten Agam

Pemberian bibit ternak betina untuk mengoptimalkan produktivitas

Pengendalian pemotongan betina produktif upaya meningkatkan jumlah induk produktif

Kebijakan upaya pengurangan jumlah kematian dan pemberian pengobatan secara gratis

Meningkatkan pencegahan penularan penyakit rabies dan pengetahuan tentang penyakit zoonosis

Penguatan pengembangan teknologi yang terkonsentrasi satu kawasan yaitu pengetahuan peningkatan pembibitan

Menggalakan program pemberian kredit usaha

Melakukan pengembangan daya inovasi

Pengembangan daya intelegensia serta motivasi tinggi

Pengembangan informasi/teknologi yang mudah/tepat serta pemeliharaan ternak yang intensif

Menerapkan dan Membangun fasilitas dan penunjang dalam pengembangan subsektor peternakan

Pengoptimalan dalam pengamanan jumlah produksi, populasi serta produktivitas subsektor peternakan

Tantangan yang Dihadapi :

1. Skala usaha peternakan masih kecil

2. Kondisi ekonomi global, inflasi, adopsi teknologi dan terjadinya fluktuasi harga

3. SDM peternak dan motivasi beternak rendah

4. Kejadian penyakit ternak

Kegiatan yang rutin dilakukan :

1. Penyuluhan/pendampingan/pelatihan terhadap hal-hal yang berhubungan dengan komoditi-komoditi peternakan

2. Penyuluhan/pendampingan/pelatihan dalam manajemen peternak menuju peternakan yang modern

Periode waktu (tahun)

2016 2017 2018

Kegiatan

Sasaran : Peningkatan produksi, kesempatan kerja dan Kesejahteraan Masyarakat/Peternak Kabupaten Agam

Meningkatkan usaha pengolahan dan pemasaran komoditi-komoditi peternakan

Dokumen terkait