• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Hutan terhadap Kekayaan Jenis, Keragaman Jenis dan

5. HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1. Hasil

5.1.3. Kekayaan Jenis, Keragaman Jenis, Kemiripan Jenis dan Keragaman

5.1.3.1. Pengaruh Hutan terhadap Kekayaan Jenis, Keragaman Jenis dan

Untuk mengetahui pengaruh keberadaan hutan terhadap kekayaan, keragaman dan kemiripan jenis anakan dengan hutan di agroforest karet dilakukan analisa dengan membandingkan kekayaan, keragaman dan kemiripan jenis anakan antara lokasi Semambu, Rantau Pandan, Tanah Tumbuh dan Muara Kuamang. Semambu memiliki lanskap yang relatif didominasi oleh hutan, Rantau Pandan memiliki lanskap dengan luas hutan relatif hampir sama dengan luas

agroforest karet, Tanah Tumbuh memiliki lanskap yang relatif didominasi oleh

agroforest karet dan Muara Kuamang dalam lanskapnya yang sekarang sudah tidak ada lagi hutan disekitarnya kecuali dalam jarak yang relatif cukup jauh. Perbandingan pertama yang dilakukan adalah membandingkan tingkat kekayaan dan keragaman jenis anakan pada plot agroforest karet dan hutan pada lokasi Semambu, Rantau Pandan dan Tanah Tumbuh seperti yang disajikan pada Tabel 5.21. Kriteria plot agroforest karet yang dipilih adalah yang sudah disadap dan

yang sudah tidak disadap, sedangkan plot yang belum disadap (plot muda) dikeluarkan dari data. Parameter yang mewakili kekayaan jenis anakan adalah

rarefaction Coleman dan yang mewakili keragaman jenis anakan adalah probabilitas Simpson.

Tabel 5.21 Nilai maksimum, minimum dan rata-rata rarefaction Coleman dan probabilitas Simpson pada plot agroforest karet dan hutan di Semambu, Rantau Pandan, Tanah Tumbuh dan Muara Kuamang

Agroforest karet Hutan

Lokasi Indeks kekayaan dan keragaman jenis

Minimum Maksimum Rata-rata Minimum Maksimum Rata-rata P Simpson 0.668 0.893 0.832±0.084a 0.851 0.966 0.897±0.053a SMB R Coleman 29.990 57.697 40.42±10.17a 39.954 69.110 54.49±11.73a P Simpson 0.806 0.973 0.923±0.04b 0.839 0.982 0.94±0.038a RTP R Coleman 28.605 79.093 53.21±11.90a 44.109 98.173 68.57±16.55a P Simpson 0.835 0.958 0.894±0.036a 0.905 0.973 0.95±0.037a TTB R Coleman 49.215 60.652 53.26±3.94a 41.057 94.202 74.05±28.81a P Simpson 0.420 0.976 0.841±0.15a - - - MKG R Coleman 20.329 81.200 55.59±16.18a - - -

Keterangan: angka pada kolom yang sama yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf uji 1% Tukey HSD.

Lokasi: SMB=Semambu; RTP=Rantau Pandan; TTB=Tanah Tumbuh; MKG=Muara Kuamang. Indeks: P Simpson=probabilitas Simpson; R Coleman=rarefaction Coleman.

Berdasarkan uji ANOVA, agroforest karet di Rantau Pandan memiliki probabilitas Simpson paling tinggi dan berbeda nyata dengan tiga lokasi lainnya. Plot agroforest karet di Semambu justru terlihat memiliki nilai rata-rata rarefaction

Coleman dan probabilitas Simpson paling rendah. Sedangkan untuk hutan tidak terdapat perbedaan nilai antar lokasi pada kedua indeks. Namun demikian, hutan di Tanah Tumbuh terlihat memiliki nilai rata-rata rarefaction Coleman dan probabilitas Simpson paling tinggi, sedangkan yang paling rendah di hutan Semambu.

Selanjutnya dibandingkan kurva akumulasi jenis anakan antar lokasi. Karena sebelumnya telah diketahui bahwa intensitas manajemen dan vegetasi asal membentuk kurva yang relatif terpisah pada kurva akumulasi jenis, maka untuk menghilangkan pengaruh dari kedua faktor tersebut plot yang dipilih untuk analisa ini adalah yang vegetasi asalnya sama (hutan alam) pada kelas intensitas manajemen yang sama. Karena tidak semua lokasi memiliki semua kelas intensitas manajemen agroforest karet dengan vegetasi asal yang sama, maka

yang diperbandingkan di sini hanya untuk intensitas manajemen agroforest karet rendah dan yang tidak ada manajemen (non-managed garden). Jumlah plot yang termasuk ke dalam kelas manajemen agroforest karet rendah di Rantau Pandan sebanyak 10 plot sedangkan di Muara Kuamang sebanyak 10 plot. Sedangkan jumlah plot yang sudah tidak ada manajemen (non management) di lokasi Semambu sebanyak 5 plot, di Rantau Pandan sebanyak 8 plot dan di Tanah Tumbuh sebanyak 8 plot. Kurva akumulasi jenis dihitung berdasarkan pada pertambahan jumlah individu anakan. Kurva akumulasi jenis yang dihasilkan pada kedua kelas intensitas manajemen agroforest karet tersebut adalah seperti yang terlihat pada Gambar 5.15.

Gambar 5.15 Kurva akumulasi jenis pada dua kelas intensitas manajemen

agroforest karet. (a) Kelas manajemen rendah dan (b) kelas tidak ada manajemen (non management). MKG=Muara Kuamang; RTP=Rantau Pandan; SMB=Semambu; dan TTB=Tanah Tumbuh.

(a) (b) MKG TTB RTP RTP SMB

Sama halnya dengan nilai rarefaction Coleman dan indeks probabilitas Simpson, dominasi dan luas hutan dalam suatu lanskap juga tidak jelas pengaruhnya terhadap pola kurva akumulasi jenis. Pada kelas intensitas manajemen rendah, Muara Kuamang dan Rantau Pandan memiliki pola kurva akumulasi jenis yang hampir mirip. Justru kurva untuk Muara Kuamang sedikit lebih tinggi posisinya dibandingkan dengan kurva untuk Rantau Pandan. Sedangkan pada kelas tidak ada manajemen, posisi kurva untuk Semambu justru paling bawah sedangkan yang paling tinggi terdapat di Tanah Tumbuh. Namun demikian berdasarkan garis yang melambangkan standar deviasi, semua kurva tersebut tidak berbeda.

Analisa selanjutnya adalah menghitung kemiripan jenis anakan yang ada di agroforest karet dengan jenis anakan yang terdapat di hutan. Untuk mewakili lokasi Semambu dipilih empat plot di hutan dan delapan plot di agroforest karet, di Rantau Pandan dipilih 20 plot di hutan dan 41 plot di agroforest karet, sedangkan di Tanah Tumbuh dipilih tiga plot di hutan dan delapan plot di agroforest karet. Parameter yang dipakai untuk mewakili kemiripan jenis anakan adalah indeks kemiripan Morishita-Horn. Kemiripan jenis dihitung per pasangan plot yang dipasangkan antara plot agroforest karet dengan plot hutan dalam setiap lokasi. Dari data ini selanjutnya dihitung nilai maksimum, minimum, rata-rata dan simpangan baku (Tabel 5.22).

Tabel 5. 22 Nilai maksimum, minimum dan rata-rata indeks kemiripan jenis Morishita-Horn antara agroforest karet dan hutan di Semambu, Rantau Pandan dan Tanah Tumbuh.

Lokasi Minimum Maksimum Rata-rata

Semambu 0.004 0.889 0.362±0.29c

Rantau Pandan 0.000 0.328 0.014±0.025a

Tanah Tumbuh 0.105 0.828 0.326±0.2b

Keterangan: angka pada kolom yang sama yang diikuti oleh huruf yang tidak sama berbeda nyata pada taraf uji 1% Tukey HSD

Dari tabel di atas terlihat Semambu memiliki kemiripan jenis anakan paling tinggi dengan hutan. Urutan kedua adalah Tanah Tumbuh dan yang paling rendah kemiripan jenis dengan hutan adalah Rantau Pandan. Berdasarkan dari hasil

yang diperoleh ini dapat dikatakan bahwa pada lanskap yang didominasi oleh hutan maupun agroforest karet, akan meningkatkan indeks kemiripan jenis anakan antara kedua tipe vegetasi tersebut. Artinya di sini bahwa, jumlah jenis anakan yang dimiliki bersama (shared species) menjadi semakin meningkat seperti yang terlihat pada lokasi Semambu dan Tanah Tumbuh. Sedangkan pada lanskap yang tidak didominasi oleh salah satu tipe vegetasi, nilai kemiripan jenis cenderung lebih kecil. Berdasarkan hasil ini diduga jenis tumbuhan berkayu yang terdapat pada tipe vegetasi yang dominan pada sebuah lanskap akan mempengaruhi jenis tumbuhan berkayu pada tipe vegetasi yang tidak dominan pada lanskap yang sama.

Selanjutnya jenis anakan yang dimiliki bersama (shared species) dipisahkan berdasarkan kelimpahan relatifnya. Jenis hutan-shared didefinisikan sebagai jenis anakan yang dimiliki bersama yang memiliki kelimpahan relatif jenis yang lebih besar di hutan dibandingkan dengan yang terdapat di agroforest karet. Sedangkan jenis RAF-shared didefinisikan sebagai jenis anakan yang dimiliki bersama yang memiliki kelimpahan relatif jenis yang lebih banyak di agroforest

karet dibandingkan dengan yang terdapat di hutan. Pengaruh dari vegetasi yang dominan pada suatu lanskap dapat dilihat dengan melakukan perbandingan nilai proporsi antara jumlah jenis hutan-shared dan jenis RAF-shared terhadap jumlah seluruh jenis yang dimiliki bersama antara agroforest karet dan hutan pada setiap lokasi.

Untuk menghilangkan pengaruh yang berasal dari ukuran sampling yang tidak sama antara agroforest karet dan hutan, dipilih beberapa plot di agroforest

karet dan di hutan dalam jumlah yang sama yang dipilih berdasarkan beberapa kriteria. Karena plot di hutan terbatas jumlahnya, jumlah plot agroforest karet disesuaikan jumlahnya dan dipilih yang paling seragam dilihat dari segi manajemen agroforest karet, umur dan vegetasi asal agroforest karet. Jika plot

agroforest karet yang sesuai dengan kriteria di atas jumlahnya lebih sedikit dibanding dengan plot hutan yang tersedia seperti di Rantau Pandan, maka plot hutan yang dipilih didasarkan pada nilai BA pohon yang hampir seragam. Tabel 5.23 adalah plot agroforest karet dan hutan yang dipilih untuk analisa perbandingan proporsi jenis hutan-shared dan jenis RAF-shared di agroforest

Tabel 5. 23 Plot yang dipilih untuk analisa perbandingan proporsi jenis hutan-

shared dan jenis RAF-shared yang dimiliki bersama di agroforest

karet dan hutan di lokasi Semambu, Rantau Pandan dan Tanah Tumbuh

Lokasi Jumlah

plot Nama plot

Intensitas manajemen Vegetasi asal agroforest karet Kisaran BA pohon (m2.ha-1) Agroforest karet

Semambu 4 KBER1, SMER1, SMER2, SJER1 Tidak ada

manajemen Hutan alam 16.3 – 22.1 Rantau Pandan 8 SRP13, SRP6, SRP1, SRP17, SRP18, SRP8, SRP10, RLES1 manajemen Tidak ada Hutan alam 17.9 – 44.5 Tanah Tumbuh 3 ABER1, MKER1, TTER2 Tidak ada

manajemen Hutan alam 26.8 – 26.9 Hutan

Semambu 4 FPSEY1, FPSEY2, FSER1, FSER2 - - 17.4 – 37.8

Rantau Pandan 8 SMUF3, SATP3, SATP2, SMUF2, RTAT1, SATP4, SATP1, RTPP4 - - 26.8 – 37.5

Tanah Tumbuh 3 HBER1, HBER2, HBER3 - - 22.2 – 27.7

Hasil analisa menunjukkan adanya perbedaan nilai antara ketiga lokasi sebagaimana yang diperkirakan. Semambu memiliki nilai proporsi jenis hutan-

shared paling tinggi diikuti oleh Rantau Pandan lalu Tanah Tumbuh dengan nilai

paling kecil. Sedangkan untuk proporsi jenis RAF-shared, Semambu paling rendah diikuti oleh Tanah Tumbuh dan yang paling tinggi terdapat di Rantau Pandan. Tabel 5.24 berikut menyajikan nilai proporsi jenis hutan-shared dan jenis RAF-shared di agroforest karet dan hutan di lokasi Semambu, Tanah Tumbuh dan Rantau Pandan.

Tabel 5.24 Proporsi jenis hutan-shared dan RAF-sharedyang dimiliki bersama dengan total jenis yang dimiliki bersama pada agroforest karet dan hutan di lokasi Semambu, Tanah Tumbuh dan Rantau Pandan

Kelompok jenis anakan Semambu Tanah

Tumbuh

Rantau Pandan

Total jenis di agroforest karet 121 136 260

Total jenis di hutan 195 197 323

Jumlah jenis yang dimiliki bersama 68 68 88

Jumlah jenis hutan-shared yang dimiliki bersama 48 36 26

Jumlah jenis RAF- shared yang dimiliki bersama 20 32 62

Proporsi jenishutan-shared yang dimiliki bersama terhadap

total jenis yang dimiliki bersama 0.706 0.529 0.295

Proporsi jenis RAF- shared yang dimiliki bersama terhadap