• Tidak ada hasil yang ditemukan

4. METODOLOGI PENELITIAN

4.5 Teknik Pengambilan Contoh

Berdasarkan mosaik lanskap di lokasi penelitian, pengambilan plot contoh dilakukan dengan metoda penarikan contoh acak berlapis (stratified random sampling). Terdapat empat tipe mosaik lanskap. Tipe yang pertama adalah yang memiliki lanskap yang didominasi oleh agroforest karet dibandingkan dengan hutan, tipe yang kedua adalah lokasi yang memiliki lanskap yang didominasi oleh hutan dibandingkan dengan agroforest karet, tipe yang ketiga adalah lokasi yang memiliki lanskap yang hampir sama luasnya antara agroforest karet dan hutan dan tipe yang keempat adalah lokasi yang lanskapnya hanya ada agroforest karet dan sudah tidak ada hutan di dekatnya.

Untuk tipe mosaik lanskap yang pertama, dipilih Desa Rambah di Kecamatan Tanah Tumbuh, untuk tipe kedua dipilih Desa Semambu Kecamatan Sumay, untuk tipe ketiga dipilih Desa Rantau Pandan Kecamatan Rantau Pandan sedangkan untuk tipe keempat dipilih Desa Muara Kuamang Kecamatan Pelepat Ilir. Plot yang terletak di Desa Sepunggur Kecamatan Muara Bungo dan Desa Pulau Batu Kecamatan Jujuhan hanya sebagai data tambahan karena jumlahnya sedikit. Satu plot hutan di hutan Pasir Mayang yang terletak di Kecamatan VII Koto diambil datanya untuk mendapatkan gambaran komposisi jenis anakan pada hutan yang belum pernah diganggu. Berdasarkan batas administrasi, Desa Rambah, Sepunggur, Rantau Pandan, Muara Kuamang dan Pulau Batu terdapat di Kabupaten Bungo. Sedangkan Desa Semambu dan hutan Pasir Mayang terdapat di Kabupaten Tebo. Jumlah plot contoh seluruhnya yang berhasil diambil datanya adalah 108 plot. Sebanyak 77 plot diambil dari agroforest karet dan 31 plot diambil dari hutan. Berikut ini dijelaskan secara lebih rinci deskripsi lokasi dan jumlah plot contoh yang diambil di agroforest karet dan hutan.

4.5.1 Plot Contoh di Agroforest Karet

Satu plot (SJC9) agroforest karet tua di Sepunggur sering digenangi air sehingga berpengaruh terhadap kenampakan struktur vegetasi dan tingkat kekayaan dan keragaman jenis anakan. Kisaran umur plot untuk kategori produktif (agroforest karet disadap) adalah antara 15 hingga 90 tahun, untuk kategori plot tua yang tidak lagi produktif (agroforest karet sudah tidak disadap) adalah antara 30 hingga 70 tahun sedangkan untuk kategori plot muda yang

belum produktif (agroforest karet belum disadap) adalah antara 8 hingga 20 tahun.

Agroforest karet tua yang sudah berumur lebih dari 90 tahun tetapi masih aktif disadap adalah agroforest karet yang berlokasi di belakang Desa Rantau Pandan. Ini merupakan hal yang cukup menarik, karena umumnya siklus umur

agroforest karet rata-rata berkisar dari 30 hingga 40 tahun (Joshi et al., 2001). Ternyata petani pada tempat ini menggunakan manajemen sisipan untuk memperpanjang siklus umur agroforest karetnya. Jika terdapat tanaman karet tua, petani akan menanam dengan cara menyisipkan anakan karet di dekat pohon yang hendak diganti tersebut. Penyisipan bisa dilakukan dengan memindahkan anakan karet ke tempat yang hendak disisip ataupun dengan membiarkan anakan karet beregenerasi sendiri di tempat tersebut. Petani kemudian hanya melakukan pemeliharaan seperlunya terutama untuk melindungi anakan karet tersebut dari hama babi. Dengan demikian umur tanaman karet dalam agroforest karet ini sangat variatif, mulai dari yang sangat tua hingga yang paling muda. Dari sejak pertama dibuka dari hutan alam, agroforest karet ini belum pernah diganti secara total untuk ditanam dengan tanaman karet baru. Tabel 4.1 menyajikan Lokasi, jumlah plot contoh dan status sadapan pada plot contoh di agroforest karet.

Tabel 4. 1 Lokasi, jumlah plot contoh dan status sadapan pada plot contoh di

agroforest karet

4.5.2 Plot Contoh di Hutan

Plot hutan dilakukan pada lima lokasi. Hutan yang berlokasi di Rantau Pandan adalah bekas wilayah tebangan Hak Pengusahaan Hutan (HPH) PT. Mugitriman yang berakhir masa konsesinya tahun 1992. Sisa kayu yang masih ada, sekarang ini dibalak oleh masyarakat sekitar yang dikenal dengan istilah ‘membalok’. Kondisi vegetasi pada beberapa tempat sudah sangat terbuka terutama pada bekas jalan logging. Pada beberapa tempat, anakan jenis-jenis

Kabupaten Kecamatan Desa Jumlah

Plot Produktif (sadap) Ttua (tidak sadap) Muda (belum sadap)

Bungo Pelepat Ilir Muara Kuamang 16 13 2 1

Bungo Jujuhan Pulau Batu 2 2 0 0

Bungo Rantau Pandan Rantau Pandan 42 34 6 2

Bungo Muara Bungo Sepunggur 3 2 1 0

Bungo Tanah Tumbuh Rambah 6 0 6 0

Tebo Sumai Semambu 8 1 7 0

Dipterocarpaceae masih mendominasi. Laju pembukaan areal hutan untuk dijadikan kebun karet cukup tinggi sehingga batas tepi hutan bergeser dengan cepat ke arah hutan. Sekarang ini hutan yang tersisa hanya terdapat pada puncak-puncak bukit yang berlereng terjal. Ada sedikit bahagian hutan yang berlokasi di dekat air terjun yang dianggap sebagai kawasan yang dilindungi karena merupakan habitat bunga Rafflesia sehingga relatif masih utuh, walaupun setelah diperiksa kebenarannya, ternyata belum ada kekuatan hukum apapun yang dapat dijadikan pegangan (Joko Basrianto Kepala KSDH Bungo, Juli 2003, wawancara). Pada tahun 2002 luas hutan yang masih tersisa di Rantau Pandan adalah 34229 ha (Ekadinata, 2004). Sedangkan jarak pemukiman dengan hutan terdekat adalah sekitar 4 km.

Hutan Bulian yang berlokasi di Batin II Batang Ule Kecamatan Tanah Tumbuh merupakan kawasan hutan adat dengan luas sekitar 28,5 hektar. Sesuai dengan namanya, hutan ini didominasi oleh jenis bulian (Eusideroxylon zwagerii

Teijsm. & Binnend.). Masyarakat sekitar diperbolehkan untuk mengambil kayu yang ada di dalamnya untuk keperluan sendiri tetapi tidak untuk dijual. Hutan ini juga tidak boleh dibuka untuk dijadikan hak milik perseorangan. Saat ini kondisi hutan sudah agak rusak. Batang bulian yang berukuran besar sudah sangat jarang, yang banyak ditemukan hanya anakan dan tunas pada tunggul bekas tebangan karena bulian termasuk jenis yang sangat mudah bertunas. Masyarakat juga sudah mulai melanggar ketentuan adat dengan memperjualbelikan kayu bulian selain untuk konsumsi sendiri sehingga tekanan terhadap kelestarian hutan bulian ini semakin besar.

Hutan di Sepunggur hanya berupa reliks hutan dengan luas sekitar 15 hektar. Hutan ini terletak di Desa Aburan Batang Tebo. Hutan ini dimiliki oleh salah seorang penduduk desa tersebut dan bukan sebagai kawasan hutan negara. Sebagian hutan ini pernah dibalak sedangkan sebahagian lagi masih utuh. Namun secara keseluruhan vegetasi hutan ini sudah rusak. Pemiliknya berencana untuk menjadikan hutan tersebut menjadi kebun kelapa sawit jika modal sudah mencukupi.

Hutan di Semambu merupakan tipe hutan dataran rendah Sumatera pada umumnya. Topografinya relatif datar. Hutan yang terdapat di sekitar desa Semambu awalnya dikelola oleh HPH PT. IFA dari tahun 1980 hingga 1983 dan selanjutnya dikembalikan lagi ke desa. Sejak akhir tahun 2001, PT. Tebo Planta Korpusa mengambil semua kayu yang ada dengan janji pada kawasan tersebut akan dibangun perkebunan kelapa sawit. Namun hingga saat penelitian ini

dilakukan, janji tersebut belum direalisasikan. Perusahaan hanya memberikan kompensasi kepada desa sebesar Rp. 20.000,- per m3 kayu. Mata pencaharian masyarakat sekitar hutan umumnya ‘berbalok’ atau membalak kayu. Karena persediaan kayu di hutan semakin berkurang, lokasi berbalok semakin lama semakin jauh masuk ke hutan. Sekarang ini kondisi vegetasi hutan umumnya rusak kecuali hutan yang terdapat di puncak bukit terjal yang sulit dijangkau. Ada dua plot di Semambu yang merupakan kebun karet gagal tanam yaitu BSER1 dan BSER2. Kedua plot ini digolongkan ke dalam tipe vegetasi belukar muda.

Hutan di Pasir Mayang yang merupakan hutan penelitian BIOTROP memiliki luas sekitar 2700 hektar. Hutan ini terletak pada Kecamatan VII Koto. Hutan ini dikelilingi oleh berbagai tipe penggunaan lahan lain, di antaranya areal konsesi hutan PT. IFA BARITO dan perkebunan karet. Di dalam kawasan ini terdapat 10 ha plot contoh permanen yang belum pernah dibalak. Telah banyak penelitian yang dilakukan pada plot permanen ini antara lain keragaman vegetasi, karbon stok, iklim, status unsur hara, laju dekomposisi dan lain-lain. Jenis dan komposisi vegetasi penyusun telah diketahui dengan baik dan telah dibuat peta posisi setiap pohon. Kondisi hutan masih cukup bagus karena areal ini memang belum pernah dibalak sebelumnya. Tabel 4.2 menyajikan lokasi, jumlah plot dan deskripsi singkat plot contoh yang diambil di hutan.

Tabel 4. 2 Lokasi, jumlah plot contoh dan deskripsi singkat plot contoh di hutan

K

Kaabbuuppaatteenn Kecamatan DDeessaa DDeesskkrriippssii JJuummllaahhpplloott

Bungo Rantau

Pandan

Rantau

Pandan Hutan bekas HPH 20

Bungo Tanah Tumbuh Rambah Hutan adat yang didominasi

pohon bulian 3

Bungo Muara Bungo Sepunggur Sisa hutan bekas pembalakan 1

Tebo Sumai Semambu 4 plot hutan bekas HPH dan 2

plot belukar muda 6

Tebo VII Koto Pasir Mayang Plot permanen PT IFA Barito dan

BIOTROP 1

J

Juummllaahh 31